Share

Bab 2

Penulis: Badriah Raihan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-22 11:01:34
Memikirkan hal ini, aku ingin sekali menampar kemunafikan itu dari wajah Axel.

"Sekarang aku akan membawa Miyu ke rumah sakit lain untuk didiagnosis ulang! Aku nggak akan pernah menandatangani perjanjian ini!"

Melihat wajahku yang penuh amarah, Axel mengerutkan alisnya.

"Laras Kencana, jangan bersikap nggak masuk akal. Semalam kamu pulang dan akulah yang berada di sini sepanjang malam tanpa tidur, aku menyaksikan seluruh proses penyelamatannya."

Dia melanjutkan, "Aku tahu bahwa kamu sangat menderita, tapi faktanya sudah seperti ini. Bisakah kamu mengendalikan emosimu sedikit?"

Aku tertawa dingin.

"Kamu menyuruh seorang ibu, yang hidup dan mati anaknya nggak pasti, untuk mengendalikan emosinya?"

"Memangnya kenapa aku pulang semalam? Bukankah itu karena ibumu yang bersikeras berkata jantungnya terasa nggak enak dan ingin aku pergi merawatnya?"

Kekesalan melintas di wajah Axel.

"Jangan menyalahkan ibuku lalu menyalahkanku juga , ini memang nasib Miyu saja yang buruk."

"Tadi kamu jelas-jelas setuju untuk menandatangani perjanjiannya, tapi tiba-tiba kamu malah menarik perkataanmu. Apa kamu pikir kamu nggak terlalu emosional?"

Melihat wajahnya yang tak acuh, aku pun sudah terlalu malas untuk berbicara lebih banyak.

Yang paling penting sekarang adalah segera pindah ke rumah sakit lain, lalu melakukan diagnosis ulang dan pengobatan.

Axel yang berada di depanku, sudah bukan lagi pria yang bermain dengan putriku sambil bertelanjang kaki di lantai apartemen sewaan kami.

Aku dengan keras mendorong pintu kantor dan berjalan ke arah ICU, tanganku mengetuk nomor telepon yang tidak asing di ponselku.

Selama 7 tahun menikah dengan Axel, aku juga 7 tahun memutus hubungan dengan keluargaku.

Hal itu karena orang tua dan kakakku tidak setuju dengan pernikahan kami. Aku meninggalkan bisnis keluargaku yang kaya dan juga pindah ke kota lain, semuanya demi memulai kehidupan baru dengan Axel.

Sekarang, satu-satunya yang bisa menolongku adalah keluargaku yang selalu berada di pihakku.

Begitu teleponnya tersambung, aku tidak punya waktu untuk menjelaskan situasinya. Aku hanya mengucapkan dua kalimat dan sudah menangis tersedu-sedu.

"Ayah, Ibu, tolong selamatkan putriku. Sekarang dia harus dipindahkan ke rumah sakit terbaik di provinsi ...."

Orang tuaku pun mengesampingkan masalah di masa lalu dan segera menghubungi tim medis terbaik di provinsi.

Setelah menutup telepon, aku mendongak untuk melihat jam di dinding.

Masih ada 2 jam sampai tim pemindahan datang.

Pada saat itu, Axel buru-buru mendatangiku.

"Laras, apa yang kamu lakukan di sini! Berhenti bersikap nggak masuk akal dan ikut aku untuk menandatangani perjanjiannya. Kita sebelumnya sudah setuju, seluruh tim medis sudah menunggu."

Aku tidak menghiraukannya dan hanya terus menatap pintu ruang ICU.

Melihatku yang tidak merespons, Axel pun mulai kehabisan kesabarannya.

"Jangan bengong, ayo cepat. Jangan kecewakan dokter."

Aku menoleh dan memandangnya.

"Putrimu masih terbaring di ICU dan kamu malah nggak sabar untuk mengambil organnya?"

Axel seketika tampak agak panik.

"Bicara apa kamu? Dia adalah putri kita, bagaimana bisa aku sekejam itu."

"Hanya saja, sekarang putri kita sudah mati otak, tanpa adanya kesempatan untuk bangun lagi. Sekarang dia hanya bagaikan cangkang tanpa isi!"

"Selain itu, mendonorkan organnya adalah tindakan yang sangat bermakna. Saat menonton TV waktu itu, dia pernah bilang bahwa dia ingin hidupnya memiliki lebih banyak makna. Bukankah hal ini akan memenuhi keinginannya?"

Mendengar omongannya, aku pun dipenuhi dengan amarah.

Beberapa bulan yang lalu, Axel tiba-tiba membuat kami menonton beberapa dokumenter layanan publik mengenai donor organ.

Saat itu, putriku menangis sedih. Dia begitu kecil dan baik hati.

Hanya saja aku tidak menyangka, bahwa kebaikan putriku dan kepercayaanku akan menjadi dasar dari rencana Axel.

Aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk menampar sisi kanan wajah pria itu.

"Pergi! Aku nggak akan ke mana-mana! Siapa pun nggak boleh menyentuh putriku, aku akan pindah rumah sakit!"

Axel terhuyung-huyung melangkah mundur sambil memegangi wajahnya, dia terlihat berantakan. Dia pun tidak bisa menahan diri dan berteriak, "Demi menuruti emosimu, kamu mau memaksa putri kita untuk tetap tinggal di sini, membiarkannya menjalani kehidupan yang lebih buruk daripada kematian. Apa gunanya itu?"

"Dia akan menderita karena atrofi otot, mengalami luka baring dan seluruh tubuhnya akan membusuk. Dia akan membusuk hidup-hidup! Kenapa nggak biarkan saja dia pergi dengan damai!"

Aku menatap pria asing di depanku ini, di balik bahasanya yang tinggi, terdapat kejahatan yang telah lama direncanakan.

Bab terkait

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 3

    Di momen yang menegangkan itu, seseorang tiba-tiba datang dan memegang Axel."Nak, Nak, kamu nggak apa-apa?"Itu adalah ibu mertuaku. Dia melihat wajah bengkak Axel dengan sedih, lalu berbalik untuk memarahiku."Laras! Bagaimana bisa kamu memukul Axel seperti ini? Kamu bertingkah seperti setan!""Situasi Miyu sudah nggak bisa diselamatkan, ini bukan salah Axel, jadi jangan melampiaskannya pada dia!""Selain itu, apa salahnya menandatangani sebuah perjanjian donor? Seseorang yang sudah mati nggak mungkin bisa hidup lagi! Pokoknya, dia akan dikremasi. Apa kamu akan terus mengurusnya di rumah?"Makin berbicara, ibu mertuaku menjadi makin gelisah. Lama-kelamaan perkataannya menjadi absurd. Aku pun marah, dengan mata memerah, aku mengangkat tanganku dan menampar pipi kiri Axel dengan keras.Setelah dua tamparan, Axel tampak tercengang. Ibu mertuaku tidak menduganya, dia berteriak sambil menyentuh wajah putranya dengan sedih.Aku menatap dingin telapak tanganku yang merah."Apa sakit? Harusn

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 4

    Axel pun ikut menambahkan, "Sebagai anggota keluarga, aku setuju!"Melihat suster yang membawa suntikan mendekat, aku dengan putus asa memberontak dan berteriak. Namun tidak ada seorang pun yang menolongku."Hentikan! Segera lepaskan dia!"Tiba-tiba, sebuah suara yang penuh amarah membuat semua orang membeku.Kakakku, Nathan Kencana, akhirnya datang bersama tim medis.Saat suster dan satpam tercengang, aku pun mengambil kesempatan dan mendorong mereka. Kemudian aku segera berlari ke samping kakakku."Kak, cepat selamatkan Miyu!"Kakak menepuk-nepuk dan menenangkanku, lalu dia dengan marah menghadapi Axel."Apa kamu membantu orang asing untuk menyakiti istri dan anakmu sendiri?""Di mana sertifikat untuk kematian otak Miyu? Cepat bawa ke sini!"Seluruh tubuhku gemetar, punggungku sudah basah oleh keringat dingin.Seandainya Kakak terlambat sedikit saja, aku mungkin sudah disuntik obat penenang, lalu dipaksa menandatangani perjanjiannya dan benar-benar kehilangan Miyu!Sarah menenangkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 5

    Mendengar ini, Sarah menggigit bibirnya dan menundukkan kepala, seolah-olah dia akan menangis."Aku nggak mengerti, jelas-jelas anggota keluarga sudah menyetujuinya. Tim kami sudah bekerja sepanjang hari, wartawan yang kami undang juga sudah nggak sabar menunggu ....""Sekarang, hanya karena seorang anggota keluarga menolak untuk menerima kenyataan, apakah kami harus dipaksa sampai seperti ini?"Para dokter junior dan suster di sekeliling pun menyuarakan ketidakpuasan mereka."Benar, Dokter Sarah sudah bekerja keras. Kami semua melihatnya sendiri!""Apa gunanya semua kerja keras itu kalau seorang pembuat onar hanya akan menghancurkannya?""Ibu itu jelas-jelas sudah setuju untuk menandatangani perjanjian, keluarga-keluarga yang menunggu donor organ begitu gembira ketika mendengar beritanya! Tapi sekarang, dia malah memberikan mereka harapan palsu. Jahat sekali."Axel juga berdiri di belakang Sarah dan ikut mendukungnya."Sebagai anggota keluarga, aku nggak meragukan diagnosis Dokter Sar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 6

    Aku berteriak dengan penuh percaya diri, "Axel, karena kamu terus-terusan mendorongku, aku akan membuatmu puas!"Begitu aku selesai berbicara, layar besar di depan kamar rawat tiba-tiba memainkan suara genit Sarah."Benarkah? Kamu kejam sekali, aku jadi agak takut."Mata semua orang pun tertuju pada layar tersebut, layar besar itu ternyata memainkan rekaman CCTV dari kantor pribadi Sarah.Terlihat Sarah yang sedang memeluk leher Axel dengan menggoda. Dia duduk di pangkuan pria itu dengan wajah saling berhadapan, menggoyang-goyangkan pinggangnya sambil berbicara."Oke oke, jangan gerak-gerak. Kalau aku sampai terangsang, apa kamu mau bertanggung jawab?"Axel menatap Sarah, wajahnya penuh dengan nafsu."Kalau aku nggak kejam pada Miyu, bagaimana kita bisa menyelamatkan Rara, putri kita?""Biaya di ruang ICU bisa mencapai jutaan per harinya, selain itu, siapa yang tahu apakah dia bisa diselamatkan atau nggak? Daripada aku bangkrut karena anak dan wanita tua itu, lebih baik aku menyimpan s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 7

    Anak bernama Rara itu sepertinya seumuran dengan Miyu, dia duduk di kursi belakang mobil Axel sambil memegang es krim yang meleleh.Sarah duduk di kursi depan, sedang pura-pura marah sambil memukul-mukul dada Axel. Rara tertawa riang, dengan lelehan es krim yang menetes mengenai kursi.Axel tidak marah, mereka bertiga tertawa dengan makin riang.Axel selalu suka kebersihan, dia tidak mengizinkanku dan putriku untuk makan apa pun di dalam mobil.Suatu hari karena jalanan macet, putriku sudah terlalu lama kelaparan. Aku tidak tega, jadi aku memberinya sebatang cokelat. Lelehan cokelat itu pun menetes sedikit dan Axel meledak marah, dia langsung mengusirku dan Miyu dari mobil.Sambil menggendong Miyu, aku terperangkap di dalam lalu lintas yang ramai. Aku tidak bisa mundur ataupun maju. Aku hanya bisa menyaksikan Axel yang mengemudi pergi sementara Miyu menangis meminta maaf."Ayah! Jangan tinggalkan aku dan Ibu! Semuanya salahku! Aku akan menurut, aku nggak akan mengotori mobil Ayah lagi!

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 8

    "Menggodamu? Cara itu memang ada, tapi itu bukan aku."Saat berbicara, kami sudah tiba di pintu kamar 701.Aku mengangguk pada staf hotel, staf itu segera mengeluarkan kartu kunci dan menggeseknya, lalu pintu pun terbuka."Ah, siapa itu!"Ruangan itu tampak hening sebelum terdengar suara Sarah.Axel tercengang."Sarah? Kenapa kamu ada di sini?"Dia berjalan hendak masuk ke kamar, tetapi Sarah yang terlihat panik dan hanya memakai handuk segera menghalanginya."Kamu ngapain? Aku sedang mandi."Axel melirik ke dalam kamar."Sedang apa kamu di kamar hotel?"Aku bersandar di kusen pintu dengan santai."Axel, apa pemandangan ini masih perlu dijelaskan?"Sarah memelototiku, dia menghalangi pintu dan pura-pura mau menutupnya."Hari ini ada rapat di hotel, aku ke sini setelah rapat selesai .... Tolong tunggu aku pakai baju dulu."Aku cepat-cepat menghentikannya dan mengeluarkan ponselku."Sudahlah, kata-kata saja nggak akan cukup. Sebaiknya kamu lihat saja sendiri."Rekaman CCTV mulai bermain

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 9

    Kota ini tidak besar, keesokan harinya, skandal yang menggemparkan itu sudah tersebar.Pak Bondan tidak berani melapor ke polisi, apalagi meminta pertanggungjawaban. Dia hanya menyelinap ke rumah sakitnya sendiri untuk pengobatan, berbohong dengan mengatakan bahwa dia terluka karena jatuh.Para suster muda menutupi mulut mereka dan tertawa."Mana mungkin jatuh saja bisa mengakibatkan bekas pukulan di seluruh wajahnya?'Sarah terlalu malu untuk pergi kerja, dia hanya bisa menempel pada Axel seperti hidupnya tergantung padanya."Apa yang ada di antara aku dan Pak Bondan, semuanya karena dia memaksaku! Dia adalah atasanku, aku nggak punya pilihan ...."Aku mendengarkan percakapan mereka dari luar ruangan sambil merenung.Masih belum cukup, Axel si bajingan ini masih harus diberikan satu pukulan terakhir.Untungnya aku sudah melakukan persiapan.Satu jam kemudian, aku menunggu di samping mobil Axel. Amarah di wajah Axel sudah memudar sedikit, sementara Sarah masih menempel di sisinya.Begi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 1

    Tubuh putriku dipenuhi dengan alat dan selang, wajahnya yang pucat menampilkan warna kemerahan yang tidak sehat.Aku menggosok mataku, tanpa disangka aku kembali ke pemandangan yang tidak asing ini. Lagi-lagi, aku melihat pemandangan dari kehidupanku sebelumnya, pemandangan yang menyayat hatiku.Aku gemetar dan meraih tangan hangat putriku, hatiku terasa sakit, air mata pun mengalir di pipiku."Ibu merindukanmu, sangat merindukanmu. Tolong maafkan Ibu ...."Suamiku, Axel Permana, menepuk-nepuk bahuku dari samping."Jangan ganggu anak ini lagi. Ayo pergi, sekarang sudah waktunya."Di bawah desakan suster, aku menggerakkan kaki lemahku keluar dari ruang ICU bersama dengan Axel.Kami duduk di dalam ruang kantor kecil, lalu dia meletakkan sebuah pulpen di tanganku."Kamu sudah melihatnya. Setelah putri kita mati otak, tiap detik hidupnya sama saja dengan penderitaan baginya.""Tanda tangani saja perjanjian donor organ ini, biarkan anak itu terbebas dari penderitaannya."Mendengar nada bica

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 9

    Kota ini tidak besar, keesokan harinya, skandal yang menggemparkan itu sudah tersebar.Pak Bondan tidak berani melapor ke polisi, apalagi meminta pertanggungjawaban. Dia hanya menyelinap ke rumah sakitnya sendiri untuk pengobatan, berbohong dengan mengatakan bahwa dia terluka karena jatuh.Para suster muda menutupi mulut mereka dan tertawa."Mana mungkin jatuh saja bisa mengakibatkan bekas pukulan di seluruh wajahnya?'Sarah terlalu malu untuk pergi kerja, dia hanya bisa menempel pada Axel seperti hidupnya tergantung padanya."Apa yang ada di antara aku dan Pak Bondan, semuanya karena dia memaksaku! Dia adalah atasanku, aku nggak punya pilihan ...."Aku mendengarkan percakapan mereka dari luar ruangan sambil merenung.Masih belum cukup, Axel si bajingan ini masih harus diberikan satu pukulan terakhir.Untungnya aku sudah melakukan persiapan.Satu jam kemudian, aku menunggu di samping mobil Axel. Amarah di wajah Axel sudah memudar sedikit, sementara Sarah masih menempel di sisinya.Begi

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 8

    "Menggodamu? Cara itu memang ada, tapi itu bukan aku."Saat berbicara, kami sudah tiba di pintu kamar 701.Aku mengangguk pada staf hotel, staf itu segera mengeluarkan kartu kunci dan menggeseknya, lalu pintu pun terbuka."Ah, siapa itu!"Ruangan itu tampak hening sebelum terdengar suara Sarah.Axel tercengang."Sarah? Kenapa kamu ada di sini?"Dia berjalan hendak masuk ke kamar, tetapi Sarah yang terlihat panik dan hanya memakai handuk segera menghalanginya."Kamu ngapain? Aku sedang mandi."Axel melirik ke dalam kamar."Sedang apa kamu di kamar hotel?"Aku bersandar di kusen pintu dengan santai."Axel, apa pemandangan ini masih perlu dijelaskan?"Sarah memelototiku, dia menghalangi pintu dan pura-pura mau menutupnya."Hari ini ada rapat di hotel, aku ke sini setelah rapat selesai .... Tolong tunggu aku pakai baju dulu."Aku cepat-cepat menghentikannya dan mengeluarkan ponselku."Sudahlah, kata-kata saja nggak akan cukup. Sebaiknya kamu lihat saja sendiri."Rekaman CCTV mulai bermain

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 7

    Anak bernama Rara itu sepertinya seumuran dengan Miyu, dia duduk di kursi belakang mobil Axel sambil memegang es krim yang meleleh.Sarah duduk di kursi depan, sedang pura-pura marah sambil memukul-mukul dada Axel. Rara tertawa riang, dengan lelehan es krim yang menetes mengenai kursi.Axel tidak marah, mereka bertiga tertawa dengan makin riang.Axel selalu suka kebersihan, dia tidak mengizinkanku dan putriku untuk makan apa pun di dalam mobil.Suatu hari karena jalanan macet, putriku sudah terlalu lama kelaparan. Aku tidak tega, jadi aku memberinya sebatang cokelat. Lelehan cokelat itu pun menetes sedikit dan Axel meledak marah, dia langsung mengusirku dan Miyu dari mobil.Sambil menggendong Miyu, aku terperangkap di dalam lalu lintas yang ramai. Aku tidak bisa mundur ataupun maju. Aku hanya bisa menyaksikan Axel yang mengemudi pergi sementara Miyu menangis meminta maaf."Ayah! Jangan tinggalkan aku dan Ibu! Semuanya salahku! Aku akan menurut, aku nggak akan mengotori mobil Ayah lagi!

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 6

    Aku berteriak dengan penuh percaya diri, "Axel, karena kamu terus-terusan mendorongku, aku akan membuatmu puas!"Begitu aku selesai berbicara, layar besar di depan kamar rawat tiba-tiba memainkan suara genit Sarah."Benarkah? Kamu kejam sekali, aku jadi agak takut."Mata semua orang pun tertuju pada layar tersebut, layar besar itu ternyata memainkan rekaman CCTV dari kantor pribadi Sarah.Terlihat Sarah yang sedang memeluk leher Axel dengan menggoda. Dia duduk di pangkuan pria itu dengan wajah saling berhadapan, menggoyang-goyangkan pinggangnya sambil berbicara."Oke oke, jangan gerak-gerak. Kalau aku sampai terangsang, apa kamu mau bertanggung jawab?"Axel menatap Sarah, wajahnya penuh dengan nafsu."Kalau aku nggak kejam pada Miyu, bagaimana kita bisa menyelamatkan Rara, putri kita?""Biaya di ruang ICU bisa mencapai jutaan per harinya, selain itu, siapa yang tahu apakah dia bisa diselamatkan atau nggak? Daripada aku bangkrut karena anak dan wanita tua itu, lebih baik aku menyimpan s

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 5

    Mendengar ini, Sarah menggigit bibirnya dan menundukkan kepala, seolah-olah dia akan menangis."Aku nggak mengerti, jelas-jelas anggota keluarga sudah menyetujuinya. Tim kami sudah bekerja sepanjang hari, wartawan yang kami undang juga sudah nggak sabar menunggu ....""Sekarang, hanya karena seorang anggota keluarga menolak untuk menerima kenyataan, apakah kami harus dipaksa sampai seperti ini?"Para dokter junior dan suster di sekeliling pun menyuarakan ketidakpuasan mereka."Benar, Dokter Sarah sudah bekerja keras. Kami semua melihatnya sendiri!""Apa gunanya semua kerja keras itu kalau seorang pembuat onar hanya akan menghancurkannya?""Ibu itu jelas-jelas sudah setuju untuk menandatangani perjanjian, keluarga-keluarga yang menunggu donor organ begitu gembira ketika mendengar beritanya! Tapi sekarang, dia malah memberikan mereka harapan palsu. Jahat sekali."Axel juga berdiri di belakang Sarah dan ikut mendukungnya."Sebagai anggota keluarga, aku nggak meragukan diagnosis Dokter Sar

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 4

    Axel pun ikut menambahkan, "Sebagai anggota keluarga, aku setuju!"Melihat suster yang membawa suntikan mendekat, aku dengan putus asa memberontak dan berteriak. Namun tidak ada seorang pun yang menolongku."Hentikan! Segera lepaskan dia!"Tiba-tiba, sebuah suara yang penuh amarah membuat semua orang membeku.Kakakku, Nathan Kencana, akhirnya datang bersama tim medis.Saat suster dan satpam tercengang, aku pun mengambil kesempatan dan mendorong mereka. Kemudian aku segera berlari ke samping kakakku."Kak, cepat selamatkan Miyu!"Kakak menepuk-nepuk dan menenangkanku, lalu dia dengan marah menghadapi Axel."Apa kamu membantu orang asing untuk menyakiti istri dan anakmu sendiri?""Di mana sertifikat untuk kematian otak Miyu? Cepat bawa ke sini!"Seluruh tubuhku gemetar, punggungku sudah basah oleh keringat dingin.Seandainya Kakak terlambat sedikit saja, aku mungkin sudah disuntik obat penenang, lalu dipaksa menandatangani perjanjiannya dan benar-benar kehilangan Miyu!Sarah menenangkan

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 3

    Di momen yang menegangkan itu, seseorang tiba-tiba datang dan memegang Axel."Nak, Nak, kamu nggak apa-apa?"Itu adalah ibu mertuaku. Dia melihat wajah bengkak Axel dengan sedih, lalu berbalik untuk memarahiku."Laras! Bagaimana bisa kamu memukul Axel seperti ini? Kamu bertingkah seperti setan!""Situasi Miyu sudah nggak bisa diselamatkan, ini bukan salah Axel, jadi jangan melampiaskannya pada dia!""Selain itu, apa salahnya menandatangani sebuah perjanjian donor? Seseorang yang sudah mati nggak mungkin bisa hidup lagi! Pokoknya, dia akan dikremasi. Apa kamu akan terus mengurusnya di rumah?"Makin berbicara, ibu mertuaku menjadi makin gelisah. Lama-kelamaan perkataannya menjadi absurd. Aku pun marah, dengan mata memerah, aku mengangkat tanganku dan menampar pipi kiri Axel dengan keras.Setelah dua tamparan, Axel tampak tercengang. Ibu mertuaku tidak menduganya, dia berteriak sambil menyentuh wajah putranya dengan sedih.Aku menatap dingin telapak tanganku yang merah."Apa sakit? Harusn

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 2

    Memikirkan hal ini, aku ingin sekali menampar kemunafikan itu dari wajah Axel."Sekarang aku akan membawa Miyu ke rumah sakit lain untuk didiagnosis ulang! Aku nggak akan pernah menandatangani perjanjian ini!"Melihat wajahku yang penuh amarah, Axel mengerutkan alisnya."Laras Kencana, jangan bersikap nggak masuk akal. Semalam kamu pulang dan akulah yang berada di sini sepanjang malam tanpa tidur, aku menyaksikan seluruh proses penyelamatannya."Dia melanjutkan, "Aku tahu bahwa kamu sangat menderita, tapi faktanya sudah seperti ini. Bisakah kamu mengendalikan emosimu sedikit?"Aku tertawa dingin."Kamu menyuruh seorang ibu, yang hidup dan mati anaknya nggak pasti, untuk mengendalikan emosinya?""Memangnya kenapa aku pulang semalam? Bukankah itu karena ibumu yang bersikeras berkata jantungnya terasa nggak enak dan ingin aku pergi merawatnya?"Kekesalan melintas di wajah Axel."Jangan menyalahkan ibuku lalu menyalahkanku juga , ini memang nasib Miyu saja yang buruk.""Tadi kamu jelas-jel

  • Pembalasan Dendamku terhadap Suami Pengkhianat   Bab 1

    Tubuh putriku dipenuhi dengan alat dan selang, wajahnya yang pucat menampilkan warna kemerahan yang tidak sehat.Aku menggosok mataku, tanpa disangka aku kembali ke pemandangan yang tidak asing ini. Lagi-lagi, aku melihat pemandangan dari kehidupanku sebelumnya, pemandangan yang menyayat hatiku.Aku gemetar dan meraih tangan hangat putriku, hatiku terasa sakit, air mata pun mengalir di pipiku."Ibu merindukanmu, sangat merindukanmu. Tolong maafkan Ibu ...."Suamiku, Axel Permana, menepuk-nepuk bahuku dari samping."Jangan ganggu anak ini lagi. Ayo pergi, sekarang sudah waktunya."Di bawah desakan suster, aku menggerakkan kaki lemahku keluar dari ruang ICU bersama dengan Axel.Kami duduk di dalam ruang kantor kecil, lalu dia meletakkan sebuah pulpen di tanganku."Kamu sudah melihatnya. Setelah putri kita mati otak, tiap detik hidupnya sama saja dengan penderitaan baginya.""Tanda tangani saja perjanjian donor organ ini, biarkan anak itu terbebas dari penderitaannya."Mendengar nada bica

DMCA.com Protection Status