Mirna sangat pusing memikirkan ke mana Farhan ditambah Rani yang semalaman tak pulang. Dia benar-benar tidak mengira jika semuanya akan kacau seperti sekarang.Mirna duduk di ruang keluarga sambil memijat kening yang terasa pusing, hingga dia melihat Rani yang baru saja pulang.“Dari mana kamu? Kenapa tidak pulang semalaman?” tanya Mirna ketika melihat putrinya semakin susah diatur.“Kenapa Mama sangat cerewet? Mama ga tahu apa kalau aku sedang pusing!” Rani langsung mengamuk sang mama karena kesal.Mirna terkejut mendengar amukan Rani. Dia buru-buru mendekat untuk memarahi putrinya yang berani membentak dirinya.“Kamu ini sudah tidak pulang semalaman, pulang-pulang malah mengamuk. Kamu waras? Bisa tidak menjaga dirimu agar tidak sampai terkena masalah? Kakakmu sudah terkena masalah karena menganiaya istrinya ditambah ketahuan memanipulasi barang, sekarang kamu malah bersikap seperti ini!”Mirna langsung mengamuk karena tak habis pikir dengan sikap Rani.Rani sangat terkejut mendengar
“Kamu sudah tahu soal Farhan yang dilaporkan ke polisi?”Briana terkejut sampai menoleh Dharu yang sedang menyetir.“Dilaporkan polisi?” Briana sangat terkejut. Dia benar-benar tak menyangka jika Farhan sampai dilaporkan ke polisi.“Apa kliennya yang melaporkan?” tanya Briana.“Bukan, tapi istrinya,” jawab Dharu.Dharu menoleh Briana yang terkejut, hingga tiba-tiba cemas jika Briana dulu juga mengalami kekerasaan dalam rumah tangga.“Apa dulu Farhan sering memukulimu?” tanya Dharu.“Apa?” Briana benar-benar terkejut mendengar pertanyaan Dharu.“Dia dilaporkan karena kekerasan?” tanya Briana menebak.“Iya. Aku mendapat info kalau dia memukuli istrinya, karena itu aku bertanya apa kamu juga dulu mengalami hal sama?” tanya Dharu memastikan setelah menjawab pertanyaan Briana.Briana menggeleng pelan menjawab pertanyaan Dharu.“Dia tidak pernah memukulku. Jika memang dia kesal, dia lebih mengabaikanku. Aku pun tidak peduli dan tidak pernah banyak bicara saat aku marah, mungkin sebab itu di
“Yakin itu hanya orang iseng?” tanya Dharu ketika menemui Dhira di kamar.Dhira memandang ponselnya, lantas menatap sang kakak yang menunggu jawaban darinya.“Sepertinya tidak, tapi aku malas menanggapinya. Nomor itu juga mengirim pesan beberapa kali, tapi memang tak aku tanggapi,” jawab Dhira terlihat malas.Dharu mengulurkan tangan, meminta ponsel sang adik untuk melihat pesan seperti apa yang dikirimkan ke adiknya itu.Dhira tak keberatan ponselnya dicek sang kakak, lagi pula sudah biasa juga Dharu bersikap posesif demi keamanannya.Dharu membuka pesan yang dimaksud Dhira, memang dikirim oleh nomor yang tak dikenal.[Perkenalkan, saya Ibra. Bolehkah saya meminta waktunya sebentar?][Maaf, apa Anda punya waktu.][Jika Anda ada waktu, bisakah membalas pesan ini?][Saya ingin membahas sesuatu dengan Anda. Saya harap Anda mau merespon pesan dari saya.]Dharu membaca deretan pesan yang dikirimkan di waktu berbeda tapi sama sekali tak direspon Dhira.“Bagaimana kalau dia klien dan ingin
“Di mana dia? Jangan berani menghalangiku untuk memberinya pelajaran!” Istri Sandi terlihat sangat murka dan ingin menghajar Rani.Mirna sangat terkejut dan panik melihat wanita itu ingin menerobos masuk mencari Rani. Dia pun berusaha menghalangi.“Ini rumahku! Jangan sembarangan berbuat onar di sini atau aku akan melaporkanmu ke polisi!” ancam Mirna untuk menghalangi wanita itu masuk.Wanita itu langsung menatap kesal karena Mirna berani mengancamnya.“Kamu pikir siapa berani mengancamku?” Wanita itu menatap tajam.“Lihat saja, akan kubuat kalian menyesal!” ancam wanita itu kemudian pergi meninggalkan rumah itu.Mirna benar-benar pusing, kenapa anak-anaknya jadi seperti ini.Setelah memastikan wanita tadi pergi. Mirna masuk dan pergi ke kamar Rani. Dia melihat putrinya itu masih tidur berbalut selimut.“Rani, bangun! Apa-apaan ini, hah? Jadi selama ini kamu sering keluar karena menjadi selingkuhan orang!” Mirna melempar foto-foto yang didapat di atas ranjang Rani.Rani terkejut mende
Briana dan Medha makan siang bersama di luar. Sampai detik ini Medha belum jujur ke Briana soal hubungannya dengan Dika, membuat Briana memilih pura-pura tidak tahu.Medha melirik Briana yang sedang makan, raut wajahnya terlihat jelas jika dia seperti sedang merasa bersalah ke sahabatnya itu.“Bri.” Briana menatap ke Medha saat mendengar sahabatnya itu memanggil.“Ada apa? Kamu mau pesan yang lain?” tanya Briana sambil memperhatikan Medha.Medha terlihat bingung sampai menusuk-nusuk makanannya, sedangkan Briana masih menunggu sahabatnya itu bicara.“Sebenarnya aku mau membahas soal ....” Medha kembali berhenti bicara, sepertinya agak cemas untuk bicara.“Soal hubunganmu dengan Dika?” tanya Briana lalu memasukkan suapan ke mulut.Medha sudah tahu kalau Briana melihatnya berciuman dengan Dika dari kekasihnya itu. Sebab itulah sekarang Medha ingin jujur karena merasa tak bisa ditutupi lagi.Briana mengunyah makanan sambil menatap Medha yang masih diam. Dia merasa kalau temannya itu seda
“Apa-apaan ini?”Mirna sangat terkejut saat mendapat surat penyitaan aset rumah dan isinya dari petugas dan pengacara perusahaan Dharu.“Kami hanya menjalankan tugas. Kami harap Anda segera mengosongkan rumah ini sesuai dengan prosedur, atau kami akan mengosongkan paksa,” kata petugas pengadilan.Mirna sangat syok, bahkan sampai merasa sesak napas.“Kami harap Anda bekerja sama karena ini berjalan sesuai dengan perjanjian kontrak yang ditandatangani Pak Farhan,” ucap pengacara Dharu.Setelah menyampaikan surat penyitaan serta memberikan waktu satu minggu untuk mengosongkan, petugas dan pengacara Dharu pun pergi dari rumah itu.Mirna terduduk lemas. Bahkan hampir pingsan karena rumah warisan keluarga sekarang disita.“Ada apa, Ma?” tanya Rani yang akhirnya turun setelah seharian berada di kamar.Mirna menatap Rani yang tak pernah memikirkan sama sekali soal keluarga. Dia frustasi karena Farhan tidak ada kabar, lalu putrinya jadi selingkuhan orang.“Hancur! Hancur semua! Rumah ini disit
Hari berikutnya, Dharu baru saja dari luar menemui klien. Saat dia dan Dika akan masuk lift, ada dua OB keluar dari lift membawa buket bunga dan parcel buah.“Mau dikirim ke mana?” tanya Dika iseng.Dharu menoleh Dika yang baru saja bertanya, lalu kembali memandang dua OB yang baru saja keluar dari lift.“Ini, Pak. Kata Bu Dhira, terserah mau dibuang atau dimakan. Beliau tidak mau menerimanya,” kata salah satu OB.“Dhira?” Dharu langsung mengerutkan alis.Dika menoleh Dharu yang tampak terkejut.“Kami permisi, Pak.” Dua OB itu pergi ke arah belakang.“Berarti buket dan parcel itu punya adikmu?” tanya Dika setelah dua OB tadi pergi.Dharu diam berpikir, lalu berkata, “Kamu kembalilah ke ruangan lebih dulu. Aku akan menemui Dhira lebih dulu.”Dharu pergi ke ruangan Dhira. Saat sampai di sana, dia melihat sang adik yang sedang mengecek berkas.“Apa aku mengganggumu?” tanya Dharu saat sudah masuk ruangan.“Tidak,” balas Dhira lantas mengalihkan pandangan ke sang kakak kembar.“Ada apa ke
Mantan pelayan dan pekerja lain itu tampak sangat terkejut karena mobil yang berhenti di hadapan mereka. Hingga mereka melihat siapa yang keluar dari sana.“Non Briana.”Semua orang itu malah sangat senang ketika melihat Briana.Briana tersenyum lalu mendekat ke orang-orang itu. Dia memandang sekilas ke rumah milik mantan mertuanya itu, kemudian memandang ke orang-orang yang ditemuinya.“Kalian mau pergi?” tanya Briana.Orang-orang itu saling tatap, kemudian memandang Briana.“Rumah ini disita, Nyonya Mirna dan Non Rani juga sudah pergi dari sini. Kami tidak mungkin tetap tinggal di sini, jadi kami berniat pulang kampung,” jawab pelayan paruh baya.Briana diam mendengarkan, lalu berkata, “Kembalilah masuk dan tetaplah bekerja di sini.”Semua orang itu terkejut mendengar ucapan Briana, sampai-sampai mereka saling menoleh karena bingung.“Maksudnya, Non?” tanya pelayan.“Jika kalian pulang kampung, kalian mau kerja apa? Rumah ini jadi milikku, aku butuh orang untuk mengurusnya, jadi tol