“Saya rasa … Nona Visha akan sangat senang bisa merasakan langsung bagaimana menghadiri rapat pemegang saham, Bos. Ide yang bagus.”
Dan benar saja, seperti ucapan Luca pada Javier itu, 6 bulan kemudian, Visha mendapat undangan untuk menghadiri rapat pemegang saham. Rapat itu akan diadakan 3 hari lagi.
“Apa aku punya saham di sana?” tanya Visha pada Javier yang baru saja menyerahkan undangan tersebut.
“Tentu saja, Nona. Anda salah satu pemegang saham di sana. Biasanya aku yang dikuasakan untuk menghadiri rapat itu. Sekarang Nona sudah kembali, tentu saja Anda harus melakukan debut pertama. Hadir dalam rapat akbar ini.”
Mendengar mewahnya kata-kata Javier, netra Visha pun berbinar-binar. Detik berikutnya ia sudah berlari kecil menuju rak buku yang tertanam di tembok kamarnya, di sisi kiri ruang tidur itu.
Diambilnya buku catatan yang biasa
"Silakan, Nona." Javier membukakan pintu mobil bagi Visha.Beberapa detik sebelumnya, Madoka menghentikan mobil di teras lobi sebuah gedung serbaguna. Tempat itu khusus dipilih Luca menjadi tempat penyelenggaraan rapat pemegang saham.Sebelum turun, Visha menoleh ke arah Madoka lalu berkata, "Madoka, aku titip Dante bersamamu, ya."Karena anak laki-lakinya itu masih terlelap, jadi mereka akan turun setelah Dante terbangun saja."Siap, Nona. Bos sudah menyewa satu aula kecil di sebelah ruang rapat. Anda bisa mengunjunginya nanti."Visha pun mengangguk sambil tersenyum penuh rasa terima kasih.Tapi, di samping rasa itu, ada sebuah kepanikan besar dalam benaknya.Ia merasa sangat gugup menghadiri rapat yang digadang-gadang sebagai rapat besar sebuah perusahaan. 'Rasanya aku mau pingsan. Bagaimana kalau nanti aku pingsan betulan di dalam?!' batin Visha sambil mengamat-amati teras lobi gedung yang mulai dipadati dengan tamu-tamu berpakaian formal nan mewah."Nona? Apa ada masalah?" tanya
"Taruhan?"Romaneuv Dean mengangguk santai sambil memainkan janggut pendek tebalnya. Sementara Visha mengamati perbincangan aneh di antara keduanya."Untuk apa aku taruhan kalau sepertinya kau sudah tahu apa yang terjadi, Pria tua?!" Javier mulai kehilangan kesabarannya.Tapi kemarahan Javier justru menjadi alasan Romaneuv Dean kembali tertawa.Belum selesai tawa Romaneuv, pintu utama gedung tersebut akhirnya terbuka lebar. Seorang pria tua—setua Romaneuv, muncul di atas kursi roda yang didorong oleh seorang wanita muda berpakaian mirip seperti yang dikenakan Javier. Memicingkan netranya, Visha mencoba menangkap wajah si pembuat kericuhan itu. Ia membatin, 'Kenapa wajahnya terlihat familiar ya?' Visha pun mendekati Javier dan bertanya-tanya kalau ia mengenal orang-orang itu."Sepertinya ... saya belum bisa menangkap seperti apa wajahnya, Nona," jawab Javier masih dengan sikap siaga.Sementara itu mereka semakin mendekat dan jelas menuju ke arah penerima tamu.Dan ketika Visha akhir
"Kepada Tuan Alfons, dipersilakan untuk memberikan penjelasan laporan keuangan tahunan, tahun 2022."Pria berparas tampan dengan setelan jas seperti boyband tersebut, segera bangkit dan menjalankan tugasnya untuk memberikan penjelasan singkat.Tidak banyak yang memberikan pertanyaan terkait kinerja perusahaan. Karena Viensha Ltd. selalu berhasil membukukan keuntungan 3 sampai 5 kali lipat dibanding tahun sebelumnya, setiap tahun.Setelah paparan publik tersebut ditutup, dibukalah forum bebas untuk para wartawan untuk bertanya."Apakah selama ini Anda menyembunyikan keberadaan Nona Navisha? Apa tujuan Anda, Tuan Luca?""Lantas bagaimana dengan rencana masa depan perusahaan Viensha Ltd.? Apakah ini berarti Nona Visha yang akan memegang kepemimpinan?""Apakah Nona Visha sedang menjalankan rencana perebutan hak waris?"Pertanyaan sejenis itu lah yang dilontarkan para wartawan.Apalagi yang mereka tahu selama ini, penerus keluarga Cavallo adalah Ernesto. Kemungkinan adanya perebutan kekuas
"Dad ...." Luca mengambil napas cepat lalu menghembuskannya dengan sedikit menyentak. Bukan berarti Luca tidak setuju dengan ucapan sang ayah.Sudah lewat hampir 2 tahun, namun tidak ada pergerakan dari Cavallo, pasti membuat Lyuvent bertanya-tanya."Dad jelas yang paling tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ayah ketika putrinya diperlakukan seperti ini, bukan? Jangan memojokkanku ...." Luca memberikan gelas kristal itu pada Lyuvent dan memintanya bersikap tenang.CEO Viensha Ltd. itu kemudian mengambil posisi duduk di sofa yang ada di sebelah kiri sang ayah. Ia menghela napas panjang, seolah ikut mempertebal ketenangannya."Tidak sehari pun aku lupa bagaimana Javier menemukan Visha malam itu. Wajah cantik putriku bersimbah keringat dan selalu penuh ketakutan. Bahkan takut dijual kepadaku. Aku yang sangat ingin menghancurkan dua keluarga itu. Yang sudah membuat Visha menderita."Lyuvent mengerutkan keningnya sambil menenggak cairan beralkohol di gelasnya. Cavallo tua itu menuruti p
“Apa ada resep yang bisa diikuti, jika menunya sulit, Nyonya?” tanya Celez ketika dilihatnya wajah bingung Bianca.“A—aku tidak tahu makanan apa yang diinginkan Luca,” aku Bianca dengan wajah tersipu malu.Ia begitu marah tadi, karena mendengar Ernesto—anak laki-lakinya disingkirkan begitu saja dari kandidat CEO, sehingga ia tidak berpikir panjang mengenai apa yang harus ia perbuat.Padahal sudah 20 tahun lebih ia menjaga posisi itu tetap aman untuk anak tunggalnya.Celez yang mendengar ucapan Bianca pun setengah mati menahan tawa. Ia kemudian memberi saran untuk membuat makanan kesukaan Luca saja.“A—apa yang dia suka?” tanya Bianca. Kali ini ia menyadari betapa cuek dirinya terhadap sang suami.Memang mereka menikah karena dijodohkan oleh mendiang orangtuanya yang terlanjur mengikat janji dengan keluarga Cavallo. Tapi ia tidak menyangka kalau sampai hari ini, ia bahkan tidak tahu apa makanan kesukaan Luca.“Tuan Luca sangat menikmati beberapa makanan dan saya mengamati menu yang pal
“Apa ada hal yang terjadi, sampai kau tiba-tiba memasak, Bianca?” tanya Luca, tak menahan diri dari rasa penasarannya.Tubuh Bianca bergerak kaget mendengar pertanyaan yang sebenarnya sudah ia perhitungkan akan ditanyakan oleh salah satu dari mereka.Karena memang memasak sama sekali tidak ada dalam kamusnya. Setidaknya hingga hari ini.“Aku hanya ingin sekali-kali mencoba memasak, Sayang. Aku lihat Visha sering memasak untuk Dante,” kilahnya sekalian memuji Visha.“Bagus sekali, kalau begitu, Bianca. Dan ini cukup enak untuk seseorang yang seumur hidup tak pernah memasak.” Luca terus memuji sang istri, membuatnya semakin melambung tinggi.Separuh jalan mereka menikmati makan malam, Ernesto pun tiba dengan wajah penuh semangat sambil berkata, “Mana makanan Mama?!”Ernesto pun duduk sementara Celez menambahkan piring dan peralatan makan di hadapannya.“Nyonya besar membuat Panzanella ini dan Saltimbocca, Tuan Muda.” Celez menunjuk kedua menu tersebut dengan tangan kanan yang menengadah
“Kenapa tidak bisa?” Visha mengerutkan dahinya, bingung.Selama ini ia tidak pernah absen mengikuti rapat pemegang saham, setiap tahunnya. ‘Masa’kan sekali saja aku tak bisa absen?’ keluh ibu beranak satu itu, dalam hati.Javier akhirnya mengaku, “Bos Luca … meminta saya mengosongkan jadwal. Maafkan saya, Nona. Saya tidak menyangka bahwa itu adalah hari yang sama dengan hari perjanjian dengan tuan muda.”“Argh! Jadi itu rupanya. Bukan salahmu, Jav. Apa yang membuatnya memintamu begitu ya? Aku akan bicarakan dengan Dante nanti.” Visha memutuskan.“Baik, Nona.” Javier mengangguk.Mereka pun akhirnya tiba di kantor Viensha Ltd.Hari ini Luca memanggil Visha ke kantor untuk mengikuti beberapa rapat dengan divisi-divisi.*** Hari siang, berganti sore.Sementara itu, Ernesto yang sedang berada di rumah, tengah mendengar ocehan sang ibunda.“Mam … aku baru akan lulus kuliah, Papa pasti berpikir kalau aku belum banyak pengalaman,” ujar Ernesto menjelaskan dari sudut pandang Luca.Seben
“Pa, bukankah ini tidak ada kaitannya dengan suka atau tidak, hm? Aku hanya menagih janji saja,” ujar Ernesto sambil terkekeh. Ia merasa di atas angin saat ini, karena ia tahu semua ucapannya benar. Tapi segera, kekehannya berubah menjadi raut wajah siaga ketika sang ayah mengambi cangkir teh dan menyesapnya santai.Setelah meletakkan cangkir itu lagi, Luca akhirnya membuka mulut berkomentar dengan tenangnya, “Kau pikir papa tidak memperhitungkan semuanya? Kalau seperti itu, perusahaan yang papa bangun dengan keringat dan air mata hanya akan hancur dalam hitungan bulan.”“Apa maksud Papa?” Kerutan tak suka muncul di kening anak kedua dari Luca tersebut. “Jangan menganggap karena aku masih muda lantas aku tak bisa memimpin sebuah perusahaan!”Melihat raut kekesalan sang anak, Luca pun tergelak. ‘Tapi kuacungkan jempol karena berani menagihku,’ batinnya dengan bangga.“Ernesto, kau bahkan tak bisa mengerjakan tugas kecil dariku kalau bukan karena bantuan ibumu. Apa kau percaya diri ak