“Kenapa kamu melakukan ini?” tanya Briana saat berada di ruang kerja Dharu.“Melakukan apa?” tanya Dharu seolah tak paham dengan yang dimaksud Briana.Briana menatap Dharu yang sudah memandangnya, menunggu suaminya itu menjelaskan.Dharu mendekat ke Briana, lantas menyentuh kedua lengan wanita itu. dia menatap penuh keseriusan saat akan menjelaskan apa yang hendak dikatakan.“Dengarkan aku. Saham itu aku berikan agar kamu mempunyai kekuasaan di sini. Saat aku bergerak untuk membalas dendam, aku ingin kamu ambil andil dalam jatuhnya perusahaan Farhan,” ujar Dharu ingin Briana berdiri saat Farhan jatuh.Briana menatap Dharu dengan rasa tak percaya. Pria itu begitu totalitas membantunya, melakukan segala cara untuk memenuhi apa yang diinginkannya.“Seharusnya kamu tak perlu melakukan semuanya sejauh ini. Bagaimana jika orang tuamu tahu niatan aslimu membantuku?” tanya Briana cemas.Dia tak pernah bisa jika membuat Dharu ikut terseret dalam masalahnya.“Mereka tahu,” jawab Dharu sambil me
“Aku memang menaruh mata-mata di perusahaannya, terutama di pabriknya. Di sana aku mendapatkan kalau Farhan sudah memanipulasi barang untuk kliennya,” ujar Dharu menjelaskan bukti yang dimilikinya untuk menjatuhkan perusahaan Farhan.Dharu memberitahukan itu semua setelah Briana agak tenang. Dia ingin melihat bagaimana Briana akan menanggapi data yang dimilikinya.Briana pun mengambil data yang dipegang Dharu, lantas mengecek satu persatu informasi yang ada.“Kamu yakin kalau dia memang memanipulasi bahannya?” tanya Briana memastikan.“Tentu saja. Bahkan aku sudah mendapatkan sampelnya, lantas melakukan pengetesan. Grade A yang sekarang tak seperti Grade A seperti sebelumnya, ada pengurangan komposisi juga hasilnya sama dengan Grade B.”Dharu pun menjelaskan agar Briana yakin kalau data yang diterimanya valid.Briana diam berpikir, lantas memandang Dharu yang sedang menunggunga bicara.“Apa yang akan kamu lakukan dengan bukti ini?” tanya Briana penasaran.Dharu sekarang ikut memandang
Farhan pulang saat sore hari. Dia membuka laci penyimpanan di lemari pakaian untuk mencari sesuatu.“Kamu nyari apa?” tanya Litta saat melihat suaminya baru pulang tapi langsung mencari sesuatu.Litta baru saja selesai mandi, saat keluar malah melihat suaminya sibuk membongkar lemari.Farhan menoleh Litta, hingga kemudian mendekat ke istrinya itu.“Apa kamu mengambil foto USG di laci?” tanya Farhan sambil memandang Litta yang berdiri tak jauh darinya.Litta langsung memasang wajah tak senang ketika mendengar pertanyaan Farhan.“Iya, memangnya kenapa? Lagi pula untuk apa kamu menyimpannya?”Litta bicara dengan nada tinggi karena kesal mendengar cara bertanya Farhan.Farhan langsung mendekat ke Litta, lantas menatap kesal ke istrinya itu.“Di mana kamu menyimpannya?” tanya Farhan dengan tatapan emosi.“Sudah kubuang!” Litta menjawab ketus karena sebal.Farhan mencengkram lengan Litta, hal itu membuat Litta sangat terkejuta.“Kamu bohong! Kamu mengirimkannya ke Briana, kan?” tanya Farhan
“Kamu sekarang sudah sangat dekat dengan Dhira,” ucap Dharu saat berada di kamar bersama Briana.Mereka pulang setelah selesai makan malam. Kini keduanya berada di kamar untuk bersiap tidur.“Mungkin karena Dhira merasa sefrekuensi denganku,” balas Briana lantas naik ranjang dan duduk bersisian dengan Dharu.Dharu mengangguk-angguk sambil memulas senyum, hingga kemudian membalas, “Aku senang melihat kalian akur. Dhira tak punya banyak teman karena dia takut jika dimanfaatkan orang lain.”“Mana mungkin dia tak banyak teman?” tanya Briana tak percaya, apalagi tahu bagaimana sifat Dhira yang supel dan menyenangkan.Dharu menoleh Briana, lantas membalas, “Ya, memang begitu adanya.”“Teman biasa ada, tapi untuk teman spesial yang dijadikannya teman curhat atau nongkrong tidak ada. Mungkin dia takut saja jika punya teman terlalu dekat lalu dimanfaatkan,” ucap Dharu lagi.Briana mendadak simpati, lantas bertanya, “Apa Dhira pernah dikecewakan? Mungkin dibully atau apa?”Dharu diam seperti b
“Rencananya sudah mulai berjalan. Hari ini mulai terjadi kekisruhan di perusahaan Farhan.”Dika memberikan informasi yang didapatnya dari mata-mata yang ada di perusahaan Farhan.“Bagus, dengan begini Briana tinggal melihat Farhan jatuh lalu mengemis kepadanya,” balas Dharu puas rencananya berhasil.“Farhan memberi instruksi agar kepala pabrik mengikuti ucapannya, tapi sayangnya dia harus menelan pil pahit karena tidak tahu kalau orang yang dipercayanya, sebenarnya orang bayaran kita,” ucap Dika lagi.Ya, kepala pabrik sudah dibayar untuk berpihak ke Dharu dengan banyak jaminan yang akan didapat, termasuk tetap bisa mendapat pekerjaan jika terjadi sesuatu dengan pabrik Farhan.Sebab itulah Dharu bisa mendapatkan bukti-bukti kecurangan Farhan karena yang melaporkan adalah kepala pabrik pria itu.“Bagus, tinggal menunggu waktu perusahaan itu tak stabil, lalu aku akan mengambil alih semuanya,” balas Dharu dengan tatapan penuh kelicikan demi Briana.Di perusahaan Briana. Dia mendengar kab
“Cepat sekali kamu menjalankan rencana itu?” tanya Briana saat siang itu bertemu dengan Dharu untuk makan siang bersama.“Bukti sudah ada, untuk apa ditunda?” Dharu membalas sambil tersenyum puas. Dia makan dengan tenang sambil membayangkan Farhan yang mungkin sedang panik karena masalah yang terjadi.Briana takkan mengasihani Farhan, apalagi setelah tahu bagaimana Farhan menjebaknya tak hanya sekali. Dia tak mau menaruh rasa empati ke orang yang sudah menghancurkan masa depannya, hanya untuk kepentingan diri sendiri.“Apa Farhan menghubungimu?” tanya Briana sambil menikmati makan siangnya.“Tidak, mungkin belum karena dia masih panik dengan yang terjadi di perusahaannya,” jawab Dharu, “aku bahkan sudah mengirim bukti manipulasinya ke para pemegang saham agar mereka ikut bertindak dalam kasus ini.”Briana benar-benar tak menyangka jika Dharu akan bergerak secepat ini.“Apa pun yang terjadi nanti, di saat ada kesempatan untuk menjatuhkannya, jangan pernah kasihan atau memikirkan yang l
“Apa kamu mau menjelaskan sesuatu?” tanya Dharu saat bertemu dengan Farhan.Dharu sengaja menemui Farhan untuk meminta penjelasan, hanya agar Farhan tidak curiga soal dirinya yang berada di balik kericuhan yang terjadi di perusahaan Farhan.Farhan menelan ludah susah payah mendengar pertanyaan Dharu. Tentu saja dia gelagapan dan panik karena taruhannya perusahaan itu jika sampai dia ketahuan berbuat curang.“Aku bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ini semua kesalahan teknis dari bagian pabrik. Kami sedang mencari tahu kenapa ada kelalaian seperti ini,” ujar Farhan mencoba menjelaskan meski raut panik terpampang nyata di wajahnya.Dharu menatap Farhan yang sedang bicara. Meski tanpa bicara, tapi tatapan matanya cukup membuat orang menjadi tak nyaman.“Aku akan segera mengurus masalah ini. Beri waktu sebentar dan semua akan baik-baik saja,” ucap Farhan begitu panik karena Dharu hanya diam.“Baiklah.” Dharu menurunkan satu kaki yang sejak tadi disilangkannya.Farhan terlihat le
“Farhan sangat panik saat menemuiku tadi,” ucap Dharu ketika berada di kamar bersama Briana.“Bagaimana ekspresi wajahnya?” tanya Briana santai. Dia menyesap kopi setelah selesai bicara.Dharu mengingat bagaimana paniknya Farhan tadi, hingga kemudian menjelaskan, “Takut dan cemas, sepertinya dia panik karena akan kehilangan perusahaannya.”Briana mengangguk-angguk lalu membayangkan bagaimana kepanikan Farhan saat ini.“Besok ada rapat pemegang saham, aku yakin posisi Farhan terancam karena masalah ini,” ujar Dharu lagi sambil menatap Briana yang sedang menyesap kopi.Briana menyesap kopi sambil berpikir, hingga tersenyum tipis tersirat di wajah setelah dirinya selesai minum. Briana menoleh Dharu, melihat suaminya itu sudah menatap dirinya.“Dia sangat membanggakan Litta yang bisa membuatnya naik jabatan, kita lihat saja, bagaimana mereka nanti setelah semua yang mereka miliki hilang,” ujar Briana.“Aku akan ikut menikmatinya,” balas Dharu sambil menatap acara televisi.“Oh ya, ada sat