Tubuh putriku dipenuhi dengan alat dan selang, wajahnya yang pucat menampilkan warna kemerahan yang tidak sehat.Aku menggosok mataku, tanpa disangka aku kembali ke pemandangan yang tidak asing ini. Lagi-lagi, aku melihat pemandangan dari kehidupanku sebelumnya, pemandangan yang menyayat hatiku.Aku gemetar dan meraih tangan hangat putriku, hatiku terasa sakit, air mata pun mengalir di pipiku."Ibu merindukanmu, sangat merindukanmu. Tolong maafkan Ibu ...."Suamiku, Axel Permana, menepuk-nepuk bahuku dari samping."Jangan ganggu anak ini lagi. Ayo pergi, sekarang sudah waktunya."Di bawah desakan suster, aku menggerakkan kaki lemahku keluar dari ruang ICU bersama dengan Axel.Kami duduk di dalam ruang kantor kecil, lalu dia meletakkan sebuah pulpen di tanganku."Kamu sudah melihatnya. Setelah putri kita mati otak, tiap detik hidupnya sama saja dengan penderitaan baginya.""Tanda tangani saja perjanjian donor organ ini, biarkan anak itu terbebas dari penderitaannya."Mendengar nada bica
Memikirkan hal ini, aku ingin sekali menampar kemunafikan itu dari wajah Axel."Sekarang aku akan membawa Miyu ke rumah sakit lain untuk didiagnosis ulang! Aku nggak akan pernah menandatangani perjanjian ini!"Melihat wajahku yang penuh amarah, Axel mengerutkan alisnya."Laras Kencana, jangan bersikap nggak masuk akal. Semalam kamu pulang dan akulah yang berada di sini sepanjang malam tanpa tidur, aku menyaksikan seluruh proses penyelamatannya."Dia melanjutkan, "Aku tahu bahwa kamu sangat menderita, tapi faktanya sudah seperti ini. Bisakah kamu mengendalikan emosimu sedikit?"Aku tertawa dingin."Kamu menyuruh seorang ibu, yang hidup dan mati anaknya nggak pasti, untuk mengendalikan emosinya?""Memangnya kenapa aku pulang semalam? Bukankah itu karena ibumu yang bersikeras berkata jantungnya terasa nggak enak dan ingin aku pergi merawatnya?"Kekesalan melintas di wajah Axel."Jangan menyalahkan ibuku lalu menyalahkanku juga , ini memang nasib Miyu saja yang buruk.""Tadi kamu jelas-jel
Di momen yang menegangkan itu, seseorang tiba-tiba datang dan memegang Axel."Nak, Nak, kamu nggak apa-apa?"Itu adalah ibu mertuaku. Dia melihat wajah bengkak Axel dengan sedih, lalu berbalik untuk memarahiku."Laras! Bagaimana bisa kamu memukul Axel seperti ini? Kamu bertingkah seperti setan!""Situasi Miyu sudah nggak bisa diselamatkan, ini bukan salah Axel, jadi jangan melampiaskannya pada dia!""Selain itu, apa salahnya menandatangani sebuah perjanjian donor? Seseorang yang sudah mati nggak mungkin bisa hidup lagi! Pokoknya, dia akan dikremasi. Apa kamu akan terus mengurusnya di rumah?"Makin berbicara, ibu mertuaku menjadi makin gelisah. Lama-kelamaan perkataannya menjadi absurd. Aku pun marah, dengan mata memerah, aku mengangkat tanganku dan menampar pipi kiri Axel dengan keras.Setelah dua tamparan, Axel tampak tercengang. Ibu mertuaku tidak menduganya, dia berteriak sambil menyentuh wajah putranya dengan sedih.Aku menatap dingin telapak tanganku yang merah."Apa sakit? Harusn
Axel pun ikut menambahkan, "Sebagai anggota keluarga, aku setuju!"Melihat suster yang membawa suntikan mendekat, aku dengan putus asa memberontak dan berteriak. Namun tidak ada seorang pun yang menolongku."Hentikan! Segera lepaskan dia!"Tiba-tiba, sebuah suara yang penuh amarah membuat semua orang membeku.Kakakku, Nathan Kencana, akhirnya datang bersama tim medis.Saat suster dan satpam tercengang, aku pun mengambil kesempatan dan mendorong mereka. Kemudian aku segera berlari ke samping kakakku."Kak, cepat selamatkan Miyu!"Kakak menepuk-nepuk dan menenangkanku, lalu dia dengan marah menghadapi Axel."Apa kamu membantu orang asing untuk menyakiti istri dan anakmu sendiri?""Di mana sertifikat untuk kematian otak Miyu? Cepat bawa ke sini!"Seluruh tubuhku gemetar, punggungku sudah basah oleh keringat dingin.Seandainya Kakak terlambat sedikit saja, aku mungkin sudah disuntik obat penenang, lalu dipaksa menandatangani perjanjiannya dan benar-benar kehilangan Miyu!Sarah menenangkan
Mendengar ini, Sarah menggigit bibirnya dan menundukkan kepala, seolah-olah dia akan menangis."Aku nggak mengerti, jelas-jelas anggota keluarga sudah menyetujuinya. Tim kami sudah bekerja sepanjang hari, wartawan yang kami undang juga sudah nggak sabar menunggu ....""Sekarang, hanya karena seorang anggota keluarga menolak untuk menerima kenyataan, apakah kami harus dipaksa sampai seperti ini?"Para dokter junior dan suster di sekeliling pun menyuarakan ketidakpuasan mereka."Benar, Dokter Sarah sudah bekerja keras. Kami semua melihatnya sendiri!""Apa gunanya semua kerja keras itu kalau seorang pembuat onar hanya akan menghancurkannya?""Ibu itu jelas-jelas sudah setuju untuk menandatangani perjanjian, keluarga-keluarga yang menunggu donor organ begitu gembira ketika mendengar beritanya! Tapi sekarang, dia malah memberikan mereka harapan palsu. Jahat sekali."Axel juga berdiri di belakang Sarah dan ikut mendukungnya."Sebagai anggota keluarga, aku nggak meragukan diagnosis Dokter Sar
Aku berteriak dengan penuh percaya diri, "Axel, karena kamu terus-terusan mendorongku, aku akan membuatmu puas!"Begitu aku selesai berbicara, layar besar di depan kamar rawat tiba-tiba memainkan suara genit Sarah."Benarkah? Kamu kejam sekali, aku jadi agak takut."Mata semua orang pun tertuju pada layar tersebut, layar besar itu ternyata memainkan rekaman CCTV dari kantor pribadi Sarah.Terlihat Sarah yang sedang memeluk leher Axel dengan menggoda. Dia duduk di pangkuan pria itu dengan wajah saling berhadapan, menggoyang-goyangkan pinggangnya sambil berbicara."Oke oke, jangan gerak-gerak. Kalau aku sampai terangsang, apa kamu mau bertanggung jawab?"Axel menatap Sarah, wajahnya penuh dengan nafsu."Kalau aku nggak kejam pada Miyu, bagaimana kita bisa menyelamatkan Rara, putri kita?""Biaya di ruang ICU bisa mencapai jutaan per harinya, selain itu, siapa yang tahu apakah dia bisa diselamatkan atau nggak? Daripada aku bangkrut karena anak dan wanita tua itu, lebih baik aku menyimpan s
Anak bernama Rara itu sepertinya seumuran dengan Miyu, dia duduk di kursi belakang mobil Axel sambil memegang es krim yang meleleh.Sarah duduk di kursi depan, sedang pura-pura marah sambil memukul-mukul dada Axel. Rara tertawa riang, dengan lelehan es krim yang menetes mengenai kursi.Axel tidak marah, mereka bertiga tertawa dengan makin riang.Axel selalu suka kebersihan, dia tidak mengizinkanku dan putriku untuk makan apa pun di dalam mobil.Suatu hari karena jalanan macet, putriku sudah terlalu lama kelaparan. Aku tidak tega, jadi aku memberinya sebatang cokelat. Lelehan cokelat itu pun menetes sedikit dan Axel meledak marah, dia langsung mengusirku dan Miyu dari mobil.Sambil menggendong Miyu, aku terperangkap di dalam lalu lintas yang ramai. Aku tidak bisa mundur ataupun maju. Aku hanya bisa menyaksikan Axel yang mengemudi pergi sementara Miyu menangis meminta maaf."Ayah! Jangan tinggalkan aku dan Ibu! Semuanya salahku! Aku akan menurut, aku nggak akan mengotori mobil Ayah lagi!
"Menggodamu? Cara itu memang ada, tapi itu bukan aku."Saat berbicara, kami sudah tiba di pintu kamar 701.Aku mengangguk pada staf hotel, staf itu segera mengeluarkan kartu kunci dan menggeseknya, lalu pintu pun terbuka."Ah, siapa itu!"Ruangan itu tampak hening sebelum terdengar suara Sarah.Axel tercengang."Sarah? Kenapa kamu ada di sini?"Dia berjalan hendak masuk ke kamar, tetapi Sarah yang terlihat panik dan hanya memakai handuk segera menghalanginya."Kamu ngapain? Aku sedang mandi."Axel melirik ke dalam kamar."Sedang apa kamu di kamar hotel?"Aku bersandar di kusen pintu dengan santai."Axel, apa pemandangan ini masih perlu dijelaskan?"Sarah memelototiku, dia menghalangi pintu dan pura-pura mau menutupnya."Hari ini ada rapat di hotel, aku ke sini setelah rapat selesai .... Tolong tunggu aku pakai baju dulu."Aku cepat-cepat menghentikannya dan mengeluarkan ponselku."Sudahlah, kata-kata saja nggak akan cukup. Sebaiknya kamu lihat saja sendiri."Rekaman CCTV mulai bermain