Share

Penuh Kepalsuan

Aku terdiam beberapa saat memandangi pisau yg aku genggam , aku menoleh ke arah Dylan yg menatapku dengan acuh tak acuh . Sepertinya dia ingin mengetes ku apakah niat ku benar atau tidak untuk benar benar mengakhiri hidup ?

Aku mengusap pisau yg ada digenggaman ku , lalu menekan ujung nya dengan jari telunjuk ku sehingga mengeluarkan darah segar.

"Ah , sakit !" Gumam ku dalam hati , baru aku coba melukai jari ku saja rasanya sakit , apalagi mengakhiri seluruh hidup ?  aku tidak bisa membayangkan bagaiman rasa sakit nya ?

"Pisau ini sangat tajam,  sakali tusukan mungkin aku sudah banyak mengeluarkan darah dan mati.

Hah  itu pastinya menyakitkan .Sial , apa yg harus aku lakukan sekarang ? kenapa aku  berfikir untuk mengakhiri hidup ? Bodoh !"

Aku terjebak dalam kebingungan ku sendiri , aku tahu tindakan ku salah dan tidak mungkin aku mengakhiri hidupku dengan bunuh diri semacam itu .

Dylan memandangi pisau yg aku pegang , dia menatapku tajam sambil tersenyum miring melihatku .  "Kenapa Ana ? Kau takutkan ?"  Dia tertawa kecil .

"Hmmm Dylan , kenapa kamu melakukan ini padaku ?" Aku mengernyit merasa tertipu oleh kebodohan ku sendiri .  Sekarang aku seperti termakan oleh omongan ku . "Apa yg harus aku lakukan ?"  Gumamku . Aku sadar akan kesalahan ku barusan , seharus nya aku tidak melakukan hal bodoh ini .

"Kenapa kamu diam Ana ? Pasti kamu tidak akan sanggup untuk melukai diri mu sendiri kan ?" Ucap nya tersenyum miring. Dylan sudah mengira nya bahwa Ana tidak akan mungkin berani melakukan hal bodoh itu .  Jika awal nya dia ingin bunuh diri , pasti itu hanya emosinya yg sesaat , sebenarnya dia tidak ingin benar benar bunuh diri.

Aku menunduk dan menggelengkan kepalaku . "Aku tidak akan bunuh diri Dylan , maafkan aku !" Aku mengakui jika tindakan yg ku ambil adalah kesalahan besar .

Dylan menanggapinya sambil tertawa kecil . "Baiklah , jika itu keputusan mu Ana , akhirnya kamu menyadari kebodohan mu . Jangan lakukan hal bodoh itu lagi !" Terang nya seraya mengancam ku .

Dylan lalu menoleh ke sebuah saluran TV yg ada di atas ranjang rumah sakit.  Dia melihat foto ku yg dipampang di layar TV . "Bukankah itu fotomu Ana ?" Dylan terkejut melihat pemberitaan yg ada , ternyata kecelakaan Ana diliput oleh wartawan dan menjadi pemberitaan nasional .

Aku menganggukan kepalaku , membenarkan pemberitaan itu.   Tampak seorang pria dan wanita terlihat menyedihkan mereka Carles dan Lucy . Dylan melihat Lucy dan langsung mengenalinya ."Bukan kah dia Lucy ?"

Ana mengangguk , "Ya dia Lucy , wanita yg kamu inginkan bertahun tahun yg lalu kan ?" Ucapku sambil menoleh pada Dylan . Dia masih termangu memandanginya dari layar TV .

Untuk beberapa menit dia terlihat diam dan hanya memandangi Lucy dengan tatapan kosong, "Ya , tapi entah kenapa aku jadi membencinya. Aku tidak ingat apa yg terjadi ?" Dylan memberikan penjelasan nya . "Kepalaku sering sakit jika mengingat tentang Lucy ." Dia terdiam sejenak dan menunduk . Seperti menyimpan sesuatu pada dirinya yg tidak diungkap kan nya . Hanya dirinya lah yg tau .

"Kenapa ? Apa ada masalah ?" Tanyaku padanya .

Dylan menggelengkan kepalanya untuk membantah nya.  "Entahlah , aku tidak ingat apapun Ana . " Ucapnya singkat namun terlihat begitu mendalam di hatinya .

Aku memahami Dylan jika begitu keadaan nya. Lalu aku memperkenalkan suami ku Carles padanya ."Pria yg disamping Lucy adalah suamiku Carles !"

"Carles ? Oh oke dia lumayan tampan juga Ana , dia terlihat baik dan  kamu tak salah memilih seorang suami ." Ucapnya sambil tersenyum menggodaku . Aku mengernyit jijik saat Dylan mengatakan nya , "Tidak , sepertinya aku salah memilih suami !" Ucapku kesal dan mencari sebuah remote dengan niat mematikan  saluran TV itu . Aku tidak mau melihat Carles dan Lucy di depan layar , mereka berdua terlhat begitu menyedihkan padahal mereka sangat licik dan berhati buaya .

"Salah memilih ? Apa maksud mu ? Dia terlihat baik dan menyedihkan , apa aku hubungi dia untuk memberitahunya jika kamu masih hidup Ana ?" Ucapnya . Dylan memang pria yg baik dia tidak ingin melihat teman nya dalam masalah , dia selalu berada di garda terdepan jika melihat sesuatu terjadi pada salah satu teman nya . Termasuk Ana .

"Jangan , sebaik nya jangan Dylan , lagipula dia tidak akan peduli padaku, lebih baik biarlah seperti ini.". Ucapku memalingkan wajah dari Dylan . Tiba tiba saja air mata terjatuh tanpa terasa . Rasa sakit itu seperti hadir kembali dalam ingatan dan jiwaku .

Bayang bayang Carles dan Lucy bagai hantu yg terus mengikuti ku kemanapun aku berada. 

Dylan menoleh padaku dengan heran , "Kenapa kamu bicara begitu Ana ?  bukankah dia adalah suamimu , dia berhak tahu jika kamu masih hidup ." Dylan terlihat penasaran tersirat   dari wajah nya , salah satu  alis nya naik ke atas .

Aku berhendus dingin sambil tertunduk sedih , dari raut wajahku terpancar rasa kekecewaan yg mendalam . "Aku tidak mau melihat wajah nya lagi , sudah cukup !" Ucapku penuh emosi . Air mataku semakin tak bisa terbendung lagi membasahi pipi . Aku terisak dengan tangisan ku yg semakin membuatku rapuh .

Dylan menoleh padaku dengan heran , dia tidak mengerti apa yg sebenar nya terjadi , dia berusaha menenangkan hatiku yg rapuh saat itu .  "Kenapa kamu bicara begitu Ana ?  Apa yg yg sebenarnya terjadi dengan mu ?"

Aku tidak menanggapi pertanyaan Dylan , aku masih menangis tersedu sedu jika mengingat tentang Carles suamiku . Rasa sakit itu begitu membuatku terasa sesak seakan aku susah untuk bernafas.  Dia membelenggu rasa sakit dalam hatiku sehingga aku terasa begitu hancur .

Melihat ku seperti itu , Dylan merasa aneh padaku

dia mencoba menenangkan diriku  dan mencoba menanyai apa yg sebenar nya terjadi padaku . "Hey Ana , bukankah kita adalah teman ? Kamu bisa mencurahkan isi hatimu padaku . Aku akan membantu semua masalahmu . Kamu bisa bersandar padaku Ana ." Ucap nya . Dia memegang punggung ku perlahan dan mengelus nya dengan penuh perhatian , dia  menenangkan hatiku yg terasa hancur berkeping keping .

Aku menangis di kedua kakiku yg aku tekuk saat duduk . Aku menutupi wajah ku dengan kedua  tangan ku yg bertumpu pada kaki . Semua emosi yg aku rasakan berhasil  tertumpah kan pada tangisan ku yg meledak ledak .

Dylan tak bergeming saat itu , dia hanya melihatku menangis dan membiarkan ku meluapkan semua yg ingin aku lupakan . Dia sosok pengertian meskipun dia tidak tahu apa yg terjadi , dia mencoba memahami jika diriku telah hancur dan pasti ada sebuah masalah yg membuatku jadi  seperti ini . Dan itu pasti berhubungan dengan suaminya Carles .

"Carles , .... Carles !  Dylan .... dia orang yg jahat , dia pria yg telah menghancurkan diriku , dia tak punya hati dan perasaan . Aku menyesal telah menikah dengan nya !" Ucapku terbata bata .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status