Terima Kasih Kak Beat dan Kak Tuntong atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini telah terkumpul 9 Gem, yang artinya ada satu bab bonus tambahan lagi ( ╹▽╹ ) Akumulasi Gem Bab Bonus: 09-11-2024 (malam): 4 Gem (reset) Ini adalah bab bonus kelima hari ini. kurang satu bab lagi. Selamat Membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem Hari ini: 5/6 Bab Bab Bonus Gem Besok: 8
Ryan tertegun. Ia tak menyangka Adel yang biasanya pemalu akan berani melakukan ini. Namun ia paham betul, saat ini Adel butuh kepastian. "Tentu saja rasanya lebih baik saat kamu menciumku," jawabnya tulus. Tawa renyah Adel memenuhi ruangan, senyumnya merekah bagai bunga di musim semi. Matanya yang indah berbinar bahagia mendengar jawaban itu. "Ryan," bisiknya malu-malu, "karena jawabanmu membuatku senang, aku ingin memberimu hadiah yang sangat istimewa..." Suasana di ruangan mendadak berubah intim. Jarak mereka yang begitu dekat membuat Ryan bisa merasakan kehangatan tubuh Adel. Mata mereka bertemu dalam tatapan yang sarat makna, hormon yang bergejolak membuat udara terasa panas. Tanpa sadar, tangan Ryan bergerak membelai pipi Adel yang merona. Gadis itu memejamkan mata, menikmati sentuhan lembut di wajahnya. Napas keduanya mulai memburu saat jarak di antara mereka semakin menipis. "Ryan..." bisik Adel lirih saat bibir mereka nyaris bersentuhan. Tangannya yang lembut
Jeremy seolah menua beberapa tahun dalam hitungan detik. Dengan suara bergetar ia menjelaskan, "Tuan Ryan, pada pukul delapan malam tadi, sekelompok orang memaksa masuk ke dalam gedung. Beberapa praktisi bela diri yang menjaga gedung dibunuh tanpa ampun dan..." ia menelan ludah dengan susah payah, "yang terpenting, formula kita dicuri! Semua informasi penting hilang!" Mata Ryan menyipit berbahaya. Ia telah memasang beberapa lapis pengamanan di sekitar dan di dalam brankas tempat formula tersebut disimpan. Tanpa kunci dan izin khusus darinya, seharusnya mustahil ada yang bisa mencurinya. Hanya beberapa anggota inti yang memiliki akses ke sana. Tiba-tiba, tatapan dingin Ryan tertuju pada sebuah kursi kosong di sebelahnya—posisi yang seharusnya ditempati Luke Zork. Luke Zork, seorang elit dengan gelar MBA dari universitas asing terkemuka, sangat cakap dalam operasi dan perencanaan bisnis. Dia adalah salah satu orang kepercayaan Jeremy yang kebetulan memiliki akses pada formula
"Aku ingin menyelidiki sesuatu," ujar Ryan langsung begitu telepon tersambung. "Akan kukirim fotonya. Aku butuh hasilnya dalam satu jam." "Baik, Tuan Ryan," balas Patrick dari ujung telepon. Sepuluh menit kemudian, ponselnya berdering. "Tuan Ryan," suara Patrick terdengar serius, "saya telah menemukan informasi yang Anda cari. Simbol pada kancing itu milik sebuah faksi bernama Asosiasi Raja Bela Diri. Pemimpinnya, Beckham, adalah sosok yang sangat kuat dengan seratus ribu pengikut. Di Negara Kabut, dia praktis dianggap sebagai dewa." Patrick menarik napas dalam sebelum melanjutkan, "Eagle Squad pernah bentrok dengan mereka di laut selatan. Hasilnya, kedua pihak menderita kerugian besar—kami kehilangan tujuh anggota. Mereka adalah ancaman ekstrem bagi Nexopolis. Tuan Ryan, mengapa Anda menanyakan tentang mereka?" "Apakah ada anggota Asosiasi Raja Bela Diri yang baru tiba di Nexopolis?" Ryan balik bertanya, matanya berkilat dingin. Patrick terdiam sejenak, merasakan firasat buruk.
"Tiga miliar Nex?" Mcqueen mendorong wanita di pangkuannya dengan kasar. Setelah merapikan celananya, ia melayangkan tendangan telak ke dada Luke Zork. BUGH! Kekuatan tendangan itu membuat Luke Zork terpental dan jatuh tersungkur. "Sekarang kau adalah budak Negara Kabut!" bentak Mcqueen murka. "Apa hakmu meminta uang? Seharusnya kau merasa terhormat bisa mengabdi pada negara kami!" Ekspresi Luke Zork berubah drastis. Amarah dan kebencian memenuhi matanya, ingin rasanya ia menerkam dan mencabik daging kedua pria ini. Namun tatapannya ke arah lima pengawal bersenjata di belakang Mcqueen membuatnya mengurungkan niat itu. Kenyataan pahit menghantamnya—kedua orang ini tak pernah berniat membawanya keluar dari Nexopolis. Hidupnya kini hancur total. 'Brengsek!' umpat Luke Zork dalam hati. 'Seharusnya aku tak pernah mempercayai bajingan-bajingan ini!' Dengan tangan terkepal, ia bangkit dan berusaha menjaga suaranya tetap datar. "Karena tidak ada alasan bagiku untuk berada di sini l
Ryan melirik mereka dengan ekspresi meremehkan. Dari gerakan dan cara mereka memegang senjata, jelas sekali mereka bukan lawan yang sepadan. Mustahil orang-orang selemah ini yang telah membunuh sepuluh anggota Golden Dragon Group yang terlatih. 'Pasti ada orang lain yang lebih kuat di balik semua ini,' batin Ryan, matanya berkilat berbahaya. Tanpa membuang waktu dengan pertarungan tidak berguna, Ryan bergerak bagai kilat. Dalam sekejap mata, ia telah berada di hadapan salah satu penyerangnya. Dengan satu gerakan mulus, ia mencengkeram pergelangan tangan pria itu dan memutarnya dengan kekuatan penuh. KRAK! Suara tulang patah bergema di ruangan bersamaan dengan jeritan kesakitan sang pengawal. Pedang di tangannya jatuh berdenting ke lantai, namun Ryan dengan gesit menangkapnya sebelum menyabet leher pengawal lainnya dalam gerakan yang nyaris tak terlihat mata. CROOT! Darah segar menyembur bagai air mancur dari leher yang terputus. Tubuh tak bernyawa itu ambruk ke lantai
Ryan hanya diam tak menanggapi perkataan pria bernama Chester itu. Dengan gerakan santai namun dipenuhi kekuatan mematikan, ia menginjak dada Sieg hingga tulang rusuknya remuk seketika. Darah segar menyembur dari mulut Sieg bersamaan dengan napas terakhirnya. "Membunuhmu telah mengotori sepatuku," ujar Ryan dingin sembari mengusap sol sepatunya yang berlumuran darah ke karpet. "BAJINGAN!" Chester meraung murka. Energi qi yang luar biasa kuat meledak dari tubuhnya, menciptakan pusaran angin yang menerbangkan perabotan di sekitarnya. Ryan mengangkat wajahnya, matanya berkilat berbahaya. "Apakah kau yang membunuh orang-orangku?" Chester tertegun sejenak sebelum tertawa terbahak-bahak. "Oh, sampah-sampah dari Golden Dragon Group itu? Tahukah kau apa yang kulakukan pada mereka?" Ia menjilat bibirnya dengan ekspresi sadis. "Ada satu yang berlutut memohon belas kasihan. Katanya anaknya baru lahir, dia tak ingin mati. Kau tahu apa yang kulakukan? Kulumpuhkan anggota tubuhnya satu p
Ryan menatapnya dingin dengan kedua tangan terlipat di belakang punggung. "Membunuhmu?" dengusnya mencemooh. "Saat itu, anak buahku memohon belas kasihan padamu. Apakah kau memberikannya?" Kata-kata itu membuat Chester teringat bagaimana ia menyiksa para anggota Golden Dragon Group. Namun kini, rasa sakit yang ia rasakan jauh melampaui apa yang ia lakukan pada mereka. Tubuhnya menggeliat tak berdaya di lantai. 'Iblis!' batinnya ngeri. 'Bagaimana mungkin ada Iblis seperti ini di Nexopolis?' "BRENGSEK!" raungnya putus asa. "Aku tak akan membiarkanmu lolos bahkan jika aku menjadi hantu! Begitu aku mati, Tuan Beckham pasti akan menemukanmu dan membunuhmu!" Sudut bibir Ryan melengkung membentuk senyum dingin yang mengerikan. "Hantu? Kau pikir aku akan membiarkanmu menjadi hantu?" Ia mendengus meremehkan. "Kau terlalu percaya diri. Hari ini, aku akan menghancurkan jiwamu!" Dengan gerakan mulus namun penuh kekuatan, Ryan membentuk segel tangan rumit. Jari-jarinya yang berpendar k
Di kamar hotel, Ryan berdiri di hadapan Luke Zork yang gemetar ketakutan. Sebagai satu-satunya saksi hidup yang tersisa, Luke paham betul nyawanya kini bergantung pada belas kasihan pemuda di hadapannya. "Tuan Ryan," Luke berlutut dan memeluk kaki Ryan dengan putus asa. "Saya salah! Saya benar-benar salah! Orang-orang asing itu menyihir saya. Saya dibutakan oleh keinginan! Tolong ampuni saya! Saya pasti akan bekerja keras untuk Golden Dragon Group. Saya bahkan rela bekerja gratis!" Ryan tersenyum, namun senyumnya tak mencapai matanya. "Oh? Kau pikir kau masih memenuhi syarat untuk kembali ke Golden Dragon Group?" Luke Zork menggeleng panik. "Saya hanya ingin menebus dosa-dosa saya!" Ryan menghentakkan kakinya, menendang Luke hingga terpental ke meja. "Penebusan dosa?" nada suaranya dipenuhi ejekan. "Kau ingin menebus dosamu?" "Saya... saya seharusnya tidak mencuri rahasia Golden Dragon Group," Luke tergagap ketakutan. Ryan menggelengkan kepala sembari duduk santai di sofa. De
William Pendragon hendak menghindar namun tekanan kuat seolah membekukan tubuhnya.Jari Master Qiu bersinar ungu saat memasuki pikiran William Pendragon. Senyum sombong tersungging di bibirnya. Keluarga Ravenclaw telah membayar mahal untuk jasanya, namun ternyata hanya untuk membaca pikiran orang biasa yang tak ubahnya semut di matanya.Ini akan sangat mudah!Mata ayah dan anak Ravenclaw dipenuhi antisipasi.Satu detik... dua detik... tiga detik...Pada detik kelima, senyum Master Qiu mendadak membeku.Kekuatannya yang mencoba memasuki pikiran William Pendragon terhalang sesuatu. Tiba-tiba kekuatan misterius melesat keluar dari pikiran targetnya!Wajahnya berubah panik. Dia berusaha menarik tangannya namun sesuatu menahannya di tempat."Tidak mungkin!" jeritnya ketakutan.Belum sempat Lucas Ravenclaw dan ayahnya bereaksi, Master Qiu memuntahkan darah segar. Tangannya meledak dalam sekejap!Darah berceceran ke segala arah, namun anehnya tak setetes pun mengenai William Pendragon."
William Pendragon menggelengkan kepalanya saat mendengar ancaman Lucas Ravenclaw, wajahnya menunjukkan kejengkelan yang tak ditutup-tutupi."Sudah berapa kali kamu bertanya padaku? Aku tidak tahu apa-apa!" sergahnya dengan nada frustrasi. "Karena kau terus memaksakan pertanyaan tentang ayahku, kau harus tahu bahwa dia dan ibuku meninggal secara mendadak! Bagaimana mungkin mereka punya waktu untuk memberitahuku atau memberiku sesuatu? Sebaiknya kau berhenti membuang-buang energi dengan pertanyaan yang sama!"Sikapnya tegas dan tak tergoyahkan, meski berhadapan dengan ancaman nyata.Lucas Ravenclaw bangkit dari duduknya, aura dingin menguar dari tubuhnya dan mencekik William Pendragon. Inilah perbedaan nyata antara seorang praktisi bela diri dan orang biasa.Wajah William Pendragon seketika memucat. Batuk keras meluncur dari tenggorokannya yang tercekat."William Pendragon," Lucas Ravenclaw mendesis, "Karena kau sangat suka menyimpan rahasia, mungkin aku akan membiarkanmu merasakan sen
"Bu," Ryan menatap ibunya penasaran, "Apa keluarga kita punya silsilah? Kenapa aku tidak pernah bertemu kakek, nenek, atau anggota Keluarga Pendragon lainnya?"Eleanor Jorge menggeleng. "Kakek-nenekmu meninggal cukup dini. Setahuku mereka hanya orang biasa. Mereka termasuk keluarga berada beberapa dekade lalu, tapi aku tidak tahu banyak tentang mereka.""Lalu, apa ada hal aneh tentang Keluarga Pendragon di Kota Golden River? Atau tempat misterius yang mereka miliki? Mungkin buku atau catatan kuno?"Eleanor Jorge tampak berpikir keras meski tidak mengerti alasan di balik pertanyaan putranya. Tiba-tiba matanya berbinar saat teringat sesuatu."Ada beberapa keanehan sebenarnya," ujarnya. "Pertama, kau dan ayahmu sama sekali bukan penduduk asli Kota Golden River.""Kedua, kakek-nenekmu meninggal bersamaan tanpa tanda-tanda sakit sebelumnya, seolah mereka telah merencanakan kematian mereka.""Yang ketiga, upacara pemakaman mereka sangat tidak biasa," lanjut Eleanor Jorge. "Sekelompok orang
Eleanor Jorge masih tampak khawatir. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Dari mana kekuatan bela diri Ryan berasal? Ke mana dia menghilang selama lima tahun? Apa ramuan ajaib yang digunakannya? Untuk pertama kalinya, ia merasa putranya tampak sedikit asing. Ryan yang sekarang sangat berbeda dari anak yang dikenalnya dulu. Ryan tentu saja menangkap kekhawatiran ibunya. Ia berniat menjelaskan semuanya, tapi tidak sekarang. Ada hal yang lebih mendesak. Dia meletakkan gelas airnya dan menatap sang ibu. "Bu, mengapa Ibu pergi ke Keluarga Jorge hari ini? Pasti ada hubungannya dengan Ayah, kan? Dia tidak kembali ke Kota Golden River, kan?" Mendengar pertanyaan itu, mata Eleanor Jorge berkedip gelisah, mengonfirmasi kecurigaan Ryan. "Ibu," Ryan menekan, "Ibu tahu seberapa kuat aku sekarang. Daripada memohon bantuan Keluarga Jorge, mengapa kita tidak mengandalkan kekuatan sendiri? Katakan padaku, ke mana Ayah pergi?" Eleanor Jorge mengepalkan tangannya erat-erat hingga be
Tawa dingin menggema dari mulut Ryan. Bayangan pepohonan membuat wajahnya tak terbaca. "Hanya ada tiga hal yang ingin kukatakan," ujar Ryan tenang. "Pertama, aku tidak peduli menjadi bagian dari Keluarga Jorge!" "Kedua, jika kau ingin melanjutkan masalah ini, aku siap menunggu kapanpun." "Ketiga, dalam sebulan akan kutunjukkan seperti apa keberadaan Keluarga Pendragon yang sebenarnya!" "Bu, ayo pergi." Ryan menarik tangan Eleanor Jorge dan keduanya menghilang ke dalam formasi, meninggalkan anggota Keluarga Jorge yang masih membeku ketakutan. Wajah Kepala Keluarga Jorge menjadi gelap. Rahangnya mengeras menahan amarah yang membuncah. Dia telah memberikan jalan keluar kepada Ryan dan Eleanor Jorge, namun anak ini sama sekali tidak menghiraukan ranting zaitunnya. "Anak ini... benar-benar ingin membentuk Keluarga Pendragon menjadi semacam faksi? Hanya mereka berdua?" gumamnya dengan nada mencemooh. Teruslah bermimpi! Kepala Keluarga Jorge mendengus dalam hati. Fondasi dan k
TRANG! Pedang Suci Caliburn terlempar dari genggaman Ryan! Mata Xin Jorge dan wanita tua berbinar penuh kemenangan. Tanpa ragu mereka melancarkan serangan mematikan ke leher dan jantung Ryan! 'Ryan akan mati!' Jackson Jorge panik hendak membantu namun ditahan seorang tetua di samping Kepala Keluarga Jorge. "Tuan Muda, jangan ikut campur." "Ayah!" Jackson Jorge menatap marah. "Kau menggunakan dua praktisi senior melawan Ryan sendirian. Itu terlalu hina! Tidakkah kau lihat betapa berharganya Ryan sekarang? Membunuhnya adalah kerugian besar bagi Keluarga Jorge!" Mata Kepala Keluarga Jorge menyipit. Tentu dia menyadari alasan di balik ucapan putranya. Namun sebelum sempat menghentikan pertarungan, sebuah raungan menggetarkan area itu. "Pedang Suci Caliburn, KEMARI!" Pedang Ryan melesat kembali ke tangannya. Seketika aura Ryan berubah total. Dia bahkan memejamkan mata dengan tenang. Xin Jorge dan wanita tua merasakan firasat buruk namun tetap meneruskan serangan. Pedang mere
Jackson Jorge tak bisa membantu Ryan lagi. Dalam hati dia tahu Ryan mungkin tak akan bertahan hidup lebih lama. Meski mengalir darah Keluarga Jorge, Ayahnya tak akan ragu membunuhnya. Ikatan keluarga tak ada artinya dibanding perkembangan dan reputasi Keluarga Jorge. Sewaktu muda, Ayahnya itu telah membunuh banyak praktisi tingkat atas dan terkenal di seluruh dunia. Begitu kejamnya hingga tak akan mengampuni anaknya sendiri, apalagi Ryan–Cucunya yang dianggap noda terbesar dalam hidupnya. Tatapan Kepala Keluarga Jorge beralih ke Ryan. "Kau seharusnya tidak membunuh Ferdinand. Kau benar-benar tidak seharusnya melakukan itu." "Bajingan, meski aku tak tahu dari mana kau mempelajari teknik-teknik ini, itu tak penting bagiku. Tidak ada yang berani menentangku. Mereka yang melakukannya akan mati, dan kau akan menyusul mereka." Ryan mendengus dingin dan melemparkan kepala Ferdinand Jorge ke kaki Kepala Keluarga Jorge. Suaranya mengandung kebencian mendalam. "Tidak seorangpun bole
Dari segi kekuatan murni, Ryan memang kalah dari dua praktisi bela diri senior Keluarga Jorge. Tapi dalam hal kecepatan, ia unggul jauh! Ryan melesat melewati serangan Xin Jorge dan wanita tua, dalam sekejap mencapai Ferdinand Jorge. Ekspresi mereka berubah panik. Mereka berusaha menghentikan Ryan namun terlambat! Di tengah tatapan terkejut semua orang, Ryan mencengkeram pergelangan tangan Ferdinand Jorge. Dengan kekuatan mengerikan, diiringi raungan naga yang menggelegar, ia menghancurkan lengan lawannya menjadi kabut berdarah! Ferdinand Jorge menatap nanar lengannya yang hancur. Dia ingin melawan namun terpaku saat melihat naga darah melingkari tubuhnya. Dia bahkan tak bisa bergerak! Jeritan menyayat hati terdengar hingga bermil-mil jauhnya. "Tanpa tangan kanan, bagaimana aku bisa berlatih bela diri lagi?!" ratapnya. "Apa yang kau teriakan? Ini baru permulaan." Ryan berkata dingin. KRAK! Lengan kiri Ferdinand Jorge pun hancur berkeping-keping! Pada saat itu Ryan benar
Xin Jorge dan wanita tua saling pandang dengan mata menyipit. Mereka bisa melihat teknik gerakan Ryan agak aneh, namun juga menyadari dia punya kekuatan untuk mendukung kata-katanya. "Siapa yang bernama Ferdinand Jorge?" Ryan bertanya lagi, suaranya dingin menusuk. "Aku akan bertanya sekali lagi. Jika tak ada yang menjawab, kalian semua akan mati." Mata Ryan berkilat merah berbahaya. Meski dia bisa merasakan aura mengancam dari Xin Jorge dan wanita tua, dia sama sekali tidak gentar. Kalaupun tidak mampu mengalahkan mereka dengan kekuatannya sendiri, ia masih punya kartu As–kekuatan para kultivator kuno. Demi ibunya, apapun akan ia lakukan! Ferdinand Jorge akhirnya melangkah maju dengan angkuh. Pedang di tangannya berkilat memantulkan cahaya matahari. "Aku Ferdinand Jorge," dia berkata dingin. "Memang aku orang yang mengahajar Ibumu. Tapi apa yang bisa kau lakukan? Sepertinya kata 'bajingan' melukai ego rapuhmu ya?" "Ibumu yang brengsek itu menyia-nyiakan bakat dan garis ke