“Ibu?”
Kedua mata Aleya terbelalak melihat sosok wanita berambut panjang memakai baju putih sedang berdiri di hadapannya.
“Ibu, aku rindu ibu,” Aleya merentangkan kedua tangannya bermaksud ingin memeluk ibunya.
Wanita itu hanya tersenyum tapi tidak menghampirinya. Aleya juga tidak bisa mendekat. Aleya mengernyitkan dahinya.
“Kenapa ibu? Aku datang untuk bersama ibu.”
Wanita itu malah tersenyum dan mundur perlahan menjauh dari Aleya.
“Ibu. Kenapa menjauh, bu,” pekik Aleya sambil berusaha mengejar ibunya, tapi kedua kakinya malah terasa berat.
Wanita itu semakin menjauh, membuat Aleya menangis sedih.
“Kamu harus seperti jarum, kecil tapi ketika menusuk akan sangat menyakitkan. Bangkitlah, nak. Kamu berhak bahagia.”
Aleya tertegun mendengarkan ucapan ibunya. Perlahan sosok ibunya menghilang di antara cahaya putih yang tiba-tiba muncul.
“Ucapan itu sama seperti ucapan ...” Aleya mengernyitkan dahinya ketika melihat sosok lelaki yang menghampirinya, “Yavid?”
Aleya membuka kedua matanya perlahan. Lalu melihat ke sekitar. Sebuah kamar yang ia duga adalah rumah sakit. Aleya masih selamat.
“Kenapa aku di sini?” tubuh Aleya masih lemas.
Untuk bangun saja Aleya tidak ada tenaga, ia hanya bisa menoleh ke arah pintu yang terbuka. Ia melihat Yavid sedang berdiri bersama seorang pelayan perempuan.
“Kenapa lama sekali?”
Pertanyaan yang sudah puluhan kali terucap dari mulut Yavid sambil berjalan bolak balik di depan pintu ruang perawatan di rumah sakit Permata. Rasa cemas tidak bisa disembunyikan dari wajah Yavid setelah menunggu Aleya sadar selama satu jam.
“Maaf, Tuan. Ini obat yang mungkin di minum oleh Nyonya Aleya.”
Yavid mengambil botol obat dari Rita.
“Sepertinya Nyonya Aleya mencoba mengakhiri hidupnya dengan minum beberapa butir obat ini, Tuan,” lanjut Rita.
Yavid membaca tulisan di kemasan botol kecil tersebut.
“Obat depresi.”
Yavid menghela napasnya pelan. Lalu menatap ke pintu ruang perawatan.
“Aleya, kamu terlalu jauh gegabah.”
Wajah yang selalu menunjukkan ketegasan, kini berubah menunjukkan kesedihan untuk wanita malang yang kini sedang berjuang untuk hidup. Semua percakapan antara Yavid dan Rita terdengar oleh Aleya.
“Aku akan melihat Aleya. Kamu tunggu di sini.”
“Baik, Tuan.” Rita
Mendengar jika Yavid akan masuk, Aleya kembali memejamkan kedua matanya, seolah-olah ia belum sadar.
“Tuan Yavid.”
Suara Dokter Firman membuat Yavid mengurungkan niatnya yang akan menyentuh wajah Aleya dan segera menghadap ke dokter tersebut.
“Aleya sudah melewati masa kritisnya, tapi sekarang Aleya masih belum sadar. Sebaiknya kamu kabari Jarvis, karena Aleya perlu dirawat beberapa hari hingga pulih dan efek obatnya hilang.”
Dokter Firman menjelaskan kondisi Aleya.
“Jarvis sudah menceraikan Aleya. Sekarang dia tanggung jawabku, jadi jangan beritahu kondisi atau keberadaan Aleya di sini. Kamu tahu kan konsekuensinya jika tidak mengikuti perintahku?”
Tatapan Yavid membuat Dokter Firman takut. Walaupun mereka bersahabat, tapi jika Yavid sudah memberikan perintah, Dokter Firman tidak berani membantah. Aleya yang mendengar ucapan Yavid akhirnya ia yakin jika Yavid memang ingin membantunya.
“Mungkin ini maksud ibu, aku harus bangkit dan menjadi jarum di kehidupan Jarvis dan keluargaku. Aku harus mengikuti rencana Yavid,” ujar Aleya dalam hatinya.
Aleya masih berpura-pura belum sadar.
“Rupanya kamu benar-benar menjalankan rencana lama itu,” Dokter Firman tersenyum, “tenang saja, aku pasti mendukungmu. Aku akan menjaga rahasia ini. Sekarang Aleya sudah berada ditangan yang benar, semoga kamu bisa meyakinkan dia,” lanjutnya.
Dokter Firman menepuk bahu Yavid.
“Yavid, penantianmu hampir membuahkan hasil.” Ujar Dokter Firman sambil tersenyum.
Yavid hanya mengangguk pelan.
“Baiklah, aku akan mengunjungi pasien lain.”
Dokter Firman berjalan meninggalkan Yavid.
Yavid berdiri di samping tempat tidur Aleya. Wanita berparas cantik itu tampak sedang tertidur pulas, tidak menunjukkan jika ia baru saja diantara hidup dan mati.
“Istirahatlah, Aleya. Aku tahu kamu lelah menjalani kehidupanmu dahulu. Lalu kamu harus bangkit bersamaku membalaskan semua perilaku buruk para manusia serakah itu.”
Yavid memberanikan diri membelai wajah Aleya yang tirus.
“Rita, kamu jaga dia baik-baik. Aku akan bicara dengan Gavin.”
Tatapan mata Yavid masih tertuju kepada Aleya.
“Baik, Tuan.”
Kemudian Yavid meninggalkan Aleya dan Rita.
“Tuan, bagaimana keadaan Nyonya? Saya segera ke sini setelah di kabari oleh Rita.” tanya Gavin yang sudah menunggu di luar kamar.
Gavin merupakan asisten Yavid yang setia dan sudah bekerja dengannya selama sepuluh tahun.
“Dia akan baik-baik saja. Kamu pastikan keberadaan dan kondisi Aleya tidak diketahui oleh keluargaku dan keluarga Alvaro.” Ujar Yavid dengan wajah serius.
Rumah sakit Permata merupakan salah satu rumah sakit milik keluarga Leopard.
“Baik, Tuan.”
Percakapan Yavid dan Gavin juga terdengar jelas oleh Aleya. Namun, ia masih berpura-pura pingsan.
“Bangunlah, Nyonya. Tuan Yavid sudah pergi.”Aleya terkejut mendengar ucapan Rita yang bisa menebaknya sedang berpura-pura belum sadar. Aleya segera membuka kedua matanya.“Bagaimana kamu tahu kalau aku sudah sadar?”Pertanyaan Aleya membuat Rita tersenyum.“Syukurlah, Nyoya sudah sadar. Saya tidak sengaja saya melihat Nyonya membuka mata waktu saya masih berada di luar kamar. Tapi waktu Tuan Yavid akan masuk, Nyonya segera memejamkan mata lagi.”Aleya menjadi malu setelah ketahuan berbohong.“A—aku hanya ingin memastikan jika Yavid tidak mempermainkan aku.”Rita berdiri mendekat ke Aleya.“Jangan melakukan tindakan seperti tadi lagi. Saya dan Tuan benar-benar cemas dengan keadaan Nyonya.”Mendengar ucapan Rita membuat Aleya terkejut.“Cemas? Lelaki dingin itu cemas?”Tentu saja Aleya tidak percaya begitu saja dengan ucapan Rita.“Tuan berlari begitu cepat ketika saya berteriak minta tolong. Tanpa ragu Tuan menggendong Nyonya dan dibawa ke rumah sakit ini.”Aleya ingat saat Rita berte
“Dasar lelaki sombong, menyebalkan!”Aleya kesal, lalu memijat kembali dahinya. Kepalanya masih terasa pusing.“Kamu pembohong, Rita!” dengus Aleya kesal.Rita terkejut dirinya ikut terseret atas sikap Tuannya yang membuat kesal Aleya.“Saya berbohong?”Aleya menatap Rita dengan tatapan tajam.“Kamu bilang Yavid mencemaskan aku, tapi buktinya? Dia enggak nunjukin perhatiannya sama sekali. Manusia macam apa dia?”Aleya menumpahkan kekesalannya kepada Rita. Pelayan itu hanya bisa tersenyum memaklumi sikap majikannya tersebut.“Maafkan saya, Nyonya. Mungkin Tuan sedang ...”Belum juga Rita menyelesaikan ucapannya, Aleya segera memotong ucapannya.“Ssstt. Jangan bicara lagi, kamu pasti akan membelanya. Astaga, sepertinya aku terjebak permainannya Yavid,” dengus Aleya sambil terus memijat dahinya.Keesokan harinya, tubuh Aleya sudah terasa membaik, ia sudah bisa duduk dan rasa pusing sudah mulai berkurang. Selang infus juga sudah di cabut oleh suster. Rita masuk dengan pakaian yang berbeda
“Kita mau kemana?”Rita tidak menjawab pertanyaan Aleya. Ia fokus mendorong kursi roda yang ditempati oleh Aleya menuju basement.“Gavin ada di sana,” Rita segera melajukan kursi roda ke arah mobil merci hitam.Wajah Gavin dan Rita terlihat tegang. Rita membantu Aleya masuk ke mobil. Setelah Aleya duduk di kursi belakang, Gavin menyimpan kursi roda di bagasi dan Rita segera masuk ke mobil.“Bagaimana bisa mereka ada si sini?” tanya Rita kepada Gavin.Aleya masih kebingungan dengan pertanyaan Rita.“Sebenarnya apa yang terjadi?”Aleya menatap Rita lalu Gavin secara bergantian.“Nyonya Belina dan Tuan Verrel tiba-tiba datang dan melakukan audit di luar jadwal. Informanku bilang kalau ada yang membocorkan keberadaan Nyonya Aleya. Mereka tidak ingin Nyonya Aleya ada di rumah sakit ini.” Gavin menjelaskan sambil mengemudikan mobil sedan hitam menuju rumah Yavid.Aleya tertegun mendengar jawaban Gavin.“Mereka benar-benar membenciku, sepertinya mereka ingin melihatku menderita,” ujar Aleya
“Aku ingin menikah dengan kamu.”Yavid tertegun mendengar ucapan Aleya. Terlebih lagi ia melihat Aleya berjalan menuju ruang kerjanya di lantai satu.“Apa? Kamu terlalu banyak minum obat lagi sepertinya.”Yavid menghampiri Aleya sambil membersihkan kedua tangannya yang terdapat bercak darah setelah memukuli Jony.“Duduk! Aku tidak ingin kamu pingsan lagi. Merepotkan!” tukas Yavid.ALeya malah kesal dengan sikap acuh Yavid.“Bukankah kamu yang bilang jika lebih cepat lebih baik?” Aleya menatap sinis.Aleya tidak mau duduk sebelum Yavid menyetujui rencananya.“Kamu aneh. Kemarin aku ajak menikah cepat kamu nolak. Sekarang kamu malah maksa untuk nikah cepat.”Yavid menatap Aleya dengan serius.“Kamu yang menawarkan bantuan. Aku setuju dengan tawaranmu.”Aleya meneguhkan hatinya untuk rencana balas dendam. Salah satu rencananya adalah menikah dengan Yavid. Walau rasa takut di hatinya berusaha membuat nyalinya goyah.“Jika itu keputusanmu. Baiklah, kita menikah hari ini.”Ucapan Yavid kemb
“Kenapa lambat sekali?”Yavid menggerutu sambil menoleh ke arah Rita, dia sudah berdiri di samping mobil selama lima belas menit menunggu Aleya. Sedangkan Aleya berdiri di belakang Rita, bersembunyi dari tatapan tajam Yavid.“Seharusnya aku menghukum kamu karena —“ tiba-tiba suara Yavid tercekat ketika melihat sosok Aleya yang berjalan menghampirinya dengan penampilan yang berbeda.Wanita berambut sebahu itu memakai dress cuttingan Sheath ditambah satu susun kerut di bagian bawah serta kerah Square dan lengan model Puff menambah kesan mewah, anggun dan feminim. Sangat cocok ditubuh Aleya.“—cantik,” ujar Yavid yang secara tidak sadar memuji Aleya sambil berdiri mematung melihat kecantikan calon istrinya tersebut.Rita tersenyum mendengar ucapan Tuannya, sedangkan Aleya malah terus menundukkan wajahnya dan merasa canggung.Yavid segera tersadar, “Bodoh! Kenapa malah diam di situ? Cepat masuk ke mobil!” sentak Yavid yang salah tingkah dan segera duduk di kursi belakang mobil sedan hitam
“Aleya, kamu mandul ya?”Belina — ibu mertua Aleya tiba-tiba menuduhnya. Kedua matanya menatap sinis kepada Aleya.“A—apa? Aku mandul?”Aleya terkejut mendengar dirinya dituduh mandul oleh mertuanya. Saking terkejutnya, alat makannya sampai terjatuh. Aleya sedang makan malam di rumah mertuanya.“Itu tidak benar,” Aleya tidak terima dengan tuduhan jahat itu.Bukan hanya Aleya yang terkejut dengan tuduhan mandul tersebut. Purnama —ayah kandung Aleya juga ikut terkejut.“Benarkah? Astaga, sial betul keluarga Alvaro mempunyai anak sepertimu.”Purnama semakin membenci Aleya. Sementara itu, Angelina dan Mila tersenyum melihat Aleya gusar. Sejak menjadi ibu tiri Aleya, Angelina sering membuat Aleya menangis dan memaksanya harus selalu mengalah kepada Mila—adik tirinya.“Sial. Aku jadi tidak selera makan karena kamu, Aleya,” dengus Purnama.Makan malam kedua keluarga menjadi tegang. Keluarga Leopard tidak terima dengan keadaan Aleya yang mandul, sedangkan keluarga Alvaro malu dengan kondisi A
“Yavid?”Aleya terkejut melihat lelaki yang selama ini terlihat angkuh dan dingin, kini menarik tangannya dan membawanya ke dalam mobil.“Bagus jika kamu masih mengenaliku.” Suara bariton Yavid membuat Aleya mematung.Aleya jarang sekali melihat Yavid. Paman Jarvis tersebut tinggal di mansion bersama kedua mertuanya. Lelaki yang di takuti oleh Verrel dan Belina karena ketegasannya.“kenapa kamu menculikku? Ini pasti rencana Jarvis, kenapa kalian masih ingin menyiksaku?” teriak Aleya.Aleya berusaha berontak dan ingin keluar dari mobil sedan Audiy hitam yang sedang melaju kencang.“Jangan bertindak bodoh!” Yavid menarik tangan Aleya menjauh dari pintu mobil.Dengan mudah tubuh kurus Aleya berada semakin dekat dengan lelaki berusia empat puluh tahunan tersebut.“Aku ingin membantumu.”Aleya terdiam, tapi air matanya terus mengalir. Terlihat di lengannya yang putih kurus ada beberapa bekas luka memar. Di sudut bibirnya juga terlihat luka kering berwarna merah.“Membantuku? Atau menyaki
“Besok aku akan menikahimu.”Yavid mengucapkan kalimat itu tanpa beban. Sedangkan bagi Aleya menikah adalah hal yang menakutkan. Yang terbayangkan di pikirannya adalah siksaan yang akan ia terima setelah menikah.“Be—besok? Sepertinya terlalu cepat.”Aleya menelan salivanya. Ia ketakutan jika Yavid akan memperlakukannya sama seperti Jarvis. Menyiksanya.“Lebih cepat, lebih baik, kan?” Yavid melirik ke Aleya.Wajah Aleya terlihat pucat. Ia memang ingin membalaskan dendam kepada Jarvis dan keluarganya, tapi jika menikah dengan Yavid secepat ini, malah membuat keberaniannya kembali menciut.“Ta—tapi, kamu seorang pimpinan perusahaan terbesar di Endosiana, aku rasa aku tidak pantas menjadi istri kamu,” Aleya menundukkan wajahnya.Aleya sadar jika dirinya bukan lagi anggota keluarga Alvaro, juga bukan pemilik sebuah perusahaan. Walaupun menikah dengan seorang pemimpin perusahaan, ia tidak yakin bisa melawan musuhnya.“Aleya, dengarkan aku!” Yavid menatap Aleya dengan serius, “aku yang mene
“Kenapa lambat sekali?”Yavid menggerutu sambil menoleh ke arah Rita, dia sudah berdiri di samping mobil selama lima belas menit menunggu Aleya. Sedangkan Aleya berdiri di belakang Rita, bersembunyi dari tatapan tajam Yavid.“Seharusnya aku menghukum kamu karena —“ tiba-tiba suara Yavid tercekat ketika melihat sosok Aleya yang berjalan menghampirinya dengan penampilan yang berbeda.Wanita berambut sebahu itu memakai dress cuttingan Sheath ditambah satu susun kerut di bagian bawah serta kerah Square dan lengan model Puff menambah kesan mewah, anggun dan feminim. Sangat cocok ditubuh Aleya.“—cantik,” ujar Yavid yang secara tidak sadar memuji Aleya sambil berdiri mematung melihat kecantikan calon istrinya tersebut.Rita tersenyum mendengar ucapan Tuannya, sedangkan Aleya malah terus menundukkan wajahnya dan merasa canggung.Yavid segera tersadar, “Bodoh! Kenapa malah diam di situ? Cepat masuk ke mobil!” sentak Yavid yang salah tingkah dan segera duduk di kursi belakang mobil sedan hitam
“Aku ingin menikah dengan kamu.”Yavid tertegun mendengar ucapan Aleya. Terlebih lagi ia melihat Aleya berjalan menuju ruang kerjanya di lantai satu.“Apa? Kamu terlalu banyak minum obat lagi sepertinya.”Yavid menghampiri Aleya sambil membersihkan kedua tangannya yang terdapat bercak darah setelah memukuli Jony.“Duduk! Aku tidak ingin kamu pingsan lagi. Merepotkan!” tukas Yavid.ALeya malah kesal dengan sikap acuh Yavid.“Bukankah kamu yang bilang jika lebih cepat lebih baik?” Aleya menatap sinis.Aleya tidak mau duduk sebelum Yavid menyetujui rencananya.“Kamu aneh. Kemarin aku ajak menikah cepat kamu nolak. Sekarang kamu malah maksa untuk nikah cepat.”Yavid menatap Aleya dengan serius.“Kamu yang menawarkan bantuan. Aku setuju dengan tawaranmu.”Aleya meneguhkan hatinya untuk rencana balas dendam. Salah satu rencananya adalah menikah dengan Yavid. Walau rasa takut di hatinya berusaha membuat nyalinya goyah.“Jika itu keputusanmu. Baiklah, kita menikah hari ini.”Ucapan Yavid kemb
“Kita mau kemana?”Rita tidak menjawab pertanyaan Aleya. Ia fokus mendorong kursi roda yang ditempati oleh Aleya menuju basement.“Gavin ada di sana,” Rita segera melajukan kursi roda ke arah mobil merci hitam.Wajah Gavin dan Rita terlihat tegang. Rita membantu Aleya masuk ke mobil. Setelah Aleya duduk di kursi belakang, Gavin menyimpan kursi roda di bagasi dan Rita segera masuk ke mobil.“Bagaimana bisa mereka ada si sini?” tanya Rita kepada Gavin.Aleya masih kebingungan dengan pertanyaan Rita.“Sebenarnya apa yang terjadi?”Aleya menatap Rita lalu Gavin secara bergantian.“Nyonya Belina dan Tuan Verrel tiba-tiba datang dan melakukan audit di luar jadwal. Informanku bilang kalau ada yang membocorkan keberadaan Nyonya Aleya. Mereka tidak ingin Nyonya Aleya ada di rumah sakit ini.” Gavin menjelaskan sambil mengemudikan mobil sedan hitam menuju rumah Yavid.Aleya tertegun mendengar jawaban Gavin.“Mereka benar-benar membenciku, sepertinya mereka ingin melihatku menderita,” ujar Aleya
“Dasar lelaki sombong, menyebalkan!”Aleya kesal, lalu memijat kembali dahinya. Kepalanya masih terasa pusing.“Kamu pembohong, Rita!” dengus Aleya kesal.Rita terkejut dirinya ikut terseret atas sikap Tuannya yang membuat kesal Aleya.“Saya berbohong?”Aleya menatap Rita dengan tatapan tajam.“Kamu bilang Yavid mencemaskan aku, tapi buktinya? Dia enggak nunjukin perhatiannya sama sekali. Manusia macam apa dia?”Aleya menumpahkan kekesalannya kepada Rita. Pelayan itu hanya bisa tersenyum memaklumi sikap majikannya tersebut.“Maafkan saya, Nyonya. Mungkin Tuan sedang ...”Belum juga Rita menyelesaikan ucapannya, Aleya segera memotong ucapannya.“Ssstt. Jangan bicara lagi, kamu pasti akan membelanya. Astaga, sepertinya aku terjebak permainannya Yavid,” dengus Aleya sambil terus memijat dahinya.Keesokan harinya, tubuh Aleya sudah terasa membaik, ia sudah bisa duduk dan rasa pusing sudah mulai berkurang. Selang infus juga sudah di cabut oleh suster. Rita masuk dengan pakaian yang berbeda
“Bangunlah, Nyonya. Tuan Yavid sudah pergi.”Aleya terkejut mendengar ucapan Rita yang bisa menebaknya sedang berpura-pura belum sadar. Aleya segera membuka kedua matanya.“Bagaimana kamu tahu kalau aku sudah sadar?”Pertanyaan Aleya membuat Rita tersenyum.“Syukurlah, Nyoya sudah sadar. Saya tidak sengaja saya melihat Nyonya membuka mata waktu saya masih berada di luar kamar. Tapi waktu Tuan Yavid akan masuk, Nyonya segera memejamkan mata lagi.”Aleya menjadi malu setelah ketahuan berbohong.“A—aku hanya ingin memastikan jika Yavid tidak mempermainkan aku.”Rita berdiri mendekat ke Aleya.“Jangan melakukan tindakan seperti tadi lagi. Saya dan Tuan benar-benar cemas dengan keadaan Nyonya.”Mendengar ucapan Rita membuat Aleya terkejut.“Cemas? Lelaki dingin itu cemas?”Tentu saja Aleya tidak percaya begitu saja dengan ucapan Rita.“Tuan berlari begitu cepat ketika saya berteriak minta tolong. Tanpa ragu Tuan menggendong Nyonya dan dibawa ke rumah sakit ini.”Aleya ingat saat Rita berte
“Ibu?”Kedua mata Aleya terbelalak melihat sosok wanita berambut panjang memakai baju putih sedang berdiri di hadapannya.“Ibu, aku rindu ibu,” Aleya merentangkan kedua tangannya bermaksud ingin memeluk ibunya.Wanita itu hanya tersenyum tapi tidak menghampirinya. Aleya juga tidak bisa mendekat. Aleya mengernyitkan dahinya.“Kenapa ibu? Aku datang untuk bersama ibu.”Wanita itu malah tersenyum dan mundur perlahan menjauh dari Aleya.“Ibu. Kenapa menjauh, bu,” pekik Aleya sambil berusaha mengejar ibunya, tapi kedua kakinya malah terasa berat.Wanita itu semakin menjauh, membuat Aleya menangis sedih.“Kamu harus seperti jarum, kecil tapi ketika menusuk akan sangat menyakitkan. Bangkitlah, nak. Kamu berhak bahagia.”Aleya tertegun mendengarkan ucapan ibunya. Perlahan sosok ibunya menghilang di antara cahaya putih yang tiba-tiba muncul.“Ucapan itu sama seperti ucapan ...” Aleya mengernyitkan dahinya ketika melihat sosok lelaki yang menghampirinya, “Yavid?”Aleya membuka kedua matanya per
“Besok aku akan menikahimu.”Yavid mengucapkan kalimat itu tanpa beban. Sedangkan bagi Aleya menikah adalah hal yang menakutkan. Yang terbayangkan di pikirannya adalah siksaan yang akan ia terima setelah menikah.“Be—besok? Sepertinya terlalu cepat.”Aleya menelan salivanya. Ia ketakutan jika Yavid akan memperlakukannya sama seperti Jarvis. Menyiksanya.“Lebih cepat, lebih baik, kan?” Yavid melirik ke Aleya.Wajah Aleya terlihat pucat. Ia memang ingin membalaskan dendam kepada Jarvis dan keluarganya, tapi jika menikah dengan Yavid secepat ini, malah membuat keberaniannya kembali menciut.“Ta—tapi, kamu seorang pimpinan perusahaan terbesar di Endosiana, aku rasa aku tidak pantas menjadi istri kamu,” Aleya menundukkan wajahnya.Aleya sadar jika dirinya bukan lagi anggota keluarga Alvaro, juga bukan pemilik sebuah perusahaan. Walaupun menikah dengan seorang pemimpin perusahaan, ia tidak yakin bisa melawan musuhnya.“Aleya, dengarkan aku!” Yavid menatap Aleya dengan serius, “aku yang mene
“Yavid?”Aleya terkejut melihat lelaki yang selama ini terlihat angkuh dan dingin, kini menarik tangannya dan membawanya ke dalam mobil.“Bagus jika kamu masih mengenaliku.” Suara bariton Yavid membuat Aleya mematung.Aleya jarang sekali melihat Yavid. Paman Jarvis tersebut tinggal di mansion bersama kedua mertuanya. Lelaki yang di takuti oleh Verrel dan Belina karena ketegasannya.“kenapa kamu menculikku? Ini pasti rencana Jarvis, kenapa kalian masih ingin menyiksaku?” teriak Aleya.Aleya berusaha berontak dan ingin keluar dari mobil sedan Audiy hitam yang sedang melaju kencang.“Jangan bertindak bodoh!” Yavid menarik tangan Aleya menjauh dari pintu mobil.Dengan mudah tubuh kurus Aleya berada semakin dekat dengan lelaki berusia empat puluh tahunan tersebut.“Aku ingin membantumu.”Aleya terdiam, tapi air matanya terus mengalir. Terlihat di lengannya yang putih kurus ada beberapa bekas luka memar. Di sudut bibirnya juga terlihat luka kering berwarna merah.“Membantuku? Atau menyaki
“Aleya, kamu mandul ya?”Belina — ibu mertua Aleya tiba-tiba menuduhnya. Kedua matanya menatap sinis kepada Aleya.“A—apa? Aku mandul?”Aleya terkejut mendengar dirinya dituduh mandul oleh mertuanya. Saking terkejutnya, alat makannya sampai terjatuh. Aleya sedang makan malam di rumah mertuanya.“Itu tidak benar,” Aleya tidak terima dengan tuduhan jahat itu.Bukan hanya Aleya yang terkejut dengan tuduhan mandul tersebut. Purnama —ayah kandung Aleya juga ikut terkejut.“Benarkah? Astaga, sial betul keluarga Alvaro mempunyai anak sepertimu.”Purnama semakin membenci Aleya. Sementara itu, Angelina dan Mila tersenyum melihat Aleya gusar. Sejak menjadi ibu tiri Aleya, Angelina sering membuat Aleya menangis dan memaksanya harus selalu mengalah kepada Mila—adik tirinya.“Sial. Aku jadi tidak selera makan karena kamu, Aleya,” dengus Purnama.Makan malam kedua keluarga menjadi tegang. Keluarga Leopard tidak terima dengan keadaan Aleya yang mandul, sedangkan keluarga Alvaro malu dengan kondisi A