Othor masih belum sempat menghitung akumulasi Gem, jadi nanti malam othor hitung. Ini adalah Bab Bonus pertama hari ini, selamat membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem Hari ini: 1/5 Bab Bab Bonus Gem besok: 1
Warna seketika menghilang dari wajah Rindy. Namun sebelum ia sempat protes, ibunya buru-buru menambahkan, "Tenang, biar aku yang urus. Meski dia tidak hadir secara langsung hari ini, namun Keluarga Quins telah mengirim seorang praktisi bela diri untuk mendukung kita—Jet Quins, salah satu dari 500 besar peringkat grandmaster Nexopolis. Kau tahu sendiri, satu hal yang kurang dari Keluarga Snowfield kita adalah kekuatan bela diri." Tak lama kemudian, Rindy menemukan dirinya berhadapan dengan seorang pria paruh baya bertubuh tegap. Jet Quins—sosok yang membawa nama salah satu keluarga terkuat di Nexopolis. "Tuan Jet," ibu Rindy menyapa dengan nada manis yang dibuat-buat, "kedatangan Anda dari jauh untuk menghadiri pesta putri saya benar-benar membawa kehormatan bagi kediaman kami." Jet Quins mengalihkan pandangannya pada Rindy, tak bisa menyembunyikan keterkejutan saat melihat kecantikan gadis itu. ‘Pantas saja Tuan Muda begitu tertarik,’ pikirnya. "Nona Rindy," ujarnya dengan nada
Gawain Wealth melirik Jet Quins dengan tatapan dingin sebelum beralih pada Rindy. "Nona Rindy," ujarnya ramah, "saya dengar Kota Golden River sangat indah saat ini. Saya rasa tidak ada salahnya Anda menikmati waktu lebih lama di sini. Bukankah begitu, Nyonya Jenny?" Ibu Rindy hanya bisa mengangguk kaku. Situasi ini berkembang terlalu cepat untuk dicerna. "Gawain Wealth," Jet Quins yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara, nada suaranya dipenuhi amarah tertahan. "Apa maksud semua ini? Kau tahu betul Rindy akan menjadi bagian dari Keluarga Quins!" "Oh?" Gawain Wealth mengangkat alisnya dengan ekspresi mengejek. "Siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan?" Wajah Jet Quins memerah menahan amarah. "Jaga ucapanmu! Keluarga Wealth-mu bukan lagi kekuatan yang sama seperti seribu tahun lalu. Kau harus paham konsekuensi menyinggung Keluarga Quins!" Gawain Wealth mendengus mendengar ancaman itu. S tatus Keluarga Wealth tak lagi berarti baginya—saat ini ia hanya tunduk pada s
Ibu Rindy menutup mulutnya dengan tangan gemetar. Otaknya menolak memproses apa yang baru saja ia saksikan. 'Mustahil!' batinnya kalut. 'Bagaimana mungkin sampah dari Keluarga Pendragon bisa membuat Gawain Wealth berlutut? Dan tadi dia memanggilnya "Tuan Ryan"?' Apakah Gawain Wealth gila? Jika Keluarga Wealth tahu bahwa dia berlutut di depan anak seperti itu, mereka pasti akan marah. Bagaimanapun, di Kota Golden River, Gawain Wealth mewakili seluruh Keluarga Wealth! Tindakan Gawain Wealth di sini berarti seluruh Keluarga Wealth telah tunduk kepada Ryan! Keringat dingin mengucur di punggungnya. Sebagai istri pemimpin Keluarga Snowfield, ia telah menyelidiki detail terkecil tentang Keluarga Wealth, termasuk karakter dan temperamen Gawain Wealth. Pria ini terkenal dengan sikapnya yang tegas dan arogansinya yang setinggi langit. Jangankan berlutut, tersenyum pun sangat jarang ia lakukan! 'Tunggu...' sebuah realisasi menghantam benaknya. 'Sikapnya yang begitu hormat pada Rindy
Tepat saat Adel merasa tertekan oleh kerumunan pemuda yang mengelilinginya, sosok familiar muncul dalam pandangannya. Matanya seketika berbinar. "Ryan, aku di sini!" Ryan? Para pemuda yang mengelilingi Adel serentak menoleh, wajah mereka memucat saat melihat Ryan berjalan mendekat. Tubuh mereka seolah membeku, tak berani bergerak sedikitpun. 'Sial, itu iblis yang membuat Gawain Wealth berlutut!' batin mereka panik. Mereka sengaja menghindar ke sudut tersembunyi rumah ini agar tidak bertemu dengannya, namun sosok mengerikan itu malah menghampiri mereka! "Halo, Tuan Ryan, saya—" mereka berusaha meniru sikap hormat Gawain Wealth. "Enyahlah," potong Ryan dingin. "B-baik!" Dalam hitungan detik, mereka telah menghilang ke tengah kerumunan bagai ditelan bumi. Adel mengerjapkan mata bingung. ‘Kenapa mereka begitu ketakutan pada Ryan? Apakah Golden Dragon Group begitu berpengaruh sekarang?’ Karena berada jauh dari aula utama, Adel tidak melihat apa yang terjadi sebelumnya. "Ryan,
Para tamu saling lirik dengan ekspresi tak percaya. Bukankah Rindy sudah dijodohkan dengan Keluarga Quins? Berani sekali Gawain Wealth mengabaikan hal itu! Yang lebih mengejutkan, Rindy sama sekali tak membantah perkataan Gawain Wealth! Jet Quins yang sejak tadi mengawasi bangkit dengan wajah dipenuhi amarah. "Tuan Jet, Tuan Gawain hanya bercanda," ibu Rindy buru-buru menjelaskan. "Gawain Wealth," desis Jet Quins berbahaya, "kuharap kau tahu posisimu. Jika tidak, tak ada yang bisa menyelamatkanmu saat waktunya tiba." Gawain Wealth hanya mendengus dan kembali ke tempat duduknya. Dengan tangan gemetar menahan amarah, Jet Quins mengeluarkan sebuah liontin giok lain dengan ukiran kuno bertuliskan "Quins". "Nona Rindy, apa gunanya token Keluarga Wealth dibandingkan ini? Keluarga Quins bisa memberimu lebih banyak lagi!" Itu adalah provokasi terbuka! Atmosfer di aula pesta mendadak tegang. Ucapan Jet Quins bukan sekadar kata-kata kosong—statusnya sebagai anggota Keluarga Quins
Jet Quins menghadang jalannya dengan sikap mengancam. Namun begitu matanya bertemu tatapan Ryan yang setajam elang, tubuhnya seolah membeku. Tekanan tak kasat mata membuatnya tanpa sadar mundur beberapa langkah, memberi jalan pada Ryan. Ryan melirik ibu Rindy yang sedang memegang pil dengan hati-hati. Dengan gerakan ringan namun dipenuhi kekuatan, Ryan mengalirkan energi qi-nya. Pil di tangan ibu Rindy seketika melayang dan mendarat mulus di telapak tangannya. "Ryan!" pekik ibu Rindy panik seraya membelalakkan matanya. "Apa yang kau lakukan?" "Berani-beraninya kau merebut hadiah Tuan Muda Quins!" Jet Quins menggeram murka. "Kau mencari mati!" Namun Ryan mengabaikan semua protes itu. Dengan gerakan santai, ia melemparkan pil itu ke lantai sebelum menginjaknya hingga hancur berkeping-keping. Hembusan energi qi-nya menyebarkan serpihan pil itu ke udara, menciptakan pemandangan yang membuat semua tamu ternganga tak percaya. Semua orang tercengang… Ryan tidak ingin merebut
Dengan gerakan perlahan namun pasti, Rindy membuka kotak itu. Matanya seketika melebar melihat isinya—sebuah kalung kristal biru dengan bentuk unik yang berpendar indah tertimpa cahaya lampu. Dari kejauhan, kristal itu tampak bagai bintang yang tersesat di bumi. Ryan diam-diam tersenyum puas. Ia teringat bagaimana ia harus bersaing ketat di pelelangan untuk mendapatkan kalung ini, bertekad memberikannya pada Rindy di hari spesialnya. Tubuh Rindy gemetar hebat saat mengangkat kalung itu. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya sebelum akhirnya jatuh satu per satu, menetes tepat di permukaan kristal yang berkilau. Tears of Moon! Ibu Rindy menutup mulutnya yang terbuka, matanya ikut berkaca-kaca. Ia sangat memahami makna di balik kalung itu—karya terakhir ayahnya yang dibuat khusus untuk Rindy. Di sampingnya, sang nenek bangkit dengan tubuh gemetar. Langkahnya yang biasanya mantap kini tertatih-tatih mendekati kristal itu. "Ini benar-benar Tears of Moon," bisiknya dengan
Jet Quins refleks mengangkat tangan untuk melindungi wajahnya, namun terlambat—tulang lengan kanannya patah dengan bunyi mengerikan! KRAK! Sebuah telapak tangan menghantam pipinya dengan telak, membuat dunia berputar di matanya. Belum sempat ia pulih, sebuah kaki telah menginjak dadanya dengan kekuatan yang mengerikan. "Bersyukurlah ini hari ulang tahun Rindy," ujar Ryan dengan nada dingin yang menusuk tulang. "Jika tidak, kau sudah mati. Aku tak ingin darahmu mengotori vila ini. Pergi!" Jet Quins meronta, namun tekanan tak kasat mata menahan tubuhnya di lantai. "Kau... kau tahu siapa aku?" geramnya murka. "Aku dari Keluarga Quins! Berani sentuh aku dan kau akan menyesal!" "Keluarga Quins?" Ryan mendengus meremehkan. "Ya! Sekarang kau takut kan? Kau tak akan bisa hidup tenang kecuali berlutut memohon maaf padaku!" Ryan tersenyum dingin, namun matanya dipenuhi niat membunuh. "Keluarga Quins yang mana? Bahkan jika kepala keluarga kalian ada di sini, hasilnya akan sama saja!"
Salah satu dari mereka bangkit dengan wajah merah padam. Energi qi menguar dari tubuhnya saat ia membentak, "Siapa kau yang berani membuatku...!"Namun sebelum kalimatnya selesai, Ryan telah bergerak. Dalam sekejap mata, tangannya mencengkeram leher pria itu dan melemparkannya ke dinding terdekat.KRAK!Suara tulang retak memenuhi ruangan saat tubuh pria itu menghantam tembok dengan keras. Para tamu terkesiap ngeri melihat demonstrasi kekuatan itu.Tanpa menghiraukan keterkejutan di sekitarnya, Ryan membantu Jeremy duduk sebelum melangkah menghampiri Paman Wong dan Bibi Sandra. Tatapannya menggelap melihat wajah pucat keduanya.'Organ dalam mereka terluka parah,' Ryan menganalisis dengan cepat. Amarah dingin mulai bergolak dalam dadanya. Bagaimanapun, mereka hanyalah warga biasa. Tang San keterlaluan melibatkan orang-orang tak berdosa dalam dendam pribadinya.Ryan mengeluarkan dua butir pil lagi, memberikan satu pada Wong Ren yang berdiri gemetar menahan amarah di samping orang t
Di salah satu meja, mata Juliana Herbald terbuka, menatap Ryan dengan rasa ingin tahu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum tipis.Ini pertama kalinya dia melihat pemuda semenarik ini di Nexopolis.Sementara itu, wajah Frederick dan seluruh anggota keluarga Pierce serta Snowfield memucat."Apa yang Tuan Ryan lakukan di sini?" Frederick berbisik putus asa. "Dia terlalu gegabah!"Ryan melangkah tenang membawa peti mati menuju Tang San. Namun lima praktisi bela diri dari Asosiasi langsung menghadangnya dengan senjata terhunus."Ryan, beraninya kau muncul di sini! Kau cari mati!"Mata Ryan berkilat merah penuh nafsu membunuh. Ia mengangkat peti mati dari bahunya dan menggunakannya sebagai senjata.BOOM! BOOM! BOOM!Peti mati menghantam tubuh para praktisi satu per satu, membuat mereka terpental menabrak dinding dan lantai. Darah segar mengucur dari luka-luka mereka yang menganga.Namun sebelum mayat mereka menyentuh lantai, sepuluh praktisi lain telah maju menggantikan, memotong
Tatapan Tang San beralih pada Jeremy. Ia melangkah maju dan menginjak lengan orang tua itu dengan sepatu kulitnya yang mengilap.KRAK!Suara tulang patah memenuhi ruangan."Kudengar kau punya hubungan baik dengan Ryan dan telah bekerja keras untuknya," ujar Tang San. "Apa kau pikir anak itu akan datang menyelamatkanmu?""Karena ini ulang tahunku yang ke-60, katakan sesuatu yang baik. Mungkin aku akan memaafkanmu jika itu membuatku senang."Jeremy menahan rasa sakitnya dan mengangkat wajah, menatap Tang San dengan sorot mata dingin. "Aku baru mengenal Tuan Ryan beberapa bulan," ujarnya tegas. "Tapi ada satu hal yang pasti kuketahui–siapa pun yang menyinggungnya akan mati. Kau tidak akan jadi pengecualian!"Kalimat terakhir Jeremy teriakkan penuh amarah.**Sementara itu di luar Paviliun Riverside, sebuah truk pikap berhenti. Di baknya terdapat sebuah peti mati.Seorang pemuda melangkah turun, tatapannya lebih dingin dari es."Ketua Guild, Guild Round Table siap menunggu perintah Anda,"
Franklin Pierce, Fabian Pierce, dan Herold Snowfield duduk di meja yang sama, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran. Tak seorang pun menyangka Ryan akan melakukan hal segila ini."Pengaruh dan sumber daya kita tak akan mampu menyelamatkannya kali ini," bisik Franklin gelisah."Bahkan jika orang-orang penting ingin turun tangan, situasinya terlalu rumit," Fabian menimpali. "Ini juga alasan Eagle Squad tidak muncul."Mereka hanya bisa berharap Ryan cukup bijaksana untuk tidak muncul hari ini.Di meja lain, seorang gadis cantik duduk dengan anggun, kakinya disilangkan dengan apik. Matanya yang cerah memancarkan kecerdasan, dan setiap gerak-geriknya menunjukkan keanggunan alami.Juliana Herbald–mungkin sosok paling menarik di Paviliun Riverside saat ini.Di sampingnya duduk seorang pria paruh baya–Wilhem Herbald, kepala Keluarga Herbald. Matanya terus melirik ke arah pintu dengan gelisah."Jika Ryan benar-benar datang," bisiknya pada Juliana, "apakah kita benar-benar akan melindunginya?""
"Saya berada di peringkat 307 dalam ranking grandmaster Nexopolis," ujarnya cepat. "Saya bersedia bekerja untuk Tuan Ryan, membantu menghadapi Tang San!"Namun tanpa pikir panjang, Ryan langsung menjawab dingin, "Kau tidak layak. Mati saja!"WHAM!Kaki kanan Ryan menghantam dada Tetua Jobs dengan kekuatan penuh. Meski sang tetua bereaksi cepat, mengumpulkan energi qi ke telapak tangannya untuk bertahan...KRAK! KRAK!Organ dalamnya hancur seketika oleh tendangan mematikan itu. Tubuhnya terpental jauh, menabrak pohon besar hingga tulang belakangnya patah."Uhuk!"Darah segar menyembur dari mulutnya sebelum kehidupan meninggalkan tubuhnya yang remuk.Hao Yuan menyaksikan semua itu dengan takjub. Namun ia tak merasa takut–ia tahu pemuda ini datang untuk menyelamatkan, bukan membunuhnya.Setelah membereskan ketiga tetua, tatapan Ryan beralih pada Selly. Dengan gerakan santai ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, menghisap dalam-dalam sebelum melangkah mendekati gadis yang ge
Di ambang pintu, seorang anak berusia tujuh tahun gemetar hebat menyaksikan semua itu. Kakinya nyaris tak mampu menopang tubuhnya yang bergetar ketakutan.Tetua Jobs melesat bagai kilat, tangannya yang dipenuhi energi qi bergerak untuk mencabik tubuh mungil itu.BOOM!Mendadak ledakan dahsyat mengguncang halaman vila. Telinga semua orang berdenging saat mereka menoleh ke arah sumber keributan.Di sana, sosok pemuda mengendarai motor hitam melaju kencang ke arah mereka dengan aura membunuh yang pekat.Selly seketika mengenali siapa pendatang baru itu. Wajahnya memucat."Ryan Pendragon!"Ketakutan memenuhi matanya saat ia berseru pada ketiga tetua, "Hentikan dia! Itu Ryan Pendragon! Jika kalian bisa menangkapnya, kalian akan dapat hadiah besar!"Mata ketiga tetua itu berbinar mendengar janji hadiah. Aura membunuh menguar dari tubuh mereka saat mereka melesat menyambut motor yang melaju kencang itu.Ryan yang melihat Selly dan ketiga tetua dari kejauhan mengeluarkan raungan murka. Ene
Dengan gerakan cepat, Ryan mengeluarkan dua puluh butir pil dan memberikannya pada para penjaga. "Minumlah untuk menyembuhkan diri kalian."Tanpa membuang waktu, Ryan melompat ke atas sepeda motor yang terparkir di depan gedung, milik salah satu penjaga yang terluka itu. Ini cara tercepat untuk berkeliling Kota Golden River.Sambil memacu motornya, ia menghubungi Sammy Lein. "Lacak koordinatku. Dari Golden Dragon Group Jalan Bambu Runcing, kuharap tidak ada halangan. Dan satu lagi, cari di mana Selly Hilton berada.""Baik."Motor Ryan melaju bagai kilat membelah jalanan Kota Golden River. Namun betapa kecewanya ia saat tiba di kedai Paman Wong dan Bibi Sandra.Pemandangan mengenaskan menyambutnya. Panel kaca hancur berkeping-keping, dapur porak poranda, meja dan kursi berserakan.Genangan darah segar memenuhi lantai."Sialan!" Ryan mengumpat penuh amarah.Matanya memerah, aura pembunuh yang pekat menguar dari tubuhnya. Energi qi berputar ganas di sekelilingnya, membentuk ilusi nag
Keesokan paginya, Ryan membuka mata setelah sesi kultivasi malamnya. Energi qi mengalir tenang dalam meridiannya saat ia menghembuskan napas panjang.Tangannya bergerak meraih ponsel, namun layarnya tetap gelap. Untuk menghindari pelacakan, Lancelot telah memblokir semua sinyal di area persembunyian mereka.Namun entah mengapa, Ryan merasakan firasat tidak enak sejak pagi. Indra keenamnya terus bergetar, seolah memperingatkan bahaya yang mengintai.'Ada yang tidak beres,' batinnya gelisah.Tanpa pikir panjang, ia bergegas menemui Lancelot. "Jika aku ingin menelepon, ke mana aku bisa pergi?""Ketua Guild, silakan ikuti saya."Lancelot membawa Ryan menyusuri lorong rahasia menuju sebuah ruangan khusus. Dinding-dinding baja tebal mengelilingi ruangan yang dipenuhi perangkat elektronik canggih itu.Di tengah ruangan, sebuah telepon terhubung ke beberapa komputer dengan konfigurasi yang
"Tuan Jackson," si pria kurus melanjutkan, "meski tindakan anak ini menggemparkan Provinsi Riveria, tapi dia akan mati di tangan Tang San dalam waktu kurang dari dua hari.""Ulang tahun ke-60 Tang San adalah lusa. Dia telah mengundang banyak praktisi bela diri dari Provinsi Riveria. Dan yang lebih penting..." ia menelan ludah sebelum melanjutkan, "Tang San telah mengeluarkan surat perintah hukuman mati untuk Ryan. Itu harus dilaksanakan sebelum ulang tahunnya yang ke-60!"Kilatan aneh melintas di mata Jackson Jorge. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke jendela, memandang ke arah Kota Riverpolis di kejauhan."Meski dia anak haram Eleanor Jorge dengan orang lain," gumamnya pelan, "darah Keluarga Jorge masih mengalir dalam nadinya, meski hanya setetes.""Apakah Tuan ingin saya turun tangan?" tanya si pria kurus dengan nada terkejut.Jackson Jorge menggeleng mantap. "Tidak perlu bergerak. Dia hanyalah seekor semut kecil." Ia berbalik mena