“Ayah, aku sudah tahu kenapa! Waktu berjudi batu di Kota Barang Antik, Owen beruntung mendapatkan giok imperial, lalu menjualnya kepada Pak Indra.” Fredi langsung kepikiran soal hal itu dan buru-buru menceritakan soal masalah judi batu.Awalnya, dia mengira hubungan Owen dan Indra hanya sebatas transaksi biasa. Tak disangka, Keluarga Suwanto malah membela Owen. Hal ini sudah terlalu tidak bisa dipercaya.“Ternyata begitu!” Alden dan Fendy langsung tersadar dan mengerti kenapa Owen bisa mempunyai hubungan dengan Keluarga Suwanto.Terutama Fendy, dia sebelumnya mengira bahwa Owen adalah orang Keluarga Suwanto dan sedikit banyaknya merasa takut. Setelah mengetahui bahwa Owen hanya beruntung pernah berhubungan dengan Indra, dia pun sudah lega.Bagaimanapun juga, transaksi batu judi saja terlalu umum dan tidak bisa menjelaskan apa-apa. Keluarga Suwanto juga tidak mungkin terus-menerus melindungi Owen hanya karena jasa sekecil itu. Hal itu tidak masuk akal!Tentu saja, pemikiran mereka meman
“Aku mau 120 miliar! Kalau nggak, Keluarga Leonard cari saja orang lain untuk melakukannya!” ujar Fendy dengan tegas.“Umm ... oke deh.” Alden akhirnya setuju setelah ragu sejenak. Meskipun 120 miliar bukanlah jumlah kecil, itu masih bukan apa-apa bagi Grup Leonard. Asalkan bisa menyingkirkan Owen untuk melampiaskan kekesalan mereka, menghabiskan sedikit uang juga sepadan.“Pak Fendy, aku harus memperingatimu kalau keterampilan bela diri Owen sangat hebat. Dia nggak terlalu gampang dihadapi. Tapi, dia baru punya pacar baru. Kalau kalian bertindak melalui pacarnya, masalahnya mungkin akan lebih gampang ....” Setelah ragu sesaat, Fredi pun memberi tahu Fendy mengenai Marisa.“Bagus! Ini berita yang sangat penting! Tuan Fredi, terima kasih atas informasi berharga ini. Jangan khawatir, aku pasti menghabisi anak itu. Aku jamin nggak bakal buat kalian kecewa!” ujar Fendy sambil tersenyum lebar.Orang-orang di dunia mafia biasanya sangat mementingkan keuntungan. Demi keuntungan, sudah wajar a
“Kalau kamu memang berterima kasih padaku, setelah mendapatkannya, bersikaplah yang baik terhadapnya. Jangan mengecewakannya, ya!” ujar Rachel sambil tersenyum manis.Alasan kenapa Rachel membantu Owen adalah karena dia sudah menyadari bahwa Theresa juga menaruh perasaan pada Owen. Lagi pula, Rachel sendiri juga merasa bahwa Owen adalah pria yang lumayan baik dan lumayan pantas mendampingi Theresa. Jika tidak, dia tidak mungkin mengkhianati Theresa.“Jangan khawatir! Aku bakal memperlakukannya dengan baik. Aku pasti nggak bakal mengecewakannya!” janji Owen dengan ekspresi serius.“Ingat sama janjimu hari ini! Kalau kelak kamu berani menindas Kak Theresa, aku orang pertama yang nggak bakal mengampunimu!” ancam Rachel sambil melambaikan tinjunya.Pada saat ini, Theresa yang sudah berada jauh di depan merasa ada yang aneh. Dia pun menoleh ke arah Owen dan Rachel dengan ekspresi heran dan bertanya, “Rachel, apa yang lagi kalian bicarakan?”“Nggak, Owen cuma bilang hari ini Kakak sangat can
Wanita selalu berdandan untuk orang yang disukainya. Berhubung Owen datang untuk menemuinya, Marisa ingin menampilkan sisi tercantiknya di hadapan Owen. Dia sendiri juga tidak tahu kenapa bisa berpikiran seperti itu. Mungkin karena wanita selalu ingin tampil cantik.Saat ini, ibu Marisa yang bernama Siska berjalan ke kamar Marisa dan memandang putrinya dengan aneh.“Marisa, bukannya kamu biasanya nggak begitu suka dandan? Ini sudah mau siang, buat apa kamu dandan? Apa kamu mau keluar?” tanya Siska dengan heran.“Nggak, ada temanku yang mau kemari,” jawab Marisa sambil tersenyum tipis.“Teman? Cowok apa cewek?” tanya Siska lagi.“Cowok,” jawab Marisa tanpa berpikir panjang.“Pacarmu? Sejak kapan kamu punya pacar? Kenapa nggak kasih tahu aku dan ayahmu dulu!” ujar Siska dengan bersemangat.Marisa langsung tersipu dan berkata, “Ibu, kamu sudah berpikir kejauhan. Aku mana punya pacar. Owen cuma teman kuliahku dulu. Dia bukan pacarku ....”“Justru teman kuliah itu bagus! Kalian sudah saling
Di depan kompleks.Tanpa menunggu lama, Marisa sudah melihat sepeda motor Owen perlahan-lahan mendekat dari jauh.“Owen, aku di sini!” seru Marisa sambil tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Owen.Owen membalas senyum Marisa, lalu mengendarai sepeda motornya ke depan Marisa. “Marisa, produk kosmetikal Ratu Kosmetik ini untukmu,” kata Owen. Dia mengeluarkan dua set produk kosmetikal yang dia racik secara khusus, lalu memberikannya kepada Marisa.“Makasih ...,” jawab Marisa sambil menerima produk kosmetikal itu. Dia tidak berhenti memikirkan waktu yang mereka habiskan hari itu. Sebuah perasaan yang aneh pun muncul di dalam hatinya.Dulu, Marisa selalu menganggap Owen sebagai teman baik. Dia sama sekali tidak pernah menaruh perasaan terhadap Owen. Namun, setelah bertemu kembali kali ini, perubahan Owen sangat besar. Dia sudah memiliki pesona seorang pria dewasa yang istimewa. Selain itu, keterampilan bela dirinya juga sangat hebat.Saat berjalan-jalan di mal waktu itu, Owen tidak
Dennis mempersilakan Owen duduk di sofa dengan ramah. Setelah itu, mereka pun berbasa-basi sebentar.“Owen, ada beberapa pertanyaan yang mau kutanyakan padamu. Kamu orang mana? Apa pekerjaan orang tuamu?” tanya Siska secara langsung.“Aku anak yatim. Dari kecil sampai besar, aku dibesarkan di sebuah panti asuhan di Jenggala ...,” jawab Owen dengan agak sedih.“Anak yatim?” Dennis dan Siska langsung terkejut. Senyum di wajah mereka pun membeku.“Apa pekerjaan kamu?” tanya Siska lagi. Dia bisa menerima Owen adalah seorang anak yatim yang tidak mempunyai latar belakang apa pun. Dengan catatan, Owen harus mempunyai pekerjaan yang bagus. Asalkan gaji, tunjangan, dan posisinya lumayan tinggi, dia pasti bisa berkembang di masa depan.“Untuk sementara, aku bekerja sebagai sekretaris presdir di sebuah perusahaan kosmetik,” jawab Owen dengan jujur.Siska tahu seorang sekretaris hanya melakukan pekerjaan tidak penting. Jadi, Owen tidak mungkin memiliki gaji yang tinggi, apalagi perkembangan yang
Ekspresi Siska terlihat agak muram. Dia pun menganggap Owen adalah anak nakal yang suka berkelahi.Marisa menyadari bahwa ibunya mungkin sudah salah paham. Dia buru-buru menjelaskan, “Ibu, masalahnya bukan kayak yang kamu pikir itu. Pokoknya, Owen nggak kekurangan uang dan punya tabungan. Baju-baju mewah dari mal kemarin juga dia yang belikan. Dia sudah sekaligus menghabiskan ratusan juta untukku ....”Marisa menceritakan soal masalah pakaian untuk meyakinkan ibunya.“Oh, benarkah? Dari mana datangnya uang sebanyak itu?” tanya Siska dengan terkejut. Ekspresinya sudah terlihat jauh lebih baik. Jika Owen bersedia menghabiskan begitu banyak uang untuk putrinya, dia pasti memang tulus.“Dia menghasilkan cukup banyak uang dari judi batu ...,” jawab Marisa tanpa sadar. Kemudian, dia merasa ada yang tidak beres dan buru-buru menutup mulutnya. Namun, semuanya sudah terlambat.“Apa? Dia juga berjudi?” tanya Siska dengan marah. Bahkan orang semuda Marisa juga tidak tahu judi batu itu apa, apalag
Owen sudah menyadari suasananya yang aneh. Jadi, dia lanjut menolak.“Ini akhir pekan, kamu juga nggak perlu kerja. Memangnya ada urusan penting apa? Pokoknya, kamu harus makan siang dulu sebelum pulang!” kata Marisa dengan keras kepala.“Umm ... baiklah.” Owen tidak bisa menang berdebat dengan Marisa. Jadi, dia terpaksa menyetujuinya.“Tunggu! Aku dan ayahmu juga mau pergi bareng kalian!” Saat melihat Marisa yang hendak menarik Owen keluar, Siska langsung memberi isyarat pada Dennis. Kemudian, keduanya juga buru-buru mengikuti mereka.Setelah perbincangan mereka di kamar tadi, Siska sudah salah paham bahwa Owen adalah orang yang berkarakter buruk. Sekarang, dia sangat mewaspadai Owen dan tentu saja tidak tenang apabila putrinya keluar berdua dengan Owen.Setelah itu, mereka semua pun berjalan ke luar kompleks. Marisa menyetir dan membawa Owen beserta orang tuanya menuju ke sekitar pusat bisnis, lalu berhenti di depan sebuah restoran mewah.“Marisa, pergi saja ke restoran kecil pinggir