Home / Pernikahan / Pembalasan Elegan / Bab 2 : Diusir Untuk Kedua Kalinya

Share

Bab 2 : Diusir Untuk Kedua Kalinya

Bukannya disambut dengan pelukan hangat, Rika justru disambut dengan tamparan sang ayah ke wajahnya hingga membuat rasa panas dan perih di pipi bagian kanannya. Bahkan bukan hanya pipinya saja yang perih, hatinya juga ikut perih. Pasalnya ini pertama kalinya ayahnya bermain fisik kepadanya.

"Ayah ...," lirih Rika seraya memegangi pipinya yang baru saja ditampar keras oleh sang ayah.

"Untuk apa kamu ke mari?!" bentak Marwan. 

Marwan melirik ke arah bi Kiyah yang tengah mematung serta membawa dua buah koper besar yang ia yakini milik putrinya. Lalu Marwan terkekeh. 

"Oh, kamu ke sini karena diusir sama suami kamu, ya? Itu memang pantas kamu dapatkan setelah apa yang kamu perbuat kepada suamimu itu!" cibir Marwan. 

Setelah tamparan barusan, Rika kini kembali dibuat tercengang dengan perkataan ayahnya. 

Tunggu! Apa ayah dan ibunya sudah tahu mengenai masalah rumah tangganya dengan Dharma? Apakah Dharma mengadu kepada orang tuanya tentang pengkhianatan yang telah ia lakukan? 

"Yah ..."

"Kenapa, Rik? Kenapa kamu melakukan itu?! Apa kurangnya Dharma untuk kamu dan keluarga ini?! Dharma sangat mencintai kamu, Rika. Kenapa kamu membalasnya dengan sebuah pengkhianatan?! Bahkan Dharma rela menentang neneknya demi bisa bersama kamu!" bentak Marwan.

Rika diam tak bergeming. Rasanya saat ini bibirnya kelu. Perkataan yang dilontarkan ayahnya membuatnya semakin dirundung rasa bersalah kepada Dharma yang telah ia khianati cinta sucinya.

"Apa hebatnya Yuda, Rik? Dia bahkan ada di bawah Dharma! Dia hanya seorang staff biasa di kantor. Sudah jelas lebih hebat Dharma dibandingkan Yuda! Kenapa kamu malah selingkuh dengan Yuda?!" hardik Marwan yang membuat tangisan Rika semakin menggema di ruang keluarga itu.

Marwan tak habis pikir dengan jalan pikir putri bungsunya itu. Masih mending Yuda ada di atas Dharma, ini malah sebaliknya. Sebenarnya apa yang Rika lihat dari Yuda, sih? 

Jika soal ketampanan, memang ia akui Yuda sangat tampan dan ketampanannya melebihi Dharma. Namun apa untungnya wajah tampan dibandingkan harta yang melimpah?

"Kamu tahu enggak, perbuatan kamu itu sangat fatal! Selain membuat rumah tangga kamu hancur, perbuatan gila kamu itu akan berdampak sama usaha Ayah. Kamu enggak lupa 'kan apa yang sudah Dharma berikan kepada keluarga kita? Saat usaha Ayah di ujung tanduk Dharma datang membantu kita. Dia memberikan modal besar kepada Ayah, agar usaha keluarga kita enggak jadi bangkrut! Sekarang jika keadaannya seperti ini, bisa-bisa Dharma menuntut balik modal itu pada Ayah!" cecar Marwan.

"Kamu ada mikir ke sana enggak?!" lanjutnya yang semakin membuat Rika terpojokkan. 

"Maafin Rika, Ayah," ucap Rika tersendat-sendat karena isak tangisnya.

Marwan mengusap kasar wajahnya, lalu kembali terduduk di sofa. Sedangkan itu Ira--ibu Rika sejak tadi hanya diam. Ira tidak ingin terlibat cek-cok antara suami dan putri bungsunya. Selain itu Ira sudah terlanjur kecewa dengan Rika. Bisa-bisanya putri bungsunya melakukan hal yang dapat mempermalukan keluarganya. 

Sementara itu Rani dan putranya sudah tidak ada di sana begitu Marwan melesakan tamparan ke wajah Rika. Rani langsung membawa putranya ke lantai atas karena tidak ingin putranya menyaksikan kemarahan kakeknya. 

"Tolong pergi dari sini!" 

Rika membelakan matanya. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya. Tidak! Ia sudah diusir oleh Dharma dan sekarang ayahnya akan ikut mengusirnya? Jika ia diusir, ia harus pergi ke mana?

"Ayah ...," lirih Rika.

"Enggak Rika. Ayah kecewa sama kamu dan mau ditaruh di mana muka Ayah dan ibu kalau orang-orang tahu kamu diceraikan saat sedang hamil karena ada main belakang sama laki-laki lain. Dan lagi Ayah enggak mau mengurus anak kamu dengan laki-laki sialan itu! Lebih baik kamu pergi dari sini!" Marwan sudah terlanjur marah dan kecewa kepada Rika hingga ia tega mengusirnya.

Tangisan Rika semakin pecah saat ia kembali diusir oleh keluarganya. Ia sempat melirik ke arah Ira, namun Ira memalingkan wajahnya seolah tidak ingin melihat lagi dirinya. 

Rika menghapus air matanya, lalu mengangguk. "Baiklah, Ayah. Rika akan pergi dari sini. Maaf udah bikin Ayah dan Ibu kecewa."

Rika berjalan mendekati Marwan dan Ira, lalu mencium tangan kedua orang tuanya meskipun mereka mengabaikannya. Bagaimana pun mereka adalah orang tuanya, orang yang sudah merawatnya sedari kecil. 

"Ayah, Ibu, kalau gitu Rika pamit," ucap Rika. 

Rika pun mengambil kembali dua koper besar miliknya dari tangan bi Kiyah. Sebelumnya ia juga sempat berpamitan kepada bi Kiyah yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri. 

Tanpa disadari oleh seorang pun, sejak tadi Rani menyaksikan kemurkaan sang ayah dari lantai atas. Setelah mengamankan putranya di kamar, ia kembali lagi untuk menyaksikan pertikaian antara ayahnya dan adiknya. Momen yang sangat ia tunggu-tunggu sejak tadi.

Sebuah senyum tampak merekah di bibir Rani. Ia senang sekali ayahnya mencaci-maki adiknya. Dan Rasa senang Rani semakin membuncah saat ayahnya dengan tega mengusir Rika. Tidak ada sedikit pun rasa simpatik kepada Rika meskipun dia adalah adiknya. Menurutnya ini semua pantas didapatkannya setelah apa yang Rika lakukan kepadanya.

Karena pertunjukannya sudah berakhir, Rani pun masuk ke kamar bekas adiknya. Setelah memastikan situasi aman, ia tampak menghubungi seseorang. 

"Halo, Lia," ucap Rani begitu panggilan suaranya tersambung.

"Iya, Ran. Ada apa?" jawab Lia di seberang sana.

"Aku punya berita bagus buat kamu," kata Rani.

"Apaan tuh?" balas Lia.

"Kamu pasti bakalan senang dengarnya. Barusan Rika datang ke rumah orang tua aku sambil bawa koper. Katanya dia diusir sama Dharma, soalnya Dharma udah tahu hubungan dia sama Yuda," ucap Rani dengan antusias.

"Beneran, Ran? Awas loh, kalau kamu bohong!" balas Lia yang sedikit kurang yakin dengan perkataan Rani.

"Aku berani sumpah, ini beneran, Lia. Bahkan barusan ayah ngusir Rika dari rumah karena enggak mau nanggung malu," kata Rani.

Setelah itu terdengar gelak tawa bahagia di seberang sana. Seperti kata Rani barusan, ini memang menjadi berita bagus untuk Lia. Akhirnya, setelah beberapa tahun ke belakang ini mencoba memisahkan Dharma dan Rika, hari ini impiannya tersebut terwujud. 

"Akhirnya rencana kita berhasil juga, Ran," ucap Lia.

Ya, di balik retaknya rumah tangga Rika dan Dharma tentunya ada campur tangan Rani dan Lia.

"Selamat ya, setelah ini kamu bebas deketin Dharma tanpa embel-embel pelakor," ucap Rani.

"Bisa aja kamu. Eh, tapi kamu enggak masalah nih, rumah tangga Rika hancur? Apa kamu enggak ada rasa iba sedikit pun sama dia? Rika adik kamu loh?" Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Lia.

Rani terdiam mendengar penuturan Lia. Namun sedetik kemudian sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk sebuah lengkungan senyum. 

"Enggak. Kalau gitu aku tutup dulu, ya. Soalnya aku ninggalin Kevin sendirian di kamar," jawab Rani.

"Iya."

Setelah itu sambungan telepon terputus. Rani kembali menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya, lalu ia mengambil foto Rika yang diambil saat hari wisudanya. 

"Enggak ada sedikit pun rasa kasihan untuk kamu, Rik. Kamu pantas mendapatkan itu semua," gumam Rani.

Dulu Rani dan Rika memiliki hubungan yang baik. Mereka saling menyayangi satu sama lain. Bahkan Rani menjadi sosok pertama yang melindungi Rika dari orang-orang yang berusaha menjahati adiknya. Namun seiringnya waktu bertambah, hubungan Rani dan Rika mulai sedikit merenggang. Itu semua disebabkan oleh ketidak adilannya kasih sayang Marwan dan Ira kepada kedua putrinya. Sangat terlihat jelas jika Marwan dan Ira lebih menyayangi dan menomor satukan Rika dibandingkan Rani. Itu semua membuat rasa cemburu dalam diri Rani bangkit. 

Semakin hari rasa cemburu Rani semakin menjadi, bahkan berubah menjadi perasaan benci. Puncaknya setelah Rani mengetahui jika dirinya bukanlah anak kandung Marwan dan Ira. Ternyata Rani adalah putri dari kakak kandung Marwan yang sudah meninggal.

Dan sempat juga terjadi kesalah pahaman, Rani mengira Marwan dan Ira adalah orang di balik meninggalnya orang tua kandungnya, hingga Rani semakin membenci keluarga yang sudah membesarkannya itu.

Dan setelah bertahun-tahun menyimpan rasa dendam di hatinya kepada keluarga angkatnya itu, akhirnya Rani mendapatkan momen untuk menjatuhkan keluarga angkatnya ini, yakin dengan menghancurkan hidup Rika yang menjadi permata Marwan dan Ira selama ini. 

"Ini baru permulaan. Aku akan merebut semua yang seharusnya menjadi milikku," batin Rani.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status