“Sepertinya kamu sangat senang sekali siang ini?” tanya Dharu saat melihat istrinya masuk mobil sambil terus tersenyum.Briana baru saja duduk lalu memakai sabuk pengaman. Dia menoleh ke Dharu masih dengan senyum yang terpajang di wajah.“Ya, karena aku baru saja mendapat sesuatu yang sangat menyenangkan,” jawab Briana.Dharu mengerutkan alis mendengar jawaban Briana. Dia mengemudikan mobil sambil bertanya.“Apa yang menyenangkan?” tanya Dharu penasaran.“Mantan mertuaku bersedia jadi pembantu di rumahku. Dengan begini akan lebih mudah mempermalukannya, sebagai imbalan akan kuberikan rumahnya lagi. Kamu tidak keberatan, kan?”Briana menjelaskan lalu menoleh Dharu yang sedang menyetir untuk mendengar komentar suaminya.Dharu cukup terkejut mendengar ucapan Briana meskipun sudah memberikan kebebasan ke istrinya untuk melakukan apa pun yang disuka dengan rumah milik keluarga Farhan.“Kupikir kamu takkan melepas rumah itu,” ucap Dharu.“Aku sebenarnya tak berminat,” balas Briana, “lagi pu
Briana duduk sambil menyilangkan kaki. Dia menatap Mirna yang sudah duduk berhadapan dengannya.Hari itu Briana tidak ke kantor karena menunggu Mirna datang sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat. Briana tak menyangka kalau Mirna benar-benar akan datang untuk menjalankan syarat yang diberikannya.“Aku sudah menulis apa saja syarat yang harus kamu lakukan selama sebulan ini, di sana juga ada hal yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan selama menjadi pembantu di sini. Jika kamu melanggar salah satu ketentuan yang aku buat, maka kesempatanmu memiliki kembali rumah itu akan musnah.”Briana memberikan kertas yang sudah ada tulisan tangannya ke meja.“Bacalah dulu, kamu masih memiliki kesempatan untuk berpikir ulang,” ucap Briana sambil bersikap angkuh.Mirna memilih membaca syarat yang ditulis Briana. Dia membacanya pelan hingga terkejut ketika membaca beberapa poin yang dituang di sana.“Kenapa aku tidak diperbolehkan keluar dari rumah ini?” tanya Mirna sangat syok membaca poin di man
Mirna menyetrika pakaian yang ada di ruang setrika. Peluh bermanik di seluruh wajah. Dia lelah tapi harus menyelesaikan pekerjaan yang menggunung itu.“Kenapa tidak selesai-selesai?” Mirna akhirnya merasakan apa yang dirasakan oleh para pembantu juga Briana. Menyetrika pakaian yang tiada habisnya padahal sudah banyak yang dikerjakan.Mirna meletakkan alat setrika, lalu menghela napas kasar. Dia benar-benar tak menyangka akan berada di titik seperti sekarang ini.Baru juga Mirna berhenti sebentar, alat yang dibawanya berbunyi bersamaan dengan lampu yang berkedip. Dia pun buru-buru mematikan setrika, lalu pergi mencari keberadaan Briana yang bahkan tak tahu ada di mana.“Briana ada di mana?” tanya Mirna ke pelayan yang ditemuinya.“Briana? Panggil Nona dong, ga sopan banget!” tegur pelayan.Mirna tak membantah lalu meralat panggilan untuk Briana.“Iya, maksudku Nona Briana.”“Dia ada di ruang kerja,” jawab pelayan sambil menunjuk ke ruang kerja Briana.Mirna berjalan ke ruang kerja Bri
Dhira berada di restoran bintang lima. Dia di sana untuk menemui pria yang terus mengganggunya. Dhira mau menemui pria itu hanya untuk menegaskan jika dirinya tak menyukai semua yang diberikan pria itu.Dhira menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan, sedikit kesal karena pria yang hendak bertemu dengannya, ternyata tidak datang tepat waktu.“Sepertinya dia hanya ingin mengerjaiku,” gumam Dhira.Dhira memilih berdiri untuk pergi, tapi tiba-tiba ada pria berdiri di samping meja dan menyapanya.“Maaf kalau aku terlambat,” ucap pria yang tak lain Sandi.Dhira mengamati pria itu, hingga mengingat kalau pria itu seperti pernah dilihatnya.“Kamu yang ingin bertemu denganku?” tanya Dhira sambil menatap pria yang berumur jauh di atasnya itu.Sandi mengangguk lalu meminta Dhira untuk kembali duduk.Dhira memilih kembali duduk karena dia hanya ingin menegaskan serta menghentikan apa yang dilakukan Sandy.“Aku tidak suka berbasa-basi, seharusnya ini bisa dilakukan dengan mudah mela
Rani merenung sendiri di kamarnya. Di usianya sekarang, dia seharusnya bisa bekerja dan menikmati hidup yang diinginkan, tapi sayangnya karena ambisinya membuat Rani malah terjebak sebagai selingkuhan.Dia pikir jika semua akan mudah setelah menjadi selingkuhan, tapi ternyata pria yang suka berselingkuh nyatanya brengsek dan manis saat ada maunya saja.“Kalau orang-orang tahu aku ini pernah jadi selingkuhan, apa mereka akan menghinaku?”Tiba-tiba saja Rani cemas, apalagi dia melihat berita kasus perselingkuhan yang terbongkar, lalu wanita yang jadi selingkuhan dihujat habis-habisan.Rani mendadak merinding takut, bagaimana kalau dia diperlakukan seperti itu karena ambisinya dulu.“Tapi, sekarang ga ada yang tahu. Kalau begitu, bukankah seharusnya tidak ada yang tahu?”Rani mencoba bersikap tenang, bagaimanapun dirinya memang harus mulai menjalani hidupnya lagi. Dia tak boleh bergantung ke orang lain lagi seperti yang ibunya katakan.Hari itu Rani mencoba melamar pekerjaan. Dia mencoba
“Apa saja yang dia bicarakan tadi?” tanya Dharu saat menemui Briana di kantor istrinya itu.Briana menarik napas panjang lalu mengembuskan kasar.“Dia bilang kalau sudah tahu kalau kita bersekongkol untuk menghancurkannya. Dia memang tak mengancam, tapi aku yakin kalau dia pasti akan melakukan sesuatu,” jawab Briana.Briana tak tenang setelah Farhan menghubunginya, apalagi dia tak tahu di mana pria itu sekarang.“Kamu tenang saja. Aku akan minta orang untuk melacak keberadaannya. Meski dia bersembunyi atau tiba-tiba muncul, aku yakin dia takkan berani karena polisi juga sedang mencarinya,” ujar Dharu mencoba menenangkan Briana.Briana menatap Dharu, lalu mengembuskan napas kasar.“Ya, aku berharap dia segera ditangkap agar bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dia sama sekali tak sadar diri dan terus berniat melakukan perbuatan jahat, padahal dia sudah sangat banyak menyakiti orang lain,” balas Briana.“Bahkan setelah apa yang sudah dilakukannya kepadaku. Dia masih berusaha untuk
Sore itu Briana benar-benar mengadakan pesta kecil-kecilan di halaman samping rumah dekat kolam renang. Briana sengaja mengundang beberapa orang yang memang mengenal Mirna agar melihat kalau wanita itu sekarang bekerja di rumahnya.“Maaf ya, dulu kami kurang baik kepadamu waktu kamu diberitakan bangkrut. Eh sekarang malah ngundang kami, kamu ga dendam, kan?” tanya salah satu tamu juga rekan Briana dulu.“Ya ampun, kenapa kalian berpikiran seperti itu? Tentu saja aku ga dendam. Malah mengadakan acara ini memang untuk mempererat hubungan, siapa tahu kita bisa menjalin kerjasama lagi,” ujar Briana menjelaskan.Para wanita itu senang mendengar ucapan Briana, mereka lalu masuk bersama menuju ke halaman samping.“Aku hanya mengundang beberapa orang saja karena ini hanya pesta kecil. Mau sebesar apa pun kesalahan di masa lampau, bukankah lebih baik dilupakan agar bisa melangkah ke depan.” Briana bicara dengan nada sindiran, tapi yang jelas para wanita itu diundang hanya untuk jadi peran pend
Mirna sangat terkejut. Dia langsung menyeka air mata dan berdiri sambil sedikit menundukkan kepala.“Ini jatah makan malammu. Pesta itu akan berakhir cukup larut, kamu tidak mungkin menahan lapar sampai malam nanti, kan?” Briana datang ke kamar Mirna sambil membawa piring berisi makanan dan buah untuk Mirna.Mirna mendekat lalu mengambil piring berisi makanan yang dibawa Briana.“Terima kasih,” ucap Mirna lirih.Briana hendak pergi saat Mirna sudah mengambil makanan itu, tapi sebelum itu Briana kembali menatap Mirna.“Tenang saja, itu bukan makanan sisa,” ucap Briana.Mirna tak berani memandang Briana karena sekarang semua ego dan kesombongnya diinjak oleh mantan menantunya itu.“Sekarang kamu merasakan bagaimana aku saat di rumahmu, kan? Kuharap kamu bisa belajar dari itu,” ucap Briana lagi lalu pergi meninggalkan kamar Mirna.Mirna memandang makanan yang diberikan Briana, memang baru dan tidak campur-campur seperti sisa makanan yang dijadikan satu. Tiba-tiba saja dia merasa lemas sa