Malam harinya, Anya malas-malasan berjalan mengekor Hantari dan Hantoro masuk ke dalam restoran tempat pertemuan keluarganya dan keluarga Adit. Anya sudah berniat akan mengancam dengan pisau makan jika benar orangtuanya itu ingin menjodohkannya dengan pria itu.“Memilih pasangan adalah hak segala mahkluk, dan oleh sebab itu perjodohan di muka bumi ini harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kebucinan,” gumam Anya di dalam hati.Anya yakin perjuangannya cintanya akan sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat Sentosa dengan Om bidadara impian. Namun, sepertinya jalan berliku harus dia lalui lebih dulu, terutama mendapatkan restu dari Hantoro yang sudah lebih dulu menganggap Kaisar adalah pria yang tidak baik.Anya terpaksa menyunggingkan senyum manis di hadapan orangtua Adit juga pria itu, mereka pun mulai menyantap hidangan yang tersedia setelah beberapa menit yang lalu berbincang mengenai bermacam-macam hal, mulai dari urusan pekerjaan sampai bergibah membicarakan
"Sudahlah, buka matamu. Jangan pura-pura lagi," sungut Kaisar. Dia yang sedang menyetir melirik Anya yang rambutnya berantakan, lantas berdengkus kesal saat gadis yang diajaknya bicara mulai bergerak.Simalakama. Kaisar mati kutu. Anya benar-benar seorang yang luar biasa. Aktingnya membuat lelaki bertubuh kekar itu tak bisa berbuat banyak bahkan untuk sekadar menolak. Buktinya, dia lagi dan lagi bertemu Anya dan terus terlibat dengannya."Sebenarnya apa maumu? Kenapa selalu berada di sekitarku?" dengkus Kaisar lagi. Akan tetapi, bukannya menjawab Anya malah merapikan rambutnya yang berantakan dengan jari-jari, seakan-akan omelan Kaisar tak berarti."Hey, aku sedang bicara! Apa kamu tidak dengar?""Aku dengar, Om," balas Anya tenang. Dia mengerling jahil dan itu memantik sesuatu yang lain di diri kaisar. Lelaki itu merasakan dadanya bergemuruh, menghentak penuh gejolak menahan kesal."Kalau begitu jawab!""Aku tidak bisa jawab karena memang bingung harus jawab apa." Anya tiba-tiba memi
Benar adanya, baru saja pintu dibuka sudah terdengar suara tangis Mauri. Bergegaslah Kaisar mendekati arah suara yang ternyata dari ruang keluarg. Di sana sang mama tengah sibuk menenangkan bayi mungil itu sembari menepuk-nepuk punggungnya."Sama aku saja, Ma," ucap Kaisar yang membuat Anisa spontan menoleh, lantas melepaskan Mauri ke dekapan Kai. Pria itu dengan senangnya menatap sang anak yang terus menangis, lantas menciumnya. Dia juga terus mengajak sang putri bercanda, berjalan ke sana kemari sembari mengayunkan. Kai merindukan Mauri, sangat.Namun, nihil. Usaha kaisar untuk menenangkan tak berhasil. Mauri tetap rewel dan terus menangis, dan dia pun jadi bingung sendiri."Mauri kenapa, Ma?" tanya Kaisar lagi. Dia sentuh kulit Mauri dan tidak mendapati apa pun seperti gigitan serangga atau lainnya. Suhu tubuh anak itu juga normal."Mama Tidak tahu, Kai. Mungkin karena ngantuk, atau juga mungkin sedang mencari ibunya," jelas Anisa sembari melirik Anya yang terlihat sangat familiar.
"Hah?"Anisa yang ditanya seperti itu pun gelagapan. Lekat dia menatap Kai yang ada di belakang Anya dan mendapat gelengan kepala dari sang putra. Anaknya itu juga tampak panik. Seakan ingin sang mama menolak keras permintaan Anya yang tidak masuk akal."Bagaimana, Tante? Aku bisa menjadi menantu yang baik." Sekarang Anya melirik Kai yang melotot geram. "Tenang tenang, Om! Aku yakin bisa menjadi ibu sambung yang baik,”imbuh Anya. Kamu tidak akan menyesal menjadikan aku istri, Om.""Omong kosong. Lagi pula siapa yang menyukai gadis aneh seperti kamu?" balas Kai, menohok. Dia tahu terlalu kasar, hanya saja merasa kegilaan Anya harus disudahi agar tidak merembet ke mana-mana. Gerah hatinya setiap berhadapan dengan gadis itu. Tingkat kenarsisannya sangat tinggi melebihi Burj Khalifa. "Kai ...." Suara Anisa begitu lembut memanggil sang putra, dia juga mendekat dan mengusap punggung tegap Kaisar. "Jangan bicara kasar sama perempuan!""Habisnya dia aneh,” sahut Kaisar dengan muka masam."Ka
Dikarenakan pertengkarannya dengan sang papa semalam, Anya memilih melakukan gerakan mogok berbicara pagi itu. Dia malas berdebat dan memilih abai. Menurutnya Hantoro terlalu ikut campur dengan masa depannya dan dia tidak menyukai hal itu. Kebencian Anya pun semakin memuncak saat melihat Hantoro duduk di kursi. Pria itu cuek, padahal mata mereka sempat bersirobok beberapa detik."Sayang, sarapan dulu!" seru Hantari yang saat itu sedang sibuk berlalu lalang menata makanan di atas meja.Mau tidak mau Anya pun mendekat, tapi gadis itu memilih memalingkan wajah dari Hantoro."Anya berangkat dulu, Ma."Hantari keheranan. Saat mencium pipi putri angkatnya, wanita itu juga tidak bertanya. Namun, matanya membesar melotot ke Hantoro - seakan meminta penjelasan. Dia yakin, sikap Anya pasti ada sangkut pautnya dengan kejadian semalam."Tidak sarapan dulu Nya?" tanya Hantari, lekat dia menatap manik mata Anya yang pekat.Alih-alih menjawab, Anya justru menatap tajam ke Hantoro yang sedang menyeru
Anya, Martha dan beberapa stafnya dijemput oleh orang suruhan K Sport dari bandara siang itu. Mereka lantas dibawa ke sebuah resort mewah yang sudah di sewa pihak K Sport sendiri. Resort itu rencananya akan digunakan sebagai tempat pemotretan serta tempat menginap mereka."Inilah yang membuat aku merasa pilihanku benar menjadi model," oceh Anya sesaat setelah membuka jendela resort yang posisinya langsung menghadap pantai.Terpaan angin membuat gadis yang mengenakan straw hat berwarna merah muda itu memejam beberapa detik dengan tangan membentang. Dia sangat menikmati aroma pantai dan deru ombak yang seakan saling bersahutan."Aku suka di sini," lanjut Anya, setelah itu melihat Martha yang membongkar isi koper. "Inilah yang membuat aku betah. Tidak semua orang beruntung mendapatkan pekerjaan seperti ini. Melakukan apa yang disuka, dapat uang plus bisa jalan-jalan gratis.""Nah, nikmat mana yang kamu dustakan?" balas Martha yang buat Anya tersenyum semringah, lantas mengambil satu set
"Serius?""Entahlah, tapi yang jelas aku tidak punya waktu untuk bercanda," balas Kaisar.Ucapan Kaisar barusan bagai siraman air hujan bagi Anya di tengah panasnya udara pantai. Senyum gadis itu pun merekah karenanya. Anya mengalungkan tangan ke lengan Kaisar, hingga pria itu spontan kaget, tapi tidak seperti dirinya yang dulu, Kaisar tidak menolak atau bahkan menghindar. "Apa dia sungguh-sungguh dengan ucapannya barusan? Apa dia benar-benar sudah jatuh cinta padaku?" batin Anya. Dia tatap Kaisar dengan mimik serius. "Ya sudah, sudah terlanjur di sini sebaiknya kita jalan-jalan. Sayang jika waktu terbuang. Iya, kan?"Anya pun berjalan lebih dulu dan Kaisar mengikutinya dari belakang. Bibir pria itu lagi-lagi menipis. Kaisar bisa melihat kulit Anya yang begitu mulus, bersih dan putih bagai susu. Rambut yang hitam panjang tergerai melayang-layang ditiup angin pantai, terlihat sangat indah dan menawan. Tidak dipungkiri oleh Kaisar ada desir halus dalam dada yang membuatnya gugup saat b
Anya menggidikkan bahu dan tertawa. “Apa Om tahu? saat bobok aku mendapat bisikan bahwa belahan jiwaku seorang Kaisar.“Dasar bocah sableng,” gumam Kaisar.“Hah … apa yang Om katakan?” Hardik Anya. Ia pun tertawa dan menunduk menekuri jemari kaki sebelum berucap lagi. "Entahlah. Aku hanya menyukai Om yang seperti itu. Om tangguh dan kuat. Dan yang terpenting sudah berubah.""Berubah?" ulang Kaisar.Mendengar pujian itu entah kenapa Kaisar merasa ada sesuatu yang perlahan naik ke dada lalu menyergap tiba-tiba. Perasaan tidak enak hati, lebih tepatnya rasa bersalah. Perasaan itu seperti batu berat yang membuatnya merasakan sesak dan harus terus menerus menghela napas.Sebenarnya tanpa siapa pun tahu, Kaisar punya rencana jahat. Seusai perbincangannya dengan Agni waktu itu, dia mulai bertekad mendekati Anya dan menikahinya agar bisa mendapat hak asuh Mauri. Rencananya dia ingin memanfaatkan Anya untuk kepentingan sendiri."Dari mana kamu tahu aku berubah?" tanya Kaisar lagi."Dari sorot
Rumah Hantoro yang biasanya sepi kini tampak ramai. Banyak orang berlalu-lalang dan semuanya memakai pakaian yang nyaris seragam. Yang lebih mengesankan lagi halaman rumah pria itu juga sudah di sulap sedemikian rupa oleh sang empunya hingga siapa saja yang melihat sudah bisa menerka apa yang terjadi di sana. Pernikahan? Ya, itu benar. Anya dan Kaisar menikah. Akad nikah digelar tepat sebulan setelah Kaisar mengutarakan niat hendak menikahi Anya. Mereka memakai halaman sebagai tempat mengucap janji suci. Kursi, meja prasmanan serta ornamen lainnya semua bernuansa putih, memberi kesan sakral untuk acara yang akan di laksanakan sebentar lagi. Acara itu hanya dihadiri oleh keluarga dekat saja. Bahkan media tidak mengetahui soal pernikahan ini. Mengenai alasannya, itu semua karena Anya masih terikat kontrak, dia juga masih sibuk dengan beberapa proyek yang akan digarap. Jika mengadakan resepsi besar-besaran takutnya selain membuat khalayak gaduh, juga akan membuat kesehatan Anya tergang
"Memangnya kenapa?" tanya Anya. Dia turunkan jari tangan Kaisar dan menarik kemeja pria itu agar merebah kembali.Kaisar menurut meski debaran di dadanya sudah menggila. Dia emosi melihat adegan itu. Ingin rasanya dia layangkan tinju ke wajah pria yang menjadi lawan main Anya."Itu, kenapa kamu mau melakukan adegan ciuman? Apa harus berciuman? Berapa kali adegan itu diambil saat proses syuting?" lanjut Kaisar masih bernada sama. Dadanya bahkan naik turun karena emosi.Namun, bukannya menjawab Anya justru terbahak, dia terpingkal-pingkal melihat ekspresi lucu Kaisar yang sedang cemburu. Ya, Anya yakin sekarang Kaisar tengah cemburu."Tidak perlu marah-marah. Itu hanya akting. Tidak ada rasa, bukan sungguhan.""Tapi tetap saja dia sudah menciummu." Kaisar masih saja kesal. Dan saat seperti itu tiba-tiba saja ada satu ide gila yang Anya pikirkan. Gadis itu pun menutup mata sambil berkata- "Kalau begitu hilangkan jejaknya dari bibirku!"Kaisar pun kaget mendengar permintaan Anya, terlebi
"Kenapa tidak ada pegunjung lain?" tanya Kaisar. Kepalanya menoleh ke kanan kiri. Ia heran karena studio bioskop kelas premier yang dimasukinya bersama Anya sangat sepi. Padahal di luar sana banyak orang, mana mungkin tidak ada satu orang pun yang ikut menonton di kelas itu."Sepi karena aku menyewa satu studio ini hanya untuk kita," balas Anya. Ia sunggingkan tawa jenaka dan berhasil membuat Kaisar menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.Namun, pria itu tetap mengikuti langkah Anya. Kekasihnya itu sudah mengalungkan tangan di lengan dan menariknya masuk lebih jauh. Keduanya pun memilih duduk di barisan tengah."Kenapa harus disewa?" tanya Kaisar sesaat setelah pantatnya menempel ke kursi."Karena aku ingin berduaan denganmu menikmati film ini. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kita," seloroh Anya lagi. Matanya bahkan mengedip genit dan kembali membuat Kaisar geleng-geleng kepala dan tertawa.Kaisar pun tak banyak bicara lagi, terlebih mengingat sifat Anya yang memang
"Anya, maukah kamu menikah denganku?"Pemintaan Kaisar itu bagai nyanyian merdu nan syahdu yang merasuk ke dalam telinga Anya. Kalimat itu tak ayal membuatnya menitikkan air mata karena tak sanggup menahan haru."Om?" Anya menutup mulut dengan dua tangan, sedang matanya bergerak liar ke sana kemari menatap takjub pada Kaisar. Sungguh dia tak menyangka Kaisar melamarnya di bawah terbitnya sang mentari."Maukah kamu menikah denganku? Menghabiskan sisa hidupmu dengan mantan laki-laki brengsek dan punya banyak kekurangan seperti aku?"Tak mampu lagi menahan perasaan di hatinya, Anya pun membiarkan air matanya meluruh. Dan sebagai jawaban atas pertanyaan Kaisar, gadis itu mengangguk mantap dan menghambur ke dalam pelukan pria itu. Lisannya benar-benar terkunci, dia bahagia sampai tak bisa berkata-kata.Disela isak tangis yang mengharu biru, Anya pun mengulurkan tangan kirinya. Ia membuat Kaisar tersenyum lebar lantas menyematkan cincin itu ke jari manis lalu menciumnya. "Aku berjanji akan
Pertanyaan Kaisar soal wanita mantan selingkuhannya itu pun mau tak mau harus Anya jawab."Alasannya karena aku sadar kalau aku salah. Aku terlalu cemburu waktu itu. Aku takut kalau kamu akan terpengaruh dengan adanya Rey. Tapi sekarang tidak lagi, aku yakin anak-anakmu tidak akan mengganggu keharmonisan hubungan kita. Selama beberapa bulan ini aku terus menerus berpikir dan menyayangkan, kenapa sampai harus putus denganmu hanya karena alasan ini. Dan setelah aku pikirkan lagi, aku menyesal melepaskanmu. Aku terlalu menyukaimu," jelas Anya yang diakhiri dengan senyuman manis."Benarkah?"Anya mengangguk sambil membetulkan jaket milik Kaisar yang kini membalut tubuhnya. “Mauri dan Rey adalah buah dari masa lalu yang merupakan bagian dari hidupmu yang tidak akan pernah bisa dipungkiri sampai kapan pun, Jadi aku harus berdamai dengan itu.""Apa kamu akan menyayangi mereka? apa kamu tidak akan pilih kasih? Sedangkan kamu bilang tidak menyukai Rey karena dia anak seorang pelakor."Anya men
Setelah aksi peluk-pelukannya dan Kaisar tadi. Anya pun akhirnya tetap datang ke acara makan malam itu. Dia hadir di pesta dengan pikiran yang tidak fokus. Sepanjang acara, Anya lebih sering menatap ponsel di tangan. Sesekali senyumnya mengembang, matanya juga berbinar saat menatap layar benda pipih itu.[Bersabarlah, sebentar lagi aku akan pergi dari pesta]Pesan itu Anya kirim ke Kaisar dan tidak lama kemudian ponselnya bergetar.[Tenang saja, aku akan menunggu. Nikmatilah acaranya.]Anya langsung merengut. Kembali dia mengirim pesan untuk membalas pria itu.[Bagaimana bisa aku fokus ke acara sedang hati dan pikiranku ke kamu? Harusnya kamu ikut masuk]Kejujuran Anya hanya dibalas Kaisar dengan emoji tawa dan lambang cinta. Ajaibnya itu membuat Anya tersenyum lagi. Gadis itu memilih menyesap soda yang ada di tangan dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Martha.Namun, bisik-bisik aneh terdengar sampai ke telinga Anya. Ia jelas sudah tahu topik apa yang dibahas. Mereka membicar
Sementara itu di waktu bersamaan Kemal dan Anisa benar-benar datang ke rumah Hantoro membawa beberapa hantaran. Keduanya datang bermodal nekat demi masa depan sang putra. Mereka sadar kalau Kaisar memiliki masa lalu kelam dan hal ini bisa dijadikan alasan Hantoro untuk menghina. Akan tetapi, demi Kaisar mereka akan berusaha lebih dulu. Berhasil atau tidak, diterima atau tidak, yang terpenting mereka sudah memiliki niat baik.Kedatangan mereka yang tiba-tiba seperti itu tentu saja membuat Hantari kaget. Dia spontan berjengket dan berusaha bersembunyi di belakang pilar. Matanya menyipit mencoba memastikan kalau yang dia lihat memang benar."Astaga, dia benar Anisa. Tapi kenapa ke sini?" gumam Hantari, wajahnya kebingungan dan dia semakin kaget saat melihat penampilannya sendiri. Ia masih memakai daster dan mukanya juga masih belepotan masker. Tak ingin membuang-buang waktu, Hantari pun ngacir ke dalam. Wanita itu membiarkan dua orang yang datang ke rumahnya disambut pembantu."Mbok, kal
"Ka-kamu, apa kamu marah?" tanya Kaisar tergagap."Tentu saja!" sahut Anya nyaring.Namun, beberapa detik kemudian isak tangis Anya terdengar dan membuat Kaisar merasa bersalah. Dia tidak menyangka Anya akan semarah itu sampai menangis. Padahal niatnya hanya ingin menunjukkan kesungguhan cintanya. Kaisar Ingin memperlihatkan ke Anya bahwa dirinya serius menyukainya dan hampir gila menahan rindu selama tiga bulan ini."Maaf," lirih Kaisar. Dia yang tengah berada di belakang kemudi mengusap wajahnya gusar. Hampir saja stir mobilnya berbelok sendiri."Untuk apa minta maaf?" sembur Anya lagi. Gadis itu menghapus air mata membuat sebagian make up luntur."Maaf karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memperlihatkan kesungguhan. Aku serius, Nya. Jika kamu memberi aku kesempatan maka aku akan melakukan segala upaya agar bisa meyakinkanmu. Akan aku tunjukkan kalau aku bersungguh-sungguh. Akan aku buktikan kalau aku bisa menjadi pria yang baik, pria yang bisa melindungimu dan bisa membaha
Sementara itu, Kaisar diam-diam masih memantau keadaan Anya. Pria itu menggunakan orang dalam agensi tempat Anya bernaung untuk mencari informasi. Kaisar memang sudah berusaha menepis perasaan yang ada di hati, tapi nyatanya tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk mencoba sekali lagi.Kaisar yang tahu Anya kembali hari itu diam-diam mengikuti mobil Martha dan langsung mencegat wanita itu di jalan yang sepi. Martha yang mengendarai mobil sambil berbincang via telepon pun kaget, dia menginjak pedal rem dan melotot saat melihat Kaisar turun."Kamu gila? Bagaimana kalau remku blong, kita pasti sudah tabrakan," sembur Martha geram sesaat setelah menurunkan kaca jendela mobil."Tapi nyatanya tidak ‘kan? Aku pikir kamu tidak gila sampai nekat membawa mobil yang remnya blong," balas Kaisar.Martha yang masih emosi pun bersedekap, matanya memincing menatap sengit Kaisar. Dia kesal, bukannya meminta maaf pria itu malah seolah menantang.“Ada apa? apa yang kamu inginkan sampai hampir membuat kita k