Terima Kasih Kak Jhonny dan Kak Suria atas Dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini, telah terkumpul 6 Gem, yang artinya ada 1 bab bonus lagi (≧▽≦) Akumulasi Gem Bab Bonus: 30-10-2024 (pagi): 1 Gem (reset) Bab Bonus Gem Hari ini: 0/6 Bab Bab Reguler: 2/2 Bab (komplit) Bab Bonus View: 3 Selamat Membaca (◠‿・)—☆
Begitu Ryan selesai berbicara, ia mendorong kepalan tangan pria itu ke belakang, menyebabkan pria kekar itu terhuyung mundur beberapa langkah. Pria itu mati-matian menjaga keseimbangannya, lalu berbalik menatap Ryan dengan mata membelalak. 'Seorang grandmaster!' pikir pria itu tak percaya. Setiap gerakan Ryan, sekecil apapun, memancarkan aura yang hanya dimiliki oleh praktisi bela diri tingkat atas. Dia mengamati Ryan dari atas ke bawah, berusaha memahami bagaimana seorang pria semuda itu bisa memiliki kekuatan sebesar ini. "Hmph! Tidak heran Freferich Herbald berani menampakkan wajahnya," ujarnya dengan nada mencemooh. "Rupanya dia telah menemukan pelindung yang cukup kuat. Tapi..." Dia menjilat bibirnya yang kering. "Bahkan sepuluh grandmaster tak akan bisa menyelamatkan Keluarga Herbald. Mereka telah menyinggung pihak yang tidak seharusnya!" Ryan hanya menatapnya dalam diam, seolah mengamati seekor semut yang berusaha mengancam elang. Sikapnya yang tenang justru membuat
Di dalam ruang perawatan intensif, Ryan dapat merasakan aura kematian yang pekat menguar dari tubuh sanh pasien. Racun yang menyebar di tubuh pria tua itu bukan racun biasa. Racun ini dirancang khusus untuk menyiksa korban secara perlahan. 'Siapapun yang melakukan ini,' pikir Ryan sambil mengeluarkan pil dari sakunya, 'pasti memiliki dendam yang sangat dalam.' Ryan tahu, pasien itu tidak memiliki banyak waktu. Oleh karena itu, tanpa membuang waktu lagi, Ryan memasukkan pil yang ada di tangannya ke mulut pasien. Dengan hati-hati, Ryan mengalirkan energi Qi-nya, membantu tubuh pasien menyerap khasiat pil tersebut. Teknik ini adalah salah satu yang ia pelajari selama lima tahun dalam ajaran sang Guru, teknik yang bahkan tak dikenal di dunia ini. Cahaya kuning pucat mulai menyelimuti tubuh si pasien saat Ryan mengarahkan jarinya ke dahi pria tua itu. Perlahan tapi pasti, bintik-bintik hitam di kulitnya mulai memudar, tanda bahwa racun mulai terangkat dari sistemnya. Ryan kemud
Mata lelaki tua itu menyapu sekeliling, mencari sosok Ryan yang telah menyelamatkan nyawanya. Namun sosok pemuda itu telah lenyap bagai ditelan bumi. Yang lebih mengejutkan, tubuhnya kini terasa jauh lebih segar dari sebelumnya. Bukan hanya racun mematikan itu telah hilang sepenuhnya, tapi ia merasa seolah telah kembali ke masa dua puluh tahun silam. 'Kemampuan pengobatan yang menakjubkan,' pikirnya takjub. 'Dulu aku pernah mendengar tentang dokter-dokter legendaris dari perguruan tinggi terbaik di Nexopolis, tapi bahkan mereka tak mampu melakukan hal seperti ini. Teknik pengobatan anak ini benar-benar menantang hukum alam.' "Ayah!" Suara putranya yang bergetar membuyarkan lamunannya. Pria kekar yang tadinya begitu arogan kini tampak seperti anak kecil yang ketakutan. Matanya berkaca-kaca saat menatap ayahnya yang berdiri tegak. "Apakah itu benar-benar Ayah? Ayah masih..." "Apa? Kau berharap aku mati?" potong sang ayah dengan dengusan dingin. Meski nada suaranya keras, ada
Di kompleks apartemen Grand City, Ryan yang baru saja hendak membuka pintu, mendadak instingnya yang tajam menangkap kehadiran orang asing di dalam. Begitu masuk, ia mendapati Rindy dan Adel berhadapan dengan seorang wanita anggun yang ia kenali sebagai ibu Rindy. Tampak ada dua praktisi bela diri berdiri di belakang wanita itu, siap bertindak kapan saja jika ada masalah. "Tempat kumuh seperti ini tidak pantas untuk putri Keluarga Snowfield," ujar ibu Rindy dengan nada mencemooh, matanya menyapu ruangan dengan tatapan jijik. "Bahkan tidak ada bak mandi yang layak. Pulanglah ke rumah keluarga Snowfield." "Tempat ini jauh lebih hangat dari rumah dingin itu," balas Rindy tajam, dagunya terangkat menantang. "Sudah malam, sebaiknya Ibu pulang saja." "Sebentar lagi ulang tahunmu," bujuk ibunya dengan nada yang sedikit melunak. "Aku sudah menyiapkan pesta di sini, di Kota Golden River. Ini konsesi terbesar yang bisa kuberikan." "Kembalilah bersamaku. Di pesta nanti, kau akan melihat s
BRUK! Detik berikutnya, kedua pengawal itu telah berlutut di lantai, wajah mereka pucat pasi dengan darah mengalir dari sudut bibir. Jelas, keduanya mengalami luka dalam yang cukup parah! Tubuh mereka gemetar hebat—bukan karena rasa sakit, tapi karena teror yang mereka rasakan. "Ada apa dengan kalian?" Ibu Rindy tergagap, matanya membelalak tak percaya. Bukankah mereka baik-baik saja beberapa detik lalu? Rindy dan Adel juga terpaku, tak mampu memahami apa yang baru saja terjadi. Namun kedua pengawal itu tahu persis. Kedua praktisi bela diri itu hanya bisa diam dan menatap pemuda di depan mereka. Hati mereka kini dipenuhi kekacauan! Beberapa detik yang lalu, saat Ryan menghilang, mereka dapat merasakan serangan yang akan datang dan mencoba melawan. Tapi sebelum mereka sempat bergerak, tekanan tak terlihat telah menyelimuti tubuh mereka, memaksa mereka berlutut. 'Seorang grandmaster!' pikir mereka ngeri. 'Pemuda ini... dia seorang grandmaster!' "Bibi," Ryan menatap ibu Ri
Jeremy Blackwood tercengang mendengar ini. Persepsinya terhadap Ryan adalah seseorang yang lebih suka bersikap rendah hati dan menyembunyikan identitas aslinya. Oleh karena itu, dia menduga Ryan akan menggunakan orang lain sebagai kaki tangannya untuk mengendalikan perusahaan daripada mengumumkan identitasnya kepada seluruh dunia. Jika Golden Dragon Group dan Ryan muncul secara bersamaan, orang yang jeli akan dengan mudah menghubungkan titik-titiknya. Mereka akan menyadari bahwa Ryan adalah dalang di balik kebangkitan Golden Dragon Group. Hal ini tentu saja akan menarik perhatian yang tidak diinginkan dan berpotensi membahayakan Ryan serta perusahaannya. Terlebih lagi, Jeremy tahu bahwa tidak satu pun dari tiga syarat yang ia ajukan kepada Ryan telah terpenuhi. Tanpa dukungan pemerintah, perlindungan dari dunia bela diri, serta produk andalan yang menguntungkan, Golden Dragon Group akan sulit bersaing dengan raksasa bisnis seperti Keluarga Snowfield. Semua faktor ini membua
Begitu melihat Tungku Seratus Ramuan di depannya, Ryan sangat gembira. Ia telah menunggu hal ini sangat lama! Dengan tungku alkemis ini, efisiensi pembuatan pilnya akan meningkat seratus kali lipat, dan efek obat dalam pil tersebut juga akan berlipat ganda. Pada saat yang sama, ini akan menambah dan meningkatkan kecepatan kultivasinya. "Tidak ada masalah dengan barangnya. Kalian bisa pergi sekarang," ujar Ryan pada kedua kurir itu, mengabaikan keterkejutan mereka. Christ Jeager meminta rekannya untuk pergi terlebih dahulu, lalu menutup pintu apartemen Ryan. Dengan suara lembut namun serius, dia berkata, "Tuan Ryan, Nona Lucy meminta saya untuk menyampaikan pesan." Alis Ryan terangkat, penasaran. "Oh? Silakan sampaikan." "Keluarga West sudah mulai menyelidiki semua orang yang hadir di pelelangan. Tidak lama lagi Anda akan muncul di daftar tersangka mereka." "Meskipun mereka mungkin tidak akan dapat menemukan bukti konkret, Hobbs West adalah tipe orang yang akan membunuh ser
Ryan dengan hati-hati meletakkan dua Pil Jiwa Biru tujuh pola tingkat tiga ke dalam sebuah kotak dan kemudian ke sakunya. Matanya berkilat penuh antisipasi saat memandangi dua pil lainnya yang tersisa di telapak tangannya. 'Hal-hal baik memang sebaiknya disimpan untuk nanti,' pikirnya sambil tersenyum tipis. Tanpa ragu, ia segera menelan kedua pil yang tersisa. Dalam sekejap, aroma obat yang kuat menyebar ke seluruh ruangan. Ryan bisa merasakan energi yang luar biasa mengalir dalam meridiannya, bertabrakan dengan qi yang ada di dantiannya. Sensasi itu begitu intens hingga ia harus menggertakkan gigi menahan rasa sakit yang menusuk. "Akhirnya," gumamnya pelan, matanya berkilat penuh tekad, "aku akan segera menerobos!" Dengan gerakan mulus, Ryan mengambil posisi bersila dan mulai mengedarkan Teknik Matahari Surgawi. Perlahan tapi pasti, ia merasakan kesadarannya mulai melayang, memasuki kondisi pencerahan yang hanya bisa dicapai oleh kultivator tingkat tinggi. Sensasi yang
Mata Ryan menyipit. Dengan gerakan secepat kilat, dia melesatkan jarum perak yang sedari tadi terselip di jarinya. Merasakan bahaya, pria itu mendengus dan mengayunkan lengan. Gelombang energi tak kasat mata bergulir, berniat menghancurkan jarum itu.Namun di luar dugaan, jarum perak menembus pertahanannya dengan mudah dan menancap di lengannya! Dalam hitungan detik, seluruh lengannya mati rasa."Kau berani menyerangku? Apa kau tahu statusku di Sekte White Tower?" Pria itu berusaha mencabut jarum perak dari lengannya namun mustahil–seolah ada kekuatan tak terlihat yang melindungi jarum itu.Yang lebih mengkhawatirkan, rasa mati itu terus menyebar! Dia yakin tak lama lagi seluruh tubuhnya akan membeku. "Bocah, apa yang kau lakukan padaku?" Matanya menatap Ryan murka. "Ini Sekte White Tower! Apa kau sudah memikirkan akibatnya?""Karena kau mengaku keturunan Lin Qingxun, seharusnya kau bisa mengatasi satu jarum perak sederhana," ejek Ryan sambil menyilangkan lengan di dada. "Teknik
Pria itu melirik Lina sekilas. Melihat yang datang hanya seorang gadis muda, dia mendengus. "Tidak ada pengobatan. Pergilah." Ekspresi Lina berubah mendengar penolakan dingin itu. "Apapun yang Anda inginkan, Keluarga Jirk sanggup memenuhinya! Silakan nyatakan syarat Anda." "Sudah kukatakan dengan jelas," mata pria itu menajam. "Pergi! Meski Keluarga Jirk punya pengaruh di Gunung Langit Biru, itu tak berarti apa-apa bagi kami. Jika tidak pergi sekarang, jangan salahkan aku bersikap kasar." Lina hampir meledak marah–dia belum pernah diperlakukan seperti ini! Keluarga Jirk bukanlah keluarga kecil di Gunung Langit Biru! Tiba-tiba sebuah ide melintas di benaknya. Pasti ada alasan di balik sikap mereka. Tanpa ragu, Lina mengeluarkan sebutir pil emas. Begitu pil itu muncul, energi spiritual di sekitar langsung menyerbu ke arahnya. Aroma obat yang pekat memenuhi udara, membuat pria itu dan para pengikutnya terkesiap. Sebagai anggota Sekte White Tower yang dilatih dalam pengobatan, merek
Ryan tak perlu menjelaskan apapun. Bahkan jika dia mencoba, tak akan ada yang percaya. Biarlah waktu yang membuktikan segalanya. Ketika saatnya tiba, rahasia ini pasti akan terungkap ke dunia. Dan pada hari itu, semua orang di Gunung Langit Biru akan terkejut hingga rahang mereka ternganga. "Oh tidak, aku lupa hal terpenting!" Lina tiba-tiba berseru panik. "Kita harus segera ke Sekte White Tower!" Ryan mengerutkan dahi heran. "Kau juga akan ke Sekte White Tower?" "Tunggu, kau juga mau ke sana?" Lina mengerjap. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. "Ah, aku dengar dari kakak bahwa Sekte Medical God adalah bagian dari garis keturunan Lin Qingxun. Mungkinkah kau pergi ke Sekte White Tower untuk mencari jalan pengobatan tertinggi?" Gadis itu menatap Ryan penuh selidik. "Kau hanya tinggal di Sekte Medical God beberapa tahun dan menghabiskan waktu berlatih bela diri sepanjang hari. Kurasa kemampuan medismu juga tidak seberapa." Ryan terlalu malas untuk menjelaskan dan hanya mengangguk. "K
Ryan mengangguk sambil menyimpan kipas itu. Matanya menatap Immortal God dengan rasa hormat. "Terima kasih, Guru." Mendengar panggilan 'Guru' yang tulus itu, mata Immortal God dipenuhi kepuasan. "Sejujurnya aku tidak ingin mengakuimu," ucapnya dengan nada lebih lembut. "Tapi setelah semua cobaan yang kau lalui, kau memang layak menjadi muridku." Immortal God terdiam sejenak. "Akhir-akhir ini emosiku memang sedang tidak baik. Tolong jangan dimasukkan ke hati." Dia menghela napas berat. "Sayangnya, waktuku hampir habis. Setelah hari ini, aku tidak akan bisa membantumu lagi. Entah berapa banyak yang bisa kuajarkan dengan sisa kekuatanku." "Lupakan saja, ini kesempatanmu," ujar Immortal God. "Aku akan kembali ke Kuburan Pedang terlebih dahulu. Berada di dunia luar terlalu melelahkan bagiku. Temui aku setelah kau selesai membereskan semuanya." Ryan bisa melihat kesedihan di mata gurunya saat sosok itu memasuki Kuburan Pedang. Jiwa Primordial Immortal God telah melemah hingga nyaris
"Bocah, aku akui kau telah melampaui ekspektasiku," ujar roh artefak dengan nada dingin. "Jika kau tidak mati, dalam waktu kurang dari sepuluh tahun kau pasti akan mengancam posisi muridku. Kau tidak boleh dibiarkan hidup!" Energi duniawi yang mengerikan terkumpul di telapak tangan roh artefak. Dia yakin sekali serangan ini akan membunuh Ryan seketika. Bagaimanapun, sebagai roha artefak yang bertahan hidup sejak zaman kuno, kekuatannya jauh melampaui praktisi Gunung Langit Biru saat ini. Namun alih-alih ketakutan, Ryan justru mengangkat jari tengahnya dengan santai. Senyum misterius tersungging di bibirnya. "Roh artefak kuno?" Ryan mendengus mengejek. "Kau pikir dirimu hebat? Apa kau tahu ada ruguan kultivator perkasa kuno yang berdiri di belakangku? Kau tidak ada apa-apanya dibanding mereka!" Begitu kata-kata itu terucap, awan hitam berkumpul di langit. Kilat menyambar-nyambar liar sementara aura kuno yang pekat menyebar ke segala arah dengan Ryan sebagai pusatnya. Formasi
Severin tersenyum puas melihat ini. "Bocah, tadi kau sangat sombong. Kenapa sekarang diam?" ejeknya. "Kau tahu kenapa aku meninggalkan Aliansi Formasi? Dengan kultivator sehebat ini di sisiku, tak ada yang bisa mereka ajarkan lagi!" "Guru, aku ingin tangannya hancur agar dia tak bisa membuat formasi lagi! Biarkan dia mengalami nasib yang lebih buruk dari kematian!" "Bukan masalah," roh artefak mengangguk dengan tatapan jijik. Saat itulah Lina yang menonton dari pinggir arena teringat sesuatu. Dulu Severin rela mengorbankan segalanya dan melakukan tindakan tak termaafkan dengan mencuri harta karun serta membantai sesama anggota sekte. Tak ada yang memahami tindakannya–dengan bakatnya, dia pasti akan menjadi ketua sekte Aliansi Formasi berikutnya jika mau bersabar. Namun kini Lina menyadari bahwa dalang di balik semua ini adalah roh artefak tersebut! 'Ryan dalam bahaya!' batinnya panik saat roh artefak melepaskan niat membunuh dan melancarkan serangan yang hampir melampaui Ranah S
Mata Severin Braxton membelalak saat merasakan kekuatan dahsyat menjalar ke lengannya. Lengan jubahnya terkoyak dan kombinasi pedang qi dengan petir menembus tubuhnya, mencoba merusak organ dalamnya! "Pfft!" Darah segar menyembur dari mulutnya saat tubuhnya terpental menghantam batu besar hingga hancur. Seluruh tulangnya seakan remuk berkeping-keping. Bersamaan dengan itu, pil emas terlepas dari genggamannya. Ryan dengan cepat menariknya menggunakan energi qi. Meski sudah mempersiapkan mental, dia tetap terkejut melihat kualitas pil tersebut. Ini adalah pil kuno tingkat tinggi yang nyaris sempurna. 'Aneh,' pikir Ryan. 'Aku belum mampu membuat pil sesempurna ini. Tapi dari auranya, sepertinya ini dimurnikan oleh seseorang dalam sepuluh tahun terakhir.' Pikirannya langsung melayang pada Pil Ilusi Archaic yang belum lengkap. Sekarang Immortal God telah muncul dan mengakuinya, mungkin dia bisa meminta metode pembuatan pil darinya. Kalau tidak, kapan lagi Lex Denver bisa terwu
"Ryan, kipas di tangannya berbahaya!" Lina memperingatkan dengan panik. "Karena benda itulah dia diburu oleh berbagai sekte! Kudengar dia menggunakannya untuk membantai seribu orang dalam semalam!""Oh ya Ryan, kau pasti pernah mendengar nama Arthur Pendragon sejak memasuki Gunung Langit Biru kan? Sampai batas tertentu, orang ini sama berbahayanya dengan Arthur Pendragon!"Lina menggunakan Arthur Pendragon sebagai contoh, takut Ryan tak memahami betapa seriusnya situasi ini. Namun Ryan justru tersenyum mendengar nama itu."Menurutmu siapa yang akan menang jika Severin Bragging ini bertarung dengan Arthur Pendragon?" tanyanya dengan nada tertarik.Lina tertegun mendengar pertanyaan itu. Ekspresinya berubah aneh. Mereka berdua belum pernah bertarung dan kemungkinan besar tidak akan pernah bertemu. Namun setelah berpikir beberapa saat, dia menjawab serius."Jika mereka bertarung, aku lebih memilih Arthur Pendragon," ujarn
Lina yang duduk di samping merasa jantungnya nyaris copot. Meski dia mengagumi Ryan, tapi seluruh jenius di Gunung Langit Biru bahkan tak berani membandingkan diri dengan Severin dalam hal formasi!"Ryan, biar kubantu!" serunya panik sambil meletakkan camilan.Ryan menggeleng tenang. "Dasar bocah nakal, kau sudah bersikap sok kuat di depanku selama lima tahun. Apa kau tidak akan memberiku kesempatan menunjukkan kemampuanku hari ini?""Tapi... dia Severin Braxton!" protes Lina.Ryan mengerutkan kening. "Aku tidak peduli dia Severin Bragging atau Seven Eleven. Itu tidak penting bagiku!"Severin nyaris memuntahkan darah mendengar ejekan itu. Amarahnya membuat lahar dalam formasi semakin bergejolak. Ular lava raksasa menyerang dengan kecepatan yang mengerikan.Ryan meregangkan tubuhnya santai. "Formasi ini lumayan. Tapi kebetulan aku juga mengetahuinya, meski formasiku berada di level yang lebih tinggi."