Share

Bab 83

Author: Emilia Sebastian
Syakia sama sekali tidak menanggapi Ike. Baginya, bibinya itu tidak pernah menyukainya.

Awalnya, Syakia mengira itu memang sifat bibinya. Sampai Ayu tiba di Kediaman Keluarga Angkola dan Ike memperlakukan Ayu dengan penuh kasih sayang, dia baru tahu bahwa bibinya itu memang murni tidak menyukainya.

Jadi, meskipun Ike memanggil Syakia, Syakia juga hanya duduk diam di tempat, seolah-olah tidak mendengar ucapannya. Melihat Syakia yang hanya duduk diam, Ike langsung berjalan masuk dengan tidak senang.

“Ngapain kamu? Kamu nggak lihat bibimu ini, juga nggak tahu kamu harus menyapa seniormu? Dasar anak nggak tahu sopan santun!” Ike juga mengulurkan tangannya untuk menarik pakaian Syakia dan melanjutkan, “Cepat berdiri! Kamu nggak tahu kamu harus mengalah dan kasih tempat dudukmu pada seniormu!”

“Nyonya.” Shanti menahan tangan Ike, lalu berkata dengan dingin, “Harap jangan sentuh muridku atau berbicara nggak sopan.”

Ike melirik Shanti dan merasa dia hanyalah seorang biksuni tua.

“Wah, Syakia,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 84

    Terakhir kali mereka bertemu adalah pada saat perayaan tahun baru. Kini, setelah beberapa bulan berlalu, Juwita tidak menyangka anak yang seharusnya menjadi cucu menantunya itu sudah mengalami perubahan sedrastis ini.Syakia yang ditatap begitu lama oleh Juwita merasa kurang nyaman. Dia akhirnya meminta izin pada Shanti untuk mencari udara segar di luar.Shanti tahu apa yang dihindari Syakia. Dia pun mengangguk dan berpesan, “Kalau ada apa-apa, segera cari aku.”Ucapan Shanti terdengar seolah-olah Syakia akan ditindas di Kediaman Pangeran Darsuki.Syakia melirik Juwita yang terlihat agak canggung, lalu mengangguk dan mengiakannya sebelum berjalan keluar. Dia tahu statusnya sekarang sudah berbeda. Jadi, dia juga tidak asal keluyuran.Syakia mengatakan dia ingin mencari udara segar di luar kamar. Dia pun benar-benar hanya berdiri di luar pintu kamar dan menatap pemandangan indah di halaman sambil termenung. Ketika dia merasa bosan, dia tidak tahu bahwa ada orang yang sedang mencarikan ma

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 85

    Ekspresi Panji sontak menjadi muram. “Syakia, apa maksudmu?”“Kamu masih nggak mengerti apa maksudku?” Syakia menjawab dengan kesal, “Aku suruh kamu jauhi aku sejauh mungkin. Jangan menggangguku lagi. Ngerti?”Panji pun merasa marah dan menggertakkan gigi. “Kamu mau mengusirku? Syakia, kamu mau main tarik-ulur denganku?”Syakia benar-benar kebingungan dan tidak bisa berkata-kata. “Siapa yang main tarik-ulur denganmu?”Panji menjawab dengan yakin, “Memangnya bukan? Dulu, kamu nggak berhenti menggangguku dan begitu tergila-gila padaku. Sekarang, kamu malah mengusirku. Apa namanya ini kalau bukan tarik-ulur?”Panji tersenyum sinis dan menunjukkan ekspresi sok pintar. Dia lanjut berkata dengan sombong, “Syakia, cara ini mungkin berguna untuk menghadapi pria lain. Sayangnya, cara itu nggak mempan untukku. Hanya Ayu yang layak jadi istri sahku. Sebaiknya kamu jangan pakai trik menjijikkan lain untuk merebutnya. Kalau nggak, aku bahkan nggak akan membiarkanmu jadi selirku.”“Aku rasa yang pal

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 86

    “Bruk!” Kali ini, Syakia tidak lagi menampar Panji, melainkan langsung meninjunya. Kemudian, dia mencengkeram kerah pakaian Panji dan mengancam, “Kalau kamu masih berani lontarkan kata ‘istri sah’ atau ‘selir’ lagi, aku akan suruh orang di belakangmu untuk kebiri kamu!”Panji langsung merasa bagian selangkangannya terasa dingin. Dia menatap Syakia dengan ekspresi tidak percaya.Setelah mengancam Panji, Syakia memberi perintah tanpa ragu, “Hala, hajar dia sampai otaknya kembali sadar!”Syakia ingin tahu seberapa banyak hantaman yang dapat diterima Panji sampai otaknya yang narsis kembali normal. Kenyataan membuktikan bahwa Panji benar-benar adalah orang yang keras kepala.Hala sudah menyumpal mulut Panji, lalu menyeretnya ke sudut yang tak berorang dan menghajarnya. Namun, Panji masih tidak berubah.“Syakia! Jangan keterlaluan kamu!” Hala yang sudah menghajar Panji beberapa kali pun melepas sumbatan dari mulut Panji. Namun, Panji malah langsung berseru marah, “Jangan mentang-mentang ak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 87

    Syakia segera menarik Shanti dan berbalik arah. Dia berencana untuk keluar dari pintu belakang. Alhasil, setelah melihat Syakia yang hendak pergi, Kama langsung melompat turun dari kereta kuda sebelum keretanya sempat berhenti.“Tuan Kama, hati-hati! Kamu masih terluka!”Namun, Kama tidak peduli. Dia buru-buru mengejar Syakia dan menariknya. “Syakia, jangan pergi!”“Lepaskan aku!” Syakia menoleh dan memelototi Kama.“Oke, oke! Aku akan lepaskan kamu. Selama kamu nggak pergi, aku nggak akan menyentuhmu.”Melihat tatapan marah Syakia, Kama pun merasa panik dan buru-buru menarik kembali tangannya.“Jangan panggil aku ... Syakia.” Syakia berkata dengan dingin, “Aku cuma seorang biksuni dari Kuil Bulani. Bukan Syakia seperti yang dipanggil Tuan Kama.”Ucapan Syakia membuat dada Kama terasa sesak. “Syakia, aku mohon jangan berkata seperti itu ....”“Kak Kama!” Sebelum Kama menyelesaikan ucapannya, terlihat 2 sosok yang muncul di belakangnya. Mereka tidak lain adalah Ayu dan Kahar.“Kak Kama

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 88

    Ike langsung tersenyum sinis dan melirik Syakia. “Oh, kalian mau bicarakan masalah tentang gadis itu?”Kama dan Kahar masih bertengkar.“Kak Kama, cepat atau lambat, kita harus sampaikan kata-kata Ayah. Lagian, Bibi juga bukan orang luar. Bukannya lebih baik kita bicarakan hal itu di sini daripada di luar?” ujar Kahar dengan acuh tak acuh.“Kahar, coba saja kalau kamu berani!” Kama merasa sangat marah. Dia dapat mendengar ancaman yang tersirat dari ucapan Kahar. Jika mereka tidak langsung membicarakannya di sini, Kahar akan mengumumkannya supaya orang luar juga mengetahuinya.Syakia awalnya hendak bersuara, tetapi malah didahului oleh Shanti. “Kalau ada yang mau kalian katakan, sebaiknya kalian katakan sekarang juga. Kalau nggak, aku dan muridku pamit dulu,” ujar Shanti sambil menarik Syakia untuk pergi.Namun, ada beberapa orang yang tidak ingin mereka pergi secepat ini.“Eh, tunggu! Kenapa kalian begitu nggak sabar?” Ike langsung melangkah maju, lalu merentangkan tangannya untuk me

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 89

    Semua orang di sekitar pun terlihat terkejut. Mereka melirik Syakia, lalu melirik Ike yang terlihat marah. Dalam sekejap, mereka sangat penasaran apakah ucapan itu benar atau palsu.Terutama Kama dan Kahar. Bagaimanapun juga, ibunya Syakia juga adalah ibu mereka. Kenapa mereka tidak pernah mendengar ibu mereka mengungkit tentang hal ini, tetapi Syakia malah tahu?Kama dan Kahar tentu saja tidak pernah mendengar tentang hal ini. Sebab, Anggreni juga tidak pernah memberi tahu Syakia mengenai hal ini. Jadi, kenapa Syakia bisa mengetahui hal ini?Di kehidupan sebelumnya, ketika Syakia lagi-lagi ditindas oleh Ayu di Kediaman Keluarga Angkola, Syakia diam-diam bersembunyi di kamar Anggreni. Dia tidak sengaja menemukan sebuah buku kecil yang ditinggalkan ibunya. Setelah membukanya, dia baru menyadari bahwa isi buku itu adalah suara hati Anggreni.Dari buku itu, Syakia baru tahu bahwa Anggreni dipaksa oleh Keluarga Angkola dan Keluarga Kuncoro untuk membantu Ike. Dari buku itu, dia juga menget

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 90

    Ayu sudah tidak sabar untuk mengumumkan kemenangannya.Kama mengelus kepala Ayu. Dia merasa Ayu sangat baik hati. Namun, Syakia malah .... Kama melirik ke arah Syakia yang bertampang dingin dan menggigit bibirnya dengan sedih.Ayu langsung berkata, “Kak Syakia, Ayah memang sudah hapus namamu dari daftar silsilah keluarga. Tapi, karena kamu sudah melakukan banyak hal yang mengecewakan Ayah sebelumnya, dia mau mencegahmu melakukan hal yang mempermalukan Keluarga Angkola di masa depan. Kali ini, dia suruh kami untuk sampaikan pesannya.”“Katanya, mulai sekarang, kamu nggak boleh melakukan apa pun dengan pakai nama Keluarga Angkola. Kamu juga nggak boleh pakai marga ‘Angkola’ lagi. Terserah kamu mau pakai marga apa ke depannya. Intinya, kamu nggak punya hubungan apa pun lagi dengan Keluarga Angkola.”Hati Syakia tiba-tiba terasa dingin. Dia tahu ayahnya itu memang adalah orang yang tidak berperasaan. Namun, dia tidak menyangka ayahnya ternyata begitu tidak berperasaan.“Haha! Sekarang, ke

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 91

    Ayu berusaha memaksakan seulas senyum dan bertanya, “Kak Panji, kenapa kamu asal bicara?”Namun, Ayu sebenarnya sedang mengumpat dalam hati. Dasar bajingan! Apa Panji benar-benar ingin membuat Syakia menjadi selirnya? Apa dia sudah gila? Apa pelajaran yang diterimanya sebelumnya masih belum cukup? Dulu, Panji jelas-jelas menyukai Ayu dan berjanji hanya akan menikahi Ayu seorang. Sekarang, dia ingin mendua?“Benar, Nak. Jangan asal bicara. Kalau kamu ingin menikahi Ayu, kamu nggak boleh menikahi Syakia lagi. Kalau nggak, Ibu nggak akan setuju dan pamanmu juga nggak akan setuju!”Ike segera melangkah maju dan menasihati Panji. Baru saja dia menyentuh Panji, Panji langsung mengiris kesakitan.“Tunggu. Nak, kakimu kenapa? Siapa yang memukulmu?”Sampai sekarang, Ike baru akhirnya menyadari ada yang aneh. Begitu melihat Panji yang tidak berhenti memegang kakinya, dia buru-buru memeriksa putranya dengan cemas.Panji mendorong Ike dengan kesal. “Ibu, minggir dulu. Aku mau ngomong sama Syakia.”

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 342

    Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 341

    “Benar, ini salahku karena terlalu bodoh dan naif dulunya. Makanya, aku baru kira orang yang sudah kehilangan akal sehat seperti kalian masih bisa bersikap adil.”Begitu teringat bagaimana dirinya menangis sambil memohon pada orang-orang ini dulu, Syakia benar-benar merasa dirinya sangat konyol. “Jadi, ada masalah kalau aku mau ambil kembali barang milikku sekarang?”“Nggak bisa!”Sebelum Damar sempat berbicara, Ranjana sudah terlebih dahulu menolak, “Paviliun Awana dan Menara Phoenix itu barang Ayu. Kamu boleh tukar dengan barang lain.”Ranjana mengira dirinya masih bisa bernegosiasi dengan Syakia.Syakia langsung mengangguk dan memberi perintah tanpa ragu. “Oke. Kalau begitu, tukar saja dengan nyawamu. Hala, bertindaklah.”“Syut!”Hala segera menghunuskan pedangnya dan menyerang Ranjana. Kali ini, Ranjana memang sudah memiliki persiapan hati, tetapi masih tidak dapat menangkis serangan mematikan Hala. Dia berhasil melindungi titik fatal tubuhnya, tetapi pedang Hala juga langsung mene

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 340

    Damar memicingkan matanya. Ada sedikit kesuraman yang melintasi matanya yang dalam.“Sejak kamu meninggalkan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, aku menyadari setiap kali kita bertemu, perubahanmu sangatlah besar. Kamu makin berbeda dengan putriku dulu.”Damar menatap Syakia lekat-lekat. Saat ini, dia sama sekali tidak menemukan jejak putrinya yang patuh, penurut, dan pengertian itu.Syakia menjawab dengan acuh tak acuh, “Sekarang, aku memang bukan putrimu lagi. Bukankah wajar kalau aku berbeda dari dulu?”Tidak, tidak wajar. Ini sama sekali tidak wajar.Sebelum upacara kedewasaan, Damar mengingat jelas bahwa putrinya ini masih membuatkannya sesuatu untuk menyenangkannya. Dia telah lupa apa benda itu, tetapi dia masih ingat kegembiraan dan harapan yang terpancar dari wajah Syakia.Dalam ingatan Damar, Syakia masih terlihat sangat polos pada saat itu. Dibandingkan dengan Syakia yang berdiri di depannya dengan tampang dingin sekarang, perubahannya terlalu besar sampai bisa membuat orang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 339

    “Syakia, aku seharusnya jarang menyinggungmu, ‘kan?” tanya Ranjana setelah menatap Syakia untuk sesaat.“Tuan Ranjana, kamu sudah melupakan kata-katamu tadi secepat ini? Kalau kamu memang merasa kamu jarang menyinggungku, buat apa kamu datang untuk minta maaf? Bukankah tindakanmu itu sangat bertentangan?”Syakia juga menyambut tatapan Ranjana dengan dingin. Matanya juga mengandung sedikit ejekan.Ranjana pun memicingkan matanya. “Sebelumnya, kamu tiba-tiba mau jadi biksuni. Ayah, Ayu, Kak Abista, dan yang lain sangat khawatir. Sebagai kakak keempatmu, aku tentu saja juga mengkhawatirkanmu. Jadi, aku baru pakai sedikit cara licik untuk membawamu pulang ke rumah. Sekarang, aku merasa tindakan itu kurang tepat. Makanya, aku datang untuk minta maaf.”“Sedikit cara licik?” Syakia mulai merasa marah. “Kalau kamu benar-benar anggap aku sebagai adikmu, kamu nggak akan pakai cara yang kamu sebut licik itu lagi.”“Itu cuma obat untuk membuatmu patuh, bukan racun untuk membunuhmu. Buat apa kamu m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 338

    “Oh iya. Pagi ini, Yang Mulia Kaisar sudah memanfaatkan kesempatan untuk mengurangi lumayan banyak kekuasaan yang dimiliki Adipati Damar. Hari ini, dia pasti akan datang mencarimu.” Adika menatap Syakia dan bertanya, “Apa perlu aku mengawasinya di sampingmu?”“Nggak usah. Selama dia masih mau mengeluarkan Ayu dari istana, sikapnya hari ini nggak akan seperti sebelumnya.”Ini adalah kesempatan yang sudah ditunggu Syakia sangat lama. Ayahnya yang tinggi hati akan tunduk padanya untuk yang pertama kalinya. Dia sangat menantikannya.Sesuai dugaan, hasilnya sangat memuaskan.“Syakia, Ayah yang salah sebelumnya.”Damar berdiri di depan gerbang Kuil Bulani dan meminta orang untuk memanggil Syakia. Setelah Syakia keluar, dia langsung meminta maaf dengan ekspresi serius.Begitu melihat sikap ayahnya, Ranjana yang ikut datang juga menunjukkan ekspresi terkejut. Dia tidak menyangka ayahnya akan menunduk pada Syakia. Ranjana tahu kali ini ayahnya tidak akan menggunakan cara paksa seperti sebelumn

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 337

    “Pangeran Adika, aku mau merepotkanmu lagi dalam sebuah hal.”“Oke.”Sebelum Syakia selesai berbicara, Adika sudah langsung menyetujuinya.Syakia langsung tertawa dan bertanya, “Kenapa Pangeran langsung setuju tanpa dengar dulu apa yang mau kukatakan? Gimana kalau permintaanku mempersulitmu?”“Di dunia ini, cuma ada beberapa hal yang bisa mempersulitku. Meski itu sulit, aku juga akan pikirkan segala cara untuk membantumu melakukannya,” jawab Adika dengan serius. Dia sama sekali bukan sedang berbasa-basi.Syakia merasa sangat terharu. Dia menangkupkan tangannya ke arah Adika dan berkata dengan ekspresi yang sama seriusnya, “Pangeran selalu tulus membantuku, aku nggak akan kecewakan Pangeran sebagai seorang teman.”Selama ini, Adika telah banyak membantu Syakia. Dia sangat menghargai persahabatan ini dan tentu saja akan melakukan yang terbaik untuk tidak mengecewakan Adika. Apa pun yang terjadi, dia akan menyembuhkan penyakit Adika.Setelah mendengar janji Syakia yang serius, Adika juga

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 336

    Setelah mendengar ucapan itu, Damar langsung melirik Kahar.“A ... ada apa, Ayah?”Tatapan Damar membuat Kahar merasa agak tidak nyaman.Damar juga ingin bertanya ada apa dengan Kahar. Ayahnya sudah dihukum, tetapi dia bukan hanya tidak menunjukkan perhatian terhadap ayahnya, malah langsung bertanya apakah Ayu akan terpengaruh atau tidak?Saat ini, suasana hati Damar pada dasarnya sudah sangat buruk. Melihat Kahar yang sama sekali tidak peduli padanya, amarahnya sontak tersulut.“Yang dihukum itu aku, apa pengaruhnya itu terhadap Ayu? Dia pada dasarnya memang nggak akan diizinkan masuk ke istana, juga nggak akan diangkat sebagai selir. Paling-paling, nanti dia akan diusir dengan sebuah alasan. Kita nggak perlu cari cara untuk menolongnya.”Sebenarnya, jika bukan karena Damar menangani masalah yang ditimbulkan Ayu, dia juga tidak akan dijebak orang sampai berakhir seperti hari ini. Sekarang, dia tahu bahwa dirinya tidak perlu berharap pada Kaisar. Dengan adanya Adika, Kaisar tidak mungk

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 335

    Hanya saja, akhir-akhir ini, ada saja orang yang berselisih dengan Damar dan ingin menjebaknya.Tadi, Kahar masih murka. Setelah memikirkannya dengan saksama sekarang, dia seketika mengernyit.“Dalam rumor yang tersebar, Syakia itu korbannya. Masalah ini pasti berhubungan dengannya. Tapi, yang sebarkan rumor ini seharusnya adalah orang lain. Gimanapun, Syakia masih belum sehebat itu.”Kahar sontak marah dan berseru, “Ini pasti ulah Pangeran Adika! Selain dia, nggak ada lagi orang lain yang mungkin bantu Syakia untuk melawan keluarga kita!”Ranjana tidak lagi berbicara, tetapi pemikirannya jelas juga sama seperti Kahar.“Ayah, gimana ini sekarang? Orang-orang bodoh di luar sana percaya sama rumor itu. Sekarang, mereka hampir lempar telur dan sayur busuk ke gerbang rumah kita. Kalau begini terus, bukannya reputasi keluarga kita akan hancur?”Sejak Kahar menerjang masuk ke ruang baca, Damar masih belum mengucapkan sepatah kata pun. Dia berusaha menahan gejolak dalam hatinya dan telah menu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 334

    “Kalian sudah dengar soal kejadian itu?”“Tentu saja! Siapa yang masih belum tahu kejadian itu!”“Jadi, Putri Suci benar-benar ditampar atau itu cuma rumor belaka?”“Putri Suci benar-benar ditampar. Kakek dari ipar dari menantu dari ibu mertua dari keponakan paman ketigaku yang menyaksikannya secara langsung. Waktu itu, dia segera berlari keluar dengan bertumpu pada tongkatnya untuk melindungi Putri Suci!”“Tapi, Adipati Pelindung Kerajaan malah langsung mendorongnya sampai dia jatuh dan tongkatnya hilang. Habis itu, Adipati langsung menampar Putri Suci. Dia sendiri yang kasih tahu kami apa yang dilihatnya. Ini hal yang dialaminya sendiri, mana mungkin itu palsu! Selain itu, katanya, Adipati melakukannya demi membela putri haramnya!”“Ya Tuhan! Adipati ternyata begitu pilih kasih? Keterlaluan sekali!”“Bukan cuma begitu! Adipati juga sengaja pilih waktu ketika Pangeran Pemangku Kaisar nggak ada untuk pergi cari Putri Suci. Katanya, dia juga mau bawa Putri Suci pergi. Untungnya, Putri S

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status