Terima Kasih Kak Ian dan Kak Pengubjung7102 atas dukungan Gem-nya (. ❛ ᴗ ❛.) Dengan ini, ada 7 Gem nih, yang artinya bakal ada 1 bab bonus untuk besok ( ╹▽╹ ) Akumulasi Gem Bab Bonus: 29-10-2024 (siang): 2 Gem (reset) ini adalah bab bonus gem pertama dari 7 bab yang othor janjikan. yuk yang mau nambah bab bonus untuk besok (◔‿◔) Bab Bonus Gem Hari ini: 1/7 Bab Bab Reguler: 2/2 Bab (komplit) Bab Bonus View: 0/1 Bab Bab Bonus Gem besok: 1 Selamat Membaca (◠‿・)—☆
Ancaman itu menggantung di udara, membuat suasana semakin tegang. Jonathan kembali duduk dan berseru, "75 miliar." Namun, seolah menantang ancamannya, sistem penyiaran kembali berbunyi. "Seorang pria yang tidak mau disebutkan namanya telah menawar 95 miliar." Seluruh aula menjadi sunyi senyap. Jonathan West, yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, menghantamkan telapak tangannya ke meja di depannya. Meja kayu jati itu hancur berkeping-keping, menunjukkan betapa mengerikan kekuatannya. Lucy Jeager, yang berada di atas panggung, melirik Ryan yang masih tanpa ekspresi. Ia menggelengkan kepalanya, antara kagum dan tak percaya dengan keberanian pemuda itu. Meski begitu, ia tidak ingin berkutat dengan masalah ini. Dengan suara lantang, ia mengumumkan, "95 miliar, pertama!" "95 miliar, kedua!" "95 miliar, ketiga! Terjual!" Ryan mengepalkan tinjunya dengan gembira, meski ekspresinya tetap tenang. Ia akhirnya mendapatkan tungku itu. Meski ia menyadari ancaman dari Jonathan
Di dalam ruang pengawasan di lantai lima Hotel Century, tiga orang petugas keamanan terlihat tergeletak di lantai. Tubuh mereka yang tak bergerak kontras dengan kerlip layar monitor yang masih menyala, menciptakan bayangan-bayangan aneh di dinding ruangan yang remang-remang. Jonathan West duduk dengan santai di salah satu kursi, kakinya disilangkan dengan angkuh. Di tangannya, ia memegang sebuah kotak kecil dengan hati-hati. Aroma obat yang kuat menguar dari dalam kotak, memenuhi ruangan dengan bau yang tajam namun menyegarkan. "Aku tidak menyangka akan menerima kejutan yang tidak terduga hari ini," ujar Jonathan, matanya terpaku pada pil di dalam kotak. "Aroma obat dari pil ini sangat murni. Jauh berbeda dengan pil-pil dalam koleksi Keluarga West. Ini... agak menarik." Seorang pria tua yang berdiri di sampingnya mengangguk setuju. "Tuan muda, menurut pola pil, pil ini seharusnya telah dibuat dalam sepuluh hari terakhir." Jonathan mengangkat alisnya, ekspresinya campuran antara
Di pintu masuk Hotel Century, Ryan dan Rindy berjalan beriringan, dengan Angelica mengikuti di belakang dalam diam. Suasana di antara mereka terasa sedikit canggung. Ryan, yang berjalan di depan, tiba-tiba teringat sesuatu. Ia menoleh ke belakang, menatap Angelica. "Kamu pulang menggunakan apa?" tanyanya. "Tuan Ryan, saya akan naik taksi..." jawab Angelica pelan. Ryan mengerutkan keningnya, terkejut dengan jawaban itu. Mengingat latar belakang Keluarga Herbald, seharusnya Angelica memiliki sopir yang selalu siap menunggunya. Fakta bahwa ia harus naik taksi membuat Ryan curiga. 'Mungkinkah sesuatu yang besar benar-benar telah terjadi pada Keluarga Herbald?' pikirnya. Ryan teringat bagaimana Frederich telah banyak membantunya saat ia pertama kali tiba di Kota Golden River. Jika Keluarga Herbald memang dalam kesulitan, ia merasa tidak bisa hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. "Apakah terjadi sesuatu di rumah?" tanya Ryan lagi, nadanya lebih lembut kali ini. "Tuan Ryan, ti
Jonathan West tanpa sadar menyentuh pipinya dan langsung menemukan sedikit darah. Ekspresinya sedikit berubah. Ia menatap puntung rokok yang kini tergeletak di tanah dengan tatapan tak percaya. 'Bagaimana mungkin sebuah puntung rokok memiliki kekuatan sebesar ini?' pikirnya, campuran antara takjub dan was-was. Ia merasa ada yang tidak beres dengan pemuda di hadapannya. Namun, ego dan kesombongannya sebagai putra Keluarga West membuatnya mengenyahkan perasaan tidak nyaman itu. Ia melangkah masuk lebih dalam ke gang, meski instingnya berteriak untuk mundur. Begitu memasuki area itu, Jonathan merasakan perubahan yang aneh di udara. Atmosfer di sekelilingnya seolah menjadi lebih berat, seolah-olah mereka telah memasuki wilayah kekuasaan Ryan. Bahkan udara yang ia hirup terasa berbeda. 'Tidak, ini konyol,' Jonathan berusaha meyakinkan dirinya sendiri. 'Di Kota Golden River, dalam hal seni bela diri, tidak ada yang bisa menandingi tiga keluarga besar: Jeager, Hao, dan West. Pemud
Tanpa gerakan berlebihan, Ryan mengalirkan energi Qi di seluruh meridiannya, memperkuat lengannya, dan melontarkan satu pukulan ke atas. Pukulan itu tampak sederhana, namun menghasilkan ledakan sonik yang membelah udara. Bahkan memberi ilusi seolah langit akan meledak. Matt West, yang tendangannya hampir mencapai sasaran, terlambat menyadari aliran qi yang menyelinuti tangan Ryan. Matanya membelalak ngeri saat mengenali energi itu sebagai qi alami–sesuatu yang seharusnya tidak mungkin dimiliki oleh pemuda seusianya. KRAK! Pukulan dan tendangan beradu. Suara tulang patah menggema di gang itu. Kaki Matt West nyaris putus sepenuhnya, bahkan menghantam wajahnya sendiri dengan sudut yang mengerikan. Namun itu belum semuanya. Gelombang energi dari pukulan Ryan menembus organ dalam Matt West, membuatnya memuntahkan darah segar sebelum tubuhnya terpental dan menghantam dinding dengan keras. Jonathan dan rekannya yang tersisa menatap dengan horor. Matt West, seorang praktisi bela
Suara tulang patah bergema di gang saat Ryan mematahkan leher Tetua Jorge dengan satu gerakan mulus. Tidak ada keraguan sedikit pun di matanya. Pengalamannya selama lima tahun telah mengajarinya bahwa di dunia ini, kebaikan hati hanya akan membawamu pada kematian. Lima tahun yang lalu, saat pertama kali tiba di 'tempat itu', kebaikan hatinya nyaris membunuhnya. Sejak saat itu, ia mulai memahami bahwa di dunia ini, perasaan romantis itu cepat berlalu, dan niat baik tidak dihargai. Yang ada hanyalah hukum rimba–yang kuat bertahan, yang lemah binasa. Jika kau kuat, ribuan orang akan tunduk padamu. Tapi jika kau menunjukkan kelemahan, bahkan burung pun akan berani menyerangmu. Setelah membereskan Tetua Jorge, Ryan berjalan mendekati Jonathan yang masih tergeletak di tanah. Tubuh Jonathan bergetar hebat saat merasakan kehadiran Ryan di belakangnya. "Kau... Kau tidak bisa membunuhku!" teriak Jonathan panik. "Aku tuan muda ketiga dari Keluarga West! Aku putra Hobbs West! Ayahku men
Setelah menerima telepon dari Christ, Lucy Jeager bergegas menuju gang tersebut. Napasnya terengah-engah saat tiba di lokasi, namun seketika terhenti melihat pemandangan di hadapannya. Tiga mayat tergeletak dingin di tanah, salah satunya–yang terlihat paling mengenaskan–adalah Jonathan West, tuan muda ketiga Keluarga West. Wajah Lucy memucat seketika, tubuhnya nyaris kehilangan keseimbangan. 'Ini terlalu besar,' pikirnya panik. 'Masalah ini bisa mengguncang seluruh Kota Golden River!' Ia berjongkok untuk memeriksa luka-luka di tubuh Jonathan West. Alisnya berkerut dalam melihat cara kematian yang begitu brutal, seolah korban telah disiksa sebelum dibunuh. Jika Keluarga West mengetahui hal ini, kemarahan mereka pasti akan meledak. "Christ Jeager," panggil Lucy dengan nada serius, "ceritakan semua yang terjadi. Setiap detail, jangan ada yang terlewat." "Baik, nona!" Christ menegakkan tubuhnya. "Baru saja Tuan Ryan datang ke gang ini..." Seiring Christ menjelaskan kejadian demi
Ryan tidak terlalu memikirkannya dan berjalan langsung menuju rumah Keluarga Herbald. Dua penjaga di pintu segera menghadangnya dengan suara dingin, "Tidak seorang pun diizinkan masuk!" Ryan hanya tersenyum, sama sekali tak terpengaruh oleh ancaman tersirat dalam nada suara mereka. "Saya mencari Angelica Herbald, saya temannya." Para penjaga mengabaikan penjelasannya. Ryan memutuskan untuk tidak memaksa. Meski ia yakin bisa menghadapi mereka dengan mudah, kemunculannya yang tiba-tiba mungkin justru akan memperburuk situasi Keluarga Herbald. Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan, Ryan memutuskan untuk menggunakan koneksinya. Hanya ada dua orang yang mungkin bisa membantu: Patrick dan Lindsay. Karena ia tak punya nomor Patrick, Lindsay adalah satu-satunya pilihan. "Ryan... Kenapa kau meneleponku?" suara Lindsay terdengar dari seberang. "Ada sesuatu yang perlu aku tanyakan padamu," jawab Ryan langsung. Lindsay tertegun. Ryan yang begitu kuat membutuhkan bantuannya? Ini di lu
Di ambang pintu, seorang anak berusia tujuh tahun gemetar hebat menyaksikan semua itu. Kakinya nyaris tak mampu menopang tubuhnya yang bergetar ketakutan.Tetua Jobs melesat bagai kilat, tangannya yang dipenuhi energi qi bergerak untuk mencabik tubuh mungil itu.BOOM!Mendadak ledakan dahsyat mengguncang halaman vila. Telinga semua orang berdenging saat mereka menoleh ke arah sumber keributan.Di sana, sosok pemuda mengendarai motor hitam melaju kencang ke arah mereka dengan aura membunuh yang pekat.Selly seketika mengenali siapa pendatang baru itu. Wajahnya memucat."Ryan Pendragon!"Ketakutan memenuhi matanya saat ia berseru pada ketiga tetua, "Hentikan dia! Itu Ryan Pendragon! Jika kalian bisa menangkapnya, kalian akan dapat hadiah besar!"Mata ketiga tetua itu berbinar mendengar janji hadiah. Aura membunuh menguar dari tubuh mereka saat mereka melesat menyambut motor yang melaju kencang itu.Ryan yang melihat Selly dan ketiga tetua dari kejauhan mengeluarkan raungan murka. Ene
Dengan gerakan cepat, Ryan mengeluarkan dua puluh butir pil dan memberikannya pada para penjaga. "Minumlah untuk menyembuhkan diri kalian."Tanpa membuang waktu, Ryan melompat ke atas sepeda motor yang terparkir di depan gedung, milik salah satu penjaga yang terluka itu. Ini cara tercepat untuk berkeliling Kota Golden River.Sambil memacu motornya, ia menghubungi Sammy Lein. "Lacak koordinatku. Dari Golden Dragon Group Jalan Bambu Runcing, kuharap tidak ada halangan. Dan satu lagi, cari di mana Selly Hilton berada.""Baik."Motor Ryan melaju bagai kilat membelah jalanan Kota Golden River. Namun betapa kecewanya ia saat tiba di kedai Paman Wong dan Bibi Sandra.Pemandangan mengenaskan menyambutnya. Panel kaca hancur berkeping-keping, dapur porak poranda, meja dan kursi berserakan.Genangan darah segar memenuhi lantai."Sialan!" Ryan mengumpat penuh amarah.Matanya memerah, aura pembunuh yang pekat menguar dari tubuhnya. Energi qi berputar ganas di sekelilingnya, membentuk ilusi nag
Keesokan paginya, Ryan membuka mata setelah sesi kultivasi malamnya. Energi qi mengalir tenang dalam meridiannya saat ia menghembuskan napas panjang.Tangannya bergerak meraih ponsel, namun layarnya tetap gelap. Untuk menghindari pelacakan, Lancelot telah memblokir semua sinyal di area persembunyian mereka.Namun entah mengapa, Ryan merasakan firasat tidak enak sejak pagi. Indra keenamnya terus bergetar, seolah memperingatkan bahaya yang mengintai.'Ada yang tidak beres,' batinnya gelisah.Tanpa pikir panjang, ia bergegas menemui Lancelot. "Jika aku ingin menelepon, ke mana aku bisa pergi?""Ketua Guild, silakan ikuti saya."Lancelot membawa Ryan menyusuri lorong rahasia menuju sebuah ruangan khusus. Dinding-dinding baja tebal mengelilingi ruangan yang dipenuhi perangkat elektronik canggih itu.Di tengah ruangan, sebuah telepon terhubung ke beberapa komputer dengan konfigurasi yang
"Tuan Jackson," si pria kurus melanjutkan, "meski tindakan anak ini menggemparkan Provinsi Riveria, tapi dia akan mati di tangan Tang San dalam waktu kurang dari dua hari.""Ulang tahun ke-60 Tang San adalah lusa. Dia telah mengundang banyak praktisi bela diri dari Provinsi Riveria. Dan yang lebih penting..." ia menelan ludah sebelum melanjutkan, "Tang San telah mengeluarkan surat perintah hukuman mati untuk Ryan. Itu harus dilaksanakan sebelum ulang tahunnya yang ke-60!"Kilatan aneh melintas di mata Jackson Jorge. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke jendela, memandang ke arah Kota Riverpolis di kejauhan."Meski dia anak haram Eleanor Jorge dengan orang lain," gumamnya pelan, "darah Keluarga Jorge masih mengalir dalam nadinya, meski hanya setetes.""Apakah Tuan ingin saya turun tangan?" tanya si pria kurus dengan nada terkejut.Jackson Jorge menggeleng mantap. "Tidak perlu bergerak. Dia hanyalah seekor semut kecil." Ia berbalik mena
"Putri saya dan ibunya sedang mengunjungi mertua saya sejak beberapa lalu," Herold menjawab hati-hati. "Jadi mereka masih belum kembali. Bahkan jika ingin segera pulang, butuh waktu...""Aku tidak peduli!" potong sang tetua murka. "Aku ingin melihat putrimu hari ini. Jika tidak..." Ia menggantung ancamannya, membiarkan imajinasi Herold melengkapi sisanya.Herold terdiam sejenak, otaknya berputar mencari jalan keluar. Tiba-tiba sebuah ide muncul."Tuan," ujarnya penuh perhitungan, "meski putriku berasal dari Keluarga Snowfield, dia adalah tunangan Oliver Quins. Bagaimana mungkin dia memiliki hubungan dengan Ryan?"Efek nama itu sungguh luar biasa. Pupil sang tetua mengecil seketika. Ia melambaikan lengan bajunya dengan sikap acuh. "Rupanya kau bagian dari kami. Baiklah, aku tak akan mengganggumu lagi. Tapi jika kau mendapat kabar tentang Ryan, segera beritahu kami!"Herold membungkuk dalam-dalam, mengantar rombongan itu keluar de
"Milikmu?" Adel terkesiap, matanya membulat tak percaya. Gedung Camelot adalah salah satu landmark Kota Riverpolis! Bangunannya seratus kali lebih megah dari kantor Golden Dragon Group. Bahkan dari luar tadi ia sudah bisa merasakan betapa pentingnya gedung ini."Bagaimana mungkin?" bisik Adel tak percaya. "Kau baru beberapa hari di kota ini..."Ryan tak menjawab, hanya menuntun Adel menuju lift khusus di sudut area parkir. Setelah pemindaian wajah dan iris mata, pintu lift terbuka dengan suara desisan pelan.Adel mengamati sistem keamanan canggih itu dengan kening berkerut. Bahkan gedung-gedung termewah yang pernah ia kunjungi tak memiliki teknologi secanggih ini. Jelas tempat ini bukan gedung biasa.'Ada apa sebenarnya?' batinnya penasaran. 'Rahasia apa lagi yang Ryan sembunyikan dariku?'Lift bergerak naik dalam keheningan. Dua puluh detik kemudian, pintu terbuka memperlihatkan ruangan luas yang membuat napas Adel tercekat.Ratusan orang berbaris rapi dalam formasi yang sempurn
Di Kota Riverpolis, tepatnya di Villa Pendragon, Ryan sedang berkultivasi dalam kamarnya. Tiba-tiba, ponselnya berdering, memecah konsentrasi Ryan."Halo?""Tuan Ryan, sesuatu yang gawat telah terjadi!" suara panik Agravain terdengar dari seberang. "Tang San telah mengetahui bahwa Anda adalah Hunter!""Dia mengerahkan semua orang untuk mencari Anda. Jika dia menemukan Anda, Tuan Ryan, nyawa Anda dalam bahaya!""Tuan Ryan, segeralah pergi sebelum mereka menemukan Anda!"Nada Agravain dipenuhi kecemasan yang nyata. Dia benar-benar mengkhawatirkan keselamatan Ryan."Oke, aku mengerti," jawab Ryan tenang.Di seberang telepon, Agravain tertegun sebelum berseru, "Tuan, ini bukan permainan anak-anak! Sebentar lagi, seluruh praktisi Asosiasi Seni Bela Diri Provinsi Riveria akan menyerbu vila Anda!"Ryan mengabaikan kepanikan itu dan justru bertanya santai, "Aku penasaran bagaimana Tang San bisa menemukanku.""Baru saja seorang wanita bernama Selly Hilton datang. Entah bagaimana dia punya bany
Tang San masih dipenuhi amarah. Ia menekan kedua tangannya ke meja konferensi."Aku sangat menyadari hal itu! Tapi jika kalian tak bisa menemukan Hunter, setidaknya cari tahu identitas kekuatan sialan yang menghalangi kita!"Sang tetua hanya bisa terdiam canggung.Tepat saat itu, seorang staf mengetuk pintu aula dengan tergesa."Masuk!" perintah Tang San dengan suara berat.Ia menatap tajam staf yang tampak panik itu. "Ada apa? Kau tidak tahu kami sedang rapat?!"Wajah staf itu memucat. Terakhir kali seseorang melaporkan berita buruk pada Tang San, orang itu berakhir mati. Ia tak ingin mengalami nasib serupa."Presiden Tang, ada seorang gadis di luar yang mengaku tahu identitas orang di foto itu."Mata Tang San menyipit. Ia mencengkeram kerah staf itu penuh semangat. "Benarkah? Cepat bawa dia masuk!""Ba-baik, Tuan!"Tak lama kemudian, seorang wanita muda melangkah masuk. Tang San sed
"Itu tidak mungkin benar, kan..." Zurich bergumam tidak percaya.Dengan tangan gemetar ia mengambil ponsel dari lantai dan menekan tombol jawab. "Ayah..."Suaranya nyaris tak terdengar."Zurich Loot!" suara menggelegar terdengar dari seberang. "Siapa yang kau sakiti?! Keluarga Loot sekarang dipenuhi mayat! Dasar binatang buas! Kau–"Panggilan terputus mendadak.Zurich merasa seolah terjun ke jurang tak berdasar. Sebuah panggilan singkat telah menentukan nasib seluruh keluarganya!Dia bahkan tak berani menatap pemuda di hadapannya. Iblis macam apa orang ini?Dengan panik ia bersujud di hadapan Ryan. "Tuan... saya, saya... saya salah! Tolong lepaskan saya. Saya bersedia..."Satu-satunya yang ia inginkan sekarang adalah tetap hidup! Selama masih bernapas, masih ada harapan!"Kau seharusnya tidak memprovokasku," ujar Ryan dingin. "Dan kau seharusnya tidak mencoba menyentuh paca