Share

Bab 51

Author: Emilia Sebastian
“Apa? Dia yang menyirammu dengan air? Semalam juga?” tanya Kama dengan marah.

Ayu tersenyum getir, lalu pura-pura mengalihkan topik pembicaraan. “Nggak apa-apa, Kak Kama. Cuma tersiram sedikit air. Masalahnya, Kak Syakia nggak mau pulang.”

“Apanya yang nggak apa-apa!” Kama sontak murka dan berseru, “Syakia benar-benar keterlaluan! Dia masih nggak mau ngaku dirinya jahat? Dia bahkan tega menindas adiknya sendiri! Kalau dia nggak jahat, siapa lagi yang jahat!”

“Kak Kama, jangan ngomong begitu lagi! Nggak peduli gimana Kak Syakia sebelumnya, yang terpenting sekarang adalah cari cara untuk buat Kak Syakia kembali. Kalau nggak, benar-benar akan timbul masalah besar!” seru Ayu dengan panik sambil mengentakkan kaki. Dia sengaja bersikap seolah-olah dirinya tidak peduli pada keadaannya sendiri.

“Masalah besar” yang dikatakan Ayu spontan menarik perhatian Kama. “Ayu, apa maksudmu? Ada masalah lain lagi yang ditimbulkan Syakia?”

“Kak Syakia ....”

“Dia kenapa?”

Ayu menggigit bibirnya, seolah-olah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 52

    Keributan yang dibuat oleh Kama sudah mengganggu para biksuni yang ada di dalam kuil. Seorang biksuni berjalan keluar dan berseru untuk menghentikan Kama.Namun, Kama langsung menyela ucapan biksuni itu dengan penuh ancaman, “Aku nggak peduli kuil kalian dibuka untuk umum atau nggak! Suruh Syakia keluar sekarang juga! Kalau nggak, aku akan menumbangkan gerbang ini dan menghancurkan Kuil Bulani!”Begitu mendengar ucapan Kama, biksuni tersebut langsung tahu bahwa Kama datang bukan dengan niat baik. Dia tentu saja tidak berani membuka pintu bagi Kama.  Tak disangka, Kama yang tidak dihiraukan malah mulai menendang pintu.“Bruk! Bruk! Bruk!”Bangunan Kuil Bulani pada dasarnya sangat sederhana. Gerbangnya terbuat dari kayu yang tidak begitu tebal. Hanya ditendang Kama beberapa kali, gerbang itu sudah terbuka sebelum biksuni itu sempat melakukan apa-apa.Kama melangkah masuk dengan langkah besar, lalu melirik biksuni itu dengan dingin sebelum menerjang masuk ke bagian dalam kuil.“Tuan, berh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 53

    Kama pun menjerit kesakitan dan secara refleks memukul kepala Syakia.“Syakia, kamu sudah gila! Cepat lepaskan tanganku!”Namun, Syakia sama sekali tidak peduli pada ucapan Kama. Orang yang gila bukan dirinya, melainkan Kama. Dia sudah berhasil melarikan diri dari Kediaman Keluarga Angkola. Atas dasar apa Kama merusak kehidupannya sekarang! Semua orang yang ingin menyeretnya kembali ke neraka itu adalah musuhnya!Syakia menggigit lengan Kama dengan kuat. Makin kuat Kama memukulnya, makin kuat pula gigitannya. Lengan Kama bahkan sudah berdarah, tetapi dia tetap tidak melepaskan gigitannya.Kama pun memaki, “Dasar gila! Gila! Aku akan habisi kamu hari ini!”Kama langsung mengganti pukulannya menjadi tinju. Dia meninju tubuh Syakia tanpa henti. Syakia yang kurus dan lemah tidak mungkin dapat menahan pukulannya.Sakit. Sakit sekali ....Syakia tidak berhenti meneteskan air mata. Kemudian, darah dari tenggerokannya bercampur dengan darah dari lengan Kama. Dia bahkan tidak tahu lagi itu sebe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 54

    Kama tidak tahu bahwa itu bukanlah ilusi. Sebab, Syakia memang ingin membunuhnya. Ketika Kama hendak menyeretnya pulang, dia diam-diam mengeluarkan racun yang baru diraciknya di ruang giok semalam. Sebelum menggigit Kama, dia bahkan mengulum racun itu dalam mulutnya.Kama keracunan. Tentu saja, Syakia juga keracunan. Selain itu, Syakia masih belum sempat meracik obat penawarnya. Jadi, mereka berdua hanya bisa menunggu mati.“Hahaha ....”Syakia jatuh terduduk di lantai. Darah yang mengalir keluar dari sudut mulutnya sama dengan darah yang mengalir dari luka di lengan Kama. Darah itu berangsur-angsur menghitam.Syakia ingin tertawa, tetapi juga ingin menangis. Apa semuanya akan berakhir seperti ini? Sayang sekali. Dia sudah susah payah terlahir kembali, tetapi hanya berhasil membunuh Kama seorang sebelum mati lagi. Dia merasa sangat tidak rela. Namun, dia benar-benar tidak memiliki cara lain dalam menghadapi Kama.Tepat pada saat Syakia hampir memejamkan mata dan menerima kematiannya, t

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 55

    “Ada apa ini? Siapa yang melukainya?”Setelah melihat Syakia yang terluka, Adika langsung murka. Dia berjalan ke hadapan Syakia sambil mengamati keadaan di sekitar. Dia juga sudah menemukan Kama yang tergeletak di lantai. Ditambah dengan reaksi semua orang di Kuil Bulani, dia bisa langsung menebak apa yang sudah terjadi.“Anak dari Keluarga Angkola ini yang memukul Sahana?”Sahana merupakan nama biksuni Syakia. Sejak Syakia memberi tahu Adika bahwa dirinya sudah bukan lagi putri kelima Keluarga Angkola, Adika tidak pernah memanggilnya dengan nama Syakia lagi.Shanti mengangguk dengan ekspresi dingin. “Semua orang di kuil menyaksikan hal ini. Kama menerobos ke Kuil Bulani dan berniat membawa pergi Putri Suci secara paksa. Dia juga memukul Putri Suci dan melukainya dengan parah.”Shanti sangat murka, tetapi menceritakan semua kejadiannya dengan tenang. Pada akhirnya, dia baru menggendong Syakia dan bangkit dari lantai. Sebelum membawa Syakia kembali ke kamar, Shanti melirik Kama yang te

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 56

    Adika duduk di kursi dan menatap Syakia yang terlihat kewalahan. Setelah sesaat, dia baru menjelaskan, “Ini bukan kamarmu.”“Ini di mana?”“Istana.”Syakia merasa sangat terkejut. Kenapa dia dibawa ke istana? Seolah-olah dapat menebak apa yang dipikirkan Syakia, Adika lanjut menjelaskan, “Lukamu cukup berat. Demi nggak mengganggu upacara doa, aku dan Master Shanti sudah berdiskusi. Yang Mulia Kaisar setuju untuk membiarkanmu memulihkan diri di istana.”“Ternyata begitu.” Syakia tertegun sejenak, lalu bertanya dengan ragu, “Mataku ....”Saat ini, Syakia sangat ingin memastikan apakah dirinya benar-benar menjadi buta atau tidak. Untungnya, Adika menjawab, “Tenang saja. Kamu nggak buta. Master Shanti sudah bantu kamu tawarkan racunnya. Dua hari lagi, penglihatanmu akan pelan-pelan kembali.”Syakia sontak merasa lega. Syukurlah, dia bukan hanya masih hidup, juga tidak buta. Baginya, ini merupakan kabar yang sangat baik. Namun, dia tidak menyangka ada kabar yang lebih baik lagi.“Seminggu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 57

    Syakia merasa penasaran dan langsung menjawab, “Mau!”Adika pun tersenyum. Dia meniru ucapan para menteri saat di rapat istana.“Dia itu seorang adipati yang terhormat, tapi putranya malah dibiarkan bertindak semena-mena, arogan, dan melanggar peraturan kerajaan. Kalau dia nggak dihukum dengan tegas, kami khawatir putranya akan membawa bencana ke segala penjuru, juga menjadi liar dan tak terkendali di masa depan.”Para menteri itu mendapat isyarat dari Adika dan sengaja membesar-besarkan masalahnya. Mereka berkata seperti Kama benar-benar akan menimbulkan bencana besar di kemudian hari. Damar benar-benar merasa sangat malu dan hampir tidak mampu menghadapi para menteri kemiliteran.Pada akhirnya, di bawah kecaman separuh menteri istana, Kaisar “mau tak mau” menurunkan hukuman berat dan menerima “saran” yang diberikan Adika. Anggota Keluarga Angkola harus meminta maaf pada Syakia dan dimaafkan sebelum Kaisar mempertimbangkan ulang apakah Kama dilepaskan atau tidak.Damar tidak dapat mem

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 58

    Syakia sontak merasa panik. Masih ada banyak doa yang belum dihafalnya. Dia tidak mungkin dapat menghafal semuanya dalam waktu 9 hari.“Nggak bisa! Aku harus kembali sekarang juga.”Syakia harus kembali ke Kuil Bulani. Begitu memikirkan ada begitu banyak doa yang masih harus dihafalnya, mana mungkin dia masih sempat peduli pada anggota Keluarga Angkola?“Pangeran Adika, boleh tolong suruh orang siapkan kereta kuda untuk antarkan aku ke Kuil Bulani nggak?” Syakia yang tidak dapat melihat apa-apa bangkit untuk duduk dengan hati-hati dan meraba-raba ke samping. Alhasil, dia tidak sengaja menyentuh sebuah lengan yang kekar.Syakia tidaklah bodoh. Dia dapat merasakan kehangatan sesuatu yang terpegangnya itu bahkan melalui kain yang membungkusnya. Apa lagi itu jika bukan tubuh manusia? Selain itu, tidak ada orang ketiga yang berbicara di dalam kamar ini. Selain diri Syakia, hanya ada Adika. Jadi, setelah menyadari bahwa dirinya tidak sengaja menyentuh tubuh Adika, dia buru-buru menarik kemb

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 59

    Sayangnya, sebelum Adika sempat melakukan apa-apa, Shanti tiba-tiba berjalan masuk dari luar dengan membawa setumpuk buku sutra. Saat mendengar tangisan Syakia, dia buru-buru berjalan ke sisi tempat tidur.“Ada apa? Mana yang sakit?”Shanti buru-buru meletakkan buku sutra yang dibawanya, lalu mendorong Adika dan langsung memeluk Syakia. Dia menggunakan tangannya yang agak kasar untuk menyeka air mata dari pipi Syakia dan berkata, “Nggak apa-apa. Guru sudah memeriksamu. Luka di dahimu nggak akan meninggalkan bekas, luka di tubuh dan matamu juga akan pulih. Semuanya akan kembali seperti semula.”Setelah merasakan tangan yang menyentuhnya dengan hati-hati itu, Syakia secara refleks menempelkan wajahnya ke dada Shanti. Dia teringat bahwa ketika ibunya masih hidup, ibunya juga selalu memeluknya dan menghiburnya setiap kali dia menangis.Adika menyaksikan adegan ini untuk sesaat sebelum akhirnya berkata, “Master Shanti, Sahana takut menunda waktu upacara doa karena nggak bisa hafal semua doa

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 100

    Sebagai putri Adipati Pelindung Kerajaan, Syakia tentu saja mengetahui tentang krim pelembap Yui. Dia bukan hanya tahu, juga sering menggunakannya dulu. Bagaimanapun juga, setelah ibunya meninggal, satu-satunya perempuan yang tersisa di Kediaman Keluarga Angkola hanyalah Syakia. Jadi, setiap menerima krim pelembap Yui sebagai hadiah, Damar akan langsung memberikannya kepada Syakia.Namun, setelah Ayu datang ke Kediaman Keluarga Angkola, semua krim pelembap Yui yang ada di kamar Syakia pun diberikan kepada Ayu hanya karena sepatah kata “suka” dari mulutnya. Pada saat itu, Syakia yang masih tidak mengerti apa-apa pernah pergi mencari Damar dan bertanya kenapa semua krim pelembap Yui diberikan kepada Ayu, sedangkan dia tidak lagi mendapatkan sebotol pun. Apa yang dijawab “ayah baiknya” waktu itu?Syakia berpikir sejenak. Oh iya, pada saat itu, Damar menjawab dengan tidak senang, “Karena dia itu adikmu. Dia sudah hidup menderita di luar dari kecil. Sebagai kakak, memangnya kamu nggak bis

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 99

    Setelah merasa yakin bahwa Syakia yang mencuri krim pelembap Yui, Ike lanjut memaki, “Percuma saja Yang Mulia Kaisar menobatinya jadi Putri Suci! Ngomongnya saja dia pergi jadi biksuni, tapi dia malah belajar mencuri! Dia benar-benar memalukan!”“Yang dikatakan Kakak benar. Orang memalukan sepertinya memang nggak layak pakai marga Angkola! Dia memang harus dilarang melakukan segala sesuatu pakai nama Keluarga Angkola. Kalau nggak, dia pasti akan menghancurkan reputasi seluruh Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan!”“Ibu, bukan Syakia ....” Panji tidak menyangka Ike akan mencurigai Syakia tanpa ragu. Dia pun bersuara dan merasa sudah seharusnya dia membantu Syakia mengklarifikasi semuanya. Namun, jika Panji mengklarifikasinya, bukannya dia harus memberi tahu ibunya bahwa dia sudah memberikan ketiga botol krim itu kepada Ayu? Bagaimana jika ibunya mengira Ayu yang menghasutnya? Bukankah ibunya akan memaki Ayu sebagaimana dia memaki Syakia sekarang? Mungkin saja, ibunya akan memiliki pra

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 98

    Hanya keluarga kerajaan yang dapat menggunakan krim pelembap Yui. Sebotol kecil krim itu bernilai ribuan tael. Pejabat atau rakyat biasa tidak mungkin mampu menggunakannya. Hanya setelah mendapat hadiah dari permaisuri atau para selir istana, istri dan putri pejabat baru dapat memilikinya.Berkat kakak dan suaminya, Ike baru dipanggil masuk ke istana sesekali untuk menemani Janda Permaisuri mengobrol. Oleh karena itu, dia tentu saja pernah menerima lumayan banyak krim pelembap Yui sebagai hadiah.Terakhir kali Ike dipanggil ke istana, Janda Permaisuri juga memberinya 3 botol krim pelembap Yui. Dia tidak tega menggunakannya, makanya dia baru menyimpannya di gudang. Namun, dia tidak menyangka bahwa baru saja dia menyimpan ketiga botol krim itu ke gudang di pagi hari, putranya sudah mengambil krim itu dan memberikannya kepada Ayu pada sore harinya.Panji juga tahu seberapa berharga ketiga botol krim itu bagi ibunya. Namun, dia juga tidak berdaya. Siapa suruh dia salah bicara ketika pergi

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   bab 97

    “Teriak apa kamu? Mana ada hantu?” Panji menggaruk wajah dan lehernya sambil mengenakan pakaian luar. Dia juga menegur dayang itu dengan kesal.“Tuan, wajahmu ... wajahmu kenapa?” Setelah mendengar suara Panji, dayang itu baru menyadari bahwa yang ada di hadapannya bukanlah hantu, melainkan Panji. Dia sontak merasa makin terkejut dan panik.“Wajahku?” Panji yang masih belum menyadari apa-apa pun mengernyit. Dayang itu pun membawakan cermin tembaga ke hadapan Panji. Setelah melihat wajahnya yang berlumuran darah, Panji baru merasa tercengang. Wajahnya juga seketika menjadi pucat.“Ada apa ini? Kenapa wajahku begini?”Wajah yang awalnya tampan itu dilumuri darah, juga sangat bengkak. Bukan hanya wajah, bahkan leher, tangan, kaki, dan seluruh tubuh Panji juga terlihat merah dan bengkak. Setelah melihat dengan saksama, dia baru menyadari bahwa bagian-bagian yang berdarah itu adalah bagian yang digaruknya dengan kuat.Panji seketika merasa panik. “Kenapa masih bengong! Cepat suruh tabib d

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 96

    “Makanya! Pangeran, cepat turun! Cepat duduk di dalam kereta kuda dan mengobrol bersama Putri Suci! Dengan begitu, hubungan kalian baru bisa makin dekat!”Adika yang kudanya direbut oleh kedua bawahannya pun merasa kebingungan. “Omong kosong apa yang lagi kalian bicarakan?” Adika bertanya dengan kening berkerut, “Sahana duduk di dalam kereta kuda bersama gurunya. Buat apa aku ikut meramaikan suasana?”Aduh! Gading dan rekannya sudah melupakan hal ini. Mereka seharusnya menyiapkan tambahan kereta kuda supaya Shanti bisa duduk sendiri, sedangkan Adika dan Syakia bisa duduk bersama.Pemikiran Gading dan rekannya memang lumayan bagus. Namun, mereka tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa meskipun mereka menyiapkan tambahan kereta kuda, Syakia juga tidak mungkin duduk di kereta kuda yang sama dengan Adika. Bagaimanapun juga, meskipun Syakia dan Adika tidak berniat untuk melakukan apa-apa, orang lain tidak akan berpikiran sama. Jadi, mereka pasti harus menghindari rumor sebisa mungkin. S

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 95

    “Putri Suci, aku yang terlalu memanjakannya sehingga dia jadi begitu keras kepala dan kekanak-kanakan. Harap Putri Suci memaafkannya. Kelak, aku pasti akan mendidiknya dengan tegas supaya dia nggak timbulkan masalah untuk Putri Suci lagi,” ujar Joko dengan nada yang serius dan mengandung sedikit rasa bersalah.Joko sepertinya tahu jelas seberapa keterlaluan sikap istri dan putranya terhadap Syakia.Melihat sikap tulus Joko, Syakia juga tidak mengatakan apa-apa lagi meskipun dia sangat membenci Panji. Bagaimanapun juga, Joko adalah orang yang memperlakukannya dengan paling baik di seluruh Kediaman Pangeran Darsuki. Padahal, Joko adalah orang yang terlihat sulit didekati. Namun, dia sebenarnya sangat baik dan hangat.“Pangeran Joko, berdirilah. Kesalahan orang lain nggak ada hubungannya denganmu. Aku nggak pernah salahkan Pangeran. Jadi, Pangeran nggak perlu menyalahkan diri. Mengenai Panji ....”Syakia melirik Panji yang masih terlihat terhina dan marah, lalu lanjut berkata dengan acuh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 94

    Syakia menatap Kama yang berlutut di hadapannya dengan mata sedikit bergetar. Kemudian, dia segera mengalihkan pandangannya.Orang lainnya menatap Kama dengan terkejut. Kahar bahkan menatapnya dengan ekspresi tidak mengerti. “Kak Kama?”“Kahar, kamu masih ingat apa yang Ayah suruh kita sampaikan?” Kama masih berlutut dengan sebelah kaki dan lanjut berujar tanpa menoleh, “Dari tadi, kalian nggak berhenti bilang bahwa Syakia nggak boleh bertindak pakai nama Keluarga Angkola. Kalian juga melarangnya pakai marga Angkola. Sekarang, dia berdiri di hadapan kita dengan status Putri Suci. Jadi, bukannya kita yang seharusnya mengenali posisi kita?”Ucapan Kama langsung membuat Kahar dan Ayu terdiam. Mereka sama sekali tidak bisa membantah. Setelah terdiam sesaat, Kahar akhirnya berbalik secara perlahan dan berlutut menghadap Syakia. “Hormat ... Putri Suci.”Berbeda dengan ekspresi penuh tekad Kama, tatapan Kahar saat berbicara terlihat dingin.“Kenapa? Kalian bertiga nggak mau akui statusnya s

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 93

    Seusai berbicara, Panji baru tersadar bahwa ucapannya agak keterlaluan. Dia pun menatap ke arah Syakia secara refleks, seolah-olah mengira ucapannya telah melukai Syakia. Namun, Syakia tidak menunjukkan ekspresi apa pun.“Orang dari Kediaman Pangeran Darsuki memang hebat sekali!” sindir Shanti dengan ekspresi dingin.Kama merasa sangat marah hingga menggertakkan gigi. Sementara itu, Ayu terlihat sangat bangga. Dia melirik Syakia, lalu melirik Panji dan bergumam dalam hati, ‘Si bodoh ini akhirnya tahu harus pilih siapa.’Kahar yang berdiri di samping hanya mengejek, “Salah siapa dia begitu nggak disukai orang lain?”“Kahar, diam kamu!” ujar Kama sambil memelototi Kahar.Kahar bukannya diam, malah balik bertanya, “Memangnya yang kubilang salah? Namanya dihapus dari daftar silsilah keluarga, marganya dicabut, pernikahannya dibatalkan, dirinya dihina orang-orang .... Memangnya ini semua bukan akibat dari perbuatan jahatnya dulu?”“Aku suruh kamu diam!” seru Kama dengan penuh amarah. Kali i

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 92

    Hala yang bersembunyi di kegelapan pun tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mungkin menunjukkan diri. Bagaimanapun juga, dia tahu dia tidak boleh mengacaukan urusan majikannya di situasi seperti ini. Jadi, dia tetap tidak menunjukkan diri setelah Syakia berteriak untuk sesaat.“Tuan Panji, sudah lihat, ‘kan? Aku benar-benar nggak kenal sama orang yang namanya Hala.”Syakia menggeleng dan menunjukkan ekspresi yang sangat serius. Shanti yang menyaksikan semua ini dari samping pun mau tak mau memalingkan wajah karena khawatir dirinya tidak dapat menahan tawa.Panji berseru marah, “Kamu kira kamu bisa menipuku! Aku sudah dihajar Hala sampai sekujur tubuhku penuh luka dan kakiku juga nyaris patah. Sekarang, kamu malah bilang kamu nggak kenal sama dia? Siapa yang bisa kamu tipu!”“Sekujur tubuhmu penuh luka? Mana?” Syakia mengangkat alisnya dan bertanya, “Memangnya ada luka di tubuh Tuan Panji?”Panji segera menjawab, “Coba lihat wajahku ini! Nih, tanganku juga .... Eh? Mana lukaku?”Setelah m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status