Terima Kasih Kak Sofyan dan Kak Aiyub atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Akumulasi Gem Bab Bonus: 29-10-2024 (sore): 4 Gem. yuk tambah 1 Gem lagi biar dapat bab bonus besok (◔‿◔) Ini adalah Bab Bonus Gem ketiga hari ini. Dan ternyata View hari ini beneran tembus 8K View, jadi fix nambah 1 bab bonus View, wkwkwkwk... moga-moga aja tembus 10K view hari ini, Aamiin (≧▽≦) Bab Bonus Gem Hari Ini: 3/7 Bab Bab Bonus View: 0/2 Bab Bab Bonus Gem Besok: 2 Selamat Membaca (◠‿・)—☆
Di pintu masuk Hotel Century, Ryan dan Rindy berjalan beriringan, dengan Angelica mengikuti di belakang dalam diam. Suasana di antara mereka terasa sedikit canggung. Ryan, yang berjalan di depan, tiba-tiba teringat sesuatu. Ia menoleh ke belakang, menatap Angelica. "Kamu pulang menggunakan apa?" tanyanya. "Tuan Ryan, saya akan naik taksi..." jawab Angelica pelan. Ryan mengerutkan keningnya, terkejut dengan jawaban itu. Mengingat latar belakang Keluarga Herbald, seharusnya Angelica memiliki sopir yang selalu siap menunggunya. Fakta bahwa ia harus naik taksi membuat Ryan curiga. 'Mungkinkah sesuatu yang besar benar-benar telah terjadi pada Keluarga Herbald?' pikirnya. Ryan teringat bagaimana Frederich telah banyak membantunya saat ia pertama kali tiba di Kota Golden River. Jika Keluarga Herbald memang dalam kesulitan, ia merasa tidak bisa hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. "Apakah terjadi sesuatu di rumah?" tanya Ryan lagi, nadanya lebih lembut kali ini. "Tuan Ryan, ti
Jonathan West tanpa sadar menyentuh pipinya dan langsung menemukan sedikit darah. Ekspresinya sedikit berubah. Ia menatap puntung rokok yang kini tergeletak di tanah dengan tatapan tak percaya. 'Bagaimana mungkin sebuah puntung rokok memiliki kekuatan sebesar ini?' pikirnya, campuran antara takjub dan was-was. Ia merasa ada yang tidak beres dengan pemuda di hadapannya. Namun, ego dan kesombongannya sebagai putra Keluarga West membuatnya mengenyahkan perasaan tidak nyaman itu. Ia melangkah masuk lebih dalam ke gang, meski instingnya berteriak untuk mundur. Begitu memasuki area itu, Jonathan merasakan perubahan yang aneh di udara. Atmosfer di sekelilingnya seolah menjadi lebih berat, seolah-olah mereka telah memasuki wilayah kekuasaan Ryan. Bahkan udara yang ia hirup terasa berbeda. 'Tidak, ini konyol,' Jonathan berusaha meyakinkan dirinya sendiri. 'Di Kota Golden River, dalam hal seni bela diri, tidak ada yang bisa menandingi tiga keluarga besar: Jeager, Hao, dan West. Pemud
Tanpa gerakan berlebihan, Ryan mengalirkan energi Qi di seluruh meridiannya, memperkuat lengannya, dan melontarkan satu pukulan ke atas. Pukulan itu tampak sederhana, namun menghasilkan ledakan sonik yang membelah udara. Bahkan memberi ilusi seolah langit akan meledak. Matt West, yang tendangannya hampir mencapai sasaran, terlambat menyadari aliran qi yang menyelinuti tangan Ryan. Matanya membelalak ngeri saat mengenali energi itu sebagai qi alami–sesuatu yang seharusnya tidak mungkin dimiliki oleh pemuda seusianya. KRAK! Pukulan dan tendangan beradu. Suara tulang patah menggema di gang itu. Kaki Matt West nyaris putus sepenuhnya, bahkan menghantam wajahnya sendiri dengan sudut yang mengerikan. Namun itu belum semuanya. Gelombang energi dari pukulan Ryan menembus organ dalam Matt West, membuatnya memuntahkan darah segar sebelum tubuhnya terpental dan menghantam dinding dengan keras. Jonathan dan rekannya yang tersisa menatap dengan horor. Matt West, seorang praktisi bela
Suara tulang patah bergema di gang saat Ryan mematahkan leher Tetua Jorge dengan satu gerakan mulus. Tidak ada keraguan sedikit pun di matanya. Pengalamannya selama lima tahun telah mengajarinya bahwa di dunia ini, kebaikan hati hanya akan membawamu pada kematian. Lima tahun yang lalu, saat pertama kali tiba di 'tempat itu', kebaikan hatinya nyaris membunuhnya. Sejak saat itu, ia mulai memahami bahwa di dunia ini, perasaan romantis itu cepat berlalu, dan niat baik tidak dihargai. Yang ada hanyalah hukum rimba–yang kuat bertahan, yang lemah binasa. Jika kau kuat, ribuan orang akan tunduk padamu. Tapi jika kau menunjukkan kelemahan, bahkan burung pun akan berani menyerangmu. Setelah membereskan Tetua Jorge, Ryan berjalan mendekati Jonathan yang masih tergeletak di tanah. Tubuh Jonathan bergetar hebat saat merasakan kehadiran Ryan di belakangnya. "Kau... Kau tidak bisa membunuhku!" teriak Jonathan panik. "Aku tuan muda ketiga dari Keluarga West! Aku putra Hobbs West! Ayahku men
Setelah menerima telepon dari Christ, Lucy Jeager bergegas menuju gang tersebut. Napasnya terengah-engah saat tiba di lokasi, namun seketika terhenti melihat pemandangan di hadapannya. Tiga mayat tergeletak dingin di tanah, salah satunya–yang terlihat paling mengenaskan–adalah Jonathan West, tuan muda ketiga Keluarga West. Wajah Lucy memucat seketika, tubuhnya nyaris kehilangan keseimbangan. 'Ini terlalu besar,' pikirnya panik. 'Masalah ini bisa mengguncang seluruh Kota Golden River!' Ia berjongkok untuk memeriksa luka-luka di tubuh Jonathan West. Alisnya berkerut dalam melihat cara kematian yang begitu brutal, seolah korban telah disiksa sebelum dibunuh. Jika Keluarga West mengetahui hal ini, kemarahan mereka pasti akan meledak. "Christ Jeager," panggil Lucy dengan nada serius, "ceritakan semua yang terjadi. Setiap detail, jangan ada yang terlewat." "Baik, nona!" Christ menegakkan tubuhnya. "Baru saja Tuan Ryan datang ke gang ini..." Seiring Christ menjelaskan kejadian demi
Ryan tidak terlalu memikirkannya dan berjalan langsung menuju rumah Keluarga Herbald. Dua penjaga di pintu segera menghadangnya dengan suara dingin, "Tidak seorang pun diizinkan masuk!" Ryan hanya tersenyum, sama sekali tak terpengaruh oleh ancaman tersirat dalam nada suara mereka. "Saya mencari Angelica Herbald, saya temannya." Para penjaga mengabaikan penjelasannya. Ryan memutuskan untuk tidak memaksa. Meski ia yakin bisa menghadapi mereka dengan mudah, kemunculannya yang tiba-tiba mungkin justru akan memperburuk situasi Keluarga Herbald. Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan, Ryan memutuskan untuk menggunakan koneksinya. Hanya ada dua orang yang mungkin bisa membantu: Patrick dan Lindsay. Karena ia tak punya nomor Patrick, Lindsay adalah satu-satunya pilihan. "Ryan... Kenapa kau meneleponku?" suara Lindsay terdengar dari seberang. "Ada sesuatu yang perlu aku tanyakan padamu," jawab Ryan langsung. Lindsay tertegun. Ryan yang begitu kuat membutuhkan bantuannya? Ini di lu
Begitu Ryan selesai berbicara, ia mendorong kepalan tangan pria itu ke belakang, menyebabkan pria kekar itu terhuyung mundur beberapa langkah. Pria itu mati-matian menjaga keseimbangannya, lalu berbalik menatap Ryan dengan mata membelalak. 'Seorang grandmaster!' pikir pria itu tak percaya. Setiap gerakan Ryan, sekecil apapun, memancarkan aura yang hanya dimiliki oleh praktisi bela diri tingkat atas. Dia mengamati Ryan dari atas ke bawah, berusaha memahami bagaimana seorang pria semuda itu bisa memiliki kekuatan sebesar ini. "Hmph! Tidak heran Freferich Herbald berani menampakkan wajahnya," ujarnya dengan nada mencemooh. "Rupanya dia telah menemukan pelindung yang cukup kuat. Tapi..." Dia menjilat bibirnya yang kering. "Bahkan sepuluh grandmaster tak akan bisa menyelamatkan Keluarga Herbald. Mereka telah menyinggung pihak yang tidak seharusnya!" Ryan hanya menatapnya dalam diam, seolah mengamati seekor semut yang berusaha mengancam elang. Sikapnya yang tenang justru membuat
Di dalam ruang perawatan intensif, Ryan dapat merasakan aura kematian yang pekat menguar dari tubuh sanh pasien. Racun yang menyebar di tubuh pria tua itu bukan racun biasa. Racun ini dirancang khusus untuk menyiksa korban secara perlahan. 'Siapapun yang melakukan ini,' pikir Ryan sambil mengeluarkan pil dari sakunya, 'pasti memiliki dendam yang sangat dalam.' Ryan tahu, pasien itu tidak memiliki banyak waktu. Oleh karena itu, tanpa membuang waktu lagi, Ryan memasukkan pil yang ada di tangannya ke mulut pasien. Dengan hati-hati, Ryan mengalirkan energi Qi-nya, membantu tubuh pasien menyerap khasiat pil tersebut. Teknik ini adalah salah satu yang ia pelajari selama lima tahun dalam ajaran sang Guru, teknik yang bahkan tak dikenal di dunia ini. Cahaya kuning pucat mulai menyelimuti tubuh si pasien saat Ryan mengarahkan jarinya ke dahi pria tua itu. Perlahan tapi pasti, bintik-bintik hitam di kulitnya mulai memudar, tanda bahwa racun mulai terangkat dari sistemnya. Ryan kemud
Ketika jari Ryan menyentuh ujung tajam senjata spritual aneh itu, sebuah percikan api tercipta, dan mendadak senjata itu terhenti begitu saja! Seolah tenggelam dalam rawa tak kasat mata, senjata itu kehilangan seluruh kekuatannya di tengah aura mencekam yang Ryan pancarkan. Bola mata lelaki tua itu hampir copot melihat pemandangan mustahil ini. Bagaimana mungkin? Serangannya tak pernah gagal sebelumnya! "Senjatamu tak ada bedanya dengan besi rongsokan bagiku," ucap Ryan dingin. Dia meraih senjata itu dan menggunakan jimat lainnya. KRAK! Senjata spiritual yang konon tak terkalahkan itu dipelintir seperti kawat tipis dan dilempar begitu saja ke sudut ruangan. "Aku tak punya banyak waktu untuk main-main. Biar kuantar kau ke neraka." Dalam sekejap, Ryan muncul di hadapan lelaki tua itu. Telapak tangannya yang dipenuh energii qi menghantam dengan suara retakan mengerikan. Lengan lelaki tua itu hancur seketika. Darah menyembur dari luka menganga yang memperlihatkan tulang-tulang
"William, ayo pergi. Kita hanya akan jadi beban Ryan kalau tetap di sini!" ajak Eleanor Jorge seraya menarik tangan suaminya setelah beberapa saat terkejut. Mereka saling menatap, melihat tekad di mata masing-masing sebelum berlari menuju jalan keluar yang dibuka Ryan. Kini hanya tinggal Ryan dan lelaki tua misterius yang tersisa. "Siapa... sebenarnya kau?" tanya lelaki tua itu setelah pulih dari keterkejutan. Dia yakin sosok di hadapannya bukanlah Ryan yang tadi. Aura dan sikapnya benar-benar berbeda. Yang lebih mengkhawatirkan, dia merasakan ancaman mematikan dari sosok ini. Ryan menyeringai dingin. "Meski kekuatanku terbatas dan tak bisa kulepas sepenuhnya, tapi kau akan membayar mahal atas semua yang telah kau lakukan!" Dalam sekejap, sosok Ryan melesat maju meninggalkan bayangan. Jimat spiritual terpadatkan di tangannya saat dia menyerang lelaki tua itu. Sang lelaki tua mengesampingkan harga dirinya dan mengerahkan seluruh kekuatan untuk melawan. Pukulan mereka beradu d
"Hei Pak Tua, bagaimana menurutmu jika kukatakan bahwa akulah yang menghancurkan artefak spiritualmu? Dan akulah yang membunuh orang-orangmu?" tantang Ryan dengan nada dingin. "Tuanku!" Yamamoto Yuto yang terluka parah berseru penuh semangat. "Hati-hati! Teknik anak ini sangat aneh. Aku yakin dia menyimpan beberapa harta karun berbahaya. Kita harus membunuhnya sekarang juga!" "Diam!" suara dingin menggelegar memenuhi sel. "Kau terlalu banyak bicara." Ryan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Bilah angin tercipta dari energi qi-nya dan melesat menyerang! "Kau ingin membunuh orang-orangku? Bermimpilah!" Lelaki tua itu mendengus, mengibaskah lengan bajunya dengan santai untuk menghancurkan serangan Ryan. Di matanya, sungguh menggelikan melihat seekor semut berani menantangnya seperti ini. Jika dia menginginkan seseorang mati, bahkan Malaikat Maut pun tak akan bisa menyelamatkannya. Namun Ryan sama sekali tidak putus asa meski serangannya gagal. Sebaliknya, seringai aneh justru muncul
"Ayah, Ibu... aku akan membawa kalian pergi dari sini sekarang juga!" tekad membara terpancar dari mata Ryan. Ia sadar efek jimat Peter Carter akan segera habis. Saat itu terjadi, ia tidak hanya akan menerima rasa sakit luar biasa, tapi juga kehilangan sebagian besar kekuatan bertarungnya. Untuk berjaga-jaga, Ryan mengeluarkan sebuah jimat kuno yang dipenuhi ukiran kata-kata mistis. Ini adalah pemberian terakhir dari sang Guru sebelum dia meninggalkan Gunung Langit Biru–satu-satunya jimat penyelamat nyawa yang dia miliki. Setelah mempelajari Dao Jimat Spiritual, Ryan baru menyadari betapa dahsyatnya kekuatan yang terkandung dalam jimat pemberian sang lelaki tua. Kekuatannya cukup untuk menahan atau bahkan melukai seorang ahli tingkat tertinggi. "Ayah, Ibu, aku punya jimat pelindung yang bisa diaktifkan dengan setetes darah. Simpanlah untuk berjaga-jaga jika kita menghadapi bahaya mematikan nanti." William Pendragon hendak bicara namun Eleanor Jorge lebih dulu mengambil jimat
Sosok Ryan muncul bagai kilat, matanya merah membara dipenuhi nafsu membunuh yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Pedang Suci Caliburn terhunus mengancam di tangannya saat dia melesat menghadang Yamamoto Yuto dengan kecepatan yang mustahil. Wajah Yamamoto Yuto memucat seketika. Dia tidak menyangka Ryan bisa bergerak secepat itu! Berusaha menghindar, dia hendak melancarkan serangan susulan ke arah William Pendragon namun bayangan Ryan sudah menghalangi jalannya dengan sempurna. Semakin lama mereka bertukar serangan, Yamamoto Yuto semakin terkejut dan ketakutan. Darah bergolak hebat dalam tubuhnya, organ-organ dalamnya terguncang oleh tekanan qi Ryan yang jauh melampaui ekspektasinya. "Terkejut dengan kekuatanku?" suara dingin Ryan membekukan udara di sekitar mereka. "Kau tidak tahu aku telah menguasai Dao Pembantaian. Setiap tetes amarah dan darah hanya akan membuatku semakin kuat! Kau telah berani menyakiti orang tuaku–jiwamu akan kukutuk ke neraka paling dalam!" Tin
"Kepala sipir, kau..."Sebelum William Pendragon menyelesaikan ucapannya, Yamamoto Yuto sudah melesat maju dengan kecepatan yang mustahil ditangkap mata biasa. Energi qi yang pekat menyelimuti tangannya saat dia mencengkeram leher William Pendragon dengan brutal. Amarah yang telah lama terpendam membuatnya ingin segera menghabisi nyawa pria lemah di hadapannya ini.Namun di tengah gelombang kemarahannya, secercah kesadaran masih tersisa dalam benak Yamamoto Yuto. Dia menyadari bahwa membunuh sandera bukanlah langkah yang bijak saat ini. Tanpa William Pendragon dan Eleanor Jorge, dia tidak punya cara untuk mengancam dan menekan Ryan. Dengan dengusan dingin yang penuh penghinaan, Yamamoto Yuto membanting tubuh William Pendragon ke dinding sel berkali-kali, memastikan setiap hantaman cukup menyakitkan namun tidak sampai membunuh."Uhuk! Uhuk!" William Pendragon terbatuk-batuk, darah segar mengalir dari sudut b
Ryan telah menerima banyak pengetahuan tentang Dao Jimat Spiritual dari Peter Carter. Ia paham betul efek dan risiko dari berbagai jenis jimat, termasuk efek sampingnya yang berbahaya. Namun saat ini, Ryan tidak punya pilihan lain. Energi qi nyaris habis, sementara dia harus menyelamatkan kedua orang tuanya bagaimanapun caranya.Peter Carter menghela napas panjang. Sebuah jimat spiritual berwarna hitam kemerahan melesat keluar dari jarinya dan memasuki pikiran Ryan. Seketika itu juga, kekuatan jimat iblis menyebar ke seluruh tubuh Ryan. Matanya berkilat merah dengan niat membunuh yang tak terbendung.Yamamoto Yuto merasakan perubahan aura Ryan. Dia segera mengirim transmisi suara pada tetua berjanggut di sampingnya."Ada yang tidak beres dengan anak ini. Bantu aku menghentikannya. Jika kita bisa membawa William Pendragon dan Eleanor Jorge sebagai sandera, kita masih punya kesempatan."Tetua berjang
Di saat para tetua panjara Catacomb lainnya berdiskusi, Tetua Dominique Blanc mengeluarkan setetes darah dan mengaktifkan rune kehidupannya. Meski kekuatan bela diri bukan keahliannya, dia sangat mahir dalam segel, jimat dan formasi. Dia bahkan pernah berguru pada ahli jimat di Gunung Langit Biru, itulah yang membuatnya sekuat sekarang. Sepanjang hidupnya, hanya para kultivator tingkat atas yang bisa memaksanya menggunakan rune kehidupan. Ini ketiga kalinya dia menggunakannya. Dan kini dia terpaksa menggunakan teknik pamungkasnya melawan seorang kultivator Foundation Establishment! Sungguh memalukan seorang semut bisa memaksanya sejauh ini. "Aku tidak percaya kau bisa bertahan hidup!" raungnya murka. "Kau telah menyakiti putriku, jadi akan kucabik-cabik tubuhmu!" Matanya merah menyala saat lengannya bergetar hebat. Rune kehidupan melepaskan sinar pedang yang langsung melesat ke arah Ryan. Bibirnya melengkung membentuk senyum mengejek. Dalam hatinya, kematian Ryan sudah di
Begitu memasuki Penjara Catacomb, Ryan langsung disambut cahaya redup dan aura dingin yang menusuk. Saat kakinya menginjak lantai, puluhan niat membunuh langsung terfokus padanya. Di hadapannya terbentang lorong lebar sekitar lima sampai enam meter. Ujung lorong tak terlihat dalam kegelapan, namun samar-samar terdengar teriakan dari dalam sana. Niat membunuh yang kuat menguar dari kegelapan. Tiba-tiba tepuk tangan mengejek terdengar bersamaan dengan menyalanya lampu-lampu di sekitar. Ryan terkejut mendapati puluhan sosok memenuhi koridor, dipimpin beberapa pria tua beraura kuat. Yang paling mencolok adalah seorang lelaki tua berwajah bijak, melangkah maju menatapnya penuh minat. "Bocah kurang ajar, tahukah kau apa artinya berani menerobos Penjara Catacomb?" tanyanya dengan nada mengancam. Ryan mengamati orang-orang di hadapannya. Tak ada yang lebih mengesankan dari lelaki tua ini–jelas dialah pemimpinnya. "Siapa kau?" tanya Ryan tenang sambil mengayunkan Pedang Suci Calib