Share

Bab 6

“Rio! Apa maksudmu?!” teriak Mona marah.

“Tidak mungkin kamu tidak mengerti dengan apa—“

Belum sempat Rio melanjutkan perkataannya, sebuah tamparan yang sangat keras melayang ke pipinya.

“Kurang ajar! Beraninya kamu menamparku!!” teriak Rio marah memegang wajahnya, dia menatap Ansel tak percaya, karena tak menyangka pria yang dia anggap sampah itu berani menamparnya.

Ansel acuh, dia bahkan mengangkat lengannya lagi, dan melayangkan pukalan untuk yang kedua kalinya. Rio berteriak kesakitan, melayangkan tangannya kepada Ansel. Tapi Ansel menahannya dan malah memelintir tangan Rio, hingga pekikan kesakitan semakin menggema keras.

Rio berteriak kepada penjaga. “Apa yang kalian lihat! Cepat bantu aku! Hajar sampah ini!”

Ansel kemudian menoleh kearah penjaga itu, menatap keduanya dengan tajam.

Tubuh mereka bergetar ketakutan saat melihat tatapan Ansel, hingga terjatuh ke lantai.

Mona terdiam melihat apa yang dilakukan oleh suaminya. Perasaan hangat muncul di hatinya. Kemudian dia baru merespon.

“Ansel! Lepaskan!” perintah Mona.

Melihat kekuatan Ansel, Mona takut dia akan melukai Rio lebih parah lagi.

Lidia yang juga panik, menepuk Ansel. “Brengsek, cepat lepaskan! Jangan membuat masalah disini!”

Lidia juga sangat marah sebenarnya pada Rio, tapi dia tahu, kalau kakek sangat menyayangi si brengsek itu.

Ansel kemudian melepaskan tangan Rio. “Cepat minta maaf pada istriku!” tegasnya.

Rio diam, tidak menanggapi perkataan Ansel.

“Aku tidak akan mengulangi perkataanku lagi, jadi cepat minta maaf! Atau aku patahkan tanganmu sekarang!” ancam Ansel, menatap Rio tajam.

Melihat kemarahan Ansel, Rio menjadi takut.

“Maafkan aku,” kata Rio singkat. Terdengar tidak ikhlas.

“Lakukan dengan benar!” tekan Ansel.

“Mona ... Maafkan aku. Aku salah.” Kata Rio akhirnya. Tak ada ketulusan yang terdengar. Dalam hati, Rio mengutuk Ansel dengan ribuan kata makian.

“Sudahlah, rapat akan segera mulai. Cepat masuk!” ajak Mona.

Kemudian mereka buru-buru masuk kedalam ruangan rapat.

“Aku tidak akan melupakan kejadian memalukan ini! Setelah Shycon group dan Hartono Group jadi milikku, aku akan menendang kalian semua!” batin Rio menahan dendam.

Saat tiba didalam ruangan rapat, ternyata hampir semua petinggi perusahaan sudah tiba di sana. Mereka mengambil posisi saat Kakek berjalan dengan sebuah tongkat ditangannya. Dibelakang Kakek ada seorang asistennya.

“Ketua!”

“Sudah datang semua? Mari duduk!”

Lelaki tua itu menatap sekitar lalu terhenti pada Mona. Dia kemudian berkata. “Mona, aku dengar kalau Shycon Group sedang ada masalah keuangan. Bagaimana keputusanmu?” tanyanya.

Walau cara bicaranya santai, tapi terdengar menyalahkan Mona.

“Kakek tidak usah khawatir. Aku sudah mendapatkan uangnya,” jawab Mona santai.

Walaupun sedikit terkejut, tapi akhirnya Kakek mengangguk. “Baguslah kalau begitu. Kamu beruntung, akhirnya perusahaanmu tidak bangkrut,” kata Kakek sarkas.

Cara bicara Kakek terdengar jelas kalau dia tidak terlalu menyukai Mona, dan itu membuat perempuan tersebut menjadi sedih.

“Aku dapat kabar, kalau suamimu sudah kembali? Mana dia, aku ingin melihatnya,” kata Kakek, sembari melihat sekitar tapi tak melihat ada Ansel.

Dan Ansel duduk di kursi pojok, yang terpisah dengan yang lainnya. Ia tidak mendapatkan kursi duduk seperti yang lain, karena dia bukan pemegang saham.

“Ansel! Cepat sini!” Lidia berteriak memanggil Ansel.

“Ansel sudah banyak berubah selama menjadi tentara, Kakek jadi tidak mengenalimu tadi,” ujar Kakek dengan tersenyum. “Bagaimana pengalamanmu selama menjadi tentara? Kamu sudah sampai ditingkat apa?”

“Aku berhenti untuk sementara, Kek. Jadi aku tidak mempunyai tingkatan apa-apa,” jawab Ansel.

Senyum di bibir kakek langsung luntur. “Apa pihak tentara tidak mengaturmu untuk bekerja di pemerintahan?” tanyanya, terlihat enggan.

“Tidak. Kini aku sedang menganggur sementara,” jawab Ansel.

Mendengar jawaban Ansel, semua orang berbisik-bisik di depannya.

“Dia sudah menjadi tentara selama bertahun-tahun, dan sekarang bahkan belum menjadi seorang perwira?” bisik salah seorang tamu yang hadir di sana.

“Sepertinya dia hanya menjadi anjing penguntit selama bertahun-tahun!” hina yang lainnya.

“Benar-benar tidak berguna! Dan sekarang bahkan berani memasang muka disini! Kalau aku jadi dia, aku sudah pergi dari sini sekarang!”

Suara bisik-bisik itu membuat telinga Mona dan juga Lidia menjadi panas. Dari awal mereka sudah memiliki firasat kalau Ansel akan membuat mereka malu.

Tak ada lagi sedikitpun senyum di wajah laki-laki tua itu. Niatnya mengundang Ansel ke acara ini untuk mengetahui apakah cucu menantunya itu memiliki jabatan di kemiliteran.

Kalau saja Ansel memiliki sedikit jabatan, maka keluarga Hartono akan semakin berkembang.

Kini sang ketua merasa menyesal karena mengundang Ansel datang ke acara pentingnya ini.

“Sudahlah, lupakan saja! Sekarang kemu kembali duduk, kita akan mulai rapatnya!” Nada suara Kakek terdengar dingin. Ia bahkan tak menoleh lagi ke arah Ansel.

Ansel yang mendengarnya hanya acuh saja. Baginya tak ada yang penting dan perlu dihormati disini.

“Hari ini aku mengumpulkan kalian dan membuat rapat karena satu hal lain. Kalian pasti sudah mendengar tentang Candarana Group yang berganti CEO dan membuat proyek baru. Mereka juga akan mengadakan tender publik untuk seluruh kota. Jadi Shycon dan Sheazi group berhak ikut kali ini, jadi aku akan membuat Rio dan Mona ikut tender ini!” jelas kakek.

Ansel mengangkat sebelah alisnya. Soal proyek ini juga sudah dibahas oleh Wina padanya tadi. Ia tak menyangka kalau Kakek Tua itu ingin memperebutkan tender tersebut.

Laki-laki tua itu memandang Rio dan Mona secara bergantian. Ekspresi keduanya terlihat sangat berbeda.

“Karena aku sudah tua, dan ingin beristirahat, jadi aku ingin mengundurkan diri. Bagi siapapun diantara kalian berdua yang mendapatkan tender dengan Candarana group, maka dialah yang akan menjadi pewaris Hartono Group.”

Semua orang terlihat peduli. Karena laki-laki tua itu adalah pemegang peran utama dalam keluarga Hartono. Jelas mereka terlihat semangat karena ini dapat mempengaruhi keluarga Hartono.

Mona awalnya terlihat senang, tapi kemudian langsung berubah.

Candarana Group adalah perusahaan yang sangat besar, dan syarat untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan tersebut sangatlah sulit. Dan Mona langsung pesimis kalau kali ini dia akan kalah.

Melihat Mona yang tertunduk membuat Ansel paham, kalau istrinya itu pasti berpikir kalau kali ini dia akan kalah.

“Akan aku lakukan apapun untuk kamu, Istriku. Proyek kali ini, akan menjadi milikmu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status