Dhira berada di restoran bintang lima. Dia di sana untuk menemui pria yang terus mengganggunya. Dhira mau menemui pria itu hanya untuk menegaskan jika dirinya tak menyukai semua yang diberikan pria itu.Dhira menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan, sedikit kesal karena pria yang hendak bertemu dengannya, ternyata tidak datang tepat waktu.“Sepertinya dia hanya ingin mengerjaiku,” gumam Dhira.Dhira memilih berdiri untuk pergi, tapi tiba-tiba ada pria berdiri di samping meja dan menyapanya.“Maaf kalau aku terlambat,” ucap pria yang tak lain Sandi.Dhira mengamati pria itu, hingga mengingat kalau pria itu seperti pernah dilihatnya.“Kamu yang ingin bertemu denganku?” tanya Dhira sambil menatap pria yang berumur jauh di atasnya itu.Sandi mengangguk lalu meminta Dhira untuk kembali duduk.Dhira memilih kembali duduk karena dia hanya ingin menegaskan serta menghentikan apa yang dilakukan Sandy.“Aku tidak suka berbasa-basi, seharusnya ini bisa dilakukan dengan mudah mela
Rani merenung sendiri di kamarnya. Di usianya sekarang, dia seharusnya bisa bekerja dan menikmati hidup yang diinginkan, tapi sayangnya karena ambisinya membuat Rani malah terjebak sebagai selingkuhan.Dia pikir jika semua akan mudah setelah menjadi selingkuhan, tapi ternyata pria yang suka berselingkuh nyatanya brengsek dan manis saat ada maunya saja.“Kalau orang-orang tahu aku ini pernah jadi selingkuhan, apa mereka akan menghinaku?”Tiba-tiba saja Rani cemas, apalagi dia melihat berita kasus perselingkuhan yang terbongkar, lalu wanita yang jadi selingkuhan dihujat habis-habisan.Rani mendadak merinding takut, bagaimana kalau dia diperlakukan seperti itu karena ambisinya dulu.“Tapi, sekarang ga ada yang tahu. Kalau begitu, bukankah seharusnya tidak ada yang tahu?”Rani mencoba bersikap tenang, bagaimanapun dirinya memang harus mulai menjalani hidupnya lagi. Dia tak boleh bergantung ke orang lain lagi seperti yang ibunya katakan.Hari itu Rani mencoba melamar pekerjaan. Dia mencoba
“Apa saja yang dia bicarakan tadi?” tanya Dharu saat menemui Briana di kantor istrinya itu.Briana menarik napas panjang lalu mengembuskan kasar.“Dia bilang kalau sudah tahu kalau kita bersekongkol untuk menghancurkannya. Dia memang tak mengancam, tapi aku yakin kalau dia pasti akan melakukan sesuatu,” jawab Briana.Briana tak tenang setelah Farhan menghubunginya, apalagi dia tak tahu di mana pria itu sekarang.“Kamu tenang saja. Aku akan minta orang untuk melacak keberadaannya. Meski dia bersembunyi atau tiba-tiba muncul, aku yakin dia takkan berani karena polisi juga sedang mencarinya,” ujar Dharu mencoba menenangkan Briana.Briana menatap Dharu, lalu mengembuskan napas kasar.“Ya, aku berharap dia segera ditangkap agar bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dia sama sekali tak sadar diri dan terus berniat melakukan perbuatan jahat, padahal dia sudah sangat banyak menyakiti orang lain,” balas Briana.“Bahkan setelah apa yang sudah dilakukannya kepadaku. Dia masih berusaha untuk
Sore itu Briana benar-benar mengadakan pesta kecil-kecilan di halaman samping rumah dekat kolam renang. Briana sengaja mengundang beberapa orang yang memang mengenal Mirna agar melihat kalau wanita itu sekarang bekerja di rumahnya.“Maaf ya, dulu kami kurang baik kepadamu waktu kamu diberitakan bangkrut. Eh sekarang malah ngundang kami, kamu ga dendam, kan?” tanya salah satu tamu juga rekan Briana dulu.“Ya ampun, kenapa kalian berpikiran seperti itu? Tentu saja aku ga dendam. Malah mengadakan acara ini memang untuk mempererat hubungan, siapa tahu kita bisa menjalin kerjasama lagi,” ujar Briana menjelaskan.Para wanita itu senang mendengar ucapan Briana, mereka lalu masuk bersama menuju ke halaman samping.“Aku hanya mengundang beberapa orang saja karena ini hanya pesta kecil. Mau sebesar apa pun kesalahan di masa lampau, bukankah lebih baik dilupakan agar bisa melangkah ke depan.” Briana bicara dengan nada sindiran, tapi yang jelas para wanita itu diundang hanya untuk jadi peran pend
Mirna sangat terkejut. Dia langsung menyeka air mata dan berdiri sambil sedikit menundukkan kepala.“Ini jatah makan malammu. Pesta itu akan berakhir cukup larut, kamu tidak mungkin menahan lapar sampai malam nanti, kan?” Briana datang ke kamar Mirna sambil membawa piring berisi makanan dan buah untuk Mirna.Mirna mendekat lalu mengambil piring berisi makanan yang dibawa Briana.“Terima kasih,” ucap Mirna lirih.Briana hendak pergi saat Mirna sudah mengambil makanan itu, tapi sebelum itu Briana kembali menatap Mirna.“Tenang saja, itu bukan makanan sisa,” ucap Briana.Mirna tak berani memandang Briana karena sekarang semua ego dan kesombongnya diinjak oleh mantan menantunya itu.“Sekarang kamu merasakan bagaimana aku saat di rumahmu, kan? Kuharap kamu bisa belajar dari itu,” ucap Briana lagi lalu pergi meninggalkan kamar Mirna.Mirna memandang makanan yang diberikan Briana, memang baru dan tidak campur-campur seperti sisa makanan yang dijadikan satu. Tiba-tiba saja dia merasa lemas sa
Rani sangat panik karena bayangan yang tampak di luar rumah terus terlihat mondar-mandir. Dia menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari benda padat yang bisa digunakan membela diri, tapi tak ada apa pun, hingga terpikirkan menggunakan mie yang masih agak panas untuk melawan kemungkinan pencuri di luar.Rani menggerutu, lampu rumah mati malah sekarang ada orang yang mau berbuat jahat. Dia mengendap ke arah pintu sambil memegang cup mie yang siap dia siramkan. Saat hampir sampai di pintu, gagang pintu itu berputar lalu terbuka perlahan.“Pencuri!” teriak Rani karena takut sambil menyiramkan mie panas.“Agh!” Seorang pria memekik karena terkena siraman mie panas.Rani seperti tahu suara pria yang dia siram mie. Rani memperhatikan wajah pria itu yang tak terlihat jelas karena lampu rumahnya mati.“Dandi?” Rani terkejut karena ternyata pria itu seniornya di kafe.Dandi masih mengibaskan pakaian yang menempel tubuh karena panas, hingga memandang Rani saat mendengar suara wanita itu.“Kenapa k
“Hari ini aku akan menginap di rumah mertuaku. Kamu bisa istirahat atau tiduran setelah menyelesaikan tugas. Tapi ingat, tidak boleh keluar dari rumah.”Briana bicara dengan nada penekanan. Dia ingin menginap di rumah sanga mertua agar Mirna bisa istirahat.“Baik.” Mirna mengangguk mendengar ucapan Briana.Briana hendak membalikkan badan setelah selesai bicara, tapi kembali menoleh ke Mirna.“Kalau mau makan, makan sama dengan apa yang dimakan pelayan lain.” Briana kembali pergi setelah bicara.Mirna begitu lega karena akhirnya bisa bebas dari ketegangan. Dia hanya perlu menyelesaikan tugasnya, lalu bisa segera istirahat.Saat akan pergi ke ruang setrika. Mirna mendengar pelayan lain sedang bersih-bersih sambil bergosip.“Nona Briana itu terlalu baik. Padahal mantan mertuanya itu sudah sangat jahat, tapi dia tetap memperlakukannya baik dan memperingatkan kita untuk tak mengganggunya.”“Benar sekali. Ya, karena itu aku betah di sini, karena Nona selalu menghargai orang lain, bahkan pel
Briana masih mencari keberadaan orang di sekitarnya, tapi itu tempat umum, siapa saja bisa mengambil fotonya lalu dikirim kepadanya.“Bu, apa ada masalah?” tanya sekretaris Briana karena atasannya itu tak segera masuk tapi malah menengok ke kanan dan kiri.Briana menatap sekretarisnya yang sudah menunggu. Dia menatap ponselnya lagi, tapi tak ada pesan balasan dari nomor yang menghubungi. Bahkan saat dia kembali mengirim pesan, sekarang pesan itu tak terkirim.Briana semakin yakin kalau yang menghubunginya Farhan, lalu pria itu menonaktifkan lagi nomor yang dipakai agar tak bisa dilacak.“Tidak ada apa-apa, ayo pergi.” Briana masuk mobil dan meminta sopir untuk segera meninggalkan tempat itu.**Sore harinya Briana pulang bersama Dharu menuju rumah Renata. Briana terlihat diam melamun, membuat Dharu langsung menatap ke istrinya itu.“Kenapa kamu melamun terus sejak tadi?” tanya Dharu keheranan.Briana menoleh Dharu yang sedang menyetir. Dia belum memberitahu soal pesan yang diterimanya