Share

Bab 66

Author: Cutegurl
last update Last Updated: 2024-08-12 10:52:43
Langkah Ansel membawanya masuk ke ruang kunjungan rutan Sambadi. Dan di dalam ruangan tersebut, ada Danu yang duduk di kursi sembari dipantau ketat oleh salah seorang sipir yang bertugas.

Danu menegakkan kepalanya ketika mendengar langkah kaki mendekat. Tubuhnya langsung bereaksi saat melihat kalau ternyata orang itu adalah Ansel, keponakan sendiri.

"K-kamu!" Danu menunjuk-nunjuk Ansel sembari berusaha kabur dari sana. Tapi dia tidak bisa bergerak banyak karena tubuhnya ditahan kuat oleh sipir yang merupakan orang suruhan Ansel.

"Lepaskan aku! Lepaskan! Aku tidak mau bertemu dengannya! Lepaskan aku sekarang!" Danu memberontak dengan semua tenaganya yang tersisa. Dia benar-benar ketakutan.

Siksaan yang Danu dapatkan saat berada dalam rutan menimbulkan trauma yang dalam. Dia tidak tahu apakah itu karena Ansel atau kehidupan di penjara memang keras seperti ini. Tapi kenapa terlalu kejam?

Ansel mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Danu. Dia bersidekap tangan denga
Cutegurl

Ayooo, siapa yang sudah baca sampai bab ini?

| 12
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Muliadi
tambah bab nya dong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 67

    Dengan langkah ringan, Ansel berjalan keluar dari ruangan itu meninggalkan Danu yang terdiam kaku. Pamannya itu lalu memegangi dadanya yang terasa sakit. Tanpa berbalik kebelakang untuk sekadar melihat Danu yang meraung-raung kesakitan, Ansel meneruskan langkahnya menuju ruangan lain. Ruangan tempat dimana Adrian sudah menunggunya. Richard sudah menunggu Ansel dan kemudian membukakan pintu ruangan itu. Setelahnya dia menutup pintu tersebut dan berdiri berjaga di sana. Sama seperti sebelumnya, saat dia berjaga di depan pintu tempat Ansel bertemu Danu. Tapi kali ini sipir yang bertugas tidak masuk, dan ikut berdiri di samping Richard. Tubuh Adrian menegang saat dia melihat Ansel masuk ke dalam ruangan itu dan kini sedang melangkah ke arahnya. Awalnya Adrian kira, kalau yang datang berkunjung adalah Clara, kekasihnya yang juga merupakan mantan tunangan Ansel. "Kau ... apa yang kau lakukan disini?" Tubuh Adrian langsung menunjukkan reaksi jujur. Dia ketakutan setengah mati. Ingatan A

    Last Updated : 2024-08-12
  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 68

    Ansel berbalik untuk melihat orang yang memanggilnya. Keningnya berkerut saat melihat orang itu, kenapa dia bisa ada di sini. Tapi akhirnya Ansel mengerti. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Orang itu berjalan mendekat ke arah Ansel. Dia melihat mobil yang akan Ansel naiki. Lalu alisnya terangkat sebelah seakan sedang menilai. "Apa yang aku lakukan bukan urusanmu!" Ansel tak ingin memperdulikan orang itu. Ia membuka pintu mobil, tapi tangannya langsung ditahan. Dan pintu mobil ditutup dengan kasar. "Ini mobilmu?" Orang yang tak lain adalah Clara itu bertanya heran. Tentu saja Clara heran, sebab kali ini Ansel tak membawa mobil rongsok yang diberikan Mona untuknya. Dia datang dengan membawa BMW seri terbaru yang didesain khusus dan juga anti peluru. "Tentu saja. Tidak mungkin aku meminjam punya orang lain!" Ansel mendengus. "Menyingkirlah!" Bukannya menyingkir, Clara malah menantang Ansel dan berdiri di depan pintu mobil. Dia bersidekap tangan menilai Ansel dari atas sampai ba

    Last Updated : 2024-08-13
  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 69

    Ansel menutup laptop Mona dengan perlahan. Lalu dia memperbaiki posisi tidur istrinya itu dengan sangat lembut. Lagi pula, sofa yang Mona tiduri merupakan sofa dengan kualitas terbaik dengan harga yang tidak main-main. Jadi Mona tidak akan merasa sakit jika tidur di sana. Sebelum mengisi kamar ini, Ansel sudah mempertimbangkan semuanya. Dia ingin Mona merasa nyaman, bahkan saat dia sedang ingin bersantai di sofa sembari menonton film. Setelah memastikan semuanya aman, Ansel berjalan menuju kamar mandi. Sebelumnya dia mengambil handuk terlebih dahulu di dalam walking closet. Ansel memandang dirinya sendiri di depan cermin. Semua bekas luka di tubuhnya akan membuat Ansel selalu mengingat, bagaimana kerasnya kehidupan yang Ansel lalui untuk bisa sampai di titik sekarang. Ansel memusatkan energi tubuhnya sembari mengosongkan pikiran. Sesaat dia merasa tubuhnya sudah sangat baik. Sepertinya cideranya sudah mulai pulih sepenuhnya. Ansel menyelesaikan mandinya dengan cepat. Dia p

    Last Updated : 2024-08-13
  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 70

    Ansel tak melihat adanya pergerakan. Dia berjalan mendekati Oman dan berjongkok di depan pria itu. Bau tak sedap langsung menyeruak di indera penciuman Ansel. "Bangun!" Ansel menendang kaki Oman, hingga pria itu terbangun karena kesakitan. Dengan mata sayu, Oman melihat ke arah Ansel. "K-kau?!" Oman bahkan tak punya tenaga untuk sekadar mengangkat tangannya menunjuk ke arah Ansel. "Kamu suka tempat ini?" Ansel bertanya, sembari melihat-lihat luka di tubuh Oman. Luka tembak itu membusuk dan juga bernanah. Tampak sangat mengerikan. "K-kau si-sialan!" Oman meludah ke samping. Dia sangat membenci Ansel sampai ke tulang. "Owen p-pasti tidak a-akan melepaskanmu!" Oman memejamkan mata menahan sakit. Ini lebih menyakitkan daripada mendapat luka tembak saat di medan perang. Itu karena lukanya dibiarkan infeksi dan membusuk. Terlebih Ansel tidak menembak organ vital Oman, sehingga tak membuatnya langsung mati. Ansel menyeringai. "Dia bahkan tidak bisa masuk ke negara ini. Bagaimana mung

    Last Updated : 2024-08-14
  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 71

    Telinga Ansel berdengung saat mendengar cemoohan yang ditujukan padanya. Tapi dia tidak merasa tersinggung sedikitpun. Lagi pula, Ansel bukanlah pria miskin seperti yang mereka sebutkan. Bahkan tempat ini saja merupakan miliknya.Melihat Ansel mengabaikannya, pria berjas biru dongker itu semakin kesal. "Sialan, benar-benar tidak tahu malu!" Saat pria itu seperti sudah mulai kehilangan kendali, dan berniat untuk memukul Ansel, beberapa orang menahan tangannya."Jangan buat keributan sebelum acara. Nanti saja saat akan pulang, kita permalukan dia!" Seorang wanita bergaun V neck berbisik di telinga pria itu. Dia sudah memikirkan rencana untuk mempermalukan Ansel.Kening pria yang ternyata bernama Rehan itu berkerut. Setelah mendengar garis besar dari rencana wanita tersebut, akhirnya dia tersenyum. "Sudahlah! Buang-buang waktu saja jika aku meladenimu!" Rehan berjalan meninggalkan Ansel. Mereka menikmati acara itu tanpa memperdulikan Ansel yang duduk di pojok ruangan.Ansel tahu kena

    Last Updated : 2024-08-14
  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 72

    Rehan sangat ingin mempermalukan Ansel. Dia harus membalaskan rasa sakit hatinya selama ini. Dan kini lah kesempatannya."Cepat panggil manager hotel ini! Dia harus mengganti rugi anggur yang terbuang itu!" Rehan menyuruh salah seorang dari peserta reuni untuk pergi keluar, melaporkan pada penjaga agar segera memanggil manager hotel.Ansel tidak takut sedikitpun. Lagipula ini bukan salahnya. Dia pasti akan membuat Intan mendapatkan akibat dari perbuatannya. Jadi, Ansel perlu bermain sedikit dalam drama ini.Rehan memandang Ansel dengan remeh. Dia sangat yakin kalau Ansel akan dipermalukan lagi malam ini. Dalam pikiran Rehan, sepertinya hidup Ansel memang untuk dipermalukan terus.Ansel mengeluarkan ponselnya, dan mengirimkan pesan singkat pada Richard. Isinya tak banyak kata, hanya bertuliskan: Tampilkan rekaman video CCTV ballroom hotel ini di layar proyektor. Richard yang memandang dari pintu masuk langsung mengerti maksud tujuan Ansel. Tadi dia bersiaga saat penjaga depan pintu di

    Last Updated : 2024-08-15
  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 73

    Kali ini, mata Intan benar-benar membulat dengan sempurna. Ansel berjongkok di depannya, seperti sedang mengejek dirinya. Dan Intan sangat jengkel karena itu. Terlebih, saat ini jantungnya masih berdebar dengan keras saat mengetahui harga botol berisi anggur yang kini sudah pecah tersebut. Ansel berdiri tegak setelah melihat wajah pias Intan. Dia tak merasa iba sedikitpun. Lagi pula, bukan dirinya yang memulai kekacauan ini, jadi Ansel tak akan bersimpati pada orang yang berniat mempermalukannya. Tubuh Intan berkeringat dingin. Dia menggigit bibirnya, berusaha memikirkan jalan keluar terbaik dari masalahnya. Tapi Intan tidak mendapatkan solusi apapun. Bahkan saat dia ingin meminta tolong Rehan saja, pria itu malah memalingkan wajahnya. "Jadi bagaimana? Apa Anda akan langsung melakukan ganti rugi sekarang?" Manager hotel itu bertanya saat dia tidak melihat tanda-tanda pergerakan dari Intan. Dia tidak bisa menunggu lama, karena ada banyak hal yang harus diurusnya karena masa

    Last Updated : 2024-08-16
  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 74

    Ansel menatap Intan dengan serius. Tak ada lagi seringaian di wajahnya. Hanya ada pandangan lurus dengan aura yang penuh otoritas dan sangat dominan. "Bagaimana kamu akan mengganti anggurku?" Suara Ansel terdengar sangat berwibawa. Hawa dalam ruangan itu semakin terasa dingin. Bahkan mereka yang berdiri tak jauh dari Ansel merasa merinding dengan sekujur tubuh berkeringat dingin. Jika sebelumnya Intan masih punya sedikit keberanian untuk menantang Ansel, tapi sekarang, dia bahkan lupa bagaimana caranya bernapas. Tatapan dan aura Ansel yang mendominasi membuat Intan tak sanggup untuk menghirup udara. Saat tubuh Intan kehabisan oksigen, barulah dia menghirup udara dengan rakus hingga terbatuk-batuk. "Aku sedang bertanya padamu! Bagaimana kamu akan mengganti minuman anggurku?" Kali ini, aura Ansel berkali-kali lipat lebih mendominasi dari sebelumnya. "A-aku ... aku tidak tahu!" Intan menjawab dengan terbata-bata. Kemudian dia menunjuk ke arah Rehan yang tampak sedang berusaha u

    Last Updated : 2024-08-16

Latest chapter

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 99

    Mona bertanya-tanya tentang berita yang dilihatnya pagi ini. Walaupun sudah beberapa jam berlalu, tapi semua masalah ini masih menjadi buah pikiran untuknya. Mona berjalan keluar kamar untuk menuju ke lantai bawah. Dia melewatkan ruang kerja Ansel dan memperhatikan keadaan sekitar. Hanya ada beberapa orang pelayan yang sedang mengerjakan tugas mereka masing-masing. Dan Mona merasa segan untuk sekadar bertanya. Tapi karena perasaan Mona yang semakin buruk, dia lalu berjalan menghampiri ruang kerja Ansel. Setelah sarapan pagi tadi, suaminya itu berada di sana bersama dengan Richard. Memang Ansel selama beberapa hari terakhir selalu bekerja di rumah. Dan itu semua karena kondisi Mona yang sudah mendekati hari melahirkan. Jadi Ansel tidak ingin meninggalkan Mona untuk pergi jauh-jauh. Mona mengetuk pintu beberapa kali. Setelah mendengar suara langkah mendekat, dia diam menunggu orang yang berjalan untuk membukakan pintu. Richard sedikit terkejut saat melihat Mona yang tengah berdiri

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 98

    Ansel membawa Mona ke dalam pelukannya. Dia juga mengusap-usap punggung istrinya itu untuk memberikan ketenangan. "Kamu tidak usah khawatir, Sayang. Aku tidak akan pernah membiarkan mereka mengusik hidup kita lagi!" Mata Ansel berkilat penuh tekad. Dia harus segera melayangkan sebuah peringatan keras pada orang itu. Jika tidak, seterusnya pasti Mona akan menjadi sasaran orang-orang itu dan tentu hal tersebut akan sangat menggangu istrinya. "Bagaimana kalau mereka ingin menyingkirkan aku juga?" Mona melepaskan pelukan Ansel dan bertanya dengan wajah yang sudah sembab karena menangis. Segera saja Ansel menggeleng untuk memberikan jawaban pada pertanyaan istrinya itu. "Kamu tidak perlu memikirkan apapun. Aku tidak akan pernah membiarkan mereka menyentuhmu! Tidak selama aku masih hidup!" Mona merasa sangat terharu ketika mendengar perkataan Ansel. Hatinya yang semula gelisah dan juga gundah langsung merasa aman. Mungkin karena dia sangat mempercayai Ansel. Setelah menenangkan Mona,

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 97

    Setelah selesai menemani Mona makan, Ansel bergegas membawa istrinya itu untuk pulang. Mereka tak lanjut berbelanja karena Mona yang sudah lelah. Lagipula, Ansel tahu kalau istrinya itu sudah kehilangan minat."Sedih karena tidak jadi belanja?" Ansel bertanya pada Mona. Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar. Dan istrinya itu sedang bersandar duduk di sofa.Dengan segera Mona menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum lemah."Hanya sedikit menyayangkan waktu kita yang sudah terbuang sebelumnya. Memang lebih baik kalau aku mendengarkanmu!"Ansel mengusap pelan rambut Mona yang terurai. Dia juga memberikan senyuman yang menenangkan untuk istrinya tersebut."Mau belanja online saja? Atau aku menyuruh pelayan toko untuk membawa semua barang ke rumah, agar kamu bisa memilihnya?"Ansel sangat santai saat mengatakannya. Tak ada keraguan sedikitpun saat dia menyampaikan apa yang dia pikirkan untuk solusi ini. Dan tentu saja perkataan Ansel langsung mendapat gelengan kepala dari Mona."Tidak

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 96

    Ponsel mahal yang berharga belasan juta itu langsung jatuh menghantam lantai dengan sangat keras. Bahkan layarnya sampai pecah dan kini ponsel tersebut mati total. Ansel diam menikmati reaksi wanita itu. Sedikit pelajaran padanya sudah cukup. Tapi yang sebenarnya terjadi, hal yang Ansel sebut sebagai sedikit itu nyatanya sangat besar bagi orang lain. Tidak hanya membuat para investor menarik dana dari proyek yang sudah dibicarakan sebelumnya, Ansel juga memasukkan perusahaan keluarga Sudrawan ke daftar hitam perusahaannya."Ba-bagaimana mungkin?" Wanita paruh baya itu bertanya dengan nada bingung dan penuh keraguan. Tubuhnya terasa limbung dan hampir saja ia terjatuh, kalau saja anaknya yang tengah hamil tak menangkapnya segera. "Ada apa, Ma?" Si perempuan hamil bertanya penasaran saat melihat wajah ibunya yang tampak sangat pucat. "Terjadi sesuatu! Pasti terjadi kekeliruan!" Saat si wanita paruh baya berteriak karena keterkejutannya, ponsel anaknya berdering. Dan itu adalah pang

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 95

    Wanita paruh baya itu mundur beberapa langkah saat mendengar perkataan Ansel. Dalam benaknya, kini berputar-putar perkataan Ansel tentang mall ini."Mall ini milikmu?" Wanita paruh baya itu bertanya setelah berhasil mengendalikan diri dari keterkejutannya. Wanita hamil yang datang bersamanya memegangi lengan ibunya itu."Ma ... ayo kita pergi saja!" Si wanita hamil berusaha untuk membawa ibunya pergi dari sana. Dari pengamatannya, dia sedikit percaya dengan apa yang Ansel katakan tadi. Sebab para pegawai toko ini tampak sangat takut terhadap Ansel.Tapi bukannya menuruti perkataan anaknya, si wanita paruh baya itu malah menghempaskan tangan anaknya yang tengah hamil itu."Kamu jangan ikut-ikutan bodoh seperti mereka! Ingat, kita ini adalah keluarga Sudrawan yang terkaya nomor dua di kota ini! Dan mereka ..." Si wanita paruh baya menunjuk ke arah Ansel dan juga Mona. "Mereka itu hanya cucu menantu keluarga Hartono yang sudah bangkrut!"Ansel menghela napas saat melihat wanita keras ke

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 94

    "Apa maksudnya? Kamu itu cuma menantu keluarga Hartono yang sudah bangkrut! Bahkan hanya seonggok sampah saja, tapi berani mengancamku?"Wanita paruh baya itu menantang Ansel dengan mata yang nyalang. Dia berlagak seperti tak kenal takut meskipun sebenarnya kakinya kini tengah gemetar karena ditatap seperti sebuah mangsa oleh Ansel. Sedangkan perempuan hamil yang bersama dengan wanita wanita paruh baya itu mencengkram lengan ibunya dengan kuat. Dia merasa takut, bahkan untuk sekadar menantang tatapan Ansel. Dan Mona... dia hanya diam melihat suaminya bertindak. Perasaan hangat yang muncul karena perlindungan suaminya, membuat perasaan Mona bertambah kuat setiap harinya. Dia benar-benar sudah jatuh dalam pesona Ansel yang tak terbantahkan."Tante, minta maaf pada istriku sekarang, atau kau benar-benar akan menyesali ini nanti?" Ansel menggandeng tangan Mona dengan jemarinya yang besar. Lengannya yang kokoh dan kuat menjadi tiang untuk Mona agar bisa berdiri dengan baik. Kakinya teras

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 93

    Ansel dan juga Mona menoleh ke arah asal suara. Seorang wanita paruh baya bersama dengan seorang perempuan hamil, tengah berdiri menatap mereka dengan pandangan meremehkan.Mona tahu siapa wanita itu. Dia ingat, kalau wanita tersebut adalah anggota keluarga kelas tiga yang berada dibawah level keluarga Hartono.Karena suasana hati Mona sedang baik saat ini, jadi dia mengabaikan wanita tersebut, dan lanjut memilih pakaian bayinya. Dia memilih pakaian bayi laki-laki, sebab dari hasil USG yang sudah dilakukan berkali-kali, bayi yang Mona kandung berjenis kelamin laki-laki.Merasa kesal karena diabaikan, wanita paruh baya itu merebut baju bayi yang Mona pilih. Dengan pandangan mata tajam, wanita itu menghina Mona lewat tatapannya."Keluarga Hartono sudah bangkrut, kamu yakin bisa membeli pakaian bayi di toko besar ini? Bukannya suamimu itu hanya seorang tentara yang sudah dipecat?" Wanita itu kini menoleh ke arah Ansel yang berdiri di samping istrinya. Tapi ketika melihat raut wajah Anse

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 92

    Ansel berusaha keras untuk melakukan yang terbaik. Dia mengurus perusahaan dengan baik, juga menemani paman Salim untuk berobat ke dokter.Rapat yang membahas tentang kepemimpinan Ansel juga sudah dilakukan. Para direksi perusahaan juga setuju untuk mengangkat Ansel menjadi pemimpin selanjutnya. Tentunya karena pengaruh Salim juga.Dan untuk merayakan hal itu, sebuah pesta yang lumayan tertutup dilakukan. Semua orang datang untuk berbagi kebahagiaan. Dan Ansel memimpin pesta itu dengan baik. Dia juga mengurusi orang-orang yang datang kesana, dan memastikan kalau mereka tidak akan membocorkan informasi tentang identitasnya.Setelah menyelesaikan rangkaian pesta yang terakhir, disinilah Ansel sekarang. Berada di kamar bersama dengan Mona."Istirahatlah, kamu pasti lelah!" Ansel membantu membuka resleting gaun Mona yang dirancang khusus untuknya. Istrinya itu terlihat lelah, tapi walaupun begitu senyuman terbaik masih terpantri jelas di wajahnya.Mona tak menjawab perkataan Ansel, dia

  • Pembalasan Dewa Perang    Bab 91

    Ansel pulang ke rumah setelah selesai dengan semua urusan pemakaman Danu. Mona menyambutnya dengan membawakan secangkir teh."Terima kasih," ujar Ansel, sembari menerima cangkir teh tersebut. Dia juga bergeser untuk memberikan tempat pada Mona. Mona mengangguk kecil dan diam memperhatikan raut wajah suaminya. Dia tahu kalau sekarang Ansel sedang banyak pikiran. Mona penasaran dan ingin bertanya, tapi dia memilih diam dan membiarkan Ansel merasa lebih nyaman dulu."Kamu melihat beritanya di televisi?" Ansel membuka suara saat perasaannya terasa lebih baik. Dia meletakkan cangkir teh pemberian Mona ke atas meja.Mona mengangguk menjawab pertanyaan Ansel. Dia memang melihat berita tentang kematian Danu di televisi. Bahkan nama Danu juga trending di media sosial."Semua orang menyumpahinya, bahkan setelah kematiannya. Aku tidak tahu, harus bersedih atau bahagia." Ansel menunduk menggenang saat-saat bersama dengan orangtuanya. Bagaimana dia tertawa bahagia saat membahas hal-hal random be

DMCA.com Protection Status