Valerie memilih pulang bersama dengan Nick karena dia akan menonton dari rumah bagaimana dengan reaksi Adelia ketika mendapatkan hadiah dari dirinya. Dia tidak perlu pergi ke rumah Jonathan karena dia akan menonton dari CCTV saja. Satu musuhnya mulai mendapatkan balasan darinya. Dia tidak menyangka jika semua itu akan dimulai dari Adelia. Tidak jadi soal, Lidya Hart memang akan menjadi target terakhir dari balas dendamnya. Lagi pula rencananya sedang berjalan tanpa wanita itu ketahui jadi dia akan membiarkan wanita itu menikmati waktunya sebelum dia mendapatkan kejutan dari dirinya. Begitu tiba di rumah, Valerie langsung meretas CCTV yang ada di rumah keluarga Hart. Dia dibantu oleh Nick untuk melakukannya dan dia tidak sabar melihat reaksi Adelia juga melihat bagaimana reaksi keluarga Jonathan dengan paket spesial yang dia berikan. Tidak butuh waktu, dia sudah meretasnya setiap CCTV yang ada di rumah keluarga Jonathan. Dia pernah tinggal di sana selama 2 tahun jadi dia tahu di ma
Niatnya untuk melihat reaksi Adelia justru membuatnya mendapatkan kejutan yang lainnya. Dia tidak pernah berpikir jika yang bermasalah adalah Jonathan sehingga mereka tidak bisa dikaruniai anak. Dulu dia berpikir jika mereka kurang berusaha saja karena mereka berdua sama-sama sibuk tapi rupanya salah satu di antara mereka yang bermasalah. Bukankah dia harus senang? Sekarang Lidya Hart, tidak akan lagi bisa menyombongkan diri. Bagaikan singa yang telah dikalahkan, kini satu taringnya sudah tidak ada. Valerie masih menyaksikan kekacauan yang terjadi. Situasi di rumah Jonathan tampak heboh dan sepertinya salah satu dari mereka memanggil polisi untuk memeriksa siapa yang mengirimkan jari-jari itu. Dia tidak perlu khawatir karena para polisi itu tidak akan menemukan jejak jika dialah yang telah mengirimkannya. Melihat reaksi Adelia yang ketakutan, rasanya sedikit puas. Sungguh awal yang baik dan besok, dia akan memerintahkan anak buahnya untuk mengirimkan salah satu anggota tubuh Ruben
Hadiah luar biasa yang didapatkan oleh Adelia membuatnya ketakutan. Adelia bersembunyi di dalam kamarnya. Dia tidak berani keluar untuk menemui para polisi yang dipanggil oleh Kakak Jonathan. Jonathan diintrogasi tapi tak ada yang dapat dia jelaskan karena paket itu dikirimkan tanpa ada nama si pengirim. Ke empat jari Ruben tentu saja sudah dibawa pergi, ini kali pertama mereka mendapatkan teror mengerikan seperti itu. Gara-gara paket itu pula, membuat suasana rumah menjadi begitu heboh. Lidya yang pingsan pun sudah sadarkan diri. Dia segera memanggil Adelia karena dia ingin mengintrogasinya. Selama ini, tidak ada yang pernah mengirimkan paket mengerikan seperti itu. Jari-jari yang dikirimkan tentu saja bukanlah lelucon dan dia merasa Adelia telah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dia lakukan. Setelah jari-jari itu, Jangan katakan akan ada jari-jari yang lainnya yang dikirimkan untuk mereka. Adelia yang bersembunyi di dalam kamar, ketakutan dan tidak mau menemui Ibu me
Seolah masalah tak pernah selesai, kini masalah lain datang mengganggu ketenangan keluarga Hart. Masalah teror belum terselesaikan karena mereka belum menemukan pelaku yang telah mengirimkan jari-jari tangan itu tapi kini mereka harus dihadapkan dengan masalah lainnya. Isu tak sedap mulai merebak. Isu jika Jonathan dan Adelia tidak akan bisa memiliki anak tapi isu itu tidak menyerang Jonathan secara langsung tapi yang jelas, isu itu mulai ramai dibicarakan. Isu yang entah disebarkan oleh siapa, sudah didengar oleh Lidya. Hari itu dia begitu murka sehingga suasana rumah menjadi tidak tenang. “Siapa yang menyebarkan isu itu?!” Lidya berteriak dengan keras sambil menggebrak meja. Dia sudah meminta yang lainnya untuk menutupi berita itu tapi kenapa berita itu masih saja tersebar keluar? Apakah ada pengkhianat di rumahnya sehingga ada yang menjual berita itu keluar? Jangan-jangan salah satu pelayannya telah mengkhianati mereka atau jangan-jangan Adelia mengatakan isu itu pada keluargan
Lagi-lagi polisi memenuhi rumahnya ketika Jonathan kembali. Sebuah ambulans pun berada di depan rumah dan mereka terlihat sibuk mengevakuasi ibunya yang lagi-lagi jatuh pingsan karena paket mengerikan itu.Jonathan bergegas menghampiri istrinya yang sedang diinterogasi. Adelia terlihat ketakutan. Dia tampak gugup menjawab pertanyaan dari pihak berwajib.“Adelia!” Panggilan Jonathan membuat Adelia berpaling.“Jo-Jonathan,” Adelia pun bergegas menghampiri suaminya. Wajahnya terlihat pucat. Teror itu benar-benar menghantui dan membuatnya berada di dalam masalah.“Apa yang terjadi? Kenapa Mommy dibawa ke rumah sakit?”“Paket, seseorang kembali mengirimkan paket dan kali ini sebuah tangan dikirimkan untuk Mommy,” beruntungnya paket itu tidak menggunakan namanya. Dengan begini tidak akan ada yang curiga dengannya tapi bukan berarti dia harus senang.“Apa?” Jonathan tampak terkejut mendengar perkataannya. Jadi paket itu dikirimkan lagi untuk mereka? Siapa sebenarnya yang meneror keluarga me
Adelia mendatangi perusahaan Valerie untuk bertemu dengan wanita itu. Dia sudah tidak tahan lagi dengan segala teror yang dia dapatkan dari Valerie. Semua itu harus berhenti sebelum dia menjadi gila.Dia membuat sedikit keributan karena dia tidak dapat bertemu dengan Valerie. Dia diminta untuk membuat janji terlebih dahulu tapi Adelia yang panik dengan keadaannya tentu saja jadi kesal karena dia dihalangi.Keributan yang dia buat membuat Emy harus turun ke bawah. Padahal banyak pekerjaan yang sedang dia kerjakan tapi keributan itu tak bisa diabaikan sebab mengganggu para pekerja yang lain.“Nona, Pergilah. Jangan membuat keributan di sini,” seorang penjaga masih berusaha bersikap sopan.“Aku ingin bertemu dengan bosmu karena ada urusan penting yang hendak aku bicarakan dengannya. Jangan mempersulit aku jadi biarkan aku bertemu dengannya!”“Tidak bisa, Nona. Sesuai dengan prosedur yang ada, kau harus membuat janji terlebih dahulu barulah kau bisa bertemu dengan bos kami.”“Jangan berbi
Adelia tidak pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Ibu mertuanya. Dia memilih kembali ke rumah ayahnya karena dia tidak mau mendapatkan teror mengerikan itu lagi.Kepulangannya membuat ibunya heran karena Adelia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu dengan rapat. Dia juga menutup gorden. Jendela pun dikunci dengan rapat olehnya.Adelia meringkuk dibawah selimut dan dia mulai bergumam tidak jelas. Tidak. Dia tidak mau kembali ke rumah suaminya karena dia tidak mau mendapatkan paket mengerikan itu lagi.Dia juga takut mereka tahu perbuatannya jadi lebih baik dia di rumah ayahnya untuk sementara waktu sampai teror yang dikirimkan oleh Valerie berhenti meski dia tidak tahu kapan wanita gila itu akan berhenti.“Adelia, apa yang terjadi denganmu?” Ibunya mengetuk pintu kamar.Dia sudah mendengar, apa yang terjadi dengan besannya. Dia berniat mengajak Adelia untuk pergi ke rumah sakit karena dia harus pergi menjenguk besannya itu.“Mulai sekarang aku tidak mau bertemu dengan siapa pun!” T
Valerie bergegas pergi, dia berniat mencari Nick dan mengajaknya makan malam. Dia tidak mengatakan pada Nick jika dia akan datang karena dia ingin memberikan sedikit kejutan untuk pria itu. Lagi pula selama ini dia jarang mengunjungi Nick tentunya setelah dia mendirikan perusahaannya karena dia sibuk membangun bisnisnya dan sibuk dengan berbagai kegiatan. Para karyawan Nick sudah mengenal dirinya karena dia sempat bekerja di tempat itu beberapa saat untuk belajar bisnis dengan Nick. Tidak ada yang mencegah dirinya sehingga dia dapat menemui Nick dengan mudah. “Nona, Tuan tidak mengatakan jika kau mau datang,” dia disambut oleh sekretaris Nick. “Aku memang sengaja tidak memberitahu. Apa Nick berada di ruangannya?” “Tuan sedang kedatangan tamu. Aku harap Nona bersedia untuk menunggu.” “Tentu saja, aku akan menunggu. Siapa yang datang? Apakah tamu penting?” “Tidak. Tuan Aaron yang datang. Dia datang untuk melakukan protes karena dia tidak terima karena kerjasama yang dihentikan s
Ana sudah berada di cafe, dia harus menyampaikan hal penting pada Valerie mengenai rencana Lidya Hart yang sedang dijalankan. Ana menyamar supaya tidak ada yang mengenali dirinya di cafe itu.Bisa celaka jika sampai Lidya mengetahui penghianatannya di saat wanita itu begitu mempercayai dirinya dalam rencana besar yang sedang dia jalankan. Jika sampai penghianatan yang dia lakukan terbongkar, maka semua akan gagal.Valerie dan suaminya sudah tiba di kafe itu. Mereka mencari keberadaan Ana dan mendapati wanita itu berada di sisi ruangan yang cukup jauh dari para tamu. Mereka bergegas tapi Valerie tidak memanggil Ana. Dia duduk tanpa mengucapkan apapun karena dia juga tahu Ana harus berhati-hati dengan setiap tindakannya.“Jadi kabar apa yang akan kau berikan padaku?”“Wanita tua itu, dia meminta aku untuk segera menghancurkan segala bisnismu juga bisnis tuan Russel,” Ana menjawab tanpa memandangnya. Mereka berdua terlihat begitu serius dan begitu namanya disebut, Nick jadi tertarik unt
Pesawat pribadinya sudah akan mendarat karena mereka telah tiba. Valerie sudah tak sabar mendengar kabar yang akan disampaikan oleh Emy. Dia pun sudah tidak sabar segera pergi ke kantor untuk mengetahui sampai di mana drama yang mereka mainkan.“Dia juga telah mendapatkan laporan dari Ana akan apa yang sedang direncanakan oleh Lidya Hart untuk menghancurkan perusahaannya. Menyimpan mata-mata di markas musuh memang pilihan tepat yang dia ambil karena tanpa Lidya tahu, dialah yang sudah masuk ke dalam jebakan.“Honey, besok ada pesta perusahaan dan kau harus pergi denganku.”“Pesta perusahaan?” Valerie memandangi suaminya yang duduk di sampingnya. Mereka belum turun dari pesawat karena benda itu masih bergerak lambat dan belum berhenti secara penuh.“Yeah, aku rasa kau juga diundang jadi kita akan pergi bersama dan satu hal lagi, mantan ibu mertuamu sepertinya juga akan berada di sana.”“Wow, benarkah?” Mendengar kabar itu membuatnya jadi tertarik.“Kau begitu bersemangat sekarang. Apa
Emy bergegas, hari ini dia harus pergi dengan Lidya untuk menemui Axel. Lidya memerlukan Emy untuk mengantarkan dirinya untuk bertemu Axel.Sesuai rencana, Axel sengaja mengulur agar Lidya Hart semakin penasaran dan semakin ingin bergabung dengan proyek fiktif itu. Beberapa kali dia menolak panggilan dari Lidya Hart dan sekarang, setelah pria itu setuju untuk bertemu dengannya, dia benar-benar tidak sabar untuk bertemu dengan pria itu.“Nyonya, aku hanya bisa mengantarmu pada pria itu saja. Aku tidak boleh bertemu dengannya karena bisa berbahaya sampai dia melihat aku. Jangan sampai Nona Valerie tahu apa yang aku lakukan dari pria itu,” Emy berpura-pura agar akting yang mereka mainkan berjalan dengan begitu sempurna.“Tidak perlu khawatir. Cukup antar aku padanya maka kau bisa pergi.”“Baiklah. Mungkin ini akan menjadi terakhir kali aku bisa membantumu karena Nona Valerie akan kembali beberapa hari lagi. Jangan sampai dia tahu dan curiga denganku!”“Aku tahu itu, Emy. Aku memang suda
Bulan madu mereka telah berakhir. Saatnya mereka kembali karena banyak kejutan dan pekerjaan yang telah menanti mereka. Valerie sedang membereskan barang-barang ke dalam kopernya karena dia dan suaminya baru saja kembali dari berbelanja sebelum mereka kembali.Dia membelikan hadiah untuk Emy. Dia harus berterima kasih pada Emy karena sudah begitu setia dan melakukan perintahnya dengan baik.Nick sedang berbicara dengan sahabatnya karena ada kabar yang disampaikan oleh sahabat baiknya itu. Tentunya mengenai kerjasama yang mereka lakukan untuk menjebak Lidya Hart.“Dia telah menghubungi aku dan meminta aku untuk menerimanya bergabung dalam proyektif yang kita buat. Bagaimana menurutmu, Nick?”“Lakukanlah yang terbaik dan berpura-puralah sedikit bimbang untuk menerima dirinya. Jika bisa, permainkan dia sebentar agar dia semakin gencar bernegosiasi denganmu karena takut kehilangan kesempatan untuk bergabung!”“Aku tahu maksudmu, Nick. Kau tak perlu khawatir, aku pasti akan memainkan p
“Mommy dari mana?” Pertanyaan Jonathan membuat ibunya menghentikan langkah.“Kenapa kau bertanya seperti itu? Mommy mau pergi ke mana, itu urusan Mommy!” Ibunya justru tidak senang karena tidak seharusnya Jonathan bertanya seperti itu padanya.“Adelia berada di rumah sakit jiwa, Mom. Ayah dan ibunya juga berada di sana tapi kenapa Mommy tidak menjenguk dirinya? Mommy bisa pergi ke tempat lain tapi kenapa Mommy tidak meluangkan waktu untuk menjenguk Adelia?”“Kau tuli atau bodoh. Bukankah sudah Mommy katakan padamu? Mommy tidak akan membuang waktu untuk menjenguk orang gila itu!”“Mom!” Untuk pertama kalinya, Jonathan berteriak pada ibunya. Lidya cukup terkejut karena selama ini Jonathan adalah anak yang patuh dan tak pernah berteriak seperti itu.“Beraninya kau berteriak seperti itu pada Mommy, Jonathan? Apa kau merasa sudah begitu hebat oleh karena itulah kau berteriak seperti itu?”“Itu karena Mommy sudah begitu keterlaluan. Apa yang sebenarnya Mommy pikirkan? Dia adalah istriku dan
Bukannya mengkhawatirkan keadaan menantunya, Lidya justru pergi mencari Emy. Dia sudah tidak sabar untuk mengetahui apa yang akan Valerie lakukan. Apakah Valerie akan menerima tawaran itu, ataukah tidak?!Jika Valerie menerimanya, maka dia akan langsung merebutnya tapi jika Valerie menolak, dia pun tidak akan mengambilnya.Emy telah menunggunya, dia berpura-pura takut ketahuan oleh karena itu Emy menunggunya di sebuah cafe yang cukup jauh dari kantor. Dia semakin pandai berakting sehingga Lidya semakin mempercayai dirinya.“Bagaimana Emy, apa Valerie belum memberikan kabar untukmu? Apakah dia bersedia menerima tawaran kerja sama dari pengusaha itu?” Rasanya sudah tidak sabar untuk merebut semua yang Valerie miliki.“Nona Valerie sudah memberi aku kabar, Nyonya. Dia berkata jika dia akan menerima tawaran itu. Dia akan kembali dalam dua hari lagi untuk menerima tawaran itu. Bagaimana menurut, Nyonya? Jika ingin merebutnya, aku rasa inilah waktu yang tepat untuk melakukannya.”“Apa ucap
Keadaan Adelia semakin menjadi. Dia berteriak pada setiap orang yang dia lihat karena dia mengira mereka adalah Ruben. Dia takut dengan ruangan sempit juga gelap dan dia akan menyerang siapa saja yang ada di dekatnya. Keadaannya itu tentu saja membuat kedua orang tuanya sangat sedih terutama ibunya.Jonathan sudah berada di rumah sakit jiwa. Dia berdiri di depan pintu ruangan dan memandang istrinya yang berbicara seorang diri melalui kaca kecil yang ada di pintu itu. Terkadang dia tertawa dan terkadang dia menangis juga berteriak.Keadaannya benar-benar tak menentu. Dia tidak lagi dinyatakan depresi tapi dia benar-benar sudah mengalami gangguan jiwa. Anehnya dia tidak menyebut nama Valerie, mungkin karena yang dia takutkan hanya Ruben saja.“Apa yang sebenarnya terjadi dengan putriku, Jonathan?” Tanya ayah mertuanya. Mereka sudah tahu tapi mereka ingin tahu lebih rinci apa sebenarnya yang terjadi dengan Adelia. “Aku sudah mengatakan padamu kemarin, Dad. Adelia bekerja sama dengan man
Jonathan telah kembali. Wajahnya tampak kusut, terlihat banyak masalah yang sedang dia pikirkan. Dia tidak langsung mencari ibunya. Jonathan pergi ke kamar karena dia ingin mandi dan menenangkan pikirannya terlebih dahulu. Air dingin mengguyur kepalanya. Jonathan berdiri di bawahnya dengan banyak pikiran. Kenapa jadi seperti ini? Lagi-lagi dia berpikir seperti itu. Dia pikir dia akan bahagia setelah menikah lagi, dia pikir ibunya pun akan senang setelah dia melakukan apa yang ibunya inginkan tapi apa? Sudah jelas dia bahagia dengan Valerie tapi dia melepaskan kebahagiaannya begitu saja. Dia melepaskan wanita yang dia cintai dan lebih memilih Adelia yang rupanya hanyalah seorang penjahat. "Jonathan, apa kau di dalam?" Lidya yang telah mendengar jika putranya sudah kembali, mencari keberadaan Jonatan. Dia sudah sangat ingin tahu apa yang terjadi dengan Adelia. "Aku sedang mandi!" Teriak Jonathan dari dalam kamar mandi. Padahal dia sangat ingin menikmati waktunya untuk sesaat tapi ib
Lagi-lagi Jonathan pulang di luar jadwal. Hal itu membuat Lidya sangat heran. Bukankah Jonathan berkata perjalanan mereka menyenangkan? Tapi kenapa dia kembali lebih cepat? Jonathan pun tidak langsung pulang ke rumah, dia justru langsung pergi ke rumah sakit. Hal itu semakin membuat Lidya sangat heran apalagi Jonathan tidak mengatakan apa pun lagi padanya. Entah apa yang terjadi, dia sudah menghubungi putranya tapi Jonathan tidak menjawab sama sekali. Itu karena Jonathan membantu para perawat sedang berusaha memegangi Adelia karena dia terus memberontak. Keadaannya semakin parah. Adelia harus diberi obat penenang selama di dalam pesawat. Setelah mendapatkan izin dari dokter yang menangani, Jonathan langsung membawa Adelia pulang. Beruntungnya tidak ada masalah besar walau Adelia sempat berteriak dan tertawa di dalam pesawat tapi kini semakin tidak terkendali. "Aku tidak membunuhmu, ha... ha.... ha...!" Adelia tertawa keras, kedua tangan dan kakinya diikat agar dia tidak memberontak