Keesokan paginya, nampak beberapa orang berlalu-lalang menyiapkan segala hal agar pemotretan yang akan dilakukan berjalan lancar. Mereka bekerja dengan antusias di bawah sinar matahari yang perlahan mulai hangat, berharap pekerjaan hari ini cepat selesai dan mendulang kesuksesan. Deru ombak dan angin pantai yang berembus pelan membuat mereka lebih bersemangat dalam melakukan pekerjaan.Tidak jauh dari lokasi pemotretan ada Anya yang sedang didampingi Martha. Mereka berjalan mendekat, menyusuri bibir pantai dengan berbicara dan sesekali tertawa. Membuat gadis yang sudah lengkap dengan dengan baju selancar yang pas di badan itu terlihat lebih menawan dari biasanya. Terlihat sekali Anya menikmati pekerjaan. Kacamata hitam bertengger di hidungnya yang mancung menambah kesan modis. Belum lagi rambut yang sengaja digerai pasti akan membuat setiap pria yang melihat berdecak kagum.Sementara itu, Martha sendiri dengan telaten memayunginya. Di belakang mereka ada beberapa orang yang berjalan m
"Gadis itu benar-benar berbeda," batin Kai setelah selesai mengenang obrolannya dengan Anya semalam. Dia terus memperhatikan gadis itu yang sesekali tertawa dan bercanda.Pemotretan pun di mulai. Awalnya semua berjalan dengan semestinya. Anya terlihat profesional bergaya di papan selancar hingga membuat Martha yang sedari tadi mengawasinya tersenyum lega."Syukurlah dia baik-baik saja," batin Martha.Namun, tanpa diduga Anya yang tadinya terlihat santai saat berpose tiba-tiba memperlihatkan gelagat aneh. Martha yang menyadari itu bergegas berdiri, tetapi belum juga sempat memperingatkan, modelnya itu oleng. Anya limbung dan tercebur ke laut. Martha tentu panik, dia berteriak. Situasi berubah mencekam dan Kaisar yang berada di sana spontan berlari hendak menolong Anya tapi urung karena sudah ada yang lebih dulu menyelamatkan gadis itu."Nya, kamu tidak apa-apa, 'kan?" tanya Martha. Dia hampiri Anya yang berjalan dipapah kru yang membantunya keluar dari dalam air."Aku baik-baik saja,"
Takut salah dengar Anya sampai menyentuh telinga dan baru merasa yakin saat Kai mengatakannya tiga kali."Mau jadi pacarku?" ulang Kai. Mungkin ini yang keempat kalinya."Aku mau, aku mau," balas Anya antusias. Hatinya berbunga-bunga karena terlalu bahagia. Tidak pernah terbayangkan olehnya Kaisar akan luluh secepat ini."Apa ini?" tanya Kai heran saat Anya mengulurkan jari kelingking."Janji kelingking.""Tapi untuk apa?" Kai mengedarkan pandangan ke sekeliling, lantas menatap begitu lekat Anya yang tersenyum semringah."Sebagai bukti. Aku butuh bukti agar Om tidak berubah pikiran dan menarik ucapan Om barusan. Ayo Om, cepat.""Haruskah?"Anya mengangguk yakin dan seperti tak ingin dibantah. Kai pun tak punya pilihan selain menyanggupi dengan anggukan dan melakukan apa yang dipinta Anya. Walaupun dia pikir ini kekanakan dan memalukan."Dia terlalu mudah dibohongi. Kenapa dia tidak bertanya apa aku menyukainya atau tidak?" batin Kai setelah itu melepas tautan jari kelingking mereka."
Anya langsung menghentikan kunyahan dan mendorong sisa makanan yang ada di mulut dengan air putih. Dia menatap lekat Kai yang mengiris steak menjadi potongan kecil, lalu memasukkannya ke dalam mulut."Kenapa menatap begitu? Kamu mau?" tanya Kai sembari menyodorkan potongan steak yang ada di garpu ke Anya, tapi gadis itu menolak dengan gelengan kepala"Aku sudah kenyang. Om makanlah. Makan yang banyak biar kuat."Alis Kai spontan terangkat, melihat senyum ambigu Anya membuatnya mulai bertanya-tanya, kuat apa ini maksudnya? Tapi dia memutuskan membuang semua pertanyaan dari di dalam kepala dan kembali menikmati steak yang ada di depan mata."Aku penasaran kenapa Om mau pacaran denganku," tanya Anya tiba-tiba."Kenapa?"Kai balik bertanya. Pria bertubuh atletis itu berusaha mengusir kegugupan. Dia seruput air putih dalam gelas hingga tandas. "Apa kamu meragukanku?" lanjutnya dengan tatapan penasaran."Tidak, tidak sama sekali. Aku hanya penasaran saja, bukankah beberapa hari lalu Om seper
Anya memandang Hantoro dengan wajah masam, dia yang lelah semakin lelah karena sikap sang Papa."Oke, kalau begitu Papa tunggu. Papa mau lihat secara langsing cengungus yang sudah buat kamu seperti ini. Papa mau lihat belebah yang telah meracuni otakmu itu. Herman, dulu kamu sangat manis dan penuntut, tapi sekarang lihat! kamu berubah kritis. Ini pasti karena dia kasih pengaruh buruk buat kamu."Anya ingin menjambak rambutnya sendiri sambil melompat-lompat gemas karena kalimat Hantoro. Pria itu bahkan tidak bisa memarahinya dengan benar."Pa, berhenti menjelek-jelekkan dia. Dia tidak seburuk itu!" teriak Anya. Gelenyar emosi sudah naik perlahan menyelimuti hati serta ubun-ubun. Dia dekati Hantoro yang berkacak pinggang menatap sengit dirinya."Papa tahu sendiri, aku tidak pernah berubah. Aku selalu menurut dan selalu hormat ke Papa. Apa Papa tidak menyadari, Papa yang berubah, Papa terlalu ikut campur tentang hidupku. Aku sudah besar, Pa. Aku sudah dewasa dan berhak atas keputusan yan
[Kita putus! Kita putus!]Setelah mengirim pesan itu Anya banting ponselnya ke kasur, lantas menenggelamkan wajah."Kamu jahat! Jahat!" umpatnya beberapa kali. Air matanya menetes membasahi maskara. Bibirnya yang sudah berlapis lipstik pink pun bergetar. Tak sanggup lagi, Anya tenggelamkan wajahnya ke kasur makin dalam. Pundaknya terguncang. Sebenarnya dia melu mengaku, tapi jika yang sang papa tuduhkan benar, maka jalan putus adalah satu-satunya yang harus ditempuh. Itu artinya akan menjadi rekor pacaran tercepat abad ini, hanya dua hari.Di kamar lainnya, Hantoro tersenyum penuh kepuasan. Dia bersiul dan membiarkan istrinya memasangkan dasi juga jas."Apa tidak terlalu keras?" ujar Hantari."Aku begitu karena menyayangi dia," balas Hantoro."Tapi ...." Lisan Hantari terjeda saat mendengar bel berbunyi. Sesaat mereka adu pandang sebelum akhirnya suara ketukan di depan kamar membuyarkan."Pak, Bu, ada tamu.""Siapa?" balas Hantari."Namanya Kaisar, Bu."Lagi, keduanya saling tatap. Ha
Kaisar yang merasa janggal dengan semua yang baru saja terjadi menatap heran ke Anya yang sudah duduk di kursi penumpang sebelah kemudi mobilnya."Kenapa tidak masuk, Om? Ayo cepat! Nanti aku telat," sungut Anya. Tatapannya menajam saat beradu dengan sang Papa yang terus menatapnya sengit dari teras rumah."Cepat, Om!" desaknya lagi.Mau tidak mau Kaisar menuruti dan duduk di belakang kemudi. Sebenarnya tadi dia sempat berpikir ingin menjelaskan semua pada Hantoro, tapi saat mengingat motif asli dibalik hubungannya dengan Anya, dia urung melakukan itu. Toh, hubungan ini tidak serius. Dia mendekati Anya murni dengan tujuan agar bisa mendapat hak asuh Mauri."Om!" panggil Anya lebih nyaring. Dia sedikit kesal pada Kaisar yang malah termenung dan tidak menyalakan mesin mobil. "Ayo cepat, aku bisa telat. Om juga bisa telat.”"Baiklah, baik." Kaisar kemudian mengemudikan mobil melewati jalanan yang padat lancar, sesekali melirik Anya yang cemberut."Kenapa diam saja?" tanya Kaisar setelah
Kaisar yang tidak ingin memperkeruh keadaan menepikan mobil dan segera membungkam Anya dengan cara yang tidak biasa. Caranya tergolong brutal tapi membuat ketagihan. Anya yang tadinya terus mengoceh karena kesal berakhir megap-megap karena kesusahan mengambil napas."Om?"Kaisar yang sudah selesai menjauhkan diri, dia lihat Anya yang syok. Gadis itu meraba bibirnya yang bengkak. Lipstiknya juga terlihat berantakan."Om,""Kamu tenang saja! percaya saja padaku. Aku pasti akan berusaha agar mendapat restu papamu," jelas Kaisar sembari merapikan jasnya.Anya tidak menjawab, hanya matanya saja yang mengerjap menatap Kai yang kembali menghidupkan mesin mobil."Sekarang aku akan mengantarmu ke agensimu, setelah itu aku akan menemui papamu lagi. Aku akan bicara baik-baik padanya."Lagi, Anya tidak menjawab. Yang dia lakukan hanya menyentuh bibir sembari tersenyum. Saat Kai menatapnya, dia memalingkan wajah dan memunggungi. Mendadak dia malu saat bersitatap mata. Anya pun menyentuh dadanya. B
Rumah Hantoro yang biasanya sepi kini tampak ramai. Banyak orang berlalu-lalang dan semuanya memakai pakaian yang nyaris seragam. Yang lebih mengesankan lagi halaman rumah pria itu juga sudah di sulap sedemikian rupa oleh sang empunya hingga siapa saja yang melihat sudah bisa menerka apa yang terjadi di sana. Pernikahan? Ya, itu benar. Anya dan Kaisar menikah. Akad nikah digelar tepat sebulan setelah Kaisar mengutarakan niat hendak menikahi Anya. Mereka memakai halaman sebagai tempat mengucap janji suci. Kursi, meja prasmanan serta ornamen lainnya semua bernuansa putih, memberi kesan sakral untuk acara yang akan di laksanakan sebentar lagi. Acara itu hanya dihadiri oleh keluarga dekat saja. Bahkan media tidak mengetahui soal pernikahan ini. Mengenai alasannya, itu semua karena Anya masih terikat kontrak, dia juga masih sibuk dengan beberapa proyek yang akan digarap. Jika mengadakan resepsi besar-besaran takutnya selain membuat khalayak gaduh, juga akan membuat kesehatan Anya tergang
"Memangnya kenapa?" tanya Anya. Dia turunkan jari tangan Kaisar dan menarik kemeja pria itu agar merebah kembali.Kaisar menurut meski debaran di dadanya sudah menggila. Dia emosi melihat adegan itu. Ingin rasanya dia layangkan tinju ke wajah pria yang menjadi lawan main Anya."Itu, kenapa kamu mau melakukan adegan ciuman? Apa harus berciuman? Berapa kali adegan itu diambil saat proses syuting?" lanjut Kaisar masih bernada sama. Dadanya bahkan naik turun karena emosi.Namun, bukannya menjawab Anya justru terbahak, dia terpingkal-pingkal melihat ekspresi lucu Kaisar yang sedang cemburu. Ya, Anya yakin sekarang Kaisar tengah cemburu."Tidak perlu marah-marah. Itu hanya akting. Tidak ada rasa, bukan sungguhan.""Tapi tetap saja dia sudah menciummu." Kaisar masih saja kesal. Dan saat seperti itu tiba-tiba saja ada satu ide gila yang Anya pikirkan. Gadis itu pun menutup mata sambil berkata- "Kalau begitu hilangkan jejaknya dari bibirku!"Kaisar pun kaget mendengar permintaan Anya, terlebi
"Kenapa tidak ada pegunjung lain?" tanya Kaisar. Kepalanya menoleh ke kanan kiri. Ia heran karena studio bioskop kelas premier yang dimasukinya bersama Anya sangat sepi. Padahal di luar sana banyak orang, mana mungkin tidak ada satu orang pun yang ikut menonton di kelas itu."Sepi karena aku menyewa satu studio ini hanya untuk kita," balas Anya. Ia sunggingkan tawa jenaka dan berhasil membuat Kaisar menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.Namun, pria itu tetap mengikuti langkah Anya. Kekasihnya itu sudah mengalungkan tangan di lengan dan menariknya masuk lebih jauh. Keduanya pun memilih duduk di barisan tengah."Kenapa harus disewa?" tanya Kaisar sesaat setelah pantatnya menempel ke kursi."Karena aku ingin berduaan denganmu menikmati film ini. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kita," seloroh Anya lagi. Matanya bahkan mengedip genit dan kembali membuat Kaisar geleng-geleng kepala dan tertawa.Kaisar pun tak banyak bicara lagi, terlebih mengingat sifat Anya yang memang
"Anya, maukah kamu menikah denganku?"Pemintaan Kaisar itu bagai nyanyian merdu nan syahdu yang merasuk ke dalam telinga Anya. Kalimat itu tak ayal membuatnya menitikkan air mata karena tak sanggup menahan haru."Om?" Anya menutup mulut dengan dua tangan, sedang matanya bergerak liar ke sana kemari menatap takjub pada Kaisar. Sungguh dia tak menyangka Kaisar melamarnya di bawah terbitnya sang mentari."Maukah kamu menikah denganku? Menghabiskan sisa hidupmu dengan mantan laki-laki brengsek dan punya banyak kekurangan seperti aku?"Tak mampu lagi menahan perasaan di hatinya, Anya pun membiarkan air matanya meluruh. Dan sebagai jawaban atas pertanyaan Kaisar, gadis itu mengangguk mantap dan menghambur ke dalam pelukan pria itu. Lisannya benar-benar terkunci, dia bahagia sampai tak bisa berkata-kata.Disela isak tangis yang mengharu biru, Anya pun mengulurkan tangan kirinya. Ia membuat Kaisar tersenyum lebar lantas menyematkan cincin itu ke jari manis lalu menciumnya. "Aku berjanji akan
Pertanyaan Kaisar soal wanita mantan selingkuhannya itu pun mau tak mau harus Anya jawab."Alasannya karena aku sadar kalau aku salah. Aku terlalu cemburu waktu itu. Aku takut kalau kamu akan terpengaruh dengan adanya Rey. Tapi sekarang tidak lagi, aku yakin anak-anakmu tidak akan mengganggu keharmonisan hubungan kita. Selama beberapa bulan ini aku terus menerus berpikir dan menyayangkan, kenapa sampai harus putus denganmu hanya karena alasan ini. Dan setelah aku pikirkan lagi, aku menyesal melepaskanmu. Aku terlalu menyukaimu," jelas Anya yang diakhiri dengan senyuman manis."Benarkah?"Anya mengangguk sambil membetulkan jaket milik Kaisar yang kini membalut tubuhnya. “Mauri dan Rey adalah buah dari masa lalu yang merupakan bagian dari hidupmu yang tidak akan pernah bisa dipungkiri sampai kapan pun, Jadi aku harus berdamai dengan itu.""Apa kamu akan menyayangi mereka? apa kamu tidak akan pilih kasih? Sedangkan kamu bilang tidak menyukai Rey karena dia anak seorang pelakor."Anya men
Setelah aksi peluk-pelukannya dan Kaisar tadi. Anya pun akhirnya tetap datang ke acara makan malam itu. Dia hadir di pesta dengan pikiran yang tidak fokus. Sepanjang acara, Anya lebih sering menatap ponsel di tangan. Sesekali senyumnya mengembang, matanya juga berbinar saat menatap layar benda pipih itu.[Bersabarlah, sebentar lagi aku akan pergi dari pesta]Pesan itu Anya kirim ke Kaisar dan tidak lama kemudian ponselnya bergetar.[Tenang saja, aku akan menunggu. Nikmatilah acaranya.]Anya langsung merengut. Kembali dia mengirim pesan untuk membalas pria itu.[Bagaimana bisa aku fokus ke acara sedang hati dan pikiranku ke kamu? Harusnya kamu ikut masuk]Kejujuran Anya hanya dibalas Kaisar dengan emoji tawa dan lambang cinta. Ajaibnya itu membuat Anya tersenyum lagi. Gadis itu memilih menyesap soda yang ada di tangan dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Martha.Namun, bisik-bisik aneh terdengar sampai ke telinga Anya. Ia jelas sudah tahu topik apa yang dibahas. Mereka membicar
Sementara itu di waktu bersamaan Kemal dan Anisa benar-benar datang ke rumah Hantoro membawa beberapa hantaran. Keduanya datang bermodal nekat demi masa depan sang putra. Mereka sadar kalau Kaisar memiliki masa lalu kelam dan hal ini bisa dijadikan alasan Hantoro untuk menghina. Akan tetapi, demi Kaisar mereka akan berusaha lebih dulu. Berhasil atau tidak, diterima atau tidak, yang terpenting mereka sudah memiliki niat baik.Kedatangan mereka yang tiba-tiba seperti itu tentu saja membuat Hantari kaget. Dia spontan berjengket dan berusaha bersembunyi di belakang pilar. Matanya menyipit mencoba memastikan kalau yang dia lihat memang benar."Astaga, dia benar Anisa. Tapi kenapa ke sini?" gumam Hantari, wajahnya kebingungan dan dia semakin kaget saat melihat penampilannya sendiri. Ia masih memakai daster dan mukanya juga masih belepotan masker. Tak ingin membuang-buang waktu, Hantari pun ngacir ke dalam. Wanita itu membiarkan dua orang yang datang ke rumahnya disambut pembantu."Mbok, kal
"Ka-kamu, apa kamu marah?" tanya Kaisar tergagap."Tentu saja!" sahut Anya nyaring.Namun, beberapa detik kemudian isak tangis Anya terdengar dan membuat Kaisar merasa bersalah. Dia tidak menyangka Anya akan semarah itu sampai menangis. Padahal niatnya hanya ingin menunjukkan kesungguhan cintanya. Kaisar Ingin memperlihatkan ke Anya bahwa dirinya serius menyukainya dan hampir gila menahan rindu selama tiga bulan ini."Maaf," lirih Kaisar. Dia yang tengah berada di belakang kemudi mengusap wajahnya gusar. Hampir saja stir mobilnya berbelok sendiri."Untuk apa minta maaf?" sembur Anya lagi. Gadis itu menghapus air mata membuat sebagian make up luntur."Maaf karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memperlihatkan kesungguhan. Aku serius, Nya. Jika kamu memberi aku kesempatan maka aku akan melakukan segala upaya agar bisa meyakinkanmu. Akan aku tunjukkan kalau aku bersungguh-sungguh. Akan aku buktikan kalau aku bisa menjadi pria yang baik, pria yang bisa melindungimu dan bisa membaha
Sementara itu, Kaisar diam-diam masih memantau keadaan Anya. Pria itu menggunakan orang dalam agensi tempat Anya bernaung untuk mencari informasi. Kaisar memang sudah berusaha menepis perasaan yang ada di hati, tapi nyatanya tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk mencoba sekali lagi.Kaisar yang tahu Anya kembali hari itu diam-diam mengikuti mobil Martha dan langsung mencegat wanita itu di jalan yang sepi. Martha yang mengendarai mobil sambil berbincang via telepon pun kaget, dia menginjak pedal rem dan melotot saat melihat Kaisar turun."Kamu gila? Bagaimana kalau remku blong, kita pasti sudah tabrakan," sembur Martha geram sesaat setelah menurunkan kaca jendela mobil."Tapi nyatanya tidak ‘kan? Aku pikir kamu tidak gila sampai nekat membawa mobil yang remnya blong," balas Kaisar.Martha yang masih emosi pun bersedekap, matanya memincing menatap sengit Kaisar. Dia kesal, bukannya meminta maaf pria itu malah seolah menantang.“Ada apa? apa yang kamu inginkan sampai hampir membuat kita k