“Habislah aku.”Rita mengadu kepada Wanda melalui smart phonenya. Jika Wanda ada di sampingnya, mungkin sekarang Rita akan memeluknya. Wanita yang didaulat sebagai penjaga Aleya itu ketakutan membayangkan amarah Tuannya jika mengetahui Aleya pergi ke luar rumah tanpa izin darinya.“Tunggu dulu. Jangan terburu-buru ambil kesimpulan jika kemarahan Tuan adalah hal yang menakutkan.” Suara Wanda terdengar serius.“Apa maksud kamu?” Rita mengerutkan dahinya.“Lihat ke arah pintu! Siapa yang datang?”Rita segera melihat ke arah pintu, kedua matanya melotot terkejut.“Sial! Segerombolan orang munafik datang bersamaan. Apa yang harus aku lakukan?”“Tenang! Aleya pasti sudah memperkirakan semua risikonya. Kamu harus tetap berada di dekatnya, terus fokus.” Wanda memberikan perintah dari balik smart phonenya.“Baiklah, aku akan ....” Rita terdiam dan baru menyadari sesuatu, “bagaimana Bu Wanda tahu Angelina dan Mila datang? Bu Wanda ada di sini?” tanyanya sambil memperhatikan sekitar.Rita meliha
“Aleya, kamu mandul ya?”Belina — ibu mertua Aleya tiba-tiba menuduhnya. Kedua matanya menatap sinis kepada Aleya.“A—apa? Aku mandul?”Aleya terkejut mendengar dirinya dituduh mandul oleh mertuanya. Saking terkejutnya, alat makannya sampai terjatuh. Aleya sedang makan malam di rumah mertuanya.“Itu tidak benar,” Aleya tidak terima dengan tuduhan jahat itu.Bukan hanya Aleya yang terkejut dengan tuduhan mandul tersebut. Purnama —ayah kandung Aleya juga ikut terkejut.“Benarkah? Astaga, sial betul keluarga Alvaro mempunyai anak sepertimu.”Purnama semakin membenci Aleya. Sementara itu, Angelina dan Mila tersenyum melihat Aleya gusar. Sejak menjadi ibu tiri Aleya, Angelina sering membuat Aleya menangis dan memaksanya harus selalu mengalah kepada Mila—adik tirinya.“Sial. Aku jadi tidak selera makan karena kamu, Aleya,” dengus Purnama.Makan malam kedua keluarga menjadi tegang. Keluarga Leopard tidak terima dengan keadaan Aleya yang mandul, sedangkan keluarga Alvaro malu dengan kondisi A
“Yavid?”Aleya terkejut melihat lelaki yang selama ini terlihat angkuh dan dingin, kini menarik tangannya dan membawanya ke dalam mobil.“Bagus jika kamu masih mengenaliku.” Suara bariton Yavid membuat Aleya mematung.Aleya jarang sekali melihat Yavid. Paman Jarvis tersebut tinggal di mansion bersama kedua mertuanya. Lelaki yang di takuti oleh Verrel dan Belina karena ketegasannya.“kenapa kamu menculikku? Ini pasti rencana Jarvis, kenapa kalian masih ingin menyiksaku?” teriak Aleya.Aleya berusaha berontak dan ingin keluar dari mobil sedan Audiy hitam yang sedang melaju kencang.“Jangan bertindak bodoh!” Yavid menarik tangan Aleya menjauh dari pintu mobil.Dengan mudah tubuh kurus Aleya berada semakin dekat dengan lelaki berusia empat puluh tahunan tersebut.“Aku ingin membantumu.”Aleya terdiam, tapi air matanya terus mengalir. Terlihat di lengannya yang putih kurus ada beberapa bekas luka memar. Di sudut bibirnya juga terlihat luka kering berwarna merah.“Membantuku? Atau menyaki
“Besok aku akan menikahimu.”Yavid mengucapkan kalimat itu tanpa beban. Sedangkan bagi Aleya menikah adalah hal yang menakutkan. Yang terbayangkan di pikirannya adalah siksaan yang akan ia terima setelah menikah.“Be—besok? Sepertinya terlalu cepat.”Aleya menelan salivanya. Ia ketakutan jika Yavid akan memperlakukannya sama seperti Jarvis. Menyiksanya.“Lebih cepat, lebih baik, kan?” Yavid melirik ke Aleya.Wajah Aleya terlihat pucat. Ia memang ingin membalaskan dendam kepada Jarvis dan keluarganya, tapi jika menikah dengan Yavid secepat ini, malah membuat keberaniannya kembali menciut.“Ta—tapi, kamu seorang pimpinan perusahaan terbesar di Endosiana, aku rasa aku tidak pantas menjadi istri kamu,” Aleya menundukkan wajahnya.Aleya sadar jika dirinya bukan lagi anggota keluarga Alvaro, juga bukan pemilik sebuah perusahaan. Walaupun menikah dengan seorang pemimpin perusahaan, ia tidak yakin bisa melawan musuhnya.“Aleya, dengarkan aku!” Yavid menatap Aleya dengan serius, “aku yang mene
“Ibu?”Kedua mata Aleya terbelalak melihat sosok wanita berambut panjang memakai baju putih sedang berdiri di hadapannya.“Ibu, aku rindu ibu,” Aleya merentangkan kedua tangannya bermaksud ingin memeluk ibunya.Wanita itu hanya tersenyum tapi tidak menghampirinya. Aleya juga tidak bisa mendekat. Aleya mengernyitkan dahinya.“Kenapa ibu? Aku datang untuk bersama ibu.”Wanita itu malah tersenyum dan mundur perlahan menjauh dari Aleya.“Ibu. Kenapa menjauh, bu,” pekik Aleya sambil berusaha mengejar ibunya, tapi kedua kakinya malah terasa berat.Wanita itu semakin menjauh, membuat Aleya menangis sedih.“Kamu harus seperti jarum, kecil tapi ketika menusuk akan sangat menyakitkan. Bangkitlah, nak. Kamu berhak bahagia.”Aleya tertegun mendengarkan ucapan ibunya. Perlahan sosok ibunya menghilang di antara cahaya putih yang tiba-tiba muncul.“Ucapan itu sama seperti ucapan ...” Aleya mengernyitkan dahinya ketika melihat sosok lelaki yang menghampirinya, “Yavid?”Aleya membuka kedua matanya per
“Bangunlah, Nyonya. Tuan Yavid sudah pergi.”Aleya terkejut mendengar ucapan Rita yang bisa menebaknya sedang berpura-pura belum sadar. Aleya segera membuka kedua matanya.“Bagaimana kamu tahu kalau aku sudah sadar?”Pertanyaan Aleya membuat Rita tersenyum.“Syukurlah, Nyoya sudah sadar. Saya tidak sengaja saya melihat Nyonya membuka mata waktu saya masih berada di luar kamar. Tapi waktu Tuan Yavid akan masuk, Nyonya segera memejamkan mata lagi.”Aleya menjadi malu setelah ketahuan berbohong.“A—aku hanya ingin memastikan jika Yavid tidak mempermainkan aku.”Rita berdiri mendekat ke Aleya.“Jangan melakukan tindakan seperti tadi lagi. Saya dan Tuan benar-benar cemas dengan keadaan Nyonya.”Mendengar ucapan Rita membuat Aleya terkejut.“Cemas? Lelaki dingin itu cemas?”Tentu saja Aleya tidak percaya begitu saja dengan ucapan Rita.“Tuan berlari begitu cepat ketika saya berteriak minta tolong. Tanpa ragu Tuan menggendong Nyonya dan dibawa ke rumah sakit ini.”Aleya ingat saat Rita berte
“Dasar lelaki sombong, menyebalkan!”Aleya kesal, lalu memijat kembali dahinya. Kepalanya masih terasa pusing.“Kamu pembohong, Rita!” dengus Aleya kesal.Rita terkejut dirinya ikut terseret atas sikap Tuannya yang membuat kesal Aleya.“Saya berbohong?”Aleya menatap Rita dengan tatapan tajam.“Kamu bilang Yavid mencemaskan aku, tapi buktinya? Dia enggak nunjukin perhatiannya sama sekali. Manusia macam apa dia?”Aleya menumpahkan kekesalannya kepada Rita. Pelayan itu hanya bisa tersenyum memaklumi sikap majikannya tersebut.“Maafkan saya, Nyonya. Mungkin Tuan sedang ...”Belum juga Rita menyelesaikan ucapannya, Aleya segera memotong ucapannya.“Ssstt. Jangan bicara lagi, kamu pasti akan membelanya. Astaga, sepertinya aku terjebak permainannya Yavid,” dengus Aleya sambil terus memijat dahinya.Keesokan harinya, tubuh Aleya sudah terasa membaik, ia sudah bisa duduk dan rasa pusing sudah mulai berkurang. Selang infus juga sudah di cabut oleh suster. Rita masuk dengan pakaian yang berbeda
“Kita mau kemana?”Rita tidak menjawab pertanyaan Aleya. Ia fokus mendorong kursi roda yang ditempati oleh Aleya menuju basement.“Gavin ada di sana,” Rita segera melajukan kursi roda ke arah mobil merci hitam.Wajah Gavin dan Rita terlihat tegang. Rita membantu Aleya masuk ke mobil. Setelah Aleya duduk di kursi belakang, Gavin menyimpan kursi roda di bagasi dan Rita segera masuk ke mobil.“Bagaimana bisa mereka ada si sini?” tanya Rita kepada Gavin.Aleya masih kebingungan dengan pertanyaan Rita.“Sebenarnya apa yang terjadi?”Aleya menatap Rita lalu Gavin secara bergantian.“Nyonya Belina dan Tuan Verrel tiba-tiba datang dan melakukan audit di luar jadwal. Informanku bilang kalau ada yang membocorkan keberadaan Nyonya Aleya. Mereka tidak ingin Nyonya Aleya ada di rumah sakit ini.” Gavin menjelaskan sambil mengemudikan mobil sedan hitam menuju rumah Yavid.Aleya tertegun mendengar jawaban Gavin.“Mereka benar-benar membenciku, sepertinya mereka ingin melihatku menderita,” ujar Aleya
“Habislah aku.”Rita mengadu kepada Wanda melalui smart phonenya. Jika Wanda ada di sampingnya, mungkin sekarang Rita akan memeluknya. Wanita yang didaulat sebagai penjaga Aleya itu ketakutan membayangkan amarah Tuannya jika mengetahui Aleya pergi ke luar rumah tanpa izin darinya.“Tunggu dulu. Jangan terburu-buru ambil kesimpulan jika kemarahan Tuan adalah hal yang menakutkan.” Suara Wanda terdengar serius.“Apa maksud kamu?” Rita mengerutkan dahinya.“Lihat ke arah pintu! Siapa yang datang?”Rita segera melihat ke arah pintu, kedua matanya melotot terkejut.“Sial! Segerombolan orang munafik datang bersamaan. Apa yang harus aku lakukan?”“Tenang! Aleya pasti sudah memperkirakan semua risikonya. Kamu harus tetap berada di dekatnya, terus fokus.” Wanda memberikan perintah dari balik smart phonenya.“Baiklah, aku akan ....” Rita terdiam dan baru menyadari sesuatu, “bagaimana Bu Wanda tahu Angelina dan Mila datang? Bu Wanda ada di sini?” tanyanya sambil memperhatikan sekitar.Rita meliha
“Nyonya, sebaiknya kita kembali ke rumah.”Sekali lagi Rita meminta Aleya untuk mengurungkan niatnya pergi ke pameran lukisan yang ada di Egypt Hall. Selain ingin melihat karya lukisan lain, ia juga berniat bertemu dengan James.“Rita, kita sudah sampai di sini. Kamu percaya saja, rencanaku pasti akan berhasil,” Aleya mencoba meyakinkan Rita, “dari tadi kamu selalu mencegahku untuk bertemu dengan James.” Aleya menggerutu sambil menunggu Rita membukakan pintu mobilnya.Aleya turun dari mobil dengan anggun. Ia berjalan menuju pintu masuk, hampir semua mata tertuju kepadanya. Bahkan seorang pria muda tidak rela mengedipkan matanya ketika melihat Aleya lewat di hadapannya.Senyum Aleya mengembang sepanjang ia berjalan, penampilannya menunjukkan jika ia bukanlah wanita biasa. Sedangkan Rita berjalan di belakang Aleya sambil mengawasi sekitarnya.Masih terngiang di pikiran Rita mengenai firasat tidak baik yang dirasakan Wanda. Semuanya menjadi terasa menakutkan karena ia juga merasakan fira
“Kamu sudah bangun?”Suara Yavid terdengar tenang ketika melihat Aleya membuka matanya. Kemudian ia melirik ke arah suaminya tersebut yang sedang memakai pakaian kerjanya.Aleya bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri Yavid.“Semalam kamu tidak pulang?” Tanya Aleya.Aleya berniat memuaskan Yavid agar amarahnya benar-benar hilang, tapi setelah menunggunya semalaman hingga ia tertidur, ternyata Yavid tidak kunjung pulang.“Aku ada urusan dengan perusahaan Steel. Mereka akan bekerja sama dengan perusahaan kita dengan menyiapkan alat berat yang akan kita jual.” Yavid menjelaskan sambil menatap cermin di hadapannya.Pandangannya tertuju kepada tubuh Aleya yang memakai mini dress semi transparan yang menunjukkan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Sebagai lelaki normal Yavid berkali-kali menelan salivanya menahan gejolak hasrat yang perlahan bangkit ketika dihadapkan dengan wanitanya yang berpakaian seksi.“Hari ini pagi-pagi sekali kamu sudah mau pergi lagi?” tanya Aleya dengan suara lemb
“Besok kita ketemu di gedung pameran.”James tampak bahagia bertemu dengan Aleya. pandangan matanya selalu tertuju kepada wajah Aleya yang cantik.“Baiklah, kita bertemu di sana.” Aleya juga menunjukkan ketertarikannya kepada James. Bukan karena menyukai lelaki berparas tampan itu, tapi bertujuan untuk membuat Yavid cemburu.“See you, cantik,” ujarnya setelah mengecup punggung tangan Aleya dengan lembut sebelum pergi.Yavid terlihat menghembuskan napasnya dengan kasar ketika melihat sikap James kepada Aleya. Semakin terlihat kesal wajah Yavid, semakin bersemangat untuk Aleya membuat hati suaminya itu mendidih.James bahkan lupa berpamitan kepada sahabatnya sendiri. Yavid segera menghampiri Aleya dengan wajah marah dan napasnya menderu.“Kenapa kamu bersikap murahan di hadapan James?” suara baritonnya membuat sosoknya menakutkan jika sedang marah.Aleya tahu resikonya jika membuat Yavid marah, hal menakutkan pasti akan terjadi. Aleya terdiam melihat suaminya menunjukkan marahnya.“Asta
“Sepertinya kamu kenal baik dengan Belina.”Aleya semakin penasaran dengan masa lalu Kristy. Sikap gugupnya menjadi celah bagi Aleya untuk mengulik lebih jauh mengenai wanita yang pernah menjadi tunangan Yavid.Kenapa harus Kristy yang Yavid ajak untuk kerja sama? Kenapa Yavid mengajak mantan tunangannya untuk kerja sama? Pertanyaan yang semakin membuncah di hati Aleya.Kristy tertawa kecil, “Aleya, tidak semua bisa kamu ketahui tentang aku. Masih banyak hal yang menarik bisa kita pelajari untuk membuat perusahaan Strugle semakin berkembang bukan tentang aku.”Aleya tertegun mendengar ucapan Kristy, “Sepertinya banyak rahasia yang dia tutupi tentang Belina,” bisiknya dalam hati.Kristy berdiri sambil menatap Aleya, “Sepertinya Yavid sedang membicarakan hal penting dengan James. Tapi aku tidak bisa menunggu lagi, ada hal yang harus aku urus.”Aleya beranjak dari tempat duduknya lalu menyunggingkan senyum, “Silakan, nanti aku akan sampaikan ke pak Yavid kalau kamu harus pergi.”Kepergia
“Siapa wanita muda ini?”Kristy menoleh ke arah Yavid sambil tersenyum kecil. Sebagai mantan tunangannya, setidaknya Kristy tahu jika lelaki yang pernah ia cintai itu jika membiarkan seorang wanita bisa dekat dengannya maka artinya wanita tersebut spesial dihatinya.Tentu pertanyaan Kristy bukan hanya basa-basi, ia ingin memastikan jika Yavid masih sendiri.“Dia ...” belum juga Yavid menjawab pertanyaan Kristy, Aleya menjawabnya dengan lugas dan tegas.“Aku hanya wanita biasa yang mencoba mendirikan perusahaan bersama orang yang kompeten seperti Yavid.” jawab Aleya.“Ehem!” Yavid berdehem pelan.“Maksudku, Pak Yavid.” Aleya menghela napas pendek.Aleya merasa tidak nyaman untuk berbohong mengenai statusnya dengan Yavid. sesungguhnya ia ingin sekali menyebutkan bahwa Yavid itu suaminya dan membuat Kristy patah hati. Sebagai sesama wanita, ia mengerti tatapan Kristy kepada suaminya, bukan hanya tatapan seorang rekan kerja, tapi tatapan cinta yang sedang bersemi kembali.Kristy menoleh k
“Ganti bajumu!”Yavid memang terpesona ketika melihat pakaian yang digunakan oleh Aleya, seksi dan menarik perhatian.Namun ia sadar kalau mereka akan bertemu dengan Kristy di tempat umum. Dengan pakaian seksi itu pasti menarik mata para lelaki yang ada di sana. Apalagi paras Aleya yang cantik membuat semua mata pasti menatapnya.“Loh kenapa?” Aleya protes.“Kamu bukan Kristy,” jawab Yavid sambil berjalan menuju walking closet untuk berpakaian.Aleya mengikuti langkah Yavid.“Apakah aku tidak menarik seperti Kristy?” tanyanya kesal.“Ganti pakaianmu!” ujar Yavid lagi tanpa menoleh.“Tidak mau!” jawab Aleya bersikukuh dengan pakaian yang digunakan.Yavid menatap Aleya, “Ganti pakaianmu! Aku tunggu di mobil,” ujar Lelaki dingin itu lalu pergi meninggalkan Aleya sendirian di kamar.“Ish! Menyebalkan!” Gumam Aleya kesal.Setelah menunggu beberapa menit, Aleya dan Rita menghampiri Yavid yang berdiri di samping mobil.Yavid melihat Aleya sambil menyunggingkan senyum kecil.Wajah Aleya meman
“Aleya!”Yavid melihat dari balik pintu ruang lukis yang sudah terbuka, lalu menghampiri istrinya itu karena tidak menoleh saat dipanggil olehnya.“Aleya, pagi-pagi begini kamu sudah ...” Yavid menghentikan ucapannya juga langkahnya ketika Aleya menoleh dengan wajah marah.Handuk kimono berwarna putih yang dikenakan Aleya juga terdapat banyak noda cat berwarna merah dan hitam. Yang membuat Yavid tertegun adalah lukisan yang baru saja dibuat oleh wanita yang semalam ia puaskan dengan permainannya di atas ranjang. Ternyata Aleya masih menyimpan rasa cemburu.Terlukiskan sepasang wanita dan pria ada di dalam lingkaran api, mereka berdua berpegangan tangan, tapi si pria menoleh ke arah wanita yang berdiri di luar lingkaran api.Dengan gradasi warna hitam orange dan merah menyala membuat lukisan itu terasa nyata bagi Yavid.Glek! Yavid menelan salivanya sebagai tanda ada rasa takut yang membuncah dalam dirinya kepada wanita yang telah mencuri hatinya itu.Tatapan Aleya sedingin es, genggam
“Sepertinya Aleya sudah tidur.”Yavid perlahan menutup pintu kamarnya, ia melangkah dengan hati-hati agar tidak membangunkan Aleya yang terlihat sudah tertidur.Lelaki tampan itu menuju meja kecil dekat jendela dan mengambil segelas air putih. Ketika membalikkan badannya, alangkah terkejutnya Yavid melihat Aleya sudah duduk di ujung tempat tidur sambil menatapnya dengan tatapan tajam.“Astaga!” pekiknya dan menumpahkan air sehingga membasahi kemejanya.“Aleya, kenapa tiba-tiba kamu duduk di situ?” tanya Yavid kesal.Aleya bergeming, ia masih menatap suaminya itu dengan tatapan tajam. Yavid sadar jika Aleya pasti marah karena ia melihat Kristy ada di sampingnya selama pembukaan pameran lukisan.“Kenapa? kamu sudah melihat Kristy? Rita yang beritahu kamu?” tanya Yavid berusaha bersikap tenang. Walau sebenarnya ia sudah mengetahui jika Aleya akan marah ketika menyaksikan berita mengenai pameran lukisan.“Aku ingin bertemu langsung.”“Nanti juga kamu akan bertemu dengan dia, kita kan mema