Terima Kasih Kak Rubei', Kak Nasihin, dan Kak Alka atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini, telah terakumulasi 7 Gem, yang artinya ada 1 Bab bonus lagi ( ╹▽╹ ) Akumulasi Gem Bab Bonus: 10-11-2024 (Siang): 2 Gem (reset) ini adalah bab bonus pertama hari ini. selamat membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem Hari ini: 1/6 Bab Bab Bonus Gem Besok: 5
"Tiga miliar Nex?" Mcqueen mendorong wanita di pangkuannya dengan kasar. Setelah merapikan celananya, ia melayangkan tendangan telak ke dada Luke Zork. BUGH! Kekuatan tendangan itu membuat Luke Zork terpental dan jatuh tersungkur. "Sekarang kau adalah budak Negara Kabut!" bentak Mcqueen murka. "Apa hakmu meminta uang? Seharusnya kau merasa terhormat bisa mengabdi pada negara kami!" Ekspresi Luke Zork berubah drastis. Amarah dan kebencian memenuhi matanya, ingin rasanya ia menerkam dan mencabik daging kedua pria ini. Namun tatapannya ke arah lima pengawal bersenjata di belakang Mcqueen membuatnya mengurungkan niat itu. Kenyataan pahit menghantamnya—kedua orang ini tak pernah berniat membawanya keluar dari Nexopolis. Hidupnya kini hancur total. 'Brengsek!' umpat Luke Zork dalam hati. 'Seharusnya aku tak pernah mempercayai bajingan-bajingan ini!' Dengan tangan terkepal, ia bangkit dan berusaha menjaga suaranya tetap datar. "Karena tidak ada alasan bagiku untuk berada di sini l
Ryan melirik mereka dengan ekspresi meremehkan. Dari gerakan dan cara mereka memegang senjata, jelas sekali mereka bukan lawan yang sepadan. Mustahil orang-orang selemah ini yang telah membunuh sepuluh anggota Golden Dragon Group yang terlatih. 'Pasti ada orang lain yang lebih kuat di balik semua ini,' batin Ryan, matanya berkilat berbahaya. Tanpa membuang waktu dengan pertarungan tidak berguna, Ryan bergerak bagai kilat. Dalam sekejap mata, ia telah berada di hadapan salah satu penyerangnya. Dengan satu gerakan mulus, ia mencengkeram pergelangan tangan pria itu dan memutarnya dengan kekuatan penuh. KRAK! Suara tulang patah bergema di ruangan bersamaan dengan jeritan kesakitan sang pengawal. Pedang di tangannya jatuh berdenting ke lantai, namun Ryan dengan gesit menangkapnya sebelum menyabet leher pengawal lainnya dalam gerakan yang nyaris tak terlihat mata. CROOT! Darah segar menyembur bagai air mancur dari leher yang terputus. Tubuh tak bernyawa itu ambruk ke lantai
Ryan hanya diam tak menanggapi perkataan pria bernama Chester itu. Dengan gerakan santai namun dipenuhi kekuatan mematikan, ia menginjak dada Sieg hingga tulang rusuknya remuk seketika. Darah segar menyembur dari mulut Sieg bersamaan dengan napas terakhirnya. "Membunuhmu telah mengotori sepatuku," ujar Ryan dingin sembari mengusap sol sepatunya yang berlumuran darah ke karpet. "BAJINGAN!" Chester meraung murka. Energi qi yang luar biasa kuat meledak dari tubuhnya, menciptakan pusaran angin yang menerbangkan perabotan di sekitarnya. Ryan mengangkat wajahnya, matanya berkilat berbahaya. "Apakah kau yang membunuh orang-orangku?" Chester tertegun sejenak sebelum tertawa terbahak-bahak. "Oh, sampah-sampah dari Golden Dragon Group itu? Tahukah kau apa yang kulakukan pada mereka?" Ia menjilat bibirnya dengan ekspresi sadis. "Ada satu yang berlutut memohon belas kasihan. Katanya anaknya baru lahir, dia tak ingin mati. Kau tahu apa yang kulakukan? Kulumpuhkan anggota tubuhnya satu p
Ryan menatapnya dingin dengan kedua tangan terlipat di belakang punggung. "Membunuhmu?" dengusnya mencemooh. "Saat itu, anak buahku memohon belas kasihan padamu. Apakah kau memberikannya?" Kata-kata itu membuat Chester teringat bagaimana ia menyiksa para anggota Golden Dragon Group. Namun kini, rasa sakit yang ia rasakan jauh melampaui apa yang ia lakukan pada mereka. Tubuhnya menggeliat tak berdaya di lantai. 'Iblis!' batinnya ngeri. 'Bagaimana mungkin ada Iblis seperti ini di Nexopolis?' "BRENGSEK!" raungnya putus asa. "Aku tak akan membiarkanmu lolos bahkan jika aku menjadi hantu! Begitu aku mati, Tuan Beckham pasti akan menemukanmu dan membunuhmu!" Sudut bibir Ryan melengkung membentuk senyum dingin yang mengerikan. "Hantu? Kau pikir aku akan membiarkanmu menjadi hantu?" Ia mendengus meremehkan. "Kau terlalu percaya diri. Hari ini, aku akan menghancurkan jiwamu!" Dengan gerakan mulus namun penuh kekuatan, Ryan membentuk segel tangan rumit. Jari-jarinya yang berpendar k
Di kamar hotel, Ryan berdiri di hadapan Luke Zork yang gemetar ketakutan. Sebagai satu-satunya saksi hidup yang tersisa, Luke paham betul nyawanya kini bergantung pada belas kasihan pemuda di hadapannya. "Tuan Ryan," Luke berlutut dan memeluk kaki Ryan dengan putus asa. "Saya salah! Saya benar-benar salah! Orang-orang asing itu menyihir saya. Saya dibutakan oleh keinginan! Tolong ampuni saya! Saya pasti akan bekerja keras untuk Golden Dragon Group. Saya bahkan rela bekerja gratis!" Ryan tersenyum, namun senyumnya tak mencapai matanya. "Oh? Kau pikir kau masih memenuhi syarat untuk kembali ke Golden Dragon Group?" Luke Zork menggeleng panik. "Saya hanya ingin menebus dosa-dosa saya!" Ryan menghentakkan kakinya, menendang Luke hingga terpental ke meja. "Penebusan dosa?" nada suaranya dipenuhi ejekan. "Kau ingin menebus dosamu?" "Saya... saya seharusnya tidak mencuri rahasia Golden Dragon Group," Luke tergagap ketakutan. Ryan menggelengkan kepala sembari duduk santai di sofa. De
Adel bersandar di bahu Ryan, wajahnya merona merah dalam temaram cahaya malam. Ia menarik napas dalam-dalam beberapa kali, mengumpulkan keberaniannya. "Sebenarnya... aku menyukaimu," bisiknya lembut. "Aku tahu," balas Ryan dengan senyum lembut. "Tapi tahukah kamu bahwa aku sudah jatuh cinta padamu sejak tujuh tahun lalu?" Ryan tertegun mendengar pengakuan itu, menggelengkan kepalanya perlahan. "Masih ingat kejadian tujuh tahun lalu? Saat kau membelaku waktu itu, aku langsung jatuh cinta padamu," Adel melanjutkan dengan suara bergetar. "Awalnya kupikir itu hanya ketertarikan sesaat." "Setelah kita lulus SMP dan kita berbeda sekolah, aku menyadari aku sangat merindukanmu. Meski begitu, aku masih bisa menemuimu di warung Bibi Sandra." "Tapi setelah kau menghilang, aku nyaris gila mencarimu." Jemari lentiknya memainkan kancing piyama Ryan saat ia melanjutkan, "Lalu saat aku tahu apa yang terjadi pada keluargamu, aku sangat marah. Tapi aku terlalu lemah, tak bisa berbuat apa-apa."
Adel mencium pipi Ryan dengan lembut sebelum teringat sesuatu. "Omong-omong, aku sudah membagi rahasiaku kemarin, dan kau berjanji akan menceritakan rahasiamu juga. Jangan ingkar janji." "Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Ryan lembut. Adel termenung beberapa saat sebelum menggeleng. "Rahasiamu terlalu banyak. Aku bingung harus bertanya yang mana." "Kalau begitu, biar kuceritakan ke mana saja aku pergi selama lima tahun terakhir." Mata Adel langsung berbinar penuh minat. Ia spontan duduk tegak, namun segera menyadari tubuhnya masih polos. Dengan wajah merona merah, ia cepat-cepat menarik selimut menutupi tubuhnya. Ekspresi Ryan berubah serius saat menatap burung-burung yang beterbangan di luar jendela. "Lima tahun lalu, saat jatuh ke Sungai Emas, aku diselamatkan oleh seorang lelaki tua. Ia membawaku ke tempat bernama Gunung Langit Biru." "Gunung Langit Biru? Yang ada di Nexopolis itu?" Adel memiringkan kepalanya penasaran. Ryan mengangguk. "Pintu masuknya ada di kedalaman gun
"Patrick, terima kasih atas bantuanmu kemarin," ujar Ryan. "Tuan Ryan, saya hanya melakukan apa yang seharusnya," jawab Patrick cepat. "Ngomong-ngomong, ada alasan saya menelepon..." "Ada apa?" "Tuan Ryan, kami ingin mengundang—" "Tidak," potong Ryan tegas. "Aku sedang sibuk berbelanja bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari." Patrick yang berada di ujung telepon nyaris terjungkal. Ia bahkan ingin membanting ponselnya frustrasi. 'Grandmaster bela diri terkuat macam apa yang santai-santai belanja bahan makanan seperti bapak rumah tangga biasa?' batinnya tak percaya. Bayangan Ryan menenteng kantong berisi sayuran sungguh kontras dengan demonstrasi kekuatan mengerikan yang ia saksikan di arena bela diri. "Tuan Ryan," Patrick berusaha menahan emosinya, "undangan ini dari orang itu. Dia ingin bertemu dengan Anda..." "Aku tidak punya waktu luang," potong Ryan lagi. "Kalau aku tidak membeli bahan-bahan masakannya sekarang, tidak akan ada makan malam nanti." Tanpa menunggu jawaban,
Salah satu dari mereka bangkit dengan wajah merah padam. Energi qi menguar dari tubuhnya saat ia membentak, "Siapa kau yang berani membuatku...!"Namun sebelum kalimatnya selesai, Ryan telah bergerak. Dalam sekejap mata, tangannya mencengkeram leher pria itu dan melemparkannya ke dinding terdekat.KRAK!Suara tulang retak memenuhi ruangan saat tubuh pria itu menghantam tembok dengan keras. Para tamu terkesiap ngeri melihat demonstrasi kekuatan itu.Tanpa menghiraukan keterkejutan di sekitarnya, Ryan membantu Jeremy duduk sebelum melangkah menghampiri Paman Wong dan Bibi Sandra. Tatapannya menggelap melihat wajah pucat keduanya.'Organ dalam mereka terluka parah,' Ryan menganalisis dengan cepat. Amarah dingin mulai bergolak dalam dadanya. Bagaimanapun, mereka hanyalah warga biasa. Tang San keterlaluan melibatkan orang-orang tak berdosa dalam dendam pribadinya.Ryan mengeluarkan dua butir pil lagi, memberikan satu pada Wong Ren yang berdiri gemetar menahan amarah di samping orang t
Di salah satu meja, mata Juliana Herbald terbuka, menatap Ryan dengan rasa ingin tahu. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyum tipis.Ini pertama kalinya dia melihat pemuda semenarik ini di Nexopolis.Sementara itu, wajah Frederick dan seluruh anggota keluarga Pierce serta Snowfield memucat."Apa yang Tuan Ryan lakukan di sini?" Frederick berbisik putus asa. "Dia terlalu gegabah!"Ryan melangkah tenang membawa peti mati menuju Tang San. Namun lima praktisi bela diri dari Asosiasi langsung menghadangnya dengan senjata terhunus."Ryan, beraninya kau muncul di sini! Kau cari mati!"Mata Ryan berkilat merah penuh nafsu membunuh. Ia mengangkat peti mati dari bahunya dan menggunakannya sebagai senjata.BOOM! BOOM! BOOM!Peti mati menghantam tubuh para praktisi satu per satu, membuat mereka terpental menabrak dinding dan lantai. Darah segar mengucur dari luka-luka mereka yang menganga.Namun sebelum mayat mereka menyentuh lantai, sepuluh praktisi lain telah maju menggantikan, memotong
Tatapan Tang San beralih pada Jeremy. Ia melangkah maju dan menginjak lengan orang tua itu dengan sepatu kulitnya yang mengilap.KRAK!Suara tulang patah memenuhi ruangan."Kudengar kau punya hubungan baik dengan Ryan dan telah bekerja keras untuknya," ujar Tang San. "Apa kau pikir anak itu akan datang menyelamatkanmu?""Karena ini ulang tahunku yang ke-60, katakan sesuatu yang baik. Mungkin aku akan memaafkanmu jika itu membuatku senang."Jeremy menahan rasa sakitnya dan mengangkat wajah, menatap Tang San dengan sorot mata dingin. "Aku baru mengenal Tuan Ryan beberapa bulan," ujarnya tegas. "Tapi ada satu hal yang pasti kuketahui–siapa pun yang menyinggungnya akan mati. Kau tidak akan jadi pengecualian!"Kalimat terakhir Jeremy teriakkan penuh amarah.**Sementara itu di luar Paviliun Riverside, sebuah truk pikap berhenti. Di baknya terdapat sebuah peti mati.Seorang pemuda melangkah turun, tatapannya lebih dingin dari es."Ketua Guild, Guild Round Table siap menunggu perintah Anda,"
Franklin Pierce, Fabian Pierce, dan Herold Snowfield duduk di meja yang sama, wajah mereka dipenuhi kekhawatiran. Tak seorang pun menyangka Ryan akan melakukan hal segila ini."Pengaruh dan sumber daya kita tak akan mampu menyelamatkannya kali ini," bisik Franklin gelisah."Bahkan jika orang-orang penting ingin turun tangan, situasinya terlalu rumit," Fabian menimpali. "Ini juga alasan Eagle Squad tidak muncul."Mereka hanya bisa berharap Ryan cukup bijaksana untuk tidak muncul hari ini.Di meja lain, seorang gadis cantik duduk dengan anggun, kakinya disilangkan dengan apik. Matanya yang cerah memancarkan kecerdasan, dan setiap gerak-geriknya menunjukkan keanggunan alami.Juliana Herbald–mungkin sosok paling menarik di Paviliun Riverside saat ini.Di sampingnya duduk seorang pria paruh baya–Wilhem Herbald, kepala Keluarga Herbald. Matanya terus melirik ke arah pintu dengan gelisah."Jika Ryan benar-benar datang," bisiknya pada Juliana, "apakah kita benar-benar akan melindunginya?""
"Saya berada di peringkat 307 dalam ranking grandmaster Nexopolis," ujarnya cepat. "Saya bersedia bekerja untuk Tuan Ryan, membantu menghadapi Tang San!"Namun tanpa pikir panjang, Ryan langsung menjawab dingin, "Kau tidak layak. Mati saja!"WHAM!Kaki kanan Ryan menghantam dada Tetua Jobs dengan kekuatan penuh. Meski sang tetua bereaksi cepat, mengumpulkan energi qi ke telapak tangannya untuk bertahan...KRAK! KRAK!Organ dalamnya hancur seketika oleh tendangan mematikan itu. Tubuhnya terpental jauh, menabrak pohon besar hingga tulang belakangnya patah."Uhuk!"Darah segar menyembur dari mulutnya sebelum kehidupan meninggalkan tubuhnya yang remuk.Hao Yuan menyaksikan semua itu dengan takjub. Namun ia tak merasa takut–ia tahu pemuda ini datang untuk menyelamatkan, bukan membunuhnya.Setelah membereskan ketiga tetua, tatapan Ryan beralih pada Selly. Dengan gerakan santai ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, menghisap dalam-dalam sebelum melangkah mendekati gadis yang ge
Di ambang pintu, seorang anak berusia tujuh tahun gemetar hebat menyaksikan semua itu. Kakinya nyaris tak mampu menopang tubuhnya yang bergetar ketakutan.Tetua Jobs melesat bagai kilat, tangannya yang dipenuhi energi qi bergerak untuk mencabik tubuh mungil itu.BOOM!Mendadak ledakan dahsyat mengguncang halaman vila. Telinga semua orang berdenging saat mereka menoleh ke arah sumber keributan.Di sana, sosok pemuda mengendarai motor hitam melaju kencang ke arah mereka dengan aura membunuh yang pekat.Selly seketika mengenali siapa pendatang baru itu. Wajahnya memucat."Ryan Pendragon!"Ketakutan memenuhi matanya saat ia berseru pada ketiga tetua, "Hentikan dia! Itu Ryan Pendragon! Jika kalian bisa menangkapnya, kalian akan dapat hadiah besar!"Mata ketiga tetua itu berbinar mendengar janji hadiah. Aura membunuh menguar dari tubuh mereka saat mereka melesat menyambut motor yang melaju kencang itu.Ryan yang melihat Selly dan ketiga tetua dari kejauhan mengeluarkan raungan murka. Ene
Dengan gerakan cepat, Ryan mengeluarkan dua puluh butir pil dan memberikannya pada para penjaga. "Minumlah untuk menyembuhkan diri kalian."Tanpa membuang waktu, Ryan melompat ke atas sepeda motor yang terparkir di depan gedung, milik salah satu penjaga yang terluka itu. Ini cara tercepat untuk berkeliling Kota Golden River.Sambil memacu motornya, ia menghubungi Sammy Lein. "Lacak koordinatku. Dari Golden Dragon Group Jalan Bambu Runcing, kuharap tidak ada halangan. Dan satu lagi, cari di mana Selly Hilton berada.""Baik."Motor Ryan melaju bagai kilat membelah jalanan Kota Golden River. Namun betapa kecewanya ia saat tiba di kedai Paman Wong dan Bibi Sandra.Pemandangan mengenaskan menyambutnya. Panel kaca hancur berkeping-keping, dapur porak poranda, meja dan kursi berserakan.Genangan darah segar memenuhi lantai."Sialan!" Ryan mengumpat penuh amarah.Matanya memerah, aura pembunuh yang pekat menguar dari tubuhnya. Energi qi berputar ganas di sekelilingnya, membentuk ilusi nag
Keesokan paginya, Ryan membuka mata setelah sesi kultivasi malamnya. Energi qi mengalir tenang dalam meridiannya saat ia menghembuskan napas panjang.Tangannya bergerak meraih ponsel, namun layarnya tetap gelap. Untuk menghindari pelacakan, Lancelot telah memblokir semua sinyal di area persembunyian mereka.Namun entah mengapa, Ryan merasakan firasat tidak enak sejak pagi. Indra keenamnya terus bergetar, seolah memperingatkan bahaya yang mengintai.'Ada yang tidak beres,' batinnya gelisah.Tanpa pikir panjang, ia bergegas menemui Lancelot. "Jika aku ingin menelepon, ke mana aku bisa pergi?""Ketua Guild, silakan ikuti saya."Lancelot membawa Ryan menyusuri lorong rahasia menuju sebuah ruangan khusus. Dinding-dinding baja tebal mengelilingi ruangan yang dipenuhi perangkat elektronik canggih itu.Di tengah ruangan, sebuah telepon terhubung ke beberapa komputer dengan konfigurasi yang
"Tuan Jackson," si pria kurus melanjutkan, "meski tindakan anak ini menggemparkan Provinsi Riveria, tapi dia akan mati di tangan Tang San dalam waktu kurang dari dua hari.""Ulang tahun ke-60 Tang San adalah lusa. Dia telah mengundang banyak praktisi bela diri dari Provinsi Riveria. Dan yang lebih penting..." ia menelan ludah sebelum melanjutkan, "Tang San telah mengeluarkan surat perintah hukuman mati untuk Ryan. Itu harus dilaksanakan sebelum ulang tahunnya yang ke-60!"Kilatan aneh melintas di mata Jackson Jorge. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke jendela, memandang ke arah Kota Riverpolis di kejauhan."Meski dia anak haram Eleanor Jorge dengan orang lain," gumamnya pelan, "darah Keluarga Jorge masih mengalir dalam nadinya, meski hanya setetes.""Apakah Tuan ingin saya turun tangan?" tanya si pria kurus dengan nada terkejut.Jackson Jorge menggeleng mantap. "Tidak perlu bergerak. Dia hanyalah seekor semut kecil." Ia berbalik mena