“Rencananya sudah mulai berjalan. Hari ini mulai terjadi kekisruhan di perusahaan Farhan.”Dika memberikan informasi yang didapatnya dari mata-mata yang ada di perusahaan Farhan.“Bagus, dengan begini Briana tinggal melihat Farhan jatuh lalu mengemis kepadanya,” balas Dharu puas rencananya berhasil.“Farhan memberi instruksi agar kepala pabrik mengikuti ucapannya, tapi sayangnya dia harus menelan pil pahit karena tidak tahu kalau orang yang dipercayanya, sebenarnya orang bayaran kita,” ucap Dika lagi.Ya, kepala pabrik sudah dibayar untuk berpihak ke Dharu dengan banyak jaminan yang akan didapat, termasuk tetap bisa mendapat pekerjaan jika terjadi sesuatu dengan pabrik Farhan.Sebab itulah Dharu bisa mendapatkan bukti-bukti kecurangan Farhan karena yang melaporkan adalah kepala pabrik pria itu.“Bagus, tinggal menunggu waktu perusahaan itu tak stabil, lalu aku akan mengambil alih semuanya,” balas Dharu dengan tatapan penuh kelicikan demi Briana.Di perusahaan Briana. Dia mendengar kab
“Cepat sekali kamu menjalankan rencana itu?” tanya Briana saat siang itu bertemu dengan Dharu untuk makan siang bersama.“Bukti sudah ada, untuk apa ditunda?” Dharu membalas sambil tersenyum puas. Dia makan dengan tenang sambil membayangkan Farhan yang mungkin sedang panik karena masalah yang terjadi.Briana takkan mengasihani Farhan, apalagi setelah tahu bagaimana Farhan menjebaknya tak hanya sekali. Dia tak mau menaruh rasa empati ke orang yang sudah menghancurkan masa depannya, hanya untuk kepentingan diri sendiri.“Apa Farhan menghubungimu?” tanya Briana sambil menikmati makan siangnya.“Tidak, mungkin belum karena dia masih panik dengan yang terjadi di perusahaannya,” jawab Dharu, “aku bahkan sudah mengirim bukti manipulasinya ke para pemegang saham agar mereka ikut bertindak dalam kasus ini.”Briana benar-benar tak menyangka jika Dharu akan bergerak secepat ini.“Apa pun yang terjadi nanti, di saat ada kesempatan untuk menjatuhkannya, jangan pernah kasihan atau memikirkan yang l
“Apa kamu mau menjelaskan sesuatu?” tanya Dharu saat bertemu dengan Farhan.Dharu sengaja menemui Farhan untuk meminta penjelasan, hanya agar Farhan tidak curiga soal dirinya yang berada di balik kericuhan yang terjadi di perusahaan Farhan.Farhan menelan ludah susah payah mendengar pertanyaan Dharu. Tentu saja dia gelagapan dan panik karena taruhannya perusahaan itu jika sampai dia ketahuan berbuat curang.“Aku bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ini semua kesalahan teknis dari bagian pabrik. Kami sedang mencari tahu kenapa ada kelalaian seperti ini,” ujar Farhan mencoba menjelaskan meski raut panik terpampang nyata di wajahnya.Dharu menatap Farhan yang sedang bicara. Meski tanpa bicara, tapi tatapan matanya cukup membuat orang menjadi tak nyaman.“Aku akan segera mengurus masalah ini. Beri waktu sebentar dan semua akan baik-baik saja,” ucap Farhan begitu panik karena Dharu hanya diam.“Baiklah.” Dharu menurunkan satu kaki yang sejak tadi disilangkannya.Farhan terlihat le
“Farhan sangat panik saat menemuiku tadi,” ucap Dharu ketika berada di kamar bersama Briana.“Bagaimana ekspresi wajahnya?” tanya Briana santai. Dia menyesap kopi setelah selesai bicara.Dharu mengingat bagaimana paniknya Farhan tadi, hingga kemudian menjelaskan, “Takut dan cemas, sepertinya dia panik karena akan kehilangan perusahaannya.”Briana mengangguk-angguk lalu membayangkan bagaimana kepanikan Farhan saat ini.“Besok ada rapat pemegang saham, aku yakin posisi Farhan terancam karena masalah ini,” ujar Dharu lagi sambil menatap Briana yang sedang menyesap kopi.Briana menyesap kopi sambil berpikir, hingga tersenyum tipis tersirat di wajah setelah dirinya selesai minum. Briana menoleh Dharu, melihat suaminya itu sudah menatap dirinya.“Dia sangat membanggakan Litta yang bisa membuatnya naik jabatan, kita lihat saja, bagaimana mereka nanti setelah semua yang mereka miliki hilang,” ujar Briana.“Aku akan ikut menikmatinya,” balas Dharu sambil menatap acara televisi.“Oh ya, ada sat
Pagi itu Farhan baru saja keluar dari kamar, tapi kali ini dia mengunci pintu kamar.“Kamu mau ke kantor?” tanya Mirna saat melihat putranya itu keluar kamar.“Ya,” jawab Farhan.Mirna melirik ke kamar, tak biasanya Farhan mengunci pintu.“Kenapa pintunya dikunci? Gimana Litta?” tanya Mirna.Farhan memberikan kunci kamar ke Mirna, lalu berkata, “Aku sedang emosi dan dia terus memberontak. Biarkan dia tetap di kamar, beri saja makanan tapi jangan biarkan dia keluar.”Mirna cukup terkejut mendengar ucapan Farhan, sejak kapan putranya jadi kasar seperti itu, bahkan sangat kejam dengan mengurung Litta, padahal dulu tak pernah melakukan itu saat bersama Briana.“Ma, Mama mendengarkan apa yang aku katakan, kan? Aku tidak mau dia menimbulkan masalah lain,” ujar Farhan saat melihat Mirna melamun.“Iya, Mama dengar,” balas Mirna tak ingin membuat Farhan semakin emosi.Farhan pun pergi ke kantor setelah menyerahkan kunci ke Mirna.Mirna memandang ke pintu kamar Farhan, hingga berpikir apakah Fa
Dharu masih menunggu jawaban Briana, tapi dalam hatinya takkan memaksa jika memang Briana masih menolak.Namun, siapa sangka jika apa yang dipikirkan Dharu berbeda dari apa yang dilakukan Briana. Istrinya itu melepas ikatan dasi Dharu, lantas meloloskan dari kerah.“Sepertinya kita harus mandi lagi setelah ini,” ucap Briana lantas memandang Dharu.Dharu tersenyum mendengar ucapan Briana, hingga dia kembali memagut bibir istrinya itu.Mereka kembali saling menautkan bibir, bahkan Dharu berjalan maju sampai membuat Briana mundur. Keduanya mengarah ke ranjang, sampai akhirnya jatuh bersamaan di atas kasur.“Sudah sangat lama aku tak pernah melakukannya,” ucap Briana saat Dharu mengukungnya.“Aku malah belum pernah melakukannya sama sekali,” balas Dharu.Briana langsung mengulum bibir mendengar balasan Dharu. Dia sendiri sudah lupa kapan terakhir kali Farhan menyentuhnya karena pria itu sibuk berselingkuh.“Kita lakukan pelan-pelan,” bisik Dharu.Keduanya pun kembali saling memancing gair
Farhan begitu tertekan karena para pemegang saham memintanya mundur karena sudah memanipulasi barang sampai membuat banyak customer komplain bahkan demo.“Tidak ada alasan lagi untuk bertahan. Andai kamu bisa memperbaiki semua, tapi kepercayaan pelanggan dipertaruhkan.”“Kami yakin, mereka takkan pernah mau bekerjasama lagi, selama kamu masih memimpin.”“Lebih baik kamu mengundurkan diri. Semua bukti sudah ada, bahkan saksi pun ada. Kamu mau mengelak seperti apa lagi jika sudah memanipulasi bahan?” Farhan mendapat cecaran dari para petinggi perusahaan. Para pemegang saham lain juga tidak memberikan dukungan kepadanya karena ada bukti kuat yang menunjukkan jika semua itu terjadi karena kesalahan Farhan.Farhan mengepalkan telapak tangan erat. Ternyata penanggung jawab pabrik yang dipercayainya, malah membocorkan perintahnya soal manipulasi bahan. Kini dia harus menghadapi petinggi perusahaan dengan jabatan sebagai taruhannya.“Aku bisa menyelesaikan ini. Tidak bisakah kalian memberiku
“Iya baik. Terima kasih.”Dharu baru saja menerima panggilan dari salah satu pemegang saham perusahaan Farhan. Dia mendapat informasi kalau Farhan dipaksa mundur dari jabatan karena kesalahan yang dibuat.“Bagaimana?” tanya Dika yang berada di ruangan Dharu.“Tinggal menunggu dia memohon,” jawab Dharu.Pemegang saham mengatakan jika semua denda kerjasama dan biaya ganti rugi akan dibebankan ke Farhan sebagai pelaku manipulasi.Dharu mengincar rumah Farhan agar bisa digunakan untuk membalas perbuatan Farhan dan keluarga ke Briana.“Ini bukan karma instan, tapi karma yang direncanakan,” ucap Dika karena puas segala usaha yang diupayakan olehnya berjalan dengan mulus.“Ada kalanya kita harus ikut campur, kan? Apalagi ini demi orang yang kita sayangi,” balas Dharu lega karena bisa membantu membalas dendam sakit hati Briana, juga sakit hatinya sebab Farhan sudah mengambil Briana darinya.Dika mengangguk-angguk mendengar ucapan Dharu, lalu kembali berkata, “Kita rayakan.”Di perusahaan Bria