Terima Kasih Kak Rubei', Kak Jaz, Kak Tuan Muhd, Kak Yan, Kak Jun, dan Kak Pengunjung7102 atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini, telah terkumpul 11 Gem, yang artinya ada dua tambahan Bab Bonus lagi (≧▽≦) Akumulasi Gem Bab Bonus: 09-11-2024 (Siang): 1 Gem ini adalah bab bonus pertama hari ini. Selamat membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem hari ini: 1/6 Bab (sementara, kalau ada waktu lebih, bisa 7) Bab Bonus Gem besok: 4 (sementara)
Dengan gerakan perlahan namun pasti, Rindy membuka kotak itu. Matanya seketika melebar melihat isinya—sebuah kalung kristal biru dengan bentuk unik yang berpendar indah tertimpa cahaya lampu. Dari kejauhan, kristal itu tampak bagai bintang yang tersesat di bumi. Ryan diam-diam tersenyum puas. Ia teringat bagaimana ia harus bersaing ketat di pelelangan untuk mendapatkan kalung ini, bertekad memberikannya pada Rindy di hari spesialnya. Tubuh Rindy gemetar hebat saat mengangkat kalung itu. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya sebelum akhirnya jatuh satu per satu, menetes tepat di permukaan kristal yang berkilau. Tears of Moon! Ibu Rindy menutup mulutnya yang terbuka, matanya ikut berkaca-kaca. Ia sangat memahami makna di balik kalung itu—karya terakhir ayahnya yang dibuat khusus untuk Rindy. Di sampingnya, sang nenek bangkit dengan tubuh gemetar. Langkahnya yang biasanya mantap kini tertatih-tatih mendekati kristal itu. "Ini benar-benar Tears of Moon," bisiknya dengan
Jet Quins refleks mengangkat tangan untuk melindungi wajahnya, namun terlambat—tulang lengan kanannya patah dengan bunyi mengerikan! KRAK! Sebuah telapak tangan menghantam pipinya dengan telak, membuat dunia berputar di matanya. Belum sempat ia pulih, sebuah kaki telah menginjak dadanya dengan kekuatan yang mengerikan. "Bersyukurlah ini hari ulang tahun Rindy," ujar Ryan dengan nada dingin yang menusuk tulang. "Jika tidak, kau sudah mati. Aku tak ingin darahmu mengotori vila ini. Pergi!" Jet Quins meronta, namun tekanan tak kasat mata menahan tubuhnya di lantai. "Kau... kau tahu siapa aku?" geramnya murka. "Aku dari Keluarga Quins! Berani sentuh aku dan kau akan menyesal!" "Keluarga Quins?" Ryan mendengus meremehkan. "Ya! Sekarang kau takut kan? Kau tak akan bisa hidup tenang kecuali berlutut memohon maaf padaku!" Ryan tersenyum dingin, namun matanya dipenuhi niat membunuh. "Keluarga Quins yang mana? Bahkan jika kepala keluarga kalian ada di sini, hasilnya akan sama saja!"
Tak butuh waktu lama, Gawain Wealth telah mencapai tempat Jet Quins tergeletak. Tatapannya sedingin es saat memandang Jet Quins, seolah melihat mayat yang belum dikubur. "Gawain Wealth!" Jet Quins mundur dengan panik. "Kau tidak bisa membunuhku! Ini akan memicu perang dengan Keluarga Quins! Ini hanya masalah antara aku dan Ryan—tak ada hubungannya denganmu. Aku bersumpah tak akan menyebut namamu atau Keluarga Wealth di hadapan Tuan Muda Quins!" Meski seorang grandmaster, Jet Quins sadar betul ia tak sebanding dengan Gawain Wealth yang peringkatnya jauh lebih tinggi. Ia harus bertahan hidup—hanya dengan begitu ia bisa melaporkan semua ini pada Keluarga Quins dan membalas dendam pada Ryan yang sombong! "Kau seharusnya tidak menyinggung Tuan Ryan," ujar Gawain Wealth dingin. "Keluarga Quins tidak berhak melakukannya. Dengan kekuatan Tuan Ryan, nasib seluruh Keluarga Quins bisa diputuskan hanya dengan satu kata." Gawain Wealth teringat bagaimana Ryan menghancurkan arena bela diri h
"Selama beberapa tahun ini, ayah Rindy telah mencari aliansi pernikahan dengan keluarga seni bela diri, tetapi tidak pernah membuahkan hasil sampai Keluarga Quins muncul," lanjut Ibu Rindy dengan nada getir. "Usulan aliansi pernikahan ini diprakarsai oleh Keluarga Quins, yang mengejutkan kami. Masih ada beberapa bulan lagi hingga aliansi pernikahan tersebut dapat terwujud." Ia menatap Ryan lekat-lekat. "Tahukah kamu mengapa aku menceritakan ini kepadamu?" Ryan tidak mengatakan apa-apa. Tatapan matanya dingin, seperti jurang tak berdasar. "Aku tahu kamu mungkin membenciku," ibu Rindy melanjutkan dengan suara bergetar. "Aku memang melakukan beberapa hal yang menjijikkan, tetapi aku melakukan semua ini demi Keluarga Snowfield dan demi Rindy!" "Gadis mana pun yang lahir di keluarga besar tidak dapat memilih pasangan hidup mereka. Begitu pula denganku. Aku menikahi ayah Rindy karena aliansi pernikahan." Ryan tetap diam, matanya yang setajam elang mengawasi setiap gerakan ibu Rindy. I
Ryan tertegun. Ia tak menyangka Adel yang biasanya pemalu akan berani melakukan ini. Namun ia paham betul, saat ini Adel butuh kepastian. "Tentu saja rasanya lebih baik saat kamu menciumku," jawabnya tulus. Tawa renyah Adel memenuhi ruangan, senyumnya merekah bagai bunga di musim semi. Matanya yang indah berbinar bahagia mendengar jawaban itu. "Ryan," bisiknya malu-malu, "karena jawabanmu membuatku senang, aku ingin memberimu hadiah yang sangat istimewa..." Suasana di ruangan mendadak berubah intim. Jarak mereka yang begitu dekat membuat Ryan bisa merasakan kehangatan tubuh Adel. Mata mereka bertemu dalam tatapan yang sarat makna, hormon yang bergejolak membuat udara terasa panas. Tanpa sadar, tangan Ryan bergerak membelai pipi Adel yang merona. Gadis itu memejamkan mata, menikmati sentuhan lembut di wajahnya. Napas keduanya mulai memburu saat jarak di antara mereka semakin menipis. "Ryan..." bisik Adel lirih saat bibir mereka nyaris bersentuhan. Tangannya yang lembut
Jeremy seolah menua beberapa tahun dalam hitungan detik. Dengan suara bergetar ia menjelaskan, "Tuan Ryan, pada pukul delapan malam tadi, sekelompok orang memaksa masuk ke dalam gedung. Beberapa praktisi bela diri yang menjaga gedung dibunuh tanpa ampun dan..." ia menelan ludah dengan susah payah, "yang terpenting, formula kita dicuri! Semua informasi penting hilang!" Mata Ryan menyipit berbahaya. Ia telah memasang beberapa lapis pengamanan di sekitar dan di dalam brankas tempat formula tersebut disimpan. Tanpa kunci dan izin khusus darinya, seharusnya mustahil ada yang bisa mencurinya. Hanya beberapa anggota inti yang memiliki akses ke sana. Tiba-tiba, tatapan dingin Ryan tertuju pada sebuah kursi kosong di sebelahnya—posisi yang seharusnya ditempati Luke Zork. Luke Zork, seorang elit dengan gelar MBA dari universitas asing terkemuka, sangat cakap dalam operasi dan perencanaan bisnis. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Jeremy yang kebetulan memiliki akses pada formula
"Aku ingin menyelidiki sesuatu," ujar Ryan langsung begitu telepon tersambung. "Akan kukirim fotonya. Aku butuh hasilnya dalam satu jam." "Baik, Tuan Ryan," balas Patrick dari ujung telepon. Sepuluh menit kemudian, ponselnya berdering. "Tuan Ryan," suara Patrick terdengar serius, "saya telah menemukan informasi yang Anda cari. Simbol pada kancing itu milik sebuah faksi bernama Asosiasi Raja Bela Diri. Pemimpinnya, Beckham, adalah sosok yang sangat kuat dengan seratus ribu pengikut. Di Negara Kabut, dia praktis dianggap sebagai dewa." Patrick menarik napas dalam sebelum melanjutkan, "Eagle Squad pernah bentrok dengan mereka di laut selatan. Hasilnya, kedua pihak menderita kerugian besar—kami kehilangan tujuh anggota. Mereka adalah ancaman ekstrem bagi Nexopolis. Tuan Ryan, mengapa Anda menanyakan tentang mereka?" "Apakah ada anggota Asosiasi Raja Bela Diri yang baru tiba di Nexopolis?" Ryan balik bertanya, matanya berkilat dingin. Patrick terdiam sejenak, merasakan firasat buruk.
"Tiga miliar Nex?" Mcqueen mendorong wanita di pangkuannya dengan kasar. Setelah merapikan celananya, ia melayangkan tendangan telak ke dada Luke Zork. BUGH! Kekuatan tendangan itu membuat Luke Zork terpental dan jatuh tersungkur. "Sekarang kau adalah budak Negara Kabut!" bentak Mcqueen murka. "Apa hakmu meminta uang? Seharusnya kau merasa terhormat bisa mengabdi pada negara kami!" Ekspresi Luke Zork berubah drastis. Amarah dan kebencian memenuhi matanya, ingin rasanya ia menerkam dan mencabik daging kedua pria ini. Namun tatapannya ke arah lima pengawal bersenjata di belakang Mcqueen membuatnya mengurungkan niat itu. Kenyataan pahit menghantamnya—kedua orang ini tak pernah berniat membawanya keluar dari Nexopolis. Hidupnya kini hancur total. 'Brengsek!' umpat Luke Zork dalam hati. 'Seharusnya aku tak pernah mempercayai bajingan-bajingan ini!' Dengan tangan terkepal, ia bangkit dan berusaha menjaga suaranya tetap datar. "Karena tidak ada alasan bagiku untuk berada di sini l
Salah satu dari mereka bangkit dengan wajah merah padam. Energi qi menguar dari tubuhnya saat ia membentak, "Siapa kau yang berani membuatku...!"Namun sebelum kalimatnya selesai, Ryan telah bergerak. Dalam sekejap mata, tangannya mencengkeram leher pria itu dan melemparkannya ke dinding terdekat.KRAK!Suara tulang retak memenuhi ruangan saat tubuh pria itu menghantam tembok dengan keras. Para tamu terkesiap ngeri melihat demonstrasi kekuatan itu.Tanpa menghiraukan keterkejutan di sekitarnya, Ryan membantu Jeremy duduk sebelum melangkah menghampiri Paman Wong dan Bibi Sandra. Tatapannya menggelap melihat wajah pucat keduanya.'Organ dalam mereka terluka parah,' Ryan menganalisis dengan cepat. Amarah dingin mulai bergolak dalam dadanya. Bagaimanapun, mereka hanyalah warga biasa. Tang San keterlaluan melibatkan orang-orang tak berdosa dalam dendam pribadinya.Ryan mengeluarkan dua butir pil lagi, memberikan satu pada Wong Ren yang berdiri gemetar menahan amarah di samping orang t
Di salah satu meja, mata Juliana Herbald terbuka, menatap Ryan dengan rasa ingin tahu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum tipis.Ini pertama kalinya dia melihat pemuda semenarik ini di Nexopolis.Sementara itu, wajah Frederick dan seluruh anggota keluarga Pierce serta Snowfield memucat."Apa yang Tuan Ryan lakukan di sini?" Frederick berbisik putus asa. "Dia terlalu gegabah!"Ryan melangkah tenang membawa peti mati menuju Tang San. Namun lima praktisi bela diri dari Asosiasi langsung menghadangnya dengan senjata terhunus."Ryan, beraninya kau muncul di sini! Kau cari mati!"Mata Ryan berkilat merah penuh nafsu membunuh. Ia mengangkat peti mati dari bahunya dan menggunakannya sebagai senjata.BOOM! BOOM! BOOM!Peti mati menghantam tubuh para praktisi satu per satu, membuat mereka terpental menabrak dinding dan lantai. Darah segar mengucur dari luka-luka mereka yang menganga.Namun sebelum mayat mereka menyentuh lantai, sepuluh praktisi lain telah maju menggantikan, memotong
Tatapan Tang San beralih pada Jeremy. Ia melangkah maju dan menginjak lengan orang tua itu dengan sepatu kulitnya yang mengilap.KRAK!Suara tulang patah memenuhi ruangan."Kudengar kau punya hubungan baik dengan Ryan dan telah bekerja keras untuknya," ujar Tang San. "Apa kau pikir anak itu akan datang menyelamatkanmu?""Karena ini ulang tahunku yang ke-60, katakan sesuatu yang baik. Mungkin aku akan memaafkanmu jika itu membuatku senang."Jeremy menahan rasa sakitnya dan mengangkat wajah, menatap Tang San dengan sorot mata dingin. "Aku baru mengenal Tuan Ryan beberapa bulan," ujarnya tegas. "Tapi ada satu hal yang pasti kuketahui–siapa pun yang menyinggungnya akan mati. Kau tidak akan jadi pengecualian!"Kalimat terakhir Jeremy teriakkan penuh amarah.**Sementara itu di luar Paviliun Riverside, sebuah truk pikap berhenti. Di baknya terdapat sebuah peti mati.Seorang pemuda melangkah turun, tatapannya lebih dingin dari es."Ketua Guild, Guild Round Table siap menunggu perintah Anda,"
Franklin Pierce, Fabian Pierce, dan Herold Snowfield duduk di meja yang sama, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran. Tak seorang pun menyangka Ryan akan melakukan hal segila ini."Pengaruh dan sumber daya kita tak akan mampu menyelamatkannya kali ini," bisik Franklin gelisah."Bahkan jika orang-orang penting ingin turun tangan, situasinya terlalu rumit," Fabian menimpali. "Ini juga alasan Eagle Squad tidak muncul."Mereka hanya bisa berharap Ryan cukup bijaksana untuk tidak muncul hari ini.Di meja lain, seorang gadis cantik duduk dengan anggun, kakinya disilangkan dengan apik. Matanya yang cerah memancarkan kecerdasan, dan setiap gerak-geriknya menunjukkan keanggunan alami.Juliana Herbald–mungkin sosok paling menarik di Paviliun Riverside saat ini.Di sampingnya duduk seorang pria paruh baya–Wilhem Herbald, kepala Keluarga Herbald. Matanya terus melirik ke arah pintu dengan gelisah."Jika Ryan benar-benar datang," bisiknya pada Juliana, "apakah kita benar-benar akan melindunginya?""
"Saya berada di peringkat 307 dalam ranking grandmaster Nexopolis," ujarnya cepat. "Saya bersedia bekerja untuk Tuan Ryan, membantu menghadapi Tang San!"Namun tanpa pikir panjang, Ryan langsung menjawab dingin, "Kau tidak layak. Mati saja!"WHAM!Kaki kanan Ryan menghantam dada Tetua Jobs dengan kekuatan penuh. Meski sang tetua bereaksi cepat, mengumpulkan energi qi ke telapak tangannya untuk bertahan...KRAK! KRAK!Organ dalamnya hancur seketika oleh tendangan mematikan itu. Tubuhnya terpental jauh, menabrak pohon besar hingga tulang belakangnya patah."Uhuk!"Darah segar menyembur dari mulutnya sebelum kehidupan meninggalkan tubuhnya yang remuk.Hao Yuan menyaksikan semua itu dengan takjub. Namun ia tak merasa takut–ia tahu pemuda ini datang untuk menyelamatkan, bukan membunuhnya.Setelah membereskan ketiga tetua, tatapan Ryan beralih pada Selly. Dengan gerakan santai ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, menghisap dalam-dalam sebelum melangkah mendekati gadis yang ge
Di ambang pintu, seorang anak berusia tujuh tahun gemetar hebat menyaksikan semua itu. Kakinya nyaris tak mampu menopang tubuhnya yang bergetar ketakutan.Tetua Jobs melesat bagai kilat, tangannya yang dipenuhi energi qi bergerak untuk mencabik tubuh mungil itu.BOOM!Mendadak ledakan dahsyat mengguncang halaman vila. Telinga semua orang berdenging saat mereka menoleh ke arah sumber keributan.Di sana, sosok pemuda mengendarai motor hitam melaju kencang ke arah mereka dengan aura membunuh yang pekat.Selly seketika mengenali siapa pendatang baru itu. Wajahnya memucat."Ryan Pendragon!"Ketakutan memenuhi matanya saat ia berseru pada ketiga tetua, "Hentikan dia! Itu Ryan Pendragon! Jika kalian bisa menangkapnya, kalian akan dapat hadiah besar!"Mata ketiga tetua itu berbinar mendengar janji hadiah. Aura membunuh menguar dari tubuh mereka saat mereka melesat menyambut motor yang melaju kencang itu.Ryan yang melihat Selly dan ketiga tetua dari kejauhan mengeluarkan raungan murka. Ene
Dengan gerakan cepat, Ryan mengeluarkan dua puluh butir pil dan memberikannya pada para penjaga. "Minumlah untuk menyembuhkan diri kalian."Tanpa membuang waktu, Ryan melompat ke atas sepeda motor yang terparkir di depan gedung, milik salah satu penjaga yang terluka itu. Ini cara tercepat untuk berkeliling Kota Golden River.Sambil memacu motornya, ia menghubungi Sammy Lein. "Lacak koordinatku. Dari Golden Dragon Group Jalan Bambu Runcing, kuharap tidak ada halangan. Dan satu lagi, cari di mana Selly Hilton berada.""Baik."Motor Ryan melaju bagai kilat membelah jalanan Kota Golden River. Namun betapa kecewanya ia saat tiba di kedai Paman Wong dan Bibi Sandra.Pemandangan mengenaskan menyambutnya. Panel kaca hancur berkeping-keping, dapur porak poranda, meja dan kursi berserakan.Genangan darah segar memenuhi lantai."Sialan!" Ryan mengumpat penuh amarah.Matanya memerah, aura pembunuh yang pekat menguar dari tubuhnya. Energi qi berputar ganas di sekelilingnya, membentuk ilusi nag
Keesokan paginya, Ryan membuka mata setelah sesi kultivasi malamnya. Energi qi mengalir tenang dalam meridiannya saat ia menghembuskan napas panjang.Tangannya bergerak meraih ponsel, namun layarnya tetap gelap. Untuk menghindari pelacakan, Lancelot telah memblokir semua sinyal di area persembunyian mereka.Namun entah mengapa, Ryan merasakan firasat tidak enak sejak pagi. Indra keenamnya terus bergetar, seolah memperingatkan bahaya yang mengintai.'Ada yang tidak beres,' batinnya gelisah.Tanpa pikir panjang, ia bergegas menemui Lancelot. "Jika aku ingin menelepon, ke mana aku bisa pergi?""Ketua Guild, silakan ikuti saya."Lancelot membawa Ryan menyusuri lorong rahasia menuju sebuah ruangan khusus. Dinding-dinding baja tebal mengelilingi ruangan yang dipenuhi perangkat elektronik canggih itu.Di tengah ruangan, sebuah telepon terhubung ke beberapa komputer dengan konfigurasi yang
"Tuan Jackson," si pria kurus melanjutkan, "meski tindakan anak ini menggemparkan Provinsi Riveria, tapi dia akan mati di tangan Tang San dalam waktu kurang dari dua hari.""Ulang tahun ke-60 Tang San adalah lusa. Dia telah mengundang banyak praktisi bela diri dari Provinsi Riveria. Dan yang lebih penting..." ia menelan ludah sebelum melanjutkan, "Tang San telah mengeluarkan surat perintah hukuman mati untuk Ryan. Itu harus dilaksanakan sebelum ulang tahunnya yang ke-60!"Kilatan aneh melintas di mata Jackson Jorge. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke jendela, memandang ke arah Kota Riverpolis di kejauhan."Meski dia anak haram Eleanor Jorge dengan orang lain," gumamnya pelan, "darah Keluarga Jorge masih mengalir dalam nadinya, meski hanya setetes.""Apakah Tuan ingin saya turun tangan?" tanya si pria kurus dengan nada terkejut.Jackson Jorge menggeleng mantap. "Tidak perlu bergerak. Dia hanyalah seekor semut kecil." Ia berbalik mena