Terima Kasih Kak Jaz, Kak Usman, Kak Ahmad, Kak Zaenul, dan Kak Pengunjung7102 atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini, teleh terkumpul 11 Gem, yang artinya ada bab Bonus, tapi othor tampung buat besok ya (◍•ᴗ•◍) Akumulasi Gem Bab Bonus: 31-10-2024 (sore): 1 Gem (reset) Yuk, yang mau nambah Gem untuk bab bonus besok ( ╹▽╹ ) Bab Bonus Gem Hari ini: 2/6 Bab Bab Bonus View: 4 Bab Bonus Gem untuk Besok: 2 Selamat Membaca (◠‿・)—☆
Pada malam hari, di lantai 21 Kondominium One Icon, Ryan dalam suasana hati yang baik setelah terobosannya ke tingkat kultivasi yang lebih tinggi. Selama proses kultivasinya itu, Ryan mematikan ponselnya. Begitu ia menyalakan kembali ponselnya pada pukul tujuh malam, matanya melebar melihat lebih dari delapan puluh panggilan tak terjawab. Adel, Rindy, Jeremy, Lancelot, Lindsay, bahkan beberapa nomor tak dikenal telah mencoba menghubunginya berkali-kali. "Apa yang terjadi?" gumamnya heran. "Mengapa ada banyak yang menghubungiku?" Tepat saat itu, Jeremy menelepon lagi. Ryan segera mengangkatnya dan langsung disambut suara panik dari ujung telepon "Tuan Ryan, Anda akhirnya bisa dihubungi!" "Ada apa?" tanya Ryan santai, kontras dengan nada panik Jeremy. "Tuan Ryan, sesuatu yang besar telah terjadi!" Jeremy nyaris berteriak. "Keluarga Snowfield dan empat keluarga besar Kota Golden River bersama-sama memboikot kita! Bukan hanya upacara pembukaan besok yang terancam, tapi masa depa
Keesokan paginya, tepat pukul delapan, suasana di depan gedung Golden Dragon Group tampak meriah. Karpet merah tergelar di pintu masuk, dan dekorasi di sekitarnya cukup mengesankan. Jeremy Blackwood berdiri di pintu dengan ekspresi campur aduk. Kerumunan orang memang berkumpul di luar, tapi ia tahu mereka bukan datang untuk memberikan dukungan. Mereka hanya ingin menyaksikan kegagalan Golden Dragon Group secara langsung. Ia melirik jam tangannya dengan gelisah. Ryan belum juga muncul. 'Apa yang dia pikirkan?' Jeremy membatin frustrasi. 'Ini perusahaannya! Kalau pemilik sahnya sendiri tidak hadir, situasi ini akan jadi semakin memalukan.' Dengan profesionalisme yang masih tersisa, Jeremy mengatur beberapa resepsionis cantik untuk membagikan brosur di sepanjang jalan, berharap bisa menarik minat pengunjung. Namun setelah sepuluh menit berlalu, tak seorang pun bergerak mendekati pintu masuk. Seolah Golden Dragon Group telah dikucilkan dari dunia. Tak lama kemudian, setelah me
Di sebuah halaman rumah mewah di sudut Kota Golden River, seorang lelaki tua baru saja menyelesaikan rangkaian gerakan bela diri paginya. Butiran keringat mengalir di dahinya yang keriput, namun matanya masih memancarkan ketajaman yang luar biasa. Franklin Pierce—pria yang beberapa hari lalu diselamatkan Ryan—tampak jauh lebih segar dibanding kondisinya di rumah sakit. Tiga orang mengawasinya dari kejauhan, salah satunya putranya sendiri, Fabian Pierce. Dua lainnya adalah tokoh terkenal di Kota Golden River yang entah mengapa tampak gelisah, meski bukan mereka yang berolahraga. Ketika seorang pelayan menghampiri Franklin dengan handuk untuk menyeka keringatnya, pria tua itu menggeleng. "Aku akan melakukannya sendiri," ujarnya sambil mengambil handuk itu. Setelah menyeka keringat, ia berjalan menuju ketiga orang yang menunggunya. "Ayah," Fabian mengingatkan, "waktunya hampir tiba. Upacara pembukaan Golden Dragon Group akan segera dimulai." Franklin mengangguk sebelum menatap
Jeremy Blackwood tercengang melihat kedatangan pria berbadan bungkuk itu. Sebagai salah satu orang dalam jajaran tokoh terkaya di Kota Golden River selama sepuluh tahun terakhir, ia tentu sangat mengenal sosok berpengaruh ini. Selama bertahun-tahun, Jeremy telah berkali-kali mencoba menjadi anggota Golden River Royal Club, namun selalu mendapat jawaban sama: "Tidak memenuhi syarat!" Namun kini, pria yang sama—yang bahkan tak sudi menerima aplikasi keanggotaannya—datang secara pribadi membawa bucket bunga untuk Golden Dragon Group! 'Bagaimana mungkin?' Jeremy melirik Ryan dengan penuh tanya. 'Apakah ini ulahnya? Mungkinkah koneksinya mencapai level setinggi ini?' Pria bungkuk itu menyerahkan bucket bunganya kepada seorang resepsionis sebelum berjalan menghampiri Ryan. Dengan gestur hormat yang mengejutkan, ia menangkupkan kedua tangannya. "Ketua... maksud saya, Tuan Ryan, selamat! Di masa depan, Golden Dragon Group pasti akan menjadi kaya dan makmur!" "Terima kasih," balas Rya
Ketika Selly mendengar ada mobil lain datang, matanya sedikit menyipit dan jantungnya mulai berdebar kencang. Siapa lagi yang lebih menakutkan dari tamu-tamu sebelumnya? Ia menoleh dan melihat sebuah limusin Lincoln meluncur anggun, namun berhenti agak jauh dari gedung Golden Dragon Group. Pengemudi membuka pintu dengan hati-hati, dan seorang wanita anggun melangkah keluar. Wanita itu tampak berusia 40 puluhan, wajahnya mirip dengan Rindy Snowfield namun lebih dewasa. Penampilannya terawat sempurna, dengan aura angkuh yang justru membuatnya terlihat semakin elegan dan berwibawa. Mata Selly melebar mengenali sosok itu. Keluarga Snowfield! "Nona Selly, siapa wanita ini?" tanya Stanley penasaran. "Mengapa dia tidak langsung menuju pintu masuk?" Senyum dingin tersungging di bibir Selly. "Itu ibu dari Rindy Snowfield. Kedatangannya berarti akan ada pertunjukan menarik." Stanley langsung paham, kekhawatirannya berganti menjadi kelegaan. Ibu Rindy berdiri di kejauhan, mengamati
Mercedes hitam itu berhenti tepat di depan gedung. Pintu terbuka, dan seorang pria paruh baya kekar keluar sambil membawa dua keranjang bunga indah.Wajah Rindy seketika memucat saat mengenali sosok itu.Itu Fabian Pierce!Rindy Snowfield menatap Ryan dan menyadari bahwa ekspresinya masih sedatar tembok. Di tengah situasi yang begitu mengejutkan ini, wajahnya tetap tenang seolah sedang menikmati teh sore yang damai.'Apakah dia sedang berlatih poker face?' Rindy bertanya-tanya dalam hati. Bahkan reaksi pria bungkuk dari Golden River Royal Club tadi jauh lebih masuk akal dibanding sikap acuh tak acuh Ryan.Tak tahan dengan rasa penasarannya, Rindy menyikut pinggang Ryan pelan. "Bagaimana kau bisa kenal dengan Fabian Pierce?" tanyanya, suaranya dipenuhi keingintahuan yang tak bisa disembunyikan.Ryan hanya mengangkat bahu dengan santai. "Oh, jadi pria pemarah itu bernama Fabian Pierce?" balas
Fabian Pierce melirik Ryan sekilas sebelum kembali menatap ibu Rindy. "Keluarga Snowfield memang dianggap sebagai keluarga terpandang di Provinsi Riveria," ujarnya dengan nada mencemooh. "Tapi sungguh memalukan melihat keluarga terpandang seperti kalian datang ke kota kecil seperti ini hanya untuk mempersulit orang lain. Kalian telah mencoreng martabat keluarga besar Provinsi Riveria!"Mendengar kata-kata itu, amarah ibu Rindy seketika meledak. Ia memang pernah mendengar tentang temperamen buruk Fabian Pierce, tapi tak menyangka pria itu berani bersikap begitu arogan."Fabian Pierce!" serunya geram. "Sebaiknya kau pahami posisimu! Kau bahkan belum menjadi kepala keluarga Pierce! Kau tidak punya wewenang untuk berbicara atas nama keluarga Pierce! Setiap keputusan yang kuambil di Kota Golden River ini telah mendapat persetujuan langsung dari kepala Keluarga Snowfield saat ini–suamiku!"Ia berpaling pada pelayan yang masih memega
Ryan mendengarkan percakapan antara Franklin Pierce dan ibu Rindy Snowfield dengan saksama, bibirnya melengkung membentuk senyum tipis. Ia harus mengakui ketajaman intuisi Franklin Pierce–pria tua itu tanpa ragu memilih berpihak padanya alih-alih Keluarga Snowfield.Dengan gerakan hormat, Ryan menangkupkan kedua tangannya. "Terima kasih telah memeriahkan upacara pembukaan kami dengan kehadiran Anda," ujarnya tulus.Franklin Pierce segera melambaikan tangannya. "Tuan Ryan, jangan bercanda," tegurnya. "Jika Anda tidak menarik saya kembali dari gerbang neraka waktu itu, keluarga Pierce akan sangat menderita. Kamilah yang seharusnya berterima kasih."Mendengar ini, Rindy terkesiap. Matanya melebar tak percaya saat menatap Ryan. Kapan pemuda ini menyelamatkan Franklin Pierce? Dan bagaimana mungkin seseorang dengan status serendah Ryan bisa menyelamatkan tokoh sepenting itu?Sementara itu, pikiran Adel langsung melayang pad
"Saya berada di peringkat 307 dalam ranking grandmaster Nexopolis," ujarnya cepat. "Saya bersedia bekerja untuk Tuan Ryan, membantu menghadapi Tang San!"Namun tanpa pikir panjang, Ryan langsung menjawab dingin, "Kau tidak layak. Mati saja!"WHAM!Kaki kanan Ryan menghantam dada Tetua Jobs dengan kekuatan penuh. Meski sang tetua bereaksi cepat, mengumpulkan energi qi ke telapak tangannya untuk bertahan...KRAK! KRAK!Organ dalamnya hancur seketika oleh tendangan mematikan itu. Tubuhnya terpental jauh, menabrak pohon besar hingga tulang belakangnya patah."Uhuk!"Darah segar menyembur dari mulutnya sebelum kehidupan meninggalkan tubuhnya yang remuk.Hao Yuan menyaksikan semua itu dengan takjub. Namun ia tak merasa takut–ia tahu pemuda ini datang untuk menyelamatkan, bukan membunuhnya.Setelah membereskan ketiga tetua, tatapan Ryan beralih pada Selly. Dengan gerakan santai ia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, menghisap dalam-dalam sebelum melangkah mendekati gadis yang ge
Di ambang pintu, seorang anak berusia tujuh tahun gemetar hebat menyaksikan semua itu. Kakinya nyaris tak mampu menopang tubuhnya yang bergetar ketakutan.Tetua Jobs melesat bagai kilat, tangannya yang dipenuhi energi qi bergerak untuk mencabik tubuh mungil itu.BOOM!Mendadak ledakan dahsyat mengguncang halaman vila. Telinga semua orang berdenging saat mereka menoleh ke arah sumber keributan.Di sana, sosok pemuda mengendarai motor hitam melaju kencang ke arah mereka dengan aura membunuh yang pekat.Selly seketika mengenali siapa pendatang baru itu. Wajahnya memucat."Ryan Pendragon!"Ketakutan memenuhi matanya saat ia berseru pada ketiga tetua, "Hentikan dia! Itu Ryan Pendragon! Jika kalian bisa menangkapnya, kalian akan dapat hadiah besar!"Mata ketiga tetua itu berbinar mendengar janji hadiah. Aura membunuh menguar dari tubuh mereka saat mereka melesat menyambut motor yang melaju kencang itu.Ryan yang melihat Selly dan ketiga tetua dari kejauhan mengeluarkan raungan murka. Ene
Dengan gerakan cepat, Ryan mengeluarkan dua puluh butir pil dan memberikannya pada para penjaga. "Minumlah untuk menyembuhkan diri kalian."Tanpa membuang waktu, Ryan melompat ke atas sepeda motor yang terparkir di depan gedung, milik salah satu penjaga yang terluka itu. Ini cara tercepat untuk berkeliling Kota Golden River.Sambil memacu motornya, ia menghubungi Sammy Lein. "Lacak koordinatku. Dari Golden Dragon Group Jalan Bambu Runcing, kuharap tidak ada halangan. Dan satu lagi, cari di mana Selly Hilton berada.""Baik."Motor Ryan melaju bagai kilat membelah jalanan Kota Golden River. Namun betapa kecewanya ia saat tiba di kedai Paman Wong dan Bibi Sandra.Pemandangan mengenaskan menyambutnya. Panel kaca hancur berkeping-keping, dapur porak poranda, meja dan kursi berserakan.Genangan darah segar memenuhi lantai."Sialan!" Ryan mengumpat penuh amarah.Matanya memerah, aura pembunuh yang pekat menguar dari tubuhnya. Energi qi berputar ganas di sekelilingnya, membentuk ilusi nag
Keesokan paginya, Ryan membuka mata setelah sesi kultivasi malamnya. Energi qi mengalir tenang dalam meridiannya saat ia menghembuskan napas panjang.Tangannya bergerak meraih ponsel, namun layarnya tetap gelap. Untuk menghindari pelacakan, Lancelot telah memblokir semua sinyal di area persembunyian mereka.Namun entah mengapa, Ryan merasakan firasat tidak enak sejak pagi. Indra keenamnya terus bergetar, seolah memperingatkan bahaya yang mengintai.'Ada yang tidak beres,' batinnya gelisah.Tanpa pikir panjang, ia bergegas menemui Lancelot. "Jika aku ingin menelepon, ke mana aku bisa pergi?""Ketua Guild, silakan ikuti saya."Lancelot membawa Ryan menyusuri lorong rahasia menuju sebuah ruangan khusus. Dinding-dinding baja tebal mengelilingi ruangan yang dipenuhi perangkat elektronik canggih itu.Di tengah ruangan, sebuah telepon terhubung ke beberapa komputer dengan konfigurasi yang
"Tuan Jackson," si pria kurus melanjutkan, "meski tindakan anak ini menggemparkan Provinsi Riveria, tapi dia akan mati di tangan Tang San dalam waktu kurang dari dua hari.""Ulang tahun ke-60 Tang San adalah lusa. Dia telah mengundang banyak praktisi bela diri dari Provinsi Riveria. Dan yang lebih penting..." ia menelan ludah sebelum melanjutkan, "Tang San telah mengeluarkan surat perintah hukuman mati untuk Ryan. Itu harus dilaksanakan sebelum ulang tahunnya yang ke-60!"Kilatan aneh melintas di mata Jackson Jorge. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke jendela, memandang ke arah Kota Riverpolis di kejauhan."Meski dia anak haram Eleanor Jorge dengan orang lain," gumamnya pelan, "darah Keluarga Jorge masih mengalir dalam nadinya, meski hanya setetes.""Apakah Tuan ingin saya turun tangan?" tanya si pria kurus dengan nada terkejut.Jackson Jorge menggeleng mantap. "Tidak perlu bergerak. Dia hanyalah seekor semut kecil." Ia berbalik mena
"Putri saya dan ibunya sedang mengunjungi mertua saya sejak beberapa lalu," Herold menjawab hati-hati. "Jadi mereka masih belum kembali. Bahkan jika ingin segera pulang, butuh waktu...""Aku tidak peduli!" potong sang tetua murka. "Aku ingin melihat putrimu hari ini. Jika tidak..." Ia menggantung ancamannya, membiarkan imajinasi Herold melengkapi sisanya.Herold terdiam sejenak, otaknya berputar mencari jalan keluar. Tiba-tiba sebuah ide muncul."Tuan," ujarnya penuh perhitungan, "meski putriku berasal dari Keluarga Snowfield, dia adalah tunangan Oliver Quins. Bagaimana mungkin dia memiliki hubungan dengan Ryan?"Efek nama itu sungguh luar biasa. Pupil sang tetua mengecil seketika. Ia melambaikan lengan bajunya dengan sikap acuh. "Rupanya kau bagian dari kami. Baiklah, aku tak akan mengganggumu lagi. Tapi jika kau mendapat kabar tentang Ryan, segera beritahu kami!"Herold membungkuk dalam-dalam, mengantar rombongan itu keluar de
"Milikmu?" Adel terkesiap, matanya membulat tak percaya. Gedung Camelot adalah salah satu landmark Kota Riverpolis! Bangunannya seratus kali lebih megah dari kantor Golden Dragon Group. Bahkan dari luar tadi ia sudah bisa merasakan betapa pentingnya gedung ini."Bagaimana mungkin?" bisik Adel tak percaya. "Kau baru beberapa hari di kota ini..."Ryan tak menjawab, hanya menuntun Adel menuju lift khusus di sudut area parkir. Setelah pemindaian wajah dan iris mata, pintu lift terbuka dengan suara desisan pelan.Adel mengamati sistem keamanan canggih itu dengan kening berkerut. Bahkan gedung-gedung termewah yang pernah ia kunjungi tak memiliki teknologi secanggih ini. Jelas tempat ini bukan gedung biasa.'Ada apa sebenarnya?' batinnya penasaran. 'Rahasia apa lagi yang Ryan sembunyikan dariku?'Lift bergerak naik dalam keheningan. Dua puluh detik kemudian, pintu terbuka memperlihatkan ruangan luas yang membuat napas Adel tercekat.Ratusan orang berbaris rapi dalam formasi yang sempurn
Di Kota Riverpolis, tepatnya di Villa Pendragon, Ryan sedang berkultivasi dalam kamarnya. Tiba-tiba, ponselnya berdering, memecah konsentrasi Ryan."Halo?""Tuan Ryan, sesuatu yang gawat telah terjadi!" suara panik Agravain terdengar dari seberang. "Tang San telah mengetahui bahwa Anda adalah Hunter!""Dia mengerahkan semua orang untuk mencari Anda. Jika dia menemukan Anda, Tuan Ryan, nyawa Anda dalam bahaya!""Tuan Ryan, segeralah pergi sebelum mereka menemukan Anda!"Nada Agravain dipenuhi kecemasan yang nyata. Dia benar-benar mengkhawatirkan keselamatan Ryan."Oke, aku mengerti," jawab Ryan tenang.Di seberang telepon, Agravain tertegun sebelum berseru, "Tuan, ini bukan permainan anak-anak! Sebentar lagi, seluruh praktisi Asosiasi Seni Bela Diri Provinsi Riveria akan menyerbu vila Anda!"Ryan mengabaikan kepanikan itu dan justru bertanya santai, "Aku penasaran bagaimana Tang San bisa menemukanku.""Baru saja seorang wanita bernama Selly Hilton datang. Entah bagaimana dia punya bany
Tang San masih dipenuhi amarah. Ia menekan kedua tangannya ke meja konferensi."Aku sangat menyadari hal itu! Tapi jika kalian tak bisa menemukan Hunter, setidaknya cari tahu identitas kekuatan sialan yang menghalangi kita!"Sang tetua hanya bisa terdiam canggung.Tepat saat itu, seorang staf mengetuk pintu aula dengan tergesa."Masuk!" perintah Tang San dengan suara berat.Ia menatap tajam staf yang tampak panik itu. "Ada apa? Kau tidak tahu kami sedang rapat?!"Wajah staf itu memucat. Terakhir kali seseorang melaporkan berita buruk pada Tang San, orang itu berakhir mati. Ia tak ingin mengalami nasib serupa."Presiden Tang, ada seorang gadis di luar yang mengaku tahu identitas orang di foto itu."Mata Tang San menyipit. Ia mencengkeram kerah staf itu penuh semangat. "Benarkah? Cepat bawa dia masuk!""Ba-baik, Tuan!"Tak lama kemudian, seorang wanita muda melangkah masuk. Tang San sed