Farhan pulang setelah dirinya diminta mundur dari jabatannya. Saat sampai di rumah, dia melihat Mirna yang sedang mengompres kening.“Ada apa ini?” tanya Farhan sambil memandang sang mama.Mirna dan pembantu langsung menatap Farhan, Mirna terkejut karena putranya itu sudah pulang lebih awal.“Kenapa kamu pulang lebih awal?” tanya Mirna sambil menegakkan badan.Farhan melihat memar di kening sang mama. Dia pun duduk di sofa sambil terus memperhatikan.“Ada masalah di perusahaan,” jawab Farhan belum berani mengatakan jika dirinya mundur dari jabatan.Mirna masih meringis menahan sakit di kening, hingga Farhan bertanya.“Ada apa dengan kening Mama?” tanya Farhan yang penasaran.Mirna menatap Farhan yang penasaran. Dirinya tak bisa menutupi jika Litta kabur karena pastinya Farhan akan tahu.“Ini semua karena ulah Litta. Dia membekap mama lalu mendorong sampai mama jatuh membentur sofa kemudian dia kabur,” jawab Mirna agak hati-hati.“Apa?” Farhan sangat terkejut mendengar jawaban Mirna.F
Briana sudah selesai dari kamar mandi. Dia pun pergi ke ruang karaoke tanpa menunggu Dharu karena berpikir mungkin saja suaminya sudah sampai di ruang karaoke lebih dulu.Saat akan masuk ruangan, Briana lebih dulu melihat apa yang terjadi di dalam, dia sampai membungkam mulut karena terkejut.Briana tidak langsung masuk, tapi melihat sahabatnya sedang berciuman dengan sekretaris suaminya. Dia sampai berdeham pelan karena malu, belum lagi Medha memukul lengan Dika sambil tersenyum, menandakan jika sahabatnya itu berciuman tanpa paksaan.“Kenapa tidak masuk?” tanya Dharu yang baru saja tiba.Briana terkejut mendengar suara Dharu, hingga mencoba tersenyum untuk menutupi keterkejutannya.“Ini baru mau masuk,” jawab Briana lantas membuka pintu.Dika dan Medha sudah duduk saat pintu terbuka, keduanya bersikap biasa saat ada Briana dan Dharu.“Ayo mulai, makanan dan minuman yang dipesan akan segera dikirim,” ucap Dika sambil memilih lagu yang ingin mereka nyanyikan.Briana duduk di samping M
Di sebuah kamar hotel. Rani terlihat sedang mengancingkan kemejanya setelah sebelumnya bercinta dengan pria yang menjadikannya selingkuhan.“Di dalam kartu ini ada uang senilai ratusan juta. Ini cukup untuk kompensasi, kan?”Pertanyaan itu membuat Rani sangat terkejut. Bahkan dia langsung menoleh ke pria itu.“Kompensasi? Apa maksudmu?” tanya Rani begitu syok.Pria itu berdiri dari duduknya sambil meraih kemeja yang tergeletak di sandaran sofa, lantas memakainya dengan cepat.“Aku bosan denganmu. Ambil uang itu sebagai kompensasi, setelah ini jangan pernah menemuiku lagi. Ingat, aku hanya butuh dipuaskan dan kamu butuh uang. Jadi tak ada hubungan yang mengikat selain hubungan ranjang!”Pria itu menjelaskan dengan sangat tegas agar Rani tak mengejarnya di kemudian hari.Rani gelagapan mendengar ucapan pria itu. Apa itu artinya dia sedang dibuang.“Kamu tidak bisa melakukan ini?” Rani tak terima jika dibuang begitu saja.“Tidak bisa? Kamu pikir siapa sehingga bisa melarangku melakukan a
Mirna sangat pusing memikirkan ke mana Farhan ditambah Rani yang semalaman tak pulang. Dia benar-benar tidak mengira jika semuanya akan kacau seperti sekarang.Mirna duduk di ruang keluarga sambil memijat kening yang terasa pusing, hingga dia melihat Rani yang baru saja pulang.“Dari mana kamu? Kenapa tidak pulang semalaman?” tanya Mirna ketika melihat putrinya semakin susah diatur.“Kenapa Mama sangat cerewet? Mama ga tahu apa kalau aku sedang pusing!” Rani langsung mengamuk sang mama karena kesal.Mirna terkejut mendengar amukan Rani. Dia buru-buru mendekat untuk memarahi putrinya yang berani membentak dirinya.“Kamu ini sudah tidak pulang semalaman, pulang-pulang malah mengamuk. Kamu waras? Bisa tidak menjaga dirimu agar tidak sampai terkena masalah? Kakakmu sudah terkena masalah karena menganiaya istrinya ditambah ketahuan memanipulasi barang, sekarang kamu malah bersikap seperti ini!”Mirna langsung mengamuk karena tak habis pikir dengan sikap Rani.Rani sangat terkejut mendengar
“Kamu sudah tahu soal Farhan yang dilaporkan ke polisi?”Briana terkejut sampai menoleh Dharu yang sedang menyetir.“Dilaporkan polisi?” Briana sangat terkejut. Dia benar-benar tak menyangka jika Farhan sampai dilaporkan ke polisi.“Apa kliennya yang melaporkan?” tanya Briana.“Bukan, tapi istrinya,” jawab Dharu.Dharu menoleh Briana yang terkejut, hingga tiba-tiba cemas jika Briana dulu juga mengalami kekerasaan dalam rumah tangga.“Apa dulu Farhan sering memukulimu?” tanya Dharu.“Apa?” Briana benar-benar terkejut mendengar pertanyaan Dharu.“Dia dilaporkan karena kekerasan?” tanya Briana menebak.“Iya. Aku mendapat info kalau dia memukuli istrinya, karena itu aku bertanya apa kamu juga dulu mengalami hal sama?” tanya Dharu memastikan setelah menjawab pertanyaan Briana.Briana menggeleng pelan menjawab pertanyaan Dharu.“Dia tidak pernah memukulku. Jika memang dia kesal, dia lebih mengabaikanku. Aku pun tidak peduli dan tidak pernah banyak bicara saat aku marah, mungkin sebab itu di
“Yakin itu hanya orang iseng?” tanya Dharu ketika menemui Dhira di kamar.Dhira memandang ponselnya, lantas menatap sang kakak yang menunggu jawaban darinya.“Sepertinya tidak, tapi aku malas menanggapinya. Nomor itu juga mengirim pesan beberapa kali, tapi memang tak aku tanggapi,” jawab Dhira terlihat malas.Dharu mengulurkan tangan, meminta ponsel sang adik untuk melihat pesan seperti apa yang dikirimkan ke adiknya itu.Dhira tak keberatan ponselnya dicek sang kakak, lagi pula sudah biasa juga Dharu bersikap posesif demi keamanannya.Dharu membuka pesan yang dimaksud Dhira, memang dikirim oleh nomor yang tak dikenal.[Perkenalkan, saya Ibra. Bolehkah saya meminta waktunya sebentar?][Maaf, apa Anda punya waktu.][Jika Anda ada waktu, bisakah membalas pesan ini?][Saya ingin membahas sesuatu dengan Anda. Saya harap Anda mau merespon pesan dari saya.]Dharu membaca deretan pesan yang dikirimkan di waktu berbeda tapi sama sekali tak direspon Dhira.“Bagaimana kalau dia klien dan ingin
“Di mana dia? Jangan berani menghalangiku untuk memberinya pelajaran!” Istri Sandi terlihat sangat murka dan ingin menghajar Rani.Mirna sangat terkejut dan panik melihat wanita itu ingin menerobos masuk mencari Rani. Dia pun berusaha menghalangi.“Ini rumahku! Jangan sembarangan berbuat onar di sini atau aku akan melaporkanmu ke polisi!” ancam Mirna untuk menghalangi wanita itu masuk.Wanita itu langsung menatap kesal karena Mirna berani mengancamnya.“Kamu pikir siapa berani mengancamku?” Wanita itu menatap tajam.“Lihat saja, akan kubuat kalian menyesal!” ancam wanita itu kemudian pergi meninggalkan rumah itu.Mirna benar-benar pusing, kenapa anak-anaknya jadi seperti ini.Setelah memastikan wanita tadi pergi. Mirna masuk dan pergi ke kamar Rani. Dia melihat putrinya itu masih tidur berbalut selimut.“Rani, bangun! Apa-apaan ini, hah? Jadi selama ini kamu sering keluar karena menjadi selingkuhan orang!” Mirna melempar foto-foto yang didapat di atas ranjang Rani.Rani terkejut mende
Briana dan Medha makan siang bersama di luar. Sampai detik ini Medha belum jujur ke Briana soal hubungannya dengan Dika, membuat Briana memilih pura-pura tidak tahu.Medha melirik Briana yang sedang makan, raut wajahnya terlihat jelas jika dia seperti sedang merasa bersalah ke sahabatnya itu.“Bri.” Briana menatap ke Medha saat mendengar sahabatnya itu memanggil.“Ada apa? Kamu mau pesan yang lain?” tanya Briana sambil memperhatikan Medha.Medha terlihat bingung sampai menusuk-nusuk makanannya, sedangkan Briana masih menunggu sahabatnya itu bicara.“Sebenarnya aku mau membahas soal ....” Medha kembali berhenti bicara, sepertinya agak cemas untuk bicara.“Soal hubunganmu dengan Dika?” tanya Briana lalu memasukkan suapan ke mulut.Medha sudah tahu kalau Briana melihatnya berciuman dengan Dika dari kekasihnya itu. Sebab itulah sekarang Medha ingin jujur karena merasa tak bisa ditutupi lagi.Briana mengunyah makanan sambil menatap Medha yang masih diam. Dia merasa kalau temannya itu seda