Terima Kasih Kak Aldi atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Akumulasi Gem Bab Bonus: 31-10-2024 (pagi): 3 Gem Bab Bonus Gem Hari ini: 0/4 Bab Bab Reguler: 1/2 Bab Bab Bonus View: 4 sedikit pengumuman, hari jum'at ini othor ada meeting seharian, jadi seperti biasanya, perhitungan bab bonus Gem akan othor lakukan saat pagi dan malam. Terima Kasih atas pengertiannya. Selamat Membaca (◠‿・)—☆
Ryan dengan hati-hati meletakkan dua Pil Jiwa Biru tujuh pola tingkat tiga ke dalam sebuah kotak dan kemudian ke sakunya. Matanya berkilat penuh antisipasi saat memandangi dua pil lainnya yang tersisa di telapak tangannya. 'Hal-hal baik memang sebaiknya disimpan untuk nanti,' pikirnya sambil tersenyum tipis. Tanpa ragu, ia segera menelan kedua pil yang tersisa. Dalam sekejap, aroma obat yang kuat menyebar ke seluruh ruangan. Ryan bisa merasakan energi yang luar biasa mengalir dalam meridiannya, bertabrakan dengan qi yang ada di dantiannya. Sensasi itu begitu intens hingga ia harus menggertakkan gigi menahan rasa sakit yang menusuk. "Akhirnya," gumamnya pelan, matanya berkilat penuh tekad, "aku akan segera menerobos!" Dengan gerakan mulus, Ryan mengambil posisi bersila dan mulai mengedarkan Teknik Matahari Surgawi. Perlahan tapi pasti, ia merasakan kesadarannya mulai melayang, memasuki kondisi pencerahan yang hanya bisa dicapai oleh kultivator tingkat tinggi. Sensasi yang
Sementara itu, di kediaman Keluarga Hilton di Kota River, sebuah pertemuan darurat diadakan. Ada 16 orang, termasuk Selly, duduk di ruang pertemuan keluarga seluas 100 meter persegi. Mereka adalah anggota inti Keluarga Hilton. Wajah Selly sedikit pucat saat menatap berita di ponselnya. 'Golden Dragon Group kembali... Bagaimana? Mengapa?' pikirnya kalut. 'Lagipula, bukankah Ryan sudah mati? Ini tidak mungkin hanya kebetulan. Tidak ada yang berani mendaftarkan perusahaan dengan nama "Golden Dragon Group".' Tragedi di Paviliun Riverside lima tahun lalu adalah mimpi buruk bagi banyak orang di Kota Golden River! Meski sosok penting itu telah kembali ke Ibu Kota, tapi pengaruhnya masih ada. Siapa pun yang berani menghidupkan kembali Golden Dragon Group, sama saja menyinggung orang itu! Selly menggenggam ponselnya erat-erat. Ia tidak menemukan foto Ryan di internet, tapi keluarganya telah menyelidiki masalah ini. Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengungkap rincian di balik
Pada saat yang sama, di sebuah rumah mewah Kluster Mutiara Berkilau, ibu Rindy juga baru saja menerima kabar tentang Golden Dragon Group. Wajahnya masih tampak tegang mengingat kejadian kemarin malam. Ia telah mengerahkan seluruh kekuatan Keluarga Snowfield untuk menyelidiki keberadaan Ryan selama lima tahun terakhir. Namun anehnya, tak ada jejak sedikit pun tentang pemuda itu dalam database Nexopolis maupun jaringan informasi mereka. Seolah-olah Ryan telah lenyap dari muka bumi selama lima tahun terakhir. Mengalihkan pikirannya, kini ibu Rindy memutuskan untuk memeriksa informasi yang dikumpulkan Keluarga Snowfield tentang Golden Dragon Group dengan penuh minat. "Ryan, oh Ryan," gumamnya sambil membaca laporan tentang Golden Dragon Group, bibirnya melengkung membentuk senyum sinis. "Kau benar-benar bodoh. Apa kau pikir bisa menggoyahkan posisi Keluarga Snowfield hanya karena kau seorang praktisi bela diri dan mendirikan Golden Dragon Group? Tampaknya kau tidak bisa membedakan
Pada malam hari, di lantai 21 Kondominium One Icon, Ryan dalam suasana hati yang baik setelah terobosannya ke tingkat kultivasi yang lebih tinggi. Selama proses kultivasinya itu, Ryan mematikan ponselnya. Begitu ia menyalakan kembali ponselnya pada pukul tujuh malam, matanya melebar melihat lebih dari delapan puluh panggilan tak terjawab. Adel, Rindy, Jeremy, Lancelot, Lindsay, bahkan beberapa nomor tak dikenal telah mencoba menghubunginya berkali-kali. "Apa yang terjadi?" gumamnya heran. "Mengapa ada banyak yang menghubungiku?" Tepat saat itu, Jeremy menelepon lagi. Ryan segera mengangkatnya dan langsung disambut suara panik dari ujung telepon "Tuan Ryan, Anda akhirnya bisa dihubungi!" "Ada apa?" tanya Ryan santai, kontras dengan nada panik Jeremy. "Tuan Ryan, sesuatu yang besar telah terjadi!" Jeremy nyaris berteriak. "Keluarga Snowfield dan empat keluarga besar Kota Golden River bersama-sama memboikot kita! Bukan hanya upacara pembukaan besok yang terancam, tapi masa depa
Keesokan paginya, tepat pukul delapan, suasana di depan gedung Golden Dragon Group tampak meriah. Karpet merah tergelar di pintu masuk, dan dekorasi di sekitarnya cukup mengesankan. Jeremy Blackwood berdiri di pintu dengan ekspresi campur aduk. Kerumunan orang memang berkumpul di luar, tapi ia tahu mereka bukan datang untuk memberikan dukungan. Mereka hanya ingin menyaksikan kegagalan Golden Dragon Group secara langsung. Ia melirik jam tangannya dengan gelisah. Ryan belum juga muncul. 'Apa yang dia pikirkan?' Jeremy membatin frustrasi. 'Ini perusahaannya! Kalau pemilik sahnya sendiri tidak hadir, situasi ini akan jadi semakin memalukan.' Dengan profesionalisme yang masih tersisa, Jeremy mengatur beberapa resepsionis cantik untuk membagikan brosur di sepanjang jalan, berharap bisa menarik minat pengunjung. Namun setelah sepuluh menit berlalu, tak seorang pun bergerak mendekati pintu masuk. Seolah Golden Dragon Group telah dikucilkan dari dunia. Tak lama kemudian, setelah me
Di sebuah halaman rumah mewah di sudut Kota Golden River, seorang lelaki tua baru saja menyelesaikan rangkaian gerakan bela diri paginya. Butiran keringat mengalir di dahinya yang keriput, namun matanya masih memancarkan ketajaman yang luar biasa. Franklin Pierce—pria yang beberapa hari lalu diselamatkan Ryan—tampak jauh lebih segar dibanding kondisinya di rumah sakit. Tiga orang mengawasinya dari kejauhan, salah satunya putranya sendiri, Fabian Pierce. Dua lainnya adalah tokoh terkenal di Kota Golden River yang entah mengapa tampak gelisah, meski bukan mereka yang berolahraga. Ketika seorang pelayan menghampiri Franklin dengan handuk untuk menyeka keringatnya, pria tua itu menggeleng. "Aku akan melakukannya sendiri," ujarnya sambil mengambil handuk itu. Setelah menyeka keringat, ia berjalan menuju ketiga orang yang menunggunya. "Ayah," Fabian mengingatkan, "waktunya hampir tiba. Upacara pembukaan Golden Dragon Group akan segera dimulai." Franklin mengangguk sebelum menatap
Jeremy Blackwood tercengang melihat kedatangan pria berbadan bungkuk itu. Sebagai salah satu orang dalam jajaran tokoh terkaya di Kota Golden River selama sepuluh tahun terakhir, ia tentu sangat mengenal sosok berpengaruh ini. Selama bertahun-tahun, Jeremy telah berkali-kali mencoba menjadi anggota Golden River Royal Club, namun selalu mendapat jawaban sama: "Tidak memenuhi syarat!" Namun kini, pria yang sama—yang bahkan tak sudi menerima aplikasi keanggotaannya—datang secara pribadi membawa bucket bunga untuk Golden Dragon Group! 'Bagaimana mungkin?' Jeremy melirik Ryan dengan penuh tanya. 'Apakah ini ulahnya? Mungkinkah koneksinya mencapai level setinggi ini?' Pria bungkuk itu menyerahkan bucket bunganya kepada seorang resepsionis sebelum berjalan menghampiri Ryan. Dengan gestur hormat yang mengejutkan, ia menangkupkan kedua tangannya. "Ketua... maksud saya, Tuan Ryan, selamat! Di masa depan, Golden Dragon Group pasti akan menjadi kaya dan makmur!" "Terima kasih," balas Rya
Ketika Selly mendengar ada mobil lain datang, matanya sedikit menyipit dan jantungnya mulai berdebar kencang. Siapa lagi yang lebih menakutkan dari tamu-tamu sebelumnya? Ia menoleh dan melihat sebuah limusin Lincoln meluncur anggun, namun berhenti agak jauh dari gedung Golden Dragon Group. Pengemudi membuka pintu dengan hati-hati, dan seorang wanita anggun melangkah keluar. Wanita itu tampak berusia 40 puluhan, wajahnya mirip dengan Rindy Snowfield namun lebih dewasa. Penampilannya terawat sempurna, dengan aura angkuh yang justru membuatnya terlihat semakin elegan dan berwibawa. Mata Selly melebar mengenali sosok itu. Keluarga Snowfield! "Nona Selly, siapa wanita ini?" tanya Stanley penasaran. "Mengapa dia tidak langsung menuju pintu masuk?" Senyum dingin tersungging di bibir Selly. "Itu ibu dari Rindy Snowfield. Kedatangannya berarti akan ada pertunjukan menarik." Stanley langsung paham, kekhawatirannya berganti menjadi kelegaan. Ibu Rindy berdiri di kejauhan, mengamati
Mata Ryan menyipit. Dengan gerakan secepat kilat, dia melesatkan jarum perak yang sedari tadi terselip di jarinya. Merasakan bahaya, pria itu mendengus dan mengayunkan lengan. Gelombang energi tak kasat mata bergulir, berniat menghancurkan jarum itu.Namun di luar dugaan, jarum perak menembus pertahanannya dengan mudah dan menancap di lengannya! Dalam hitungan detik, seluruh lengannya mati rasa."Kau berani menyerangku? Apa kau tahu statusku di Sekte White Tower?" Pria itu berusaha mencabut jarum perak dari lengannya namun mustahil–seolah ada kekuatan tak terlihat yang melindungi jarum itu.Yang lebih mengkhawatirkan, rasa mati itu terus menyebar! Dia yakin tak lama lagi seluruh tubuhnya akan membeku. "Bocah, apa yang kau lakukan padaku?" Matanya menatap Ryan murka. "Ini Sekte White Tower! Apa kau sudah memikirkan akibatnya?""Karena kau mengaku keturunan Lin Qingxun, seharusnya kau bisa mengatasi satu jarum perak sederhana," ejek Ryan sambil menyilangkan lengan di dada. "Teknik
Pria itu melirik Lina sekilas. Melihat yang datang hanya seorang gadis muda, dia mendengus. "Tidak ada pengobatan. Pergilah." Ekspresi Lina berubah mendengar penolakan dingin itu. "Apapun yang Anda inginkan, Keluarga Jirk sanggup memenuhinya! Silakan nyatakan syarat Anda." "Sudah kukatakan dengan jelas," mata pria itu menajam. "Pergi! Meski Keluarga Jirk punya pengaruh di Gunung Langit Biru, itu tak berarti apa-apa bagi kami. Jika tidak pergi sekarang, jangan salahkan aku bersikap kasar." Lina hampir meledak marah–dia belum pernah diperlakukan seperti ini! Keluarga Jirk bukanlah keluarga kecil di Gunung Langit Biru! Tiba-tiba sebuah ide melintas di benaknya. Pasti ada alasan di balik sikap mereka. Tanpa ragu, Lina mengeluarkan sebutir pil emas. Begitu pil itu muncul, energi spiritual di sekitar langsung menyerbu ke arahnya. Aroma obat yang pekat memenuhi udara, membuat pria itu dan para pengikutnya terkesiap. Sebagai anggota Sekte White Tower yang dilatih dalam pengobatan, merek
Ryan tak perlu menjelaskan apapun. Bahkan jika dia mencoba, tak akan ada yang percaya. Biarlah waktu yang membuktikan segalanya. Ketika saatnya tiba, rahasia ini pasti akan terungkap ke dunia. Dan pada hari itu, semua orang di Gunung Langit Biru akan terkejut hingga rahang mereka ternganga. "Oh tidak, aku lupa hal terpenting!" Lina tiba-tiba berseru panik. "Kita harus segera ke Sekte White Tower!" Ryan mengerutkan dahi heran. "Kau juga akan ke Sekte White Tower?" "Tunggu, kau juga mau ke sana?" Lina mengerjap. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Ah, aku dengar dari kakak bahwa Sekte Medical God adalah bagian dari garis keturunan Lin Qingxun. Mungkinkah kau pergi ke Sekte White Tower untuk mencari jalan pengobatan tertinggi?" Gadis itu menatap Ryan penuh selidik. "Kau hanya tinggal di Sekte Medical God beberapa tahun dan menghabiskan waktu berlatih bela diri sepanjang hari. Kurasa kemampuan medismu juga tidak seberapa." Ryan terlalu malas untuk menjelaskan dan hanya mengangguk. "K
Ryan mengangguk sambil menyimpan kipas itu. Matanya menatap Immortal God dengan rasa hormat. "Terima kasih, Guru." Mendengar panggilan 'Guru' yang tulus itu, mata Immortal God dipenuhi kepuasan. "Sejujurnya aku tidak ingin mengakuimu," ucapnya dengan nada lebih lembut. "Tapi setelah semua cobaan yang kau lalui, kau memang layak menjadi muridku." Immortal God terdiam sejenak. "Akhir-akhir ini emosiku memang sedang tidak baik. Tolong jangan dimasukkan ke hati." Dia menghela napas berat. "Sayangnya, waktuku hampir habis. Setelah hari ini, aku tidak akan bisa membantumu lagi. Entah berapa banyak yang bisa kuajarkan dengan sisa kekuatanku." "Lupakan saja, ini kesempatanmu," ujar Immortal God. "Aku akan kembali ke Kuburan Pedang terlebih dahulu. Berada di dunia luar terlalu melelahkan bagiku. Temui aku setelah kau selesai membereskan semuanya." Ryan bisa melihat kesedihan di mata gurunya saat sosok itu memasuki Kuburan Pedang. Jiwa Primordial Immortal God telah melemah hingga nyaris
"Bocah, aku akui kau telah melampaui ekspektasiku," ujar roh artefak dengan nada dingin. "Jika kau tidak mati, dalam waktu kurang dari sepuluh tahun kau pasti akan mengancam posisi muridku. Kau tidak boleh dibiarkan hidup!" Energi duniawi yang mengerikan terkumpul di telapak tangan roh artefak. Dia yakin sekali serangan ini akan membunuh Ryan seketika. Bagaimanapun, sebagai roha artefak yang bertahan hidup sejak zaman kuno, kekuatannya jauh melampaui praktisi Gunung Langit Biru saat ini. Namun alih-alih ketakutan, Ryan justru mengangkat jari tengahnya dengan santai. Senyum misterius tersungging di bibirnya. "Roh artefak kuno?" Ryan mendengus mengejek. "Kau pikir dirimu hebat? Apa kau tahu ada ruguan kultivator perkasa kuno yang berdiri di belakangku? Kau tidak ada apa-apanya dibanding mereka!" Begitu kata-kata itu terucap, awan hitam berkumpul di langit. Kilat menyambar-nyambar liar sementara aura kuno yang pekat menyebar ke segala arah dengan Ryan sebagai pusatnya. Formasi
Severin tersenyum puas melihat ini. "Bocah, tadi kau sangat sombong. Kenapa sekarang diam?" ejeknya. "Kau tahu kenapa aku meninggalkan Aliansi Formasi? Dengan kultivator sehebat ini di sisiku, tak ada yang bisa mereka ajarkan lagi!" "Guru, aku ingin tangannya hancur agar dia tak bisa membuat formasi lagi! Biarkan dia mengalami nasib yang lebih buruk dari kematian!" "Bukan masalah," roh artefak mengangguk dengan tatapan jijik. Saat itulah Lina yang menonton dari pinggir arena teringat sesuatu. Dulu Severin rela mengorbankan segalanya dan melakukan tindakan tak termaafkan dengan mencuri harta karun serta membantai sesama anggota sekte. Tak ada yang memahami tindakannya–dengan bakatnya, dia pasti akan menjadi ketua sekte Aliansi Formasi berikutnya jika mau bersabar. Namun kini Lina menyadari bahwa dalang di balik semua ini adalah roh artefak tersebut! 'Ryan dalam bahaya!' batinnya panik saat roh artefak melepaskan niat membunuh dan melancarkan serangan yang hampir melampaui Ranah S
Mata Severin Braxton membelalak saat merasakan kekuatan dahsyat menjalar ke lengannya. Lengan jubahnya terkoyak dan kombinasi pedang qi dengan petir menembus tubuhnya, mencoba merusak organ dalamnya! "Pfft!" Darah segar menyembur dari mulutnya saat tubuhnya terpental menghantam batu besar hingga hancur. Seluruh tulangnya seakan remuk berkeping-keping. Bersamaan dengan itu, pil emas terlepas dari genggamannya. Ryan dengan cepat menariknya menggunakan energi qi. Meski sudah mempersiapkan mental, dia tetap terkejut melihat kualitas pil tersebut. Ini adalah pil kuno tingkat tinggi yang nyaris sempurna. 'Aneh,' pikir Ryan. 'Aku belum mampu membuat pil sesempurna ini. Tapi dari auranya, sepertinya ini dimurnikan oleh seseorang dalam sepuluh tahun terakhir.' Pikirannya langsung melayang pada Pil Ilusi Archaic yang belum lengkap. Sekarang Immortal God telah muncul dan mengakuinya, mungkin dia bisa meminta metode pembuatan pil darinya. Kalau tidak, kapan lagi Lex Denver bisa terwu
"Ryan, kipas di tangannya berbahaya!" Lina memperingatkan dengan panik. "Karena benda itulah dia diburu oleh berbagai sekte! Kudengar dia menggunakannya untuk membantai seribu orang dalam semalam!""Oh ya Ryan, kau pasti pernah mendengar nama Arthur Pendragon sejak memasuki Gunung Langit Biru kan? Sampai batas tertentu, orang ini sama berbahayanya dengan Arthur Pendragon!"Lina menggunakan Arthur Pendragon sebagai contoh, takut Ryan tak memahami betapa seriusnya situasi ini. Namun Ryan justru tersenyum mendengar nama itu."Menurutmu siapa yang akan menang jika Severin Bragging ini bertarung dengan Arthur Pendragon?" tanyanya dengan nada tertarik.Lina tertegun mendengar pertanyaan itu. Ekspresinya berubah aneh. Mereka berdua belum pernah bertarung dan kemungkinan besar tidak akan pernah bertemu. Namun setelah berpikir beberapa saat, dia menjawab serius."Jika mereka bertarung, aku lebih memilih Arthur Pendragon," ujarn
Lina yang duduk di samping merasa jantungnya nyaris copot. Meski dia mengagumi Ryan, tapi seluruh jenius di Gunung Langit Biru bahkan tak berani membandingkan diri dengan Severin dalam hal formasi!"Ryan, biar kubantu!" serunya panik sambil meletakkan camilan.Ryan menggeleng tenang. "Dasar bocah nakal, kau sudah bersikap sok kuat di depanku selama lima tahun. Apa kau tidak akan memberiku kesempatan menunjukkan kemampuanku hari ini?""Tapi... dia Severin Braxton!" protes Lina.Ryan mengerutkan kening. "Aku tidak peduli dia Severin Bragging atau Seven Eleven. Itu tidak penting bagiku!"Severin nyaris memuntahkan darah mendengar ejekan itu. Amarahnya membuat lahar dalam formasi semakin bergejolak. Ular lava raksasa menyerang dengan kecepatan yang mengerikan.Ryan meregangkan tubuhnya santai. "Formasi ini lumayan. Tapi kebetulan aku juga mengetahuinya, meski formasiku berada di level yang lebih tinggi."