“Bruk!” Kali ini, Syakia tidak lagi menampar Panji, melainkan langsung meninjunya. Kemudian, dia mencengkeram kerah pakaian Panji dan mengancam, “Kalau kamu masih berani lontarkan kata ‘istri sah’ atau ‘selir’ lagi, aku akan suruh orang di belakangmu untuk kebiri kamu!”Panji langsung merasa bagian selangkangannya terasa dingin. Dia menatap Syakia dengan ekspresi tidak percaya.Setelah mengancam Panji, Syakia memberi perintah tanpa ragu, “Hala, hajar dia sampai otaknya kembali sadar!”Syakia ingin tahu seberapa banyak hantaman yang dapat diterima Panji sampai otaknya yang narsis kembali normal. Kenyataan membuktikan bahwa Panji benar-benar adalah orang yang keras kepala.Hala sudah menyumpal mulut Panji, lalu menyeretnya ke sudut yang tak berorang dan menghajarnya. Namun, Panji masih tidak berubah.“Syakia! Jangan keterlaluan kamu!” Hala yang sudah menghajar Panji beberapa kali pun melepas sumbatan dari mulut Panji. Namun, Panji malah langsung berseru marah, “Jangan mentang-mentang ak
Syakia segera menarik Shanti dan berbalik arah. Dia berencana untuk keluar dari pintu belakang. Alhasil, setelah melihat Syakia yang hendak pergi, Kama langsung melompat turun dari kereta kuda sebelum keretanya sempat berhenti.“Tuan Kama, hati-hati! Kamu masih terluka!”Namun, Kama tidak peduli. Dia buru-buru mengejar Syakia dan menariknya. “Syakia, jangan pergi!”“Lepaskan aku!” Syakia menoleh dan memelototi Kama.“Oke, oke! Aku akan lepaskan kamu. Selama kamu nggak pergi, aku nggak akan menyentuhmu.”Melihat tatapan marah Syakia, Kama pun merasa panik dan buru-buru menarik kembali tangannya.“Jangan panggil aku ... Syakia.” Syakia berkata dengan dingin, “Aku cuma seorang biksuni dari Kuil Bulani. Bukan Syakia seperti yang dipanggil Tuan Kama.”Ucapan Syakia membuat dada Kama terasa sesak. “Syakia, aku mohon jangan berkata seperti itu ....”“Kak Kama!” Sebelum Kama menyelesaikan ucapannya, terlihat 2 sosok yang muncul di belakangnya. Mereka tidak lain adalah Ayu dan Kahar.“Kak Kama
Ike langsung tersenyum sinis dan melirik Syakia. “Oh, kalian mau bicarakan masalah tentang gadis itu?”Kama dan Kahar masih bertengkar.“Kak Kama, cepat atau lambat, kita harus sampaikan kata-kata Ayah. Lagian, Bibi juga bukan orang luar. Bukannya lebih baik kita bicarakan hal itu di sini daripada di luar?” ujar Kahar dengan acuh tak acuh.“Kahar, coba saja kalau kamu berani!” Kama merasa sangat marah. Dia dapat mendengar ancaman yang tersirat dari ucapan Kahar. Jika mereka tidak langsung membicarakannya di sini, Kahar akan mengumumkannya supaya orang luar juga mengetahuinya.Syakia awalnya hendak bersuara, tetapi malah didahului oleh Shanti. “Kalau ada yang mau kalian katakan, sebaiknya kalian katakan sekarang juga. Kalau nggak, aku dan muridku pamit dulu,” ujar Shanti sambil menarik Syakia untuk pergi.Namun, ada beberapa orang yang tidak ingin mereka pergi secepat ini.“Eh, tunggu! Kenapa kalian begitu nggak sabar?” Ike langsung melangkah maju, lalu merentangkan tangannya untuk me
Semua orang di sekitar pun terlihat terkejut. Mereka melirik Syakia, lalu melirik Ike yang terlihat marah. Dalam sekejap, mereka sangat penasaran apakah ucapan itu benar atau palsu.Terutama Kama dan Kahar. Bagaimanapun juga, ibunya Syakia juga adalah ibu mereka. Kenapa mereka tidak pernah mendengar ibu mereka mengungkit tentang hal ini, tetapi Syakia malah tahu?Kama dan Kahar tentu saja tidak pernah mendengar tentang hal ini. Sebab, Anggreni juga tidak pernah memberi tahu Syakia mengenai hal ini. Jadi, kenapa Syakia bisa mengetahui hal ini?Di kehidupan sebelumnya, ketika Syakia lagi-lagi ditindas oleh Ayu di Kediaman Keluarga Angkola, Syakia diam-diam bersembunyi di kamar Anggreni. Dia tidak sengaja menemukan sebuah buku kecil yang ditinggalkan ibunya. Setelah membukanya, dia baru menyadari bahwa isi buku itu adalah suara hati Anggreni.Dari buku itu, Syakia baru tahu bahwa Anggreni dipaksa oleh Keluarga Angkola dan Keluarga Kuncoro untuk membantu Ike. Dari buku itu, dia juga menget
Ayu sudah tidak sabar untuk mengumumkan kemenangannya.Kama mengelus kepala Ayu. Dia merasa Ayu sangat baik hati. Namun, Syakia malah .... Kama melirik ke arah Syakia yang bertampang dingin dan menggigit bibirnya dengan sedih.Ayu langsung berkata, “Kak Syakia, Ayah memang sudah hapus namamu dari daftar silsilah keluarga. Tapi, karena kamu sudah melakukan banyak hal yang mengecewakan Ayah sebelumnya, dia mau mencegahmu melakukan hal yang mempermalukan Keluarga Angkola di masa depan. Kali ini, dia suruh kami untuk sampaikan pesannya.”“Katanya, mulai sekarang, kamu nggak boleh melakukan apa pun dengan pakai nama Keluarga Angkola. Kamu juga nggak boleh pakai marga ‘Angkola’ lagi. Terserah kamu mau pakai marga apa ke depannya. Intinya, kamu nggak punya hubungan apa pun lagi dengan Keluarga Angkola.”Hati Syakia tiba-tiba terasa dingin. Dia tahu ayahnya itu memang adalah orang yang tidak berperasaan. Namun, dia tidak menyangka ayahnya ternyata begitu tidak berperasaan.“Haha! Sekarang, ke
Ayu berusaha memaksakan seulas senyum dan bertanya, “Kak Panji, kenapa kamu asal bicara?”Namun, Ayu sebenarnya sedang mengumpat dalam hati. Dasar bajingan! Apa Panji benar-benar ingin membuat Syakia menjadi selirnya? Apa dia sudah gila? Apa pelajaran yang diterimanya sebelumnya masih belum cukup? Dulu, Panji jelas-jelas menyukai Ayu dan berjanji hanya akan menikahi Ayu seorang. Sekarang, dia ingin mendua?“Benar, Nak. Jangan asal bicara. Kalau kamu ingin menikahi Ayu, kamu nggak boleh menikahi Syakia lagi. Kalau nggak, Ibu nggak akan setuju dan pamanmu juga nggak akan setuju!”Ike segera melangkah maju dan menasihati Panji. Baru saja dia menyentuh Panji, Panji langsung mengiris kesakitan.“Tunggu. Nak, kakimu kenapa? Siapa yang memukulmu?”Sampai sekarang, Ike baru akhirnya menyadari ada yang aneh. Begitu melihat Panji yang tidak berhenti memegang kakinya, dia buru-buru memeriksa putranya dengan cemas.Panji mendorong Ike dengan kesal. “Ibu, minggir dulu. Aku mau ngomong sama Syakia.”
Hala yang bersembunyi di kegelapan pun tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin menunjukkan diri. Bagaimanapun juga, dia tahu dia tidak boleh mengacaukan urusan majikannya di situasi seperti ini. Jadi, dia tetap tidak menunjukkan diri setelah Syakia berteriak untuk sesaat.“Tuan Panji, sudah lihat, ‘kan? Aku benar-benar nggak kenal sama orang yang namanya Hala.”Syakia menggeleng dan menunjukkan ekspresi yang sangat serius. Shanti yang menyaksikan semua ini dari samping pun mau tak mau memalingkan wajah karena khawatir dirinya tidak dapat menahan tawa.Panji berseru marah, “Kamu kira kamu bisa menipuku! Aku sudah dihajar Hala sampai sekujur tubuhku penuh luka dan kakiku juga nyaris patah. Sekarang, kamu malah bilang kamu nggak kenal sama dia? Siapa yang bisa kamu tipu!”“Sekujur tubuhmu penuh luka? Mana?” Syakia mengangkat alisnya dan bertanya, “Memangnya ada luka di tubuh Tuan Panji?”Panji segera menjawab, “Coba lihat wajahku ini! Nih, tanganku juga .... Eh? Mana lukaku?”Setelah m
Seusai berbicara, Panji baru tersadar bahwa ucapannya agak keterlaluan. Dia pun menatap ke arah Syakia secara refleks, seolah-olah mengira ucapannya telah melukai Syakia. Namun, Syakia tidak menunjukkan ekspresi apa pun.“Orang dari Kediaman Pangeran Darsuki memang hebat sekali!” sindir Shanti dengan ekspresi dingin.Kama merasa sangat marah hingga menggertakkan gigi. Sementara itu, Ayu terlihat sangat bangga. Dia melirik Syakia, lalu melirik Panji dan bergumam dalam hati, ‘Si bodoh ini akhirnya tahu harus pilih siapa.’Kahar yang berdiri di samping hanya mengejek, “Salah siapa dia begitu nggak disukai orang lain?”“Kahar, diam kamu!” ujar Kama sambil memelototi Kahar.Kahar bukannya diam, malah balik bertanya, “Memangnya yang kubilang salah? Namanya dihapus dari daftar silsilah keluarga, marganya dicabut, pernikahannya dibatalkan, dirinya dihina orang-orang .... Memangnya ini semua bukan akibat dari perbuatan jahatnya dulu?”“Aku suruh kamu diam!” seru Kama dengan penuh amarah. Kali i
Sebagai putri Adipati Pelindung Kerajaan, Syakia tentu saja mengetahui tentang krim pelembap Yui. Dia bukan hanya tahu, juga sering menggunakannya dulu. Bagaimanapun juga, setelah ibunya meninggal, satu-satunya perempuan yang tersisa di Kediaman Keluarga Angkola hanyalah Syakia. Jadi, setiap menerima krim pelembap Yui sebagai hadiah, Damar akan langsung memberikannya kepada Syakia.Namun, setelah Ayu datang ke Kediaman Keluarga Angkola, semua krim pelembap Yui yang ada di kamar Syakia pun diberikan kepada Ayu hanya karena sepatah kata “suka” dari mulutnya. Pada saat itu, Syakia yang masih tidak mengerti apa-apa pernah pergi mencari Damar dan bertanya kenapa semua krim pelembap Yui diberikan kepada Ayu, sedangkan dia tidak lagi mendapatkan sebotol pun. Apa yang dijawab “ayah baiknya” waktu itu?Syakia berpikir sejenak. Oh iya, pada saat itu, Damar menjawab dengan tidak senang, “Karena dia itu adikmu. Dia sudah hidup menderita di luar dari kecil. Sebagai kakak, memangnya kamu nggak bis
Setelah merasa yakin bahwa Syakia yang mencuri krim pelembap Yui, Ike lanjut memaki, “Percuma saja Yang Mulia Kaisar menobatinya jadi Putri Suci! Ngomongnya saja dia pergi jadi biksuni, tapi dia malah belajar mencuri! Dia benar-benar memalukan!”“Yang dikatakan Kakak benar. Orang memalukan sepertinya memang nggak layak pakai marga Angkola! Dia memang harus dilarang melakukan segala sesuatu pakai nama Keluarga Angkola. Kalau nggak, dia pasti akan menghancurkan reputasi seluruh Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”“Ibu, bukan Syakia ....” Panji tidak menyangka Ike akan mencurigai Syakia tanpa ragu. Dia pun bersuara dan merasa sudah seharusnya dia membantu Syakia mengklarifikasi semuanya. Namun, jika Panji mengklarifikasinya, bukannya dia harus memberi tahu ibunya bahwa dia sudah memberikan ketiga botol krim itu kepada Ayu? Bagaimana jika ibunya mengira Ayu yang menghasutnya? Bukankah ibunya akan memaki Ayu sebagaimana dia memaki Syakia sekarang? Mungkin saja, ibunya akan memiliki pra
Hanya keluarga kerajaan yang dapat menggunakan krim pelembap Yui. Sebotol kecil krim itu bernilai ribuan tael. Pejabat atau rakyat biasa tidak mungkin mampu menggunakannya. Hanya setelah mendapat hadiah dari permaisuri atau para selir istana, istri dan putri pejabat baru dapat memilikinya.Berkat kakak dan suaminya, Ike baru dipanggil masuk ke istana sesekali untuk menemani Janda Permaisuri mengobrol. Oleh karena itu, dia tentu saja pernah menerima lumayan banyak krim pelembap Yui sebagai hadiah.Terakhir kali Ike dipanggil ke istana, Janda Permaisuri juga memberinya 3 botol krim pelembap Yui. Dia tidak tega menggunakannya, makanya dia baru menyimpannya di gudang. Namun, dia tidak menyangka bahwa baru saja dia menyimpan ketiga botol krim itu ke gudang di pagi hari, putranya sudah mengambil krim itu dan memberikannya kepada Ayu pada sore harinya.Panji juga tahu seberapa berharga ketiga botol krim itu bagi ibunya. Namun, dia juga tidak berdaya. Siapa suruh dia salah bicara ketika pergi
“Teriak apa kamu? Mana ada hantu?” Panji menggaruk wajah dan lehernya sambil mengenakan pakaian luar. Dia juga menegur dayang itu dengan kesal.“Tuan, wajahmu ... wajahmu kenapa?” Setelah mendengar suara Panji, dayang itu baru menyadari bahwa yang ada di hadapannya bukanlah hantu, melainkan Panji. Dia sontak merasa makin terkejut dan panik.“Wajahku?” Panji yang masih belum menyadari apa-apa pun mengernyit. Dayang itu pun membawakan cermin tembaga ke hadapan Panji. Setelah melihat wajahnya yang berlumuran darah, Panji baru merasa tercengang. Wajahnya juga seketika menjadi pucat.“Ada apa ini? Kenapa wajahku begini?”Wajah yang awalnya tampan itu dilumuri darah, juga sangat bengkak. Bukan hanya wajah, bahkan leher, tangan, kaki, dan seluruh tubuh Panji juga terlihat merah dan bengkak. Setelah melihat dengan saksama, dia baru menyadari bahwa bagian-bagian yang berdarah itu adalah bagian yang digaruknya dengan kuat.Panji seketika merasa panik. “Kenapa masih bengong! Cepat suruh tabib d
“Makanya! Pangeran, cepat turun! Cepat duduk di dalam kereta kuda dan mengobrol bersama Putri Suci! Dengan begitu, hubungan kalian baru bisa makin dekat!”Adika yang kudanya direbut oleh kedua bawahannya pun merasa kebingungan. “Omong kosong apa yang lagi kalian bicarakan?” Adika bertanya dengan kening berkerut, “Sahana duduk di dalam kereta kuda bersama gurunya. Buat apa aku ikut meramaikan suasana?”Aduh! Gading dan rekannya sudah melupakan hal ini. Mereka seharusnya menyiapkan tambahan kereta kuda supaya Shanti bisa duduk sendiri, sedangkan Adika dan Syakia bisa duduk bersama.Pemikiran Gading dan rekannya memang lumayan bagus. Namun, mereka tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa meskipun mereka menyiapkan tambahan kereta kuda, Syakia juga tidak mungkin duduk di kereta kuda yang sama dengan Adika. Bagaimanapun juga, meskipun Syakia dan Adika tidak berniat untuk melakukan apa-apa, orang lain tidak akan berpikiran sama. Jadi, mereka pasti harus menghindari rumor sebisa mungkin. S
“Putri Suci, aku yang terlalu memanjakannya sehingga dia jadi begitu keras kepala dan kekanak-kanakan. Harap Putri Suci memaafkannya. Kelak, aku pasti akan mendidiknya dengan tegas supaya dia nggak timbulkan masalah untuk Putri Suci lagi,” ujar Joko dengan nada yang serius dan mengandung sedikit rasa bersalah.Joko sepertinya tahu jelas seberapa keterlaluan sikap istri dan putranya terhadap Syakia.Melihat sikap tulus Joko, Syakia juga tidak mengatakan apa-apa lagi meskipun dia sangat membenci Panji. Bagaimanapun juga, Joko adalah orang yang memperlakukannya dengan paling baik di seluruh Kediaman Pangeran Darsuki. Padahal, Joko adalah orang yang terlihat sulit didekati. Namun, dia sebenarnya sangat baik dan hangat.“Pangeran Joko, berdirilah. Kesalahan orang lain nggak ada hubungannya denganmu. Aku nggak pernah salahkan Pangeran. Jadi, Pangeran nggak perlu menyalahkan diri. Mengenai Panji ....”Syakia melirik Panji yang masih terlihat terhina dan marah, lalu lanjut berkata dengan acuh
Syakia menatap Kama yang berlutut di hadapannya dengan mata sedikit bergetar. Kemudian, dia segera mengalihkan pandangannya.Orang lainnya menatap Kama dengan terkejut. Kahar bahkan menatapnya dengan ekspresi tidak mengerti. “Kak Kama?”“Kahar, kamu masih ingat apa yang Ayah suruh kita sampaikan?” Kama masih berlutut dengan sebelah kaki dan lanjut berujar tanpa menoleh, “Dari tadi, kalian nggak berhenti bilang bahwa Syakia nggak boleh bertindak pakai nama Keluarga Angkola. Kalian juga melarangnya pakai marga Angkola. Sekarang, dia berdiri di hadapan kita dengan status Putri Suci. Jadi, bukannya kita yang seharusnya mengenali posisi kita?”Ucapan Kama langsung membuat Kahar dan Ayu terdiam. Mereka sama sekali tidak bisa membantah. Setelah terdiam sesaat, Kahar akhirnya berbalik secara perlahan dan berlutut menghadap Syakia. “Hormat ... Putri Suci.”Berbeda dengan ekspresi penuh tekad Kama, tatapan Kahar saat berbicara terlihat dingin.“Kenapa? Kalian bertiga nggak mau akui statusnya s
Seusai berbicara, Panji baru tersadar bahwa ucapannya agak keterlaluan. Dia pun menatap ke arah Syakia secara refleks, seolah-olah mengira ucapannya telah melukai Syakia. Namun, Syakia tidak menunjukkan ekspresi apa pun.“Orang dari Kediaman Pangeran Darsuki memang hebat sekali!” sindir Shanti dengan ekspresi dingin.Kama merasa sangat marah hingga menggertakkan gigi. Sementara itu, Ayu terlihat sangat bangga. Dia melirik Syakia, lalu melirik Panji dan bergumam dalam hati, ‘Si bodoh ini akhirnya tahu harus pilih siapa.’Kahar yang berdiri di samping hanya mengejek, “Salah siapa dia begitu nggak disukai orang lain?”“Kahar, diam kamu!” ujar Kama sambil memelototi Kahar.Kahar bukannya diam, malah balik bertanya, “Memangnya yang kubilang salah? Namanya dihapus dari daftar silsilah keluarga, marganya dicabut, pernikahannya dibatalkan, dirinya dihina orang-orang .... Memangnya ini semua bukan akibat dari perbuatan jahatnya dulu?”“Aku suruh kamu diam!” seru Kama dengan penuh amarah. Kali i
Hala yang bersembunyi di kegelapan pun tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin menunjukkan diri. Bagaimanapun juga, dia tahu dia tidak boleh mengacaukan urusan majikannya di situasi seperti ini. Jadi, dia tetap tidak menunjukkan diri setelah Syakia berteriak untuk sesaat.“Tuan Panji, sudah lihat, ‘kan? Aku benar-benar nggak kenal sama orang yang namanya Hala.”Syakia menggeleng dan menunjukkan ekspresi yang sangat serius. Shanti yang menyaksikan semua ini dari samping pun mau tak mau memalingkan wajah karena khawatir dirinya tidak dapat menahan tawa.Panji berseru marah, “Kamu kira kamu bisa menipuku! Aku sudah dihajar Hala sampai sekujur tubuhku penuh luka dan kakiku juga nyaris patah. Sekarang, kamu malah bilang kamu nggak kenal sama dia? Siapa yang bisa kamu tipu!”“Sekujur tubuhmu penuh luka? Mana?” Syakia mengangkat alisnya dan bertanya, “Memangnya ada luka di tubuh Tuan Panji?”Panji segera menjawab, “Coba lihat wajahku ini! Nih, tanganku juga .... Eh? Mana lukaku?”Setelah m