“Apa? Dia yang menyirammu dengan air? Semalam juga?” tanya Kama dengan marah.Ayu tersenyum getir, lalu pura-pura mengalihkan topik pembicaraan. “Nggak apa-apa, Kak Kama. Cuma tersiram sedikit air. Masalahnya, Kak Syakia nggak mau pulang.”“Apanya yang nggak apa-apa!” Kama sontak murka dan berseru, “Syakia benar-benar keterlaluan! Dia masih nggak mau ngaku dirinya jahat? Dia bahkan tega menindas adiknya sendiri! Kalau dia nggak jahat, siapa lagi yang jahat!”“Kak Kama, jangan ngomong begitu lagi! Nggak peduli gimana Kak Syakia sebelumnya, yang terpenting sekarang adalah cari cara untuk buat Kak Syakia kembali. Kalau nggak, benar-benar akan timbul masalah besar!” seru Ayu dengan panik sambil mengentakkan kaki. Dia sengaja bersikap seolah-olah dirinya tidak peduli pada keadaannya sendiri.“Masalah besar” yang dikatakan Ayu spontan menarik perhatian Kama. “Ayu, apa maksudmu? Ada masalah lain lagi yang ditimbulkan Syakia?”“Kak Syakia ....”“Dia kenapa?”Ayu menggigit bibirnya, seolah-olah
Keributan yang dibuat oleh Kama sudah mengganggu para biksuni yang ada di dalam kuil. Seorang biksuni berjalan keluar dan berseru untuk menghentikan Kama.Namun, Kama langsung menyela ucapan biksuni itu dengan penuh ancaman, “Aku nggak peduli kuil kalian dibuka untuk umum atau nggak! Suruh Syakia keluar sekarang juga! Kalau nggak, aku akan menumbangkan gerbang ini dan menghancurkan Kuil Bulani!”Begitu mendengar ucapan Kama, biksuni tersebut langsung tahu bahwa Kama datang bukan dengan niat baik. Dia tentu saja tidak berani membuka pintu bagi Kama. Tak disangka, Kama yang tidak dihiraukan malah mulai menendang pintu.“Bruk! Bruk! Bruk!”Bangunan Kuil Bulani pada dasarnya sangat sederhana. Gerbangnya terbuat dari kayu yang tidak begitu tebal. Hanya ditendang Kama beberapa kali, gerbang itu sudah terbuka sebelum biksuni itu sempat melakukan apa-apa.Kama melangkah masuk dengan langkah besar, lalu melirik biksuni itu dengan dingin sebelum menerjang masuk ke bagian dalam kuil.“Tuan, berh
Kama pun menjerit kesakitan dan secara refleks memukul kepala Syakia.“Syakia, kamu sudah gila! Cepat lepaskan tanganku!”Namun, Syakia sama sekali tidak peduli pada ucapan Kama. Orang yang gila bukan dirinya, melainkan Kama. Dia sudah berhasil melarikan diri dari Kediaman Keluarga Angkola. Atas dasar apa Kama merusak kehidupannya sekarang! Semua orang yang ingin menyeretnya kembali ke neraka itu adalah musuhnya!Syakia menggigit lengan Kama dengan kuat. Makin kuat Kama memukulnya, makin kuat pula gigitannya. Lengan Kama bahkan sudah berdarah, tetapi dia tetap tidak melepaskan gigitannya.Kama pun memaki, “Dasar gila! Gila! Aku akan habisi kamu hari ini!”Kama langsung mengganti pukulannya menjadi tinju. Dia meninju tubuh Syakia tanpa henti. Syakia yang kurus dan lemah tidak mungkin dapat menahan pukulannya.Sakit. Sakit sekali ....Syakia tidak berhenti meneteskan air mata. Kemudian, darah dari tenggerokannya bercampur dengan darah dari lengan Kama. Dia bahkan tidak tahu lagi itu sebe
Kama tidak tahu bahwa itu bukanlah ilusi. Sebab, Syakia memang ingin membunuhnya. Ketika Kama hendak menyeretnya pulang, dia diam-diam mengeluarkan racun yang baru diraciknya di ruang giok semalam. Sebelum menggigit Kama, dia bahkan mengulum racun itu dalam mulutnya.Kama keracunan. Tentu saja, Syakia juga keracunan. Selain itu, Syakia masih belum sempat meracik obat penawarnya. Jadi, mereka berdua hanya bisa menunggu mati.“Hahaha ....”Syakia jatuh terduduk di lantai. Darah yang mengalir keluar dari sudut mulutnya sama dengan darah yang mengalir dari luka di lengan Kama. Darah itu berangsur-angsur menghitam.Syakia ingin tertawa, tetapi juga ingin menangis. Apa semuanya akan berakhir seperti ini? Sayang sekali. Dia sudah susah payah terlahir kembali, tetapi hanya berhasil membunuh Kama seorang sebelum mati lagi. Dia merasa sangat tidak rela. Namun, dia benar-benar tidak memiliki cara lain dalam menghadapi Kama.Tepat pada saat Syakia hampir memejamkan mata dan menerima kematiannya, t
“Ada apa ini? Siapa yang melukainya?”Setelah melihat Syakia yang terluka, Adika langsung murka. Dia berjalan ke hadapan Syakia sambil mengamati keadaan di sekitar. Dia juga sudah menemukan Kama yang tergeletak di lantai. Ditambah dengan reaksi semua orang di Kuil Bulani, dia bisa langsung menebak apa yang sudah terjadi.“Anak dari Keluarga Angkola ini yang memukul Sahana?”Sahana merupakan nama biksuni Syakia. Sejak Syakia memberi tahu Adika bahwa dirinya sudah bukan lagi putri kelima Keluarga Angkola, Adika tidak pernah memanggilnya dengan nama Syakia lagi.Shanti mengangguk dengan ekspresi dingin. “Semua orang di kuil menyaksikan hal ini. Kama menerobos ke Kuil Bulani dan berniat membawa pergi Putri Suci secara paksa. Dia juga memukul Putri Suci dan melukainya dengan parah.”Shanti sangat murka, tetapi menceritakan semua kejadiannya dengan tenang. Pada akhirnya, dia baru menggendong Syakia dan bangkit dari lantai. Sebelum membawa Syakia kembali ke kamar, Shanti melirik Kama yang te
Adika duduk di kursi dan menatap Syakia yang terlihat kewalahan. Setelah sesaat, dia baru menjelaskan, “Ini bukan kamarmu.”“Ini di mana?”“Istana.”Syakia merasa sangat terkejut. Kenapa dia dibawa ke istana? Seolah-olah dapat menebak apa yang dipikirkan Syakia, Adika lanjut menjelaskan, “Lukamu cukup berat. Demi nggak mengganggu upacara doa, aku dan Master Shanti sudah berdiskusi. Yang Mulia Kaisar setuju untuk membiarkanmu memulihkan diri di istana.”“Ternyata begitu.” Syakia tertegun sejenak, lalu bertanya dengan ragu, “Mataku ....”Saat ini, Syakia sangat ingin memastikan apakah dirinya benar-benar menjadi buta atau tidak. Untungnya, Adika menjawab, “Tenang saja. Kamu nggak buta. Master Shanti sudah bantu kamu tawarkan racunnya. Dua hari lagi, penglihatanmu akan pelan-pelan kembali.”Syakia sontak merasa lega. Syukurlah, dia bukan hanya masih hidup, juga tidak buta. Baginya, ini merupakan kabar yang sangat baik. Namun, dia tidak menyangka ada kabar yang lebih baik lagi.“Seminggu
Syakia merasa penasaran dan langsung menjawab, “Mau!”Adika pun tersenyum. Dia meniru ucapan para menteri saat di rapat istana.“Dia itu seorang adipati yang terhormat, tapi putranya malah dibiarkan bertindak semena-mena, arogan, dan melanggar peraturan kerajaan. Kalau dia nggak dihukum dengan tegas, kami khawatir putranya akan membawa bencana ke segala penjuru, juga menjadi liar dan tak terkendali di masa depan.”Para menteri itu mendapat isyarat dari Adika dan sengaja membesar-besarkan masalahnya. Mereka berkata seperti Kama benar-benar akan menimbulkan bencana besar di kemudian hari. Damar benar-benar merasa sangat malu dan hampir tidak mampu menghadapi para menteri kemiliteran.Pada akhirnya, di bawah kecaman separuh menteri istana, Kaisar “mau tak mau” menurunkan hukuman berat dan menerima “saran” yang diberikan Adika. Anggota Keluarga Angkola harus meminta maaf pada Syakia dan dimaafkan sebelum Kaisar mempertimbangkan ulang apakah Kama dilepaskan atau tidak.Damar tidak dapat mem
Syakia sontak merasa panik. Masih ada banyak doa yang belum dihafalnya. Dia tidak mungkin dapat menghafal semuanya dalam waktu 9 hari.“Nggak bisa! Aku harus kembali sekarang juga.”Syakia harus kembali ke Kuil Bulani. Begitu memikirkan ada begitu banyak doa yang masih harus dihafalnya, mana mungkin dia masih sempat peduli pada anggota Keluarga Angkola?“Pangeran Adika, boleh tolong suruh orang siapkan kereta kuda untuk antarkan aku ke Kuil Bulani nggak?” Syakia yang tidak dapat melihat apa-apa bangkit untuk duduk dengan hati-hati dan meraba-raba ke samping. Alhasil, dia tidak sengaja menyentuh sebuah lengan yang kekar.Syakia tidaklah bodoh. Dia dapat merasakan kehangatan sesuatu yang terpegangnya itu bahkan melalui kain yang membungkusnya. Apa lagi itu jika bukan tubuh manusia? Selain itu, tidak ada orang ketiga yang berbicara di dalam kamar ini. Selain diri Syakia, hanya ada Adika. Jadi, setelah menyadari bahwa dirinya tidak sengaja menyentuh tubuh Adika, dia buru-buru menarik kemb
Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar
“Benar, ini salahku karena terlalu bodoh dan naif dulunya. Makanya, aku baru kira orang yang sudah kehilangan akal sehat seperti kalian masih bisa bersikap adil.”Begitu teringat bagaimana dirinya menangis sambil memohon pada orang-orang ini dulu, Syakia benar-benar merasa dirinya sangat konyol. “Jadi, ada masalah kalau aku mau ambil kembali barang milikku sekarang?”“Nggak bisa!”Sebelum Damar sempat berbicara, Ranjana sudah terlebih dahulu menolak, “Paviliun Awana dan Menara Phoenix itu barang Ayu. Kamu boleh tukar dengan barang lain.”Ranjana mengira dirinya masih bisa bernegosiasi dengan Syakia.Syakia langsung mengangguk dan memberi perintah tanpa ragu. “Oke. Kalau begitu, tukar saja dengan nyawamu. Hala, bertindaklah.”“Syut!”Hala segera menghunuskan pedangnya dan menyerang Ranjana. Kali ini, Ranjana memang sudah memiliki persiapan hati, tetapi masih tidak dapat menangkis serangan mematikan Hala. Dia berhasil melindungi titik fatal tubuhnya, tetapi pedang Hala juga langsung mene
Damar memicingkan matanya. Ada sedikit kesuraman yang melintasi matanya yang dalam.“Sejak kamu meninggalkan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, aku menyadari setiap kali kita bertemu, perubahanmu sangatlah besar. Kamu makin berbeda dengan putriku dulu.”Damar menatap Syakia lekat-lekat. Saat ini, dia sama sekali tidak menemukan jejak putrinya yang patuh, penurut, dan pengertian itu.Syakia menjawab dengan acuh tak acuh, “Sekarang, aku memang bukan putrimu lagi. Bukankah wajar kalau aku berbeda dari dulu?”Tidak, tidak wajar. Ini sama sekali tidak wajar.Sebelum upacara kedewasaan, Damar mengingat jelas bahwa putrinya ini masih membuatkannya sesuatu untuk menyenangkannya. Dia telah lupa apa benda itu, tetapi dia masih ingat kegembiraan dan harapan yang terpancar dari wajah Syakia.Dalam ingatan Damar, Syakia masih terlihat sangat polos pada saat itu. Dibandingkan dengan Syakia yang berdiri di depannya dengan tampang dingin sekarang, perubahannya terlalu besar sampai bisa membuat orang
“Syakia, aku seharusnya jarang menyinggungmu, ‘kan?” tanya Ranjana setelah menatap Syakia untuk sesaat.“Tuan Ranjana, kamu sudah melupakan kata-katamu tadi secepat ini? Kalau kamu memang merasa kamu jarang menyinggungku, buat apa kamu datang untuk minta maaf? Bukankah tindakanmu itu sangat bertentangan?”Syakia juga menyambut tatapan Ranjana dengan dingin. Matanya juga mengandung sedikit ejekan.Ranjana pun memicingkan matanya. “Sebelumnya, kamu tiba-tiba mau jadi biksuni. Ayah, Ayu, Kak Abista, dan yang lain sangat khawatir. Sebagai kakak keempatmu, aku tentu saja juga mengkhawatirkanmu. Jadi, aku baru pakai sedikit cara licik untuk membawamu pulang ke rumah. Sekarang, aku merasa tindakan itu kurang tepat. Makanya, aku datang untuk minta maaf.”“Sedikit cara licik?” Syakia mulai merasa marah. “Kalau kamu benar-benar anggap aku sebagai adikmu, kamu nggak akan pakai cara yang kamu sebut licik itu lagi.”“Itu cuma obat untuk membuatmu patuh, bukan racun untuk membunuhmu. Buat apa kamu m
“Oh iya. Pagi ini, Yang Mulia Kaisar sudah memanfaatkan kesempatan untuk mengurangi lumayan banyak kekuasaan yang dimiliki Adipati Damar. Hari ini, dia pasti akan datang mencarimu.” Adika menatap Syakia dan bertanya, “Apa perlu aku mengawasinya di sampingmu?”“Nggak usah. Selama dia masih mau mengeluarkan Ayu dari istana, sikapnya hari ini nggak akan seperti sebelumnya.”Ini adalah kesempatan yang sudah ditunggu Syakia sangat lama. Ayahnya yang tinggi hati akan tunduk padanya untuk yang pertama kalinya. Dia sangat menantikannya.Sesuai dugaan, hasilnya sangat memuaskan.“Syakia, Ayah yang salah sebelumnya.”Damar berdiri di depan gerbang Kuil Bulani dan meminta orang untuk memanggil Syakia. Setelah Syakia keluar, dia langsung meminta maaf dengan ekspresi serius.Begitu melihat sikap ayahnya, Ranjana yang ikut datang juga menunjukkan ekspresi terkejut. Dia tidak menyangka ayahnya akan menunduk pada Syakia. Ranjana tahu kali ini ayahnya tidak akan menggunakan cara paksa seperti sebelumn
“Pangeran Adika, aku mau merepotkanmu lagi dalam sebuah hal.”“Oke.”Sebelum Syakia selesai berbicara, Adika sudah langsung menyetujuinya.Syakia langsung tertawa dan bertanya, “Kenapa Pangeran langsung setuju tanpa dengar dulu apa yang mau kukatakan? Gimana kalau permintaanku mempersulitmu?”“Di dunia ini, cuma ada beberapa hal yang bisa mempersulitku. Meski itu sulit, aku juga akan pikirkan segala cara untuk membantumu melakukannya,” jawab Adika dengan serius. Dia sama sekali bukan sedang berbasa-basi.Syakia merasa sangat terharu. Dia menangkupkan tangannya ke arah Adika dan berkata dengan ekspresi yang sama seriusnya, “Pangeran selalu tulus membantuku, aku nggak akan kecewakan Pangeran sebagai seorang teman.”Selama ini, Adika telah banyak membantu Syakia. Dia sangat menghargai persahabatan ini dan tentu saja akan melakukan yang terbaik untuk tidak mengecewakan Adika. Apa pun yang terjadi, dia akan menyembuhkan penyakit Adika.Setelah mendengar janji Syakia yang serius, Adika juga
Setelah mendengar ucapan itu, Damar langsung melirik Kahar.“A ... ada apa, Ayah?”Tatapan Damar membuat Kahar merasa agak tidak nyaman.Damar juga ingin bertanya ada apa dengan Kahar. Ayahnya sudah dihukum, tetapi dia bukan hanya tidak menunjukkan perhatian terhadap ayahnya, malah langsung bertanya apakah Ayu akan terpengaruh atau tidak?Saat ini, suasana hati Damar pada dasarnya sudah sangat buruk. Melihat Kahar yang sama sekali tidak peduli padanya, amarahnya sontak tersulut.“Yang dihukum itu aku, apa pengaruhnya itu terhadap Ayu? Dia pada dasarnya memang nggak akan diizinkan masuk ke istana, juga nggak akan diangkat sebagai selir. Paling-paling, nanti dia akan diusir dengan sebuah alasan. Kita nggak perlu cari cara untuk menolongnya.”Sebenarnya, jika bukan karena Damar menangani masalah yang ditimbulkan Ayu, dia juga tidak akan dijebak orang sampai berakhir seperti hari ini. Sekarang, dia tahu bahwa dirinya tidak perlu berharap pada Kaisar. Dengan adanya Adika, Kaisar tidak mungk
Hanya saja, akhir-akhir ini, ada saja orang yang berselisih dengan Damar dan ingin menjebaknya.Tadi, Kahar masih murka. Setelah memikirkannya dengan saksama sekarang, dia seketika mengernyit.“Dalam rumor yang tersebar, Syakia itu korbannya. Masalah ini pasti berhubungan dengannya. Tapi, yang sebarkan rumor ini seharusnya adalah orang lain. Gimanapun, Syakia masih belum sehebat itu.”Kahar sontak marah dan berseru, “Ini pasti ulah Pangeran Adika! Selain dia, nggak ada lagi orang lain yang mungkin bantu Syakia untuk melawan keluarga kita!”Ranjana tidak lagi berbicara, tetapi pemikirannya jelas juga sama seperti Kahar.“Ayah, gimana ini sekarang? Orang-orang bodoh di luar sana percaya sama rumor itu. Sekarang, mereka hampir lempar telur dan sayur busuk ke gerbang rumah kita. Kalau begini terus, bukannya reputasi keluarga kita akan hancur?”Sejak Kahar menerjang masuk ke ruang baca, Damar masih belum mengucapkan sepatah kata pun. Dia berusaha menahan gejolak dalam hatinya dan telah menu
“Kalian sudah dengar soal kejadian itu?”“Tentu saja! Siapa yang masih belum tahu kejadian itu!”“Jadi, Putri Suci benar-benar ditampar atau itu cuma rumor belaka?”“Putri Suci benar-benar ditampar. Kakek dari ipar dari menantu dari ibu mertua dari keponakan paman ketigaku yang menyaksikannya secara langsung. Waktu itu, dia segera berlari keluar dengan bertumpu pada tongkatnya untuk melindungi Putri Suci!”“Tapi, Adipati Pelindung Kerajaan malah langsung mendorongnya sampai dia jatuh dan tongkatnya hilang. Habis itu, Adipati langsung menampar Putri Suci. Dia sendiri yang kasih tahu kami apa yang dilihatnya. Ini hal yang dialaminya sendiri, mana mungkin itu palsu! Selain itu, katanya, Adipati melakukannya demi membela putri haramnya!”“Ya Tuhan! Adipati ternyata begitu pilih kasih? Keterlaluan sekali!”“Bukan cuma begitu! Adipati juga sengaja pilih waktu ketika Pangeran Pemangku Kaisar nggak ada untuk pergi cari Putri Suci. Katanya, dia juga mau bawa Putri Suci pergi. Untungnya, Putri S