Ekspresi Siska terlihat agak muram. Dia pun menganggap Owen adalah anak nakal yang suka berkelahi.Marisa menyadari bahwa ibunya mungkin sudah salah paham. Dia buru-buru menjelaskan, “Ibu, masalahnya bukan kayak yang kamu pikir itu. Pokoknya, Owen nggak kekurangan uang dan punya tabungan. Baju-baju mewah dari mal kemarin juga dia yang belikan. Dia sudah sekaligus menghabiskan ratusan juta untukku ....”Marisa menceritakan soal masalah pakaian untuk meyakinkan ibunya.“Oh, benarkah? Dari mana datangnya uang sebanyak itu?” tanya Siska dengan terkejut. Ekspresinya sudah terlihat jauh lebih baik. Jika Owen bersedia menghabiskan begitu banyak uang untuk putrinya, dia pasti memang tulus.“Dia menghasilkan cukup banyak uang dari judi batu ...,” jawab Marisa tanpa sadar. Kemudian, dia merasa ada yang tidak beres dan buru-buru menutup mulutnya. Namun, semuanya sudah terlambat.“Apa? Dia juga berjudi?” tanya Siska dengan marah. Bahkan orang semuda Marisa juga tidak tahu judi batu itu apa, apalag
Owen sudah menyadari suasananya yang aneh. Jadi, dia lanjut menolak.“Ini akhir pekan, kamu juga nggak perlu kerja. Memangnya ada urusan penting apa? Pokoknya, kamu harus makan siang dulu sebelum pulang!” kata Marisa dengan keras kepala.“Umm ... baiklah.” Owen tidak bisa menang berdebat dengan Marisa. Jadi, dia terpaksa menyetujuinya.“Tunggu! Aku dan ayahmu juga mau pergi bareng kalian!” Saat melihat Marisa yang hendak menarik Owen keluar, Siska langsung memberi isyarat pada Dennis. Kemudian, keduanya juga buru-buru mengikuti mereka.Setelah perbincangan mereka di kamar tadi, Siska sudah salah paham bahwa Owen adalah orang yang berkarakter buruk. Sekarang, dia sangat mewaspadai Owen dan tentu saja tidak tenang apabila putrinya keluar berdua dengan Owen.Setelah itu, mereka semua pun berjalan ke luar kompleks. Marisa menyetir dan membawa Owen beserta orang tuanya menuju ke sekitar pusat bisnis, lalu berhenti di depan sebuah restoran mewah.“Marisa, pergi saja ke restoran kecil pinggir
“Yenny, kalau boleh tahu, apa pekerjaan pacarmu?” tanya Siska.“Keluarganya buka perusahaan sendiri. Aset mereka mungkin sekitar 100-120 miliar,” jawab Yenny sambil tersenyum bangga.“Sekitar 100-120 miliar?” Dennis dan Siska langsung terkejut. Bagi mereka, aset di atas puluhan miliar sudah termasuk orang kaya.“Marisa, lihat kakak sepupumu ini. Umurnya hampir sama denganmu, tapi malah bisa dapat pacar sehebat ini. Kamu? Sampai sekarang, kamu juga masih belum punya pacar! Kelak, kamu harus banyak belajar dari Yenny!” ucap Siska sambil memelototi Marisa. Dia merasa makin kesal terhadap putrinya.Putrinya sangat baik dalam segala aspek dan bahkan lebih cantik dari Yenny. Siska tidak berharap Marisa bisa mendapatkan seorang pacar kaya, tetapi setidaknya juga harus seseorang yang mempunyai latar belakang keluarga baik dan juga berkemampuan. Namun, Marisa malah menolak begitu banyak pemujanya yang hebat dan bergaul dengan anak berandal seperti Owen. Mana mungkin Siska tidak kesal?“Ibu, mas
Begini, klien Kenny itu seorang putra dari keluarga kaya. Dia masih muda, tapi sudah sukses. Aset keluarga mereka juga ratusan miliar. Aku dan Kenny berniat untuk mengenalkan Marisa padanya .... Gimana menurut kalian?” jelas Yenny dengan sederhana.“Benarkah? Baguslah!” Dennis dan Siska langsung gembira. Memiliki aset keluarga ratusan miliar sudah termasuk orang luar biasa kaya di mata mereka. Meskipun tidak pernah berharap Marisa bisa menikah dengan putra keluarga kaya, mereka tentu saja harus mencobanya jika kesempatan itu sudah tiba di hadapan mereka. Bagaimana kalau Marisa memang beruntung dan disukai orang itu. Bukankah dia bisa hidup senang di masa depan?“Om Dennis, Tante Siska, berarti kalian setuju?” tanya Yenny dengan gembira.“Emm, kami setuju.” Dennis dan Siska sama-sama mengangguk.“Nggak! Kak Yenny, aku sudah terima niat baikmu, tapi aku nggak mau terima kencan buta ini!” Marisa langsung terkejut dan buru-buru menolaknya. Meskipun kencan buta sangatlah normal, mereka sam
Siska mau tak mau harus menyetujui permintaan Marisa demi menenangkannya.Saat ini, terdengar deru mesin mobil. Kemudian, sebuah mobil sport mewah berhenti di depan pintu masuk restoran. Begitu pintu mobil dibuka, seorang pemuda berusia sekitar 26-27 tahun berjalan turun dari mobil. Dia juga diikuti dua pengawal yang berpakaian jas rapi. Aura dan penampilan mereka terlihat sangat mengesankan.“Halo, Tuan Jayden. Aku sudah reservasi ruang privat. Silakan ikut denganku,” ujar Kenny dengan gembira untuk menyambut Jayden.“Emm, ayo jalan.” Jayden memasuki restoran mengikuti Kenny dengan tampang arogan. Tidak lama kemudian, mereka pun bertemu dengan Dennis, Owen, dan yang lainnya.“Kenny, siapa orang-orang ini?” tanya Jayden dengan heran.“Mari kuperkenalkan. Ini Yenny, pacarku. Orang lainnya adalah kerabatnya ....” Kenny baru hendak memperkenalkan satu per satu orang. Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kata-katanya, Jayden sudah menyela.“Kerabat pacarmu? Kamu mengundangku datang buat
Jayden memang berkata mau berdiskusi, tetapi nadanya terdengar tegas dan tidak bisa dibantah.“Apa? Tunangan? Jangan bercanda!” ujar Marisa dengan terkejut dan langsung berdiri. Dia baru pertama kali bertemu dengan Jayden dan tidak mengenalnya sama sekali. Lagi pula, dia juga tidak menyukai kesombongan Jayden. Namun, Jayden malah langsung bilang mau bertunangan. Mana mungkin Marisa bisa menerimanya.“Tuan Jayden, kamu dan Marisa nggak saling kenal. Kalau langsung tunangan sepertinya terlalu cepat, ‘kan?” Dennis dan Siska juga sangat terkejut. Ekspresi mereka juga terlihat muram.“Nggak cepat kok. Aku sudah langsung jatuh cinta pada Nona Marisa pada pandangan pertama. Itu sudah cukup!” jawab Jayden sambil menatap Marisa dengan penuh gairah.“Tapi aku merasa ...,” Dennis masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi sudah langsung disela Jayden dengan lambaian tangannya.“Nggak ada tapi-tapian lagi! Buat tunjukkin ketulusanku, nih kukasih kartu debit yang isinya empat miliar. Anggap saja ini ha
“Lagian, Tuan Jayden juga begitu menyukaimu dan langsung menghadiahkan empat miliar sebagai hadiah pertunangan. Jarang-jarang ada orang yang begitu tulus. Kamu harus memanfaatkan kesempatan ini baik-baik! Kalau nggak, kamu nggak bakal dapat pria sebaik dia lagi!”Yenny dan Kenny tidak berhenti membujuk Marisa. Awalnya, mereka hanya mau memperkenalkan Marisa kepada Jayden tanpa banyak berharap. Tak disangka, Jayden langsung menyukai Marisa. Hal ini sudah berjalan sesuai dengan niat mereka. Asalkan Marisa setuju untuk bertunangan dengan Jayden, keluarga Kenny sudah bisa menjalin hubungan baik dengan Grup Howard. Dengan begitu, masa depan mereka pasti akan cerah.“Marisa, kata-kata ibumu masuk akal. Kalian memang baru kenal, tapi yang namanya perasaan itu bisa pelan-pelan dibina. Nggak ada salahnya kamu tunangan dulu dengan Tuan Jayden, baru pelan-pelan menumbuhkan perasaan nantinya,” bujuk Dennis setelah ragu sejenak.Bagaimanapun juga, latar belakang Jayden sangat bagus dan merupakan or
“Kenapa nggak bisa diskusi lagi? Kamu sendiri nggak mau cari pacar, makanya kami berbaik hati membantumu. Memangnya itu salah?” tanya Siska dengan marah.“Aku sudah bilang sebelumnya kalau aku bukannya nggak mau cari pacar. Hanya saja, aku masih belum ketemu yang cocok untuk sementara ....”Sebelum Marisa menyelesaikan kata-katanya, ibunya langsung menyela, “Sudah, aku nggak mau dengar alasanmu lagi! Pokoknya, aku rasa Tuan Jayden orangnya lumayan. Kalau kamu masih hormati aku dan ayahmu, dengarkan kami dan coba saja bertunangan dulu dengannya.”“Kalau kamu nggak setuju, mulai sekarang kamu nggak usah pulang ke rumah lagi. Terserah kamu mau ke mana. Aku dan ayahmu bakal anggap kami nggak punya putri durhaka sepertimu!” tegur Siska dengan marah dan memberikan Marisa ultimatum.“Ibu, kamu ... kamu sengaja mau mempersulitku?” Marisa sangat marah dan sedih, matanya sudah mulai memerah. Ibunya sudah berkata seperti itu. Jika terus menolak, dia akan menjadi anak durhaka. Namun, dia tidak men