“Anda masih hidup?”Maria ternyata melihat Aleya melompat dari jembatan dan terbawa arus. Kemungkinan kecil untuk bisa selamat. Oleh karena itu ia merasa bersalah ketika di tangkap dan mengira jika Aleya sudah meninggal tenggelam, sosoknya kini ada di hadapannya membuat Maria mematung.“Kamu berharap aku mati?” Aleya tidak bisa menyembunyikan kemarahannya.Maria menangis kemudian segera bersimpuh memohon pengampunan dari Aleya.“Maafkan saya, Nyonya. Saya terpaksa melakukan ini. Nyonya Angelina berjanji akan memberikan saya seratus juta jika saya membawa Anda ke luar rumah.”Maria menangis berharap Aleya mau memaafkan semua perbuatannya.“Kamu tahu? Karena kamu, aku dibenci oleh orang-orang, bahkan ada yang mendorongku dengan kasar hingga aku terjatuh,” Aleya menatap Maria dengan wajah marah, “kamu tahu? Ibu dan adik tiriku menyakitiku demi mendapatkan tanda tanganku, demi mengambil harta yang ibu wariskan untukku.”Suaranya bergetar, air matanya mengalir membasahi pipi dan melewati l
“Pergi ke kamar sekarang!”Suaranya yang tegas membuat Aleya ketakutan, bahkan Rita tidak berani bersuara. Yavid kemudian mendongakkan dagu Aleya dengan tangan kanannya. Tatapannya begitu tajam sehingga membuat kedua mata Aleya dipejamkan agar tidak melihat tatapan mengerikan dari Yavid.Terkadang Aleya sendiri tidak suka dengan sisi lemahnya, sekalinya ia yakin dengan keberaniannya menghadapi Yavid, semuanya buyar ketika lelaki dingin tersebut ada di hadapannya. Nyalinya kembali menciut, ia merasa konyol.“Jangan pernah bersimpati kepada orang yang telah menyakitimu. Paham!?” seru Yavid, lalu melepaskan tangannya dari dagu Aleya, tapi tidak dengan tatapannya.Aleya mengangguk dengan cepat. Kemudian Yavid hendak berjalan meninggalkan Aleya dan Rita, tiba-tiba Aleya memegang lengan Yavid. Langkahnya seketika berhenti tanpa menoleh ke Aleya.“To-tolong bantu Maria.”Aleya sadar keinginannya membantu Maria pasti akan di tolak mentah-mentah dan memancing amarah Yavid. Oleh karena itu , Al
“Kami mencari Aleya!”Tanpa basa-basi Verrel langsung mengutarakan maksud kedatangannya dengan nada tajam. Belina berdiri di samping Verrel menatap sinis kepada Yavid, sedangkan Jarvis duduk di sofa sebelah kiri Verrel dengan tatapan kesal ke pamannya tersebut.Yavid membenarkan posisi kursi roda Mariam agar berada di hadapan anak, menantu dan cucunya. Mariam seperti penengah di antara kedua anak lelakinya.“Kalian mencari Aleya?” Yavid mendengus dingin, “apakah rumahku terlihat seperti tempat penampungan sampah?”Aleya yang mendengar ucapan Yavid mendadak kesal, “Berarti aku sampah?” Gerutu Aleya.“Nyonya, tolong jangan bersuara,” bisik Rita yang juga mendengarkan percakapan mereka. Aleya menuruti ucapan Rita walau hatinya kesal.Yavid kemudian berjalan ke hadapan Verrel, kini mereka berdua saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Yavid memberikan tatapan tajam kepada Verrel, begitupun sebaliknya.“Sejak kapan aku mencampuri urusan kalian?” tanya Yavid dengan nada dingin tan
“Aku tidak peduli dengan masalah kamu.”Yavid mendengus dingin, wajahnya kembali menunjukkan kemarahan kepada Verrel.“Jika kalian melibatkan Ibu lagi dalam masalah kalian, maka semua fasilitas yang kalian nikmati akan aku blokir.” Yavid mengancam, “sebaiknya kalian semua pulang!”Seketika wajah Verrel, Belina dan Jarvis menjadi pucat, ketiganya saling menatap ketakutan.“Ba-baiklah, Kak. Aku rasa Aleya tidak ada di sini, sebaiknya aku membawa Ibu pulang,” ujar Verrel gugup. Ia tidak menyangka jika Yavid akan bereaksi seperti ini.Bahkan Ibunya sendiri tidak bertindak apa-apa terhadap Yavid. Padahal sebelumnya Verrel berharap Mariam bisa membelanya.“Paman, setidaknya dengarkan dulu penjelasan dari kami,” Jarvis mencoba mengambil hati Yavid.Yavid tidak peduli dengan ucapan Jarvis, keponakan yang semasa kecilnya merupakan lelaki lucu dan penurut, sekarang menjadi lelaki yang bersifat buruk mirip seperti kedua orang tuanya.“Apakah aku harus mengulangi kalimatku?”Tatapan Yavid membuat
“Selamat. Kalian resmi menjadi pasangan suami istri.”Penghulu menebarkan senyuman terbaiknya kepada Yavid dan Aleya. Kemudian memberikan dokumen pernikahan mereka.Yavid tersenyum senang, bahkan ia menampakkan barisan giginya yang rapi dan putih. Lesung pipinya menambah level ketampanan seorang lelaki berusia empat puluh tahunan tersebut.“Terima kasih.” Seru Yavid sembari menyalami tagan penghulu.Sementara wajah Aleya terlihat cemberut. Pernikahan bukanlah hal yang membahagiakan bagi Aleya, apalagi ini merupakan bagian dari rencana Yavid untuk membalas dendam. Tidak ada cinta di antara mereka.Aleya menghela napas panjang, “Aku menikah dengan keluarga Leopard yang lain. Apakah ini akan menjadi mimpi buruk selanjutnya?” bisik Aleya dalam hatinya.Keduanya keluar dari ruangan penghulu, Aleya berjalan lebih dahulu. Tiba-tiba Yavid memegang tangan Aleya dengan perhatian lengkap dengan senyumnya yang membahayakan jantung setiap wanita.Aleya terperangah dengan sikap Yavid yang tiba-tiba
“Hari ini aku akan menikah untuk kedua kalinya.”Aleya menatap dirinya di cermin. Wanita cantik dengan rambut hitam yang membuat lelaki pasti meliriknya. Terdengar helaan napas panjang, seolah sedang memberikan kekuatan kepada dirinya sendiri untuk melaksanakan pernikahan dengan Yavid.Rita menatap Aleya dengan sendu, seolah ia merasakan kegelisahan dalam hati majikannya. Perlahan Rita menghampiri Aleya.“Tuan sudah menunggu,” ujar Rita dengan nada lembut.Aleya berjalan menuruni anak tangga, kemudian melewati ruang tamu menuju halaman depan rumah. Di sana Yavid sudah menunggu di dalam mobil, sibuk dengan smart phonenya.Aleya terlihat cemberut karena tidak ada Yavid yang menyambut kedatangannya. Lelaki dingin itu sudah duduk di dalam mobil. Rita membukakan pintu mobil untuk Aleya.Aleya duduk di samping Yavid, ia melirik sebentar ke Yavid, lalu memandang lurus ke depan tanpa berkata apa-apa. Aleya tidak berani bicara. Rita duduk di samping Gavin yang mengendarai mobilnya.“Kamu Cant
“Bodoh!”Suara Yavid mengagetkan Aleya yang sedari tadi melamun. Ia menoleh ke arah Yavid.“Ada apa? siapa yang bodoh?” pekiknya.Yavid menghela napas dengan cepat, mencoba menenangkan dirinya.“Kamu! Dari tadi aku bicara dengan kamu, tapi kamu malah melamun,” seru Yavid dengan wajah marah.Aleya kebingungan, tapi ia hanya bisa bilang, “Maaf.” Wajahnya tertunduk.“Malam ini kamu tidur denganku.” Dengus Yavid.Aleya terperanjat mendengar ucapan Yavid, jantungnya berdebar kencang. “Ta-tapi kita menikah hanya karena rencana balas dendam, kan. Bukan beneran. Lagi pula kapan kita membahas soal itu?”“Rita dan Gavin menjadi saksinya kamu menyetujui tidur dengan aku malam ini.” Yavid tersenyum sinis.Kedua mata Aleya melotot, bagaimana mungkin ia menyetujui hal seperti itu.“Ah, sial! Aleya kamu sih melamun, jadi kacau, kan.” Aleya mencerca dirinya sendiri dalam hati.Yavid masih menatapnya menunggu ucapan Aleya.“Maaf, aku tidak bermaksud ...”Yavid memotong ucapan Aleya. “Jangan pernah mel
“Maria akan dipindahkan siang ini. Cepat kamu bantu Fredrik.”Secara tidak sengaja Aleya mendengar ucapan seorang penjaga lelaki dari ruang tengah. Aleya mengurungkan niatnya ke kamar. Ia malah mengikuti para penjaga yang bergegas ke lorong tempat Maria disembunyikan.Rita mencegah Aleya, “Nyonya, sebaiknya jangan ke sana.”“Maria pasti akan di bawa ke kantor polisi. Kalau dibawa ke sana malah akan mengancam nyawanya. Dia lebih aman di sini.” Aleya yang panik menepis tangan Rita dan segera menuju lorong.Langkahnya dihentikan oleh penjaga lelaki yang bertugas berjaga di lorong tersebut.“Maaf, Anda tidak boleh ke sana. Ini pesan Tuan,” ujar penjaga tersebut.Aleya berdiri sambil memikirkan cara untuk menemui Maria. Tidak lama kemudian ia mendapatkan ide.“A-aku kini adalah Nyonya Yavid. Kamu seharusnya mendengarkan perintahku juga.”Aleya terlihat gugup, tapi hanya ini satu-satunya cara untuk bertemu dengan Maria.Penjaga tersebut terlihat bingung, “Maaf, Nyonya. Tapi Tuan mengatakan
“Kita mau ke mana?”Pertanyaan yang terlontar dari mulut Aleya ketika mobil yang membawanya keluar dari area rumah sakit.“Ke rumah aku, sayang. Rumah kita. Beberapa hari lagi kita akan menikah, sesuai dengan rencana kita sebelumnya.”James membohongi Aleya, ia sengaja memanfaatkan hilangnya ingatan Aleya untuk bisa menikahinya.“Menikah?” tanya Aleya semakin bingung, karena ia sama sekali tidak mengingat James sebagai tunangannya apalagi tentang rencana pernikahannya.“Ya, sayang. Sebelum kecelakaan itu, kita sudah merencanakan pernikahan kita,” jawab James mencoba meyakinkan Aleya.Dion yang duduk di samping sopir terkejut mendengar ucapan tuannya itu. Jauh di lubuk hati Dion, ia merasa kasihan kepada Aleya yang menurutnya sebagai wanita baik-baik. Karena semua wanita yang dekat dengan James akan mendapatkan gangguan dari para musuhnya James.James yang dikenal memiliki ego tinggi dalam kekuasaan, membuatnya mempunyai banyak musuh. James tidak segan menghabisi musuhnya jika tertangk
“Tenanglah, aku akan coba hubungi nomor ini.”Suster Rose menuliskan kalimat itu di secarik kertas dan memperlihatkannya ke Rita yang berjalan menjauh darinya. Beruntung Rita masih sempat membacanya dan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya berkali-kali sebagai ucapan terima kasih kepada Suster Rose yang bersedia membantunya.Rita menghela napas lega, kini ia tinggal menunggu kedatangan Yavid yang diyakini akan segera mencarinya.“Diam di sini! Kamu tidak boleh jauh dari Tuan James!” ujar Pedro mendorong tubuh Rita ke tempat duduk di depan ruang perawatan intensif.Sementara itu, James sedang berada di dalam ruangan menemani Aleya yang terbaring di kasurnya. Berkali-kali James mengecup dahi dan pipi Aleya bergantian, ia menunjukkan kasih sayangnya kepada Aleya walaupun wanita yang dicintainya itu terlihat canggung. Semua adegan itu dilihat oleh Rita dari balik pintu ruangan yang memiliki kaca transparan.“Dasar Mesum!” hardik Rita kepada James dengan suara pelan.Tatapan Rita begi
“Kenapa kamu terlihat senang tunanganmu kehilangan ingatannya?”Dokter Dani melihat gelagat aneh James, biasanya keluarga atau orang yang disayangnya mengalami hilang ingatan akan sedih, tapi James malah sebaliknya.“Ma-maksudku, aku bersyukur Aleya masih hidup. Kalau mengenai ingatannya, aku juga sangat sedih karena banyak kenangan kita berdua yang tidak dia ingat lagi,” jawab James kembali berakting meyakinkan Dokter Dani.Rita yang mendengar ucapan James terlihat kesal, “Aku sudah muak dengan sikap James yang licik, aku harus cari cara meninggalkan pesan untuk Tuan Yavid,” bisik Rita dalam hatinya.Kemudian ia melihat ada kertas kosong di meja suster, kemudian diam-diam ia mengambil kertas tersebut dan pulpen yang ada di meja tersebut dan mengantonginya.Sementara itu, Dokter Dani akhirnya mempercayai ucapan James.“Kamu tenang saja, aku rasa ingatan Nona Aleya akan kembali dalam beberapa bulan atau mungkin lebih cepat. Kenangan kalian akan diingatnya lagi,” ucap Dokter Dani mengua
“Siapa wanita itu? Kenapa dia berteriak?”Aleya menatap James dengan rasa penasaran, tapi belum mendapatkan jawaban dari James, dokter datang dan segera memeriksa Aleya.“Mohon maaf, Anda silakan di luar dahulu, dokter akan memeriksa pasien.” Safira menuntun James keluar ruangan.Lelaki muda dan tampan itu terpaksa menuruti perintah Safira dan meninggalkan Aleya dengan dokter yang akan memeriksa keadaannya.Di luar ruangan, Rita terlihat khawatir dengan kondisi Aleya. Ia berdiri tidak jauh dengan James. Wanita yang menjadi penjaga sekaligus asisten Aleya terpaksa harus menuruti dan melihat wajah lelaki yang kini ia benci karena sudah membohongi Aleya.Sementara itu, James terlihat sedang berdiskusi dengan Dion dan Tedy.“Rapikan kamar tamu sekarang. isi lemari dengan pakaian untuk Aleya, beritahu semua orang di rumah termasuk penjaga rumah agar memanggil Aleya dengan panggilan Nona muda, dia adalah tunanganku yang sebentar lagi akan menikah denganku. Orang tua Aleya sudah meninggal d
“Di mana aku?”Pertanyaan itu berasal dari suara parau Aleya yang mulai tersadar. Perlahan ia membuka kedua matanya dan melihat sekeliling ruangan berwarna putih.Kedua pandangan matanya tertuju kepada selang infus yang terpasang di tangan kanannya. Kemudian ia tersadar sedang berada di rumah sakit, di ruang perawatan intensif.“Ada apa ini?” ia mencoba mengingat kejadian yang menyebabkan dirinya berada di ruangan tersebut.Aleya mencoba bangun, tapi tubuhnya terasa seperti remuk.“Aaarrh,” pekiknya menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.Tubuhnya kembali terkulai di atas kasur, seolah menyerah untuk bangkit. Ia memilih untuk tetap merebahkan tubuhnya di atas kasur.“Suster!” teriak Aleya dengan suara parau.Suster segera masuk ke ruangan tempat Aleya di rawat.“Nona Aleya sudah sadar?” tanya suster bernama Safira dengan suara lembut. Lalu ia mengecek keadaan Aleya yang terlihat kebingungan.“Aku kenapa, Suster?” pertanyaan Aleya membuat Safira tertegun.“Nona Aleya, Anda tidak bisa m
“Tinggalkan saja aku!”Aleya membuat James terkejut hingga ia melepaskan pelukannya.“Kenapa?” tanya James mengerutkan dahinya seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.“Jika aku merepotkanmu, jauhi aku, lepaskan aku!” Aleya mencoba melepaskan diri dari James.James menghela napas panjang, mencoba mengatur emosinya, biasanya semua wanita akan menuruti semua keinginan dan perintahnya, apalagi mendapatkan perilaku lembut darinya. Namun, tidak dengan Aleya yang selalu membuat James harus ekstra sabar menghadapinya.“Aleya, dengarkan aku!” James memegangi kedua bahu Aleya dengan lembut, “kamu sama sekali tidak merepotkan aku, justru aku merasa bersalah karena telah melibatkanmu dengan semua permasalahanku dengan persaingan bisnisku. Aku ingin kamu tetap bersamaku, aku akan melindungimu.”James justru bersikukuh ingin Aleya tetap bersamanya tanpa mengetahui jika Aleya ingin segera pergi darinya.Aleya bingung harus berkata apalagi untuk melepaskan dirinya dari James.“Ya Tuhan, izi
“Mereka adalah musuhku.”James memberitahu mengenai musuhnya kepada Aleya. Ia tahu betul jika suatu saat nanti Aleya pasti akan mengetahui kehidupan James yang penuh tantangan.“Musuhmu? Kenapa mereka mengincarku?” Aleya semakin penasaran dengan ucapan James.“Sebenarnya mereka mengincarku, kamu hanya sebagai umpan agar aku mendatangi mereka,” jawab James dengan wajah serius.Aleya tersentak mendengar jawaban James, hal yang ia takuti akhirnya terjadi juga.“Ta-tapi kenapa aku yang menjadi umpannya? Memangnya tidak ada orang lain?” hatinya sudah ketakutan sedari tadi, sekarang ditambah dengan pengakuan James yang mempunyai banyak musuh.“Mungkin mereka menyaksikan kita berdua di siaran langsung televisi ketika gedung pameran di serang oleh mantan mertuamu.” James menghela napas panjang.Jauh di lubuk hatinya yang dalam, James merasakan penyesalan karena telah melibatkan Aleya dalam kehidupannya. Wanita yang dia cintai kini harus berjibaku dengan kehidupan keras James. Musuhnya yang ba
Bab 94Penolong“Cepat, Nyonya! Jangan buang waktu kami!” Lelaki yang memakai masker putih terdengar tidak sabar.Aleya yang ketakutan terpaksa ikuti langkah lelaki lain yang ada di hadapannya. “Habisi mereka, hanya wanita itu yang kita butuhkan,” ujar lelaki bermasker putih itu memberikan perintah kepada anak buahnya yang memakai masker hitam setengah berbisik.Secara tidak sengaja Aleya mendengar ucapan yang membuatnya bergetar ketakutan.Aleya menghentikan langkahnya, ia sadar bahwa sasaran utama mereka adalah menangkapnya dan menjadikannya sandera. “Aku akan ikuti perintah kalian, tapi dengan syarat,” ujar Aleya memberanikan diri bicara walau suaranya bergetar ketakutan.“Astaga! Apa lagi?” lelaki bermasker putih itu semakin terlihat kesal dengan Aleya yang seolah mengulur waktu.“Aku ingin mereka berdua ikut aku!” Aleya berusaha menepikan rasa takutnya dan menatap lelaki yang memakai masker putih.Lelaki yang memakai masker putih itu menatap Aleya dengan tatapan taja
“Sial! Kita terjebak.”Rita segera menghubungi Gavin dan meminta batuan setelah mobil yang mereka kendarai berhasil dihadang oleh mobil sedan hitam yang sedari tadi sudah membuntuti mereka.Gavin mengangkat panggilan telepon dari Rita.“Halo ...”Tanpa basa-basi Rita langsung menjelaskan keadaan mereka kepada Gavin.“Gavin, kami dihadang oleh orang tidak dikenal. Aku sudah share lokasi, cepat ke sini!” teriak Rita membuat situasi semakin mencekam.Aleya memegang erat sabuk pengamannya dan mengatur napasnya, ia sedang menenangkan dirinya sendiri.Sementara Rita dan Agus sedang memperhatikan ketiga pria yang turun dari mobil sedan hitam. Ketiga pria itu semuanya berpakaian serba hitam dan menggunakan masker di wajahnya. Salah satunya merupakan pria yang menggedor jendela mobil waktu berhenti di lampu merah.“Rita, bagaimana ini?” tanya Aleya dengan suara yang bergetar. Wajahnya seketika pucat melihat ketiga pria yang menghampiri mereka ternyata membawa tingkat bisbol.“Tenang,