[Kita putus! Kita putus!]Setelah mengirim pesan itu Anya banting ponselnya ke kasur, lantas menenggelamkan wajah."Kamu jahat! Jahat!" umpatnya beberapa kali. Air matanya menetes membasahi maskara. Bibirnya yang sudah berlapis lipstik pink pun bergetar. Tak sanggup lagi, Anya tenggelamkan wajahnya ke kasur makin dalam. Pundaknya terguncang. Sebenarnya dia melu mengaku, tapi jika yang sang papa tuduhkan benar, maka jalan putus adalah satu-satunya yang harus ditempuh. Itu artinya akan menjadi rekor pacaran tercepat abad ini, hanya dua hari.Di kamar lainnya, Hantoro tersenyum penuh kepuasan. Dia bersiul dan membiarkan istrinya memasangkan dasi juga jas."Apa tidak terlalu keras?" ujar Hantari."Aku begitu karena menyayangi dia," balas Hantoro."Tapi ...." Lisan Hantari terjeda saat mendengar bel berbunyi. Sesaat mereka adu pandang sebelum akhirnya suara ketukan di depan kamar membuyarkan."Pak, Bu, ada tamu.""Siapa?" balas Hantari."Namanya Kaisar, Bu."Lagi, keduanya saling tatap. Ha
Kaisar yang merasa janggal dengan semua yang baru saja terjadi menatap heran ke Anya yang sudah duduk di kursi penumpang sebelah kemudi mobilnya."Kenapa tidak masuk, Om? Ayo cepat! Nanti aku telat," sungut Anya. Tatapannya menajam saat beradu dengan sang Papa yang terus menatapnya sengit dari teras rumah."Cepat, Om!" desaknya lagi.Mau tidak mau Kaisar menuruti dan duduk di belakang kemudi. Sebenarnya tadi dia sempat berpikir ingin menjelaskan semua pada Hantoro, tapi saat mengingat motif asli dibalik hubungannya dengan Anya, dia urung melakukan itu. Toh, hubungan ini tidak serius. Dia mendekati Anya murni dengan tujuan agar bisa mendapat hak asuh Mauri."Om!" panggil Anya lebih nyaring. Dia sedikit kesal pada Kaisar yang malah termenung dan tidak menyalakan mesin mobil. "Ayo cepat, aku bisa telat. Om juga bisa telat.”"Baiklah, baik." Kaisar kemudian mengemudikan mobil melewati jalanan yang padat lancar, sesekali melirik Anya yang cemberut."Kenapa diam saja?" tanya Kaisar setelah
Kaisar yang tidak ingin memperkeruh keadaan menepikan mobil dan segera membungkam Anya dengan cara yang tidak biasa. Caranya tergolong brutal tapi membuat ketagihan. Anya yang tadinya terus mengoceh karena kesal berakhir megap-megap karena kesusahan mengambil napas."Om?"Kaisar yang sudah selesai menjauhkan diri, dia lihat Anya yang syok. Gadis itu meraba bibirnya yang bengkak. Lipstiknya juga terlihat berantakan."Om,""Kamu tenang saja! percaya saja padaku. Aku pasti akan berusaha agar mendapat restu papamu," jelas Kaisar sembari merapikan jasnya.Anya tidak menjawab, hanya matanya saja yang mengerjap menatap Kai yang kembali menghidupkan mesin mobil."Sekarang aku akan mengantarmu ke agensimu, setelah itu aku akan menemui papamu lagi. Aku akan bicara baik-baik padanya."Lagi, Anya tidak menjawab. Yang dia lakukan hanya menyentuh bibir sembari tersenyum. Saat Kai menatapnya, dia memalingkan wajah dan memunggungi. Mendadak dia malu saat bersitatap mata. Anya pun menyentuh dadanya. B
"Apa mungkin?" batin Anya di sela langkah.Gadis itu terus melaju dengan keraguan yang terus mengikuti. Semuanya bertambah keruh, ketika dia tiba-tiba teringat dengan ocehan sang ayah semalam yang berkata bahawa seorang peselingkuh tidak akan pernah bertaubat. Selingkuh saat pertama kali mungkin susah, tapi kedua dan ketiga biasanya akan terasa lebih mudah.Anya menghentikan langkah kaki, dia lantas membalik badan dan menatap studio tempat Adit berlatih. Tatapan mata gadis itu begitu sinis. Baru kali ini goyah karena perkataan orang yang sedang cemburu, ya dia yakin Adit sedang cemburu saat ini. Harga diri lelaki itu juga pasti sudah terluka karena telah dia tolak secara telak.Kendatipun demikian tetap saja ada yang janggal di diri Anya. Ingin rasanya dia menampik keras kalau Kaisar hanya menginginkan tubuhnya. Ingin dia percaya diri seperti terakhir kali—mengatakan kalau Kaisar sudah bertaubat.Namun lagi-lagi keraguan dalam hati kian besar dan membuatnya urung melakukan itu, terleb
Anya yang melihat ponselnya tentulah tersenyum kecil. Anisa yang paham situasi pun pamit ke belakang dan meninggalkan Anya seorang diri. Dia tahu kalau yang mengirim pesan adalah putranya. Feeling Anisa mengatakan itu.[Dari mana Om mendapat foto ini?]Tidak berapa lama masuk pesan dari Kaisar yang menjawab pertanyaan Anya.[Dari fotografer. Dia mengambilnya secara candid]Anya pun semakin antusias saat membalas. [Apa boleh aku simpan?][Tentu saja.]Balasan singkat Kaisar membuat Anya tersenyum bahagia. Dia ketik lagi pesan untuk duda satu anak itu dan mengajaknya bertemu.Kaisar pun mengiakan. Mereka janjian makan malam di sebuah restoran, karena janji itu juga Anya berpamitan pada Anisa dan pergi dengan perasaan bahagia.***Setibanya di restoran, keduanya tampak biasa saja. Mereka menikmati makan malam dengan diselingi obrolan ringan tanpa tahu kalau ternyata ada ada yang mengambil foto mereka secara diam-diam."Sudah?" tanya Kai kala melihat Anya meletakkan sendok. Wanitanya itu
"Apa kamu bilang? Pesta dan mengendap? Tidak, Papa tidak mengizinkan," sahut Hantoro saat Anya baru saja selesai meminta izin."Tapi kenapa, Pa? Aku sudah besar, aku bisa jaga diri.""Sekali tidak tetap tidak. Siapa yang menjamin kamu aman di sana?" balas Hantoro lagi. Keputusan telak yang membuat Anya harus menelan pil pahit, padahal tadinya dia sudah senang karena berpikir akan bisa berkencan dengan Kaisar di sana."Papa menyebalkan," balas Anya. Dia letakkan sendok ke piring hingga dentingannya terdengar nyaring."Anya!" Rahang Hantoro mengetat tapi tidak bisa apa-apa saat Anya sudah pergi meninggalkannya menuju kamar.Di kamar Anya bolak-balik menahan hasrat hati yang begitu besar, dia ingin bertemu Kaisar. Tapi dia juga tahu sang ayah tidak akan membiarkan itu. Kalau pun nekat pergi, Anya takut malah akan menjadi boomerang. Gadis itu tahu betul perangai sang papa. Jika ketahuan pergi tanpa izin Hantoro bisa saja datang dan membuat rusuh di sana dan Anya tidak ingin hal itu sampai
"Terima kasih ya Dit karena sudah membantuku," ucap Anya saat mengantar Adit sampai ke mobil.Adit spontan menoleh dan menghadap Anya, dia sempat melihat sekitar. Karena tidak mendapati siapa pun ada di dekat mereka, Adit pun bertanya-"Apa diabjuga akan ikut?"Anya mengiakan dengan gerakan kepala. Ia tahu bahwa permintaannya tadi cukup jahat, dia sadar sudah memanfaatkan Adit."Apa kamu juga akan memperkenalkan dia ke teman-teman yang lain?" tanya Adit lagi dan hatinya serasa diiris saat mendapat anggukan dari Anya."Maaf, Dit. Aku sangat menyukainya jadi tolong maklum. Dan aku berharap kamu bisa mulai menghapus namaku dari hatimu karena aku hanya bisa menganggapmu teman, hanya sebatas teman, tidak lebih."Walau getir Adit mengiakan dengan mengangguk, dia memutar tumit setelah itu tersenyum misterius."Baiklah, Nya. aku juga berharap kedatangannya di sana. Aku ingin membuktikan kalau dia tidak pantas untukmu," batin Adit yang seketika mendapatkan ide di dalam benak.***Hari di mana
Anya terbeku seketika. Otak dan hatinya sama sekali tidak sinkron. Satu sisi dia bahagia karena perlakuan Kaisar saat ini, tapi rasa sedih juga merayap ke dadanya. Gadis yang masih mengenakan bikini seksi itu merasa hampa karena berpikir Kaisar memang hanya menginginkan tubuhnya, persis seperti yang Adit dan papanya bilang."Apa dia benar-benar orang yang seperti itu?" batin Anya. Matanya mulai berkaca-kaca, dia merasakan kecewa pada pria yang masih menempelkan bibirnya ini."Mungkin benar yang Adit bilang, dia memang seperti ini," lanjutnya lagi.Kaisar yang menyadari kesalahan besar yang dibuatnya pun menghentikan kegilaan, lantas menatap sayu Anya yang hampir menangis."Om?" Anya mengerjap heran.Segera Kaisar melepaskan cekalan dan menjauhi Anya. Dia menjauh dan memunggungi gadis itu."Om?""Maafkan aku, Nya. Maaf."Setelah mengatakan itu Kaisar cepat-cepat meninggalkan Anya dan masuk ke kamar mandi. Dia mengunci diri dari dalam.Anya yang kebingungan seketika merasa ada yang tida
Rumah Hantoro yang biasanya sepi kini tampak ramai. Banyak orang berlalu-lalang dan semuanya memakai pakaian yang nyaris seragam. Yang lebih mengesankan lagi halaman rumah pria itu juga sudah di sulap sedemikian rupa oleh sang empunya hingga siapa saja yang melihat sudah bisa menerka apa yang terjadi di sana. Pernikahan? Ya, itu benar. Anya dan Kaisar menikah. Akad nikah digelar tepat sebulan setelah Kaisar mengutarakan niat hendak menikahi Anya. Mereka memakai halaman sebagai tempat mengucap janji suci. Kursi, meja prasmanan serta ornamen lainnya semua bernuansa putih, memberi kesan sakral untuk acara yang akan di laksanakan sebentar lagi. Acara itu hanya dihadiri oleh keluarga dekat saja. Bahkan media tidak mengetahui soal pernikahan ini. Mengenai alasannya, itu semua karena Anya masih terikat kontrak, dia juga masih sibuk dengan beberapa proyek yang akan digarap. Jika mengadakan resepsi besar-besaran takutnya selain membuat khalayak gaduh, juga akan membuat kesehatan Anya tergang
"Memangnya kenapa?" tanya Anya. Dia turunkan jari tangan Kaisar dan menarik kemeja pria itu agar merebah kembali.Kaisar menurut meski debaran di dadanya sudah menggila. Dia emosi melihat adegan itu. Ingin rasanya dia layangkan tinju ke wajah pria yang menjadi lawan main Anya."Itu, kenapa kamu mau melakukan adegan ciuman? Apa harus berciuman? Berapa kali adegan itu diambil saat proses syuting?" lanjut Kaisar masih bernada sama. Dadanya bahkan naik turun karena emosi.Namun, bukannya menjawab Anya justru terbahak, dia terpingkal-pingkal melihat ekspresi lucu Kaisar yang sedang cemburu. Ya, Anya yakin sekarang Kaisar tengah cemburu."Tidak perlu marah-marah. Itu hanya akting. Tidak ada rasa, bukan sungguhan.""Tapi tetap saja dia sudah menciummu." Kaisar masih saja kesal. Dan saat seperti itu tiba-tiba saja ada satu ide gila yang Anya pikirkan. Gadis itu pun menutup mata sambil berkata- "Kalau begitu hilangkan jejaknya dari bibirku!"Kaisar pun kaget mendengar permintaan Anya, terlebi
"Kenapa tidak ada pegunjung lain?" tanya Kaisar. Kepalanya menoleh ke kanan kiri. Ia heran karena studio bioskop kelas premier yang dimasukinya bersama Anya sangat sepi. Padahal di luar sana banyak orang, mana mungkin tidak ada satu orang pun yang ikut menonton di kelas itu."Sepi karena aku menyewa satu studio ini hanya untuk kita," balas Anya. Ia sunggingkan tawa jenaka dan berhasil membuat Kaisar menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal.Namun, pria itu tetap mengikuti langkah Anya. Kekasihnya itu sudah mengalungkan tangan di lengan dan menariknya masuk lebih jauh. Keduanya pun memilih duduk di barisan tengah."Kenapa harus disewa?" tanya Kaisar sesaat setelah pantatnya menempel ke kursi."Karena aku ingin berduaan denganmu menikmati film ini. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kita," seloroh Anya lagi. Matanya bahkan mengedip genit dan kembali membuat Kaisar geleng-geleng kepala dan tertawa.Kaisar pun tak banyak bicara lagi, terlebih mengingat sifat Anya yang memang
"Anya, maukah kamu menikah denganku?"Pemintaan Kaisar itu bagai nyanyian merdu nan syahdu yang merasuk ke dalam telinga Anya. Kalimat itu tak ayal membuatnya menitikkan air mata karena tak sanggup menahan haru."Om?" Anya menutup mulut dengan dua tangan, sedang matanya bergerak liar ke sana kemari menatap takjub pada Kaisar. Sungguh dia tak menyangka Kaisar melamarnya di bawah terbitnya sang mentari."Maukah kamu menikah denganku? Menghabiskan sisa hidupmu dengan mantan laki-laki brengsek dan punya banyak kekurangan seperti aku?"Tak mampu lagi menahan perasaan di hatinya, Anya pun membiarkan air matanya meluruh. Dan sebagai jawaban atas pertanyaan Kaisar, gadis itu mengangguk mantap dan menghambur ke dalam pelukan pria itu. Lisannya benar-benar terkunci, dia bahagia sampai tak bisa berkata-kata.Disela isak tangis yang mengharu biru, Anya pun mengulurkan tangan kirinya. Ia membuat Kaisar tersenyum lebar lantas menyematkan cincin itu ke jari manis lalu menciumnya. "Aku berjanji akan
Pertanyaan Kaisar soal wanita mantan selingkuhannya itu pun mau tak mau harus Anya jawab."Alasannya karena aku sadar kalau aku salah. Aku terlalu cemburu waktu itu. Aku takut kalau kamu akan terpengaruh dengan adanya Rey. Tapi sekarang tidak lagi, aku yakin anak-anakmu tidak akan mengganggu keharmonisan hubungan kita. Selama beberapa bulan ini aku terus menerus berpikir dan menyayangkan, kenapa sampai harus putus denganmu hanya karena alasan ini. Dan setelah aku pikirkan lagi, aku menyesal melepaskanmu. Aku terlalu menyukaimu," jelas Anya yang diakhiri dengan senyuman manis."Benarkah?"Anya mengangguk sambil membetulkan jaket milik Kaisar yang kini membalut tubuhnya. “Mauri dan Rey adalah buah dari masa lalu yang merupakan bagian dari hidupmu yang tidak akan pernah bisa dipungkiri sampai kapan pun, Jadi aku harus berdamai dengan itu.""Apa kamu akan menyayangi mereka? apa kamu tidak akan pilih kasih? Sedangkan kamu bilang tidak menyukai Rey karena dia anak seorang pelakor."Anya men
Setelah aksi peluk-pelukannya dan Kaisar tadi. Anya pun akhirnya tetap datang ke acara makan malam itu. Dia hadir di pesta dengan pikiran yang tidak fokus. Sepanjang acara, Anya lebih sering menatap ponsel di tangan. Sesekali senyumnya mengembang, matanya juga berbinar saat menatap layar benda pipih itu.[Bersabarlah, sebentar lagi aku akan pergi dari pesta]Pesan itu Anya kirim ke Kaisar dan tidak lama kemudian ponselnya bergetar.[Tenang saja, aku akan menunggu. Nikmatilah acaranya.]Anya langsung merengut. Kembali dia mengirim pesan untuk membalas pria itu.[Bagaimana bisa aku fokus ke acara sedang hati dan pikiranku ke kamu? Harusnya kamu ikut masuk]Kejujuran Anya hanya dibalas Kaisar dengan emoji tawa dan lambang cinta. Ajaibnya itu membuat Anya tersenyum lagi. Gadis itu memilih menyesap soda yang ada di tangan dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan Martha.Namun, bisik-bisik aneh terdengar sampai ke telinga Anya. Ia jelas sudah tahu topik apa yang dibahas. Mereka membicar
Sementara itu di waktu bersamaan Kemal dan Anisa benar-benar datang ke rumah Hantoro membawa beberapa hantaran. Keduanya datang bermodal nekat demi masa depan sang putra. Mereka sadar kalau Kaisar memiliki masa lalu kelam dan hal ini bisa dijadikan alasan Hantoro untuk menghina. Akan tetapi, demi Kaisar mereka akan berusaha lebih dulu. Berhasil atau tidak, diterima atau tidak, yang terpenting mereka sudah memiliki niat baik.Kedatangan mereka yang tiba-tiba seperti itu tentu saja membuat Hantari kaget. Dia spontan berjengket dan berusaha bersembunyi di belakang pilar. Matanya menyipit mencoba memastikan kalau yang dia lihat memang benar."Astaga, dia benar Anisa. Tapi kenapa ke sini?" gumam Hantari, wajahnya kebingungan dan dia semakin kaget saat melihat penampilannya sendiri. Ia masih memakai daster dan mukanya juga masih belepotan masker. Tak ingin membuang-buang waktu, Hantari pun ngacir ke dalam. Wanita itu membiarkan dua orang yang datang ke rumahnya disambut pembantu."Mbok, kal
"Ka-kamu, apa kamu marah?" tanya Kaisar tergagap."Tentu saja!" sahut Anya nyaring.Namun, beberapa detik kemudian isak tangis Anya terdengar dan membuat Kaisar merasa bersalah. Dia tidak menyangka Anya akan semarah itu sampai menangis. Padahal niatnya hanya ingin menunjukkan kesungguhan cintanya. Kaisar Ingin memperlihatkan ke Anya bahwa dirinya serius menyukainya dan hampir gila menahan rindu selama tiga bulan ini."Maaf," lirih Kaisar. Dia yang tengah berada di belakang kemudi mengusap wajahnya gusar. Hampir saja stir mobilnya berbelok sendiri."Untuk apa minta maaf?" sembur Anya lagi. Gadis itu menghapus air mata membuat sebagian make up luntur."Maaf karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memperlihatkan kesungguhan. Aku serius, Nya. Jika kamu memberi aku kesempatan maka aku akan melakukan segala upaya agar bisa meyakinkanmu. Akan aku tunjukkan kalau aku bersungguh-sungguh. Akan aku buktikan kalau aku bisa menjadi pria yang baik, pria yang bisa melindungimu dan bisa membaha
Sementara itu, Kaisar diam-diam masih memantau keadaan Anya. Pria itu menggunakan orang dalam agensi tempat Anya bernaung untuk mencari informasi. Kaisar memang sudah berusaha menepis perasaan yang ada di hati, tapi nyatanya tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk mencoba sekali lagi.Kaisar yang tahu Anya kembali hari itu diam-diam mengikuti mobil Martha dan langsung mencegat wanita itu di jalan yang sepi. Martha yang mengendarai mobil sambil berbincang via telepon pun kaget, dia menginjak pedal rem dan melotot saat melihat Kaisar turun."Kamu gila? Bagaimana kalau remku blong, kita pasti sudah tabrakan," sembur Martha geram sesaat setelah menurunkan kaca jendela mobil."Tapi nyatanya tidak ‘kan? Aku pikir kamu tidak gila sampai nekat membawa mobil yang remnya blong," balas Kaisar.Martha yang masih emosi pun bersedekap, matanya memincing menatap sengit Kaisar. Dia kesal, bukannya meminta maaf pria itu malah seolah menantang.“Ada apa? apa yang kamu inginkan sampai hampir membuat kita k