Heri membentak Yura dengan ekspresi dingin.“Minta maaf? Memangnya dia siapa sampai aku harus minta maaf padanya? Jangan mimpi!” ujar Yura dengan kesal.“Kamu ....” Heri sangat marah dan hendak lanjut memarahi adiknya.Namun, Owen malah menyela, “Nggak perlu. Aku nggak sanggup menerima permintaan maaf darinya. Sekarang, aku cuma mau cepat-cepat pulang. Aku harap kalian nggak pakai kekuasaan kalian buat memaksa orang!”Owen mendengus dingin, lalu berbalik untuk pergi. Dia sudah tidak ingin meladeni mereka lagi.“Tuan Owen, jangan pergi dulu!”Saat melihat Owen yang hendak pergi, Heri langsung terkejut dan buru-buru menghentikannya.“Tuan Heri, apa kamu masih ada urusan lain?” tanya Owen dengan ekspresi datar.“Tuan Owen, tadi kami sudah salah paham padamu. Kami nggak seharusnya mencurigai keterampilan medismu, apalagi mengusirmu. Kami yang salah. Aku gantikan kakekku untuk minta maaf padamu. Aku harap kamu bisa berbesar hati dan memaafkan kami. Tolong ikut aku kembali untuk mengobati Ne
Heri berteriak dengan marah. Dia tahu jelas apabila bukan karena Yura menyerang Owen tadi, Owen tidak akan menolak dengan begitu tegas. Heri merasa asalkan adiknya meminta maaf pada Owen, Owen mungkin akan berubah pikiran.“Mau aku berlutut di hadapannya? Nggak mungkin! Kamu mau gila, ya gila sendiri. Jangan seret aku juga!” ujar Yura dengan kesal.“Kamu ... Apa kamu sudah lupa kalau keadaan Nenek sekarang lagi kritis? Dia bisa mati kapan saja! Kalau Tuan Owen nggak turun tangan, konsekuensinya nggak terbayangkan. Apa kamu mau celakai Nenek?” bentak Heri sambil menatap Yura dengan kesal. Dia sudah sepenuhnya murka karena adiknya yang keras kepala.“Aku ....”Setelah mendengar bentakan Heri, Yura pun terkesiap. Selama ini, dia sudah terbiasa dimanjakan dan bersikap sombong. Jadi, dia memang lumayan keras kepala dan sulit diatur.Namun, setelah dimarahi oleh kakaknya, Yura akhirnya tersadar bahwa nyawa neneknya berada di tangan Owen. Jika karena dirinya yang keras kepala membuat neneknya
Owen bimbang sejenak."Nggak apa-apa, yang penting kamu mencoba yang terbaik. Nggak peduli apa pun hasilnya, Keluarga Suwanto kami pasti akan mengingat kebaikanmu dan nggak akan pernah melupakannya," kata Indra dengan ekspresi yang serius.Dia sangat mengkhawatirkan kondisi istrinya, tetapi Owen sudah mengatakan bahwa dirinya memiliki keyakinan 60 hingga 70%. Dari segi ilmu kedokteran, harusnya nggak akan terjadi masalah dengan kemungkinan yang begitu tinggi."Hidup dan mati adalah takdir. Bisa disembuhkan atau nggak, ini adalah hidupku. Owen, usahakan untuk santai saja. Kamu nggak perlu menanggung beban apa pun," kata Fidalia sambil tersenyum ramah.Dia sudah tua dan tidak lagi takut terhadap kematian. Jika tidak dapat disembuhkan pun, dia merasa bahwa hidupnya sudah cukup."Oke. Tenang saja, aku pasti akan melakukan yang terbaik!" kata Owen sambil tersenyum. Setelah itu, dia memberi isyarat kepada Fidalia untuk mengulurkan tangannya dan memeriksa denyut nadi Fidalia dengan cermat.Pe
"Kenapa bisa begini?" tanya Indra yang seakan-akan telah disambar petir. Dia pun terhuyung-huyung dan hatinya menjadi dingin."Bajingan! Kamu dokter abal-abal. Kamu sudah membunuh nenekku, aku akan membunuhmu!" Yura yang keluar dari kesedihan bergegas menyerang ke arah Owen dengan liar."Yura, berhenti! Jangan bersikap lancang!" seru Indra dengan suara yang serak. Dia menghentikan Yura tepat waktu."Kek, dia ... dia yang membunuh Nenek. Aku nggak akan mengampuninya!" teriak Yura sambil menangis sedih."Ini bukan salahnya. Nenekmu tadi sudah mengatakannya, hidup dan mati adalah takdir. Semuanya adalah takdir," kata Indra sambil menangis.Sorot matanya tampak putus asa sehingga membuat orang yang melihatnya juga bersedih. Semua orang dapat melihat bahwa dia lebih sedih daripada Yura."Kalian … apa yang sedang kalian lakukan? Nenek Fidalia, dia ... dia nggak apa-apa. Dia sudah hampir membaik ...," kata Owen yang tidak berdaya dengan suara yang sangat lemah.Saking lemahnya, dia hampir tid
"Sebenarnya ada satu hal yang ingin aku jelaskan kepadamu. Kondisi Nenek Fidalia memang sudah lebih baik, tapi dia belum sembuh total," kata Owen sambil tersenyum canggung.Dia hanya memiliki keyakinan 60 hingga 70% dan tidak dapat sepenuhnya menyembuhkan penyakit Fidalia. Selain itu, memang terjadi beberapa masalah selama proses pengobatan."Belum sembuh total? Kenapa? Apa pengobatan kali ini hanya mengatasi gejala dan bukan akar masalahnya? Apa ada kemungkinan kambuh di kemudian hari?" tanya Indra yang kaget dan kegembiraan di hatinya sedikit berkurang.Heri dan Yura juga sama. Suasana hati mereka menjadi agak gelisah."Bukan begitu! Aku tadi sudah menyembuhkan infeksi otak Nenek Fidalia dan pada dasarnya nggak akan ada kemungkinan kambuh di masa depan. Tapi keahlianku nggak mendalam, aku nggak bisa membantu memperbaiki sarafnya yang rusak. Dia mungkin masih harus duduk di kursi roda atau hidup dengan kruk di masa depan," jelas Owen dengan malu.Menurut catatan kitab medis di benakny
"Masalah ini mungkin bisa membuat keluarga lain kesulitan, tapi keluarga mereka nggak!" jelas Ashton."Oh ya? Pantas saja," kata Owen yang sangat kaget. Dia baru mengerti setelah mendapat penjelasan dari Pak Ashton."Owen, sejujurnya, keluarga kami memiliki ginseng liar yang usianya lebih dari 360 tahun! Mengenai bahan obat lainnya, sebutkan saja apa yang kamu butuhkan. Aku akan segera menyuruh orang untuk menyiapkannya," kata Indra sambil tersenyum."Oke. Kalau begitu, aku akan menuliskannya untukmu," kata Owen sambil mengangguk.Setelah menemukan kertas dan pena, dia pun menuliskan resep dan menyerahkannya kepada Indra. Selain itu, dia juga menyuruh Indra mencari panci yang terbuat dari tanah liat untuk merebus obat serta batu arang atau sejenisnya.Tidak butuh waktu lama, Heri mengantar beberapa pengawal yang membawa semua bahan obat dan barang-barang yang dibutuhkan Owen, termasuk ginseng liar yang usianya lebih dari 300 tahun. Semua barang dan bahan siap, Owen pun meletakkan panci
"Ternyata ini adalah alkimia kuno! Wawasanku benar-benar bertambah banyak hari ini," kata Indra sambil tertawa. Dia juga terkesan dengan kemampuan Owen.Begitu pula dengan Heri dan Yura. Hari ini adalah pertama kalinya mereka menyaksikan alkimia yang misterius, wajar jika mereka sangat terkejut."Pujian kalian terlalu berlebihan. Ini hanya keterampilan kecil, nggak pantas dipuji," kata Owen dengan wajah yang merah. Pujian seperti ini membuatnya agak malu.Seperti dugaan semua orang, dia barusan bukan merebus obat, tetapi melakukan teknik alkimia. Jika dibandingkan dengan obat rebus biasa, efek alkimia memang jauh lebih baik dan khasiat dari bahan obat dapat diekstrak dengan lebih baik.Namun, ini adalah alkimia pertamanya. Lantaran tidak memiliki cukup pengalaman dan kontrol api yang tidak terlalu baik, Owen tidak sengaja meledakkan panci. Untung saja pil-pil ini telah terbentuk sehingga bahan-bahan obat yang berharga itu tidak terbuang sia-sia. Jika tidak, Owen akan menjadi sangat mal
"Yura, cepat suruh pelayan untuk siapkan makan malam. Owen, hari sudah larut, bagaimana kalau kamu tinggal untuk makan malam bersama?" tanya Indra sambil tersenyum."Ya, baiklah. Kalau begitu, sudah merepotkan Kakek.""Pak Ashton, bagaimana kalau kamu juga ikut makan malam di sini?" tanya Indra yang sekalian mengajak Ashton."Nggak lagi, aku masih ada urusan. Aku pergi dulu. Pak Indra, Tuan Owen, sampai jumpa lagi lain waktu." Ashton menangkupkan tangannya dan berpamitan. Kemudian, dia dan asistennya pun pergi lebih dulu.Setelah sosok Ashton sudah makin menjauh, Heri seolah-olah teringat sesuatu. Dia bergegas menyatakan pendapatnya dan berkata, "Kakek, aku punya satu ide untuk urusan Tuan Owen ini.""Ide apa?" tanya Indra dengan kebingungan."Keluarga Suwanto melakukan bisnis bahan obat, sementara Tuan Owen memiliki keterampilan medis yang begitu luar biasa. Kalau kita bisa bekerja sama dalam ruang lingkup pengobatan, ini pasti akan menjadi proyek yang bagus untuk keluarga kita dan Tu