Share

Bab 290

Author: Emilia Sebastian
Setelah melirik Kama yang masih pingsan, Shanti melirik Syakia yang masih memeluk jasad ibunya. Pandangannya terhenti pada jasad Anggreni untuk beberapa saat sebelum berkata dengan penuh perhatian, “Jangan khawatir, Kama nggak akan kenapa-napa. Guru juga nggak akan biarkan Damar merebut jasad ibumu.”

Setelah mendengar kalimat pertama gurunya, Syakia yang agak termenung tersadar kembali dan melirik Kama.

“Aku nggak khawatir sama dia,” ujar Syakia dengan acuh tak acuh, seolah-olah benar-benar tidak peduli sedikit pun.

Mengenai jasad ibunya, Syakia tentu saja tidak akan membiarkan Damar merebutnya. Meskipun Damar datang lagi, Damar juga tidak akan bisa menemukan jasad ibunya lagi.

Shanti pun menggeleng, tetapi akhirnya tidak mengatakan apa-apa lagi.

Setelah tiba di Kuil Bulani, Shanti langsung membawa Kama pergi. Sementara itu, Syakia turun dari kereta kuda dan berbalik untuk menghadap Adika.

“Pangeran Adika ....”

“Kamu nggak usah pikirkan apa yang kukatakan hari ini, apalagi terpengaruh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 291

    Setelah mendengar ucapan Syakia, Shanti yang sedang memeriksa luka Kama tertegun sejenak.“Kamu sudah pilih tempat untuk menguburnya?”“Emm.” Syakia mengangguk.“Pemandangan tempat itu bagus nggak? Cukup tersembunyi? Apa ada yang bisa menemukannya?”Shanti melontarkan tiga pertanyaan berturut-turut.Syakia menjawab ketiga pertanyaan itu dengan sabar, “Guru tenang saja. Tempat itu punya pemandangan yang sangat bagus, juga sangat tersembunyi. Nggak akan ada seorang pun yang bisa menemukannya.”“Bagus ... bagus ....”Setelah mengucapkan dua patah kata itu dengan perlahan, Shanti baru mengambil alih jasad Anggreni dari pelukan Syakia.Syakia telah menempatkan tulang dari jasad ibunya ke sebuah kotak kayu berukir yang dibawanya ke Kuil Bulani bersama dengan mahar ibunya. Kotak itu memiliki aroma samar bunga anggrek yang cukup untuk menutupi bau busuk dari pembusukan jasad ibunya.Shanti memeluk kotak itu dengan hati-hati dan penuh perasaan. Kemudian, dia berkata dengan berlinang air mata, “

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 292

    Syakia berbaring di samping nisan Anggreni seperti bagaimana dia tidur di sebelah ibunya ketika masih kecil. Setelah tidur 3 hari penuh, dia baru perlahan-lahan tersadar dari mimpi indah. Di dalam mimpi, ibunya masih hidup, ayahnya tidak berselingkuh, keempat kakaknya masih sangat menyayangi dan memanjakannya.Di dalam mimpi itu, tidak ada Ayu dan mereka sekeluarga hidup dengan sangat bahagia ....Sayangnya, itu hanyalah mimpi belaka. Setelah bangun, Syakia mengesampingkan rasa hangat itu dan masuk ke pagoda untuk meracik obat penawar racun kalajengking. Selanjutnya, dia memberikan obat penawar itu untuk menyembuhkan Kama.Setelah Kama sembuh, Shanti pun mengantar Kama turun gunung. Ketika meninggalkan Kuil Bulani, Kama tidak berhenti berjalan sambil berbalik untuk menantikan kemunculan sosok seseorang. Sayangnya, dia tetap tidak menemukan sosok itu. Dia pun menjadi orang kedua yang meninggalkan tempat ini dengan selain Adika.“Sahana sudah tersakiti terlalu dalam. Sangat sulit untuk

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 293

    Ayu berlinang air mata dan menatap ketiga kakaknya dengan tampang kasihan.“Kak Abista, Kak Kahar, Kak Ranjana, aku tahu kalian nggak percaya sama omonganku sekarang. Tapi, benar-benar bukan aku yang melakukannya.”Abista agak mengernyit dan berujar, “Tapi, ada yang sudah melihat orang-orang yang berhubungan denganmu itu membawa peti mati dan jasad ibu kami. Kamu masih berani bilang hal ini nggak ada hubungannya denganmu?”Ayu tahu dirinya tidak mungkin dapat sepenuhnya menarik diri dari masalah ini. Jadi, dia mengubah cara bicaranya.“Hal ini memang berkaitan denganku karena ketiga orang yang kalian lihat itu orang yang ditinggalkan ibu kandungku untuk melindungiku. Hanya saja, setelah Ayah membawaku ke rumah ini, mereka nggak ikut aku datang ke ibu kota.”Ayu menatap Abista, Kahar, dan Ranjana yang mendengarnya berbicara dengan saksama, lalu lanjut mengarang kebohongan.“Aku bilang ini bukan perbuatanku karena ada alasannya. Setelah aku dicambuk waktu itu, aku memang merasa sedih dan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 294

    “Omong kosong macam apa itu? Kapan aku bilang aku mau campakkan kamu!”Damar langsung bangkit dari bangku saking marahnya dan berujar dengan kecewa, “Lihat saja masalah apa yang sudah kamu timbulkan akhir-akhir ini! Memangnya bukan aku yang bantu kamu menanganinya setiap kali? Tapi, tindakanmu kali ini benar-benar keterlaluan!”“Kalau kamu lanjut berbuat begini, aku nggak bisa lindungi kamu lagi! Kamu juga nggak usah pakai kata-kata mau berkumpul bersama ibumu untuk mengancamku!”Seusai berbicara, Damar langsung mengibaskan lengan pakaiannya dan berbalik. Dia sepertinya sudah tidak ingin lanjut berbicara dengan Ayu.Ayu sontak merasa panik. “Bukan ... bukan begitu, Ayah. Ayu benar-benar bukan lagi ngancam Ayah. Ayu cuma takut Ayah akan mencampakkan Ayu, makanya baru salah bicara. Ayah, jangan marah ya. Ayu benar-benar sudah menyadari kesalahan Ayu!”Ketika berbicara, Ayu juga tidak berhenti menangis. Ketika masih kecil, dia pernah mendengar orang mengatakan bahwa dia bukan hanya sangat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 295

    Berhubung Putri Suci tidak perlu muncul dalam upacara kali ini, Syakia dan para biksuni Kuil Bulani tentu saja tidak hadir. Setelah upacara berakhir, para pejabat yang membawa keluarganya dijamu di istana. Ini adalah perjamuan untuk merayakan sebuah festival, jadi peraturannya pun dilonggarkan dan suasananya sangat meriah.Kaisar duduk di atas panggung dan menikmati pertunjukkan di bawah panggung bersama Janda Permaisuri. Sementara itu, para istri dan putri pejabat berkumpul secara berkelompok untuk bercengkerama serta menikmati suasana hangat nan santai ini.Melihat ada begitu banyak orang yang hadir, Ayu juga sangat ingin mengobrol dengan seseorang. Bagaimanapun juga, dia selalu dikurung dalam kamar belakangan ini dan sudah hampir mati bosan. Oleh karena itu, Ayu melirik Damar yang sedang berbicara dengan bawahannya, lalu berjalan ke arah di mana para putri pejabat berkumpul. “Eh, kalian lagi ....” (Apa?)Baru saja Ayu hendak membuka mulut untuk menyapa orang-orang itu, dia langsun

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 296

    Ayu tidak menyangka orang-orang ini masih berani bersikap acuh tak acuh terhadapnya setelah terpergok menggosipkannya. Dia sontak bertanya dengan marah, “Kalian itu dari keluarga mana? Kenapa aku nggak pernah ketemu kalian? Kalian itu seharusnya cuma anak para pejabat rendah, ‘kan? Beraninya kalian mengataiku di sini!”Saat ini, Ayu baru menyadari bahwa dirinya sepertinya tidak pernah bertemu dengan beberapa putri pejabat ini. Sejak tinggal di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, yang pernah ditemui Ayu hanyalah para bawahan ayahnya. Semua orang itu termasuk berkuasa, tetapi masih belum seberkuasa ayahnya. Jadi, putri para pejabat itu tentu saja juga berusaha menyanjungnya.Hanya saja, beberapa gadis ini tidak seperti para putri bawahan ayahnya. Jadi, Ayu secara tidak sadar mengira mereka adalah putri para pejabat yang tingkatannya lebih rendah, juga tidak layak menginjakkan kaki ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan pada hari biasa.Begitu memikirkan hal ini, Ayu langsung menunjukkan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 297

    Jika ingin berkata dengan nada yang lebih kasar, Abista mungkin akan berkata, ‘Kamu itu putri pejabat sipil, tapi malah pergi cari para putri pejabat militer. Bukankah itu sama saja dengan minta orang menindasmu?’Sebenarnya, dulu Adipati Pelindung Kerajaan tidak termasuk dalam faksi sipil, melainkan berasal dari faksi militer. Hanya saja, setelah gelar ini diwarisi oleh Damar, dia memilih jalur faksi sipil. Apalagi setelah beraliansi dengan Keluarga Kuncoro yang sudah membuka jalan mulus di lingkaran pejabat sipil, bisa dibilang bahwa jalan yang ditempuh Damar sangatlah lancar.  Oleh karena itu, Damar pun secara alami membawa seluruh keluarga Adipati Pelindung Kerajaan menjadi pemimpin di kalangan faksi sipil.  Sementara itu, pejabat militer memang sangat menolak keberadaan pejabat sipil dari dulu, apalagi terhadap orang seperti Damar yang dianggap mengkhianati faksi militer. Mereka tentu saja makin membencinya.  Jadi, tak peduli seberapa berjaya Adipati Pelindung Kerajaan sekarang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 298

    Di perjamuan hari ini, Ayu pun merasakan dengan baik bagaimana perasaan ditindas orang ke mana pun dia pergi. Dia sudah hampir meledak saking kesalnya.Masalahnya, para putri pejabat militer yang otaknya kurang encer dan terampil dalam seni bela diri malah hanya menghina Ayu baik secara langsung maupun tidak langsung. Intinya, mereka sama sekali tidak menggunakan kekerasan. Setelah membuat Ayu kesal, orang-orang itu akan langsung berjalan pergi. Kemudian, kelompok lain akan datang dan melakukan hal yang sama ....Setelah berulang kali mengalami hal seperti ini, Ayu akhirnya menyadari bahwa orang-orang itu jelas sudah merencanakan semua ini. Jika Ayu berjalan keluar dari aula perjamuan, mereka pasti akan mengadangnya di suatu tempat, lalu menghinanya habis-habisan.Oleh karena itu, Ayu pun menahan kekesalannya dan tidak lagi meninggalkan aula perjamuan. Di tempat ini, ada Kaisar, Janda Permaisuri, Damar, dan Abista. Orang-orang itu tidak akan berani menindasnya di sini!Hanya saja, Ayu

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 330

    Bagaimanapun juga, ada banyak menteri kerajaan yang tahu bahwa Adika mengidap semacam penyakit. Setiap kali penyakitnya kambuh, dia akan menyerang orang-orang di sekitarnya seperti orang gila. Tabib istana mengatakan bahwa penyakit ini merupakan efek samping yang tertinggal akibat Adika membunuh terlalu banyak orang di medan perang. Kaisar juga sudah menurunkan perintah untuk melarang siapa pun mengungkit tentang hal ini. Siapa pun yang berani melanggar perintah ini akan langsung dibunuh. Oleh karena itu, selain para menteri, sangat sedikit orang luar yang tahu bahwa Pangeran Pemangku Kaisar itu sebenarnya merupakan orang gila.Damar merasa khawatir. Apabila penyakit Adika tiba-tiba kambuh di Istana Damai .... Tidak, meskipun penyakit Adika tidak kambuh, mungkin saja “putrinya yang baik” berkomplot dengan Adika dan menggunakan alasan ini untuk menyingkirkan Ayu.Makin memikirkannya, Damar merasa kemungkinan seperti ini makin besar. Bagaimanapun juga, dia tahu bahwa Syakia sangat membe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 329

    “Nggak mungkin! Mana mungkin Syakia dan Adika berani berbuat begitu!”Damar terlihat ragu, lalu menatap Ike dan bertanya, “Kamu yakin kamu melihatnya secara langsung?”Ike tidak berhenti menangis dalam kereta kuda. Setelah mendengar pertanyaan Damar, dia tidak berani mengatakan bahwa dirinya terlalu takut dan langsung melarikan diri.Ike akhirnya hanya berkata dengan tidak jelas, “Tentu saja! Darahnya ... darahnya sangat banyak. Aku nggak berani pergi memeriksanya. Jadi, aku juga nggak tahu apa ... apa orangnya benar-benar sudah mati atau nggak.”“Kamu!” Damar sangat murka dan menunjuk Ike sambil berseru, “Itu keponakan kandungmu! Tapi, kamu malah langsung kabur dan meninggalkannya di sana?”“Aku kan juga takut Pangeran Adika membunuhku!” Ike menjawab dengan ragu, “Kalau dia juga membunuhku, bukannya kamu akan kehilangan seorang adik kandung lagi!”“Bunuh apa! Adika nggak akan berani membunuhmu! Kamu itu istrinya Joko, juga adik kandungku. Selama kamu nggak melakukan kesalahan besar, A

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 328

    Syakia tiba-tiba tertawa. Suara tawanya terdengar sangat dingin hingga Ike tidak tahu harus berbuat apa. Dalam sekejap, muncul kepanikan dalam hatinya. Dia terlalu ketakutan hingga tidak berani lanjut berbicara.“Sudahlah. Aku mau pergi jenguk Ayu dulu. Kalau kamu nggak mau pergi, aku bisa pergi sendiri. Kamu pergi saja.”Saat ini, Ike tidak lagi berani membawa Syakia pergi menjenguk Ayu. Jika bukan karena ucapan kakaknya, dia bahkan ingin langsung pergi sekarang juga.Syakia hanya menatap Ike dengan dingin tanpa mengatakan apa-apa.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar langkah kaki seseorang yang bertenaga dan stabil. Ike pun secara refleks mendongak dan hampir pingsan saking terkejutnya.“Ah! Darah! Darahnya banyak sekali!”Orang yang berjalan mendekat tidak lain adalah Adika yang menemani Syakia datang ke istana. Dari tadi, sosoknya tidak terlihat. Begitu muncul sekarang, wajah, tangan, dan pakaiannya malah berlumuran darah. Dia benar-benar terlihat bagaikan orang yang sedang ter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 327

    “Plak!”Tepat ketika Ike menggeleng kuat untuk menyangkal dengan panik, Syakia langsung menamparnya tanpa ragu. Penampilan Ike langsung menjadi berantakan dan wajahnya juga memerah.Ike menutupi wajahnya, lalu menatap Syakia sambil berseru, “Syakia, sudah gila kamu! Ini istana! Kamu berani menamparku lagi?”“Jangankan di sini, meski di hadapan Ibu Suri dan Yang Mulia Kaisar, aku juga akan menamparmu hari ini.” Syakia menatap Ike dengan penuh kebencian, “Ike, kamu sudah jadi istri Joko sesuai harapanmu, juga melewati hari yang begitu nyaman dan bahagia selama belasan tahun. Apa kamu pernah hargai kebaikan dan jasa ibuku terhadapmu?”Ucapan itu sontak membuat Ike tertegun. Dia hendak membantah, tetapi tidak dapat mengucapkan apa-apa.Melihat tampang Ike yang seperti itu, Syakia makin mengasihani ibunya. “Sepertinya, waktu itu ibuku memang sudah buta dan salah menilai orang.”Syakia menatap Ike dengan tatapan seolah-olah sedang memaki Ike adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.Ike

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 326

    Hanya saja, Adika mau membalaskan dendam Syakia dan baru sengaja bersandiwara bersama Kaisar. Berhubung Kaisar masih muda, dia juga baru menemani Adika bermain. Namun, berhubung anggota Keluarga Angkola malah mencari Syakia karena hal ini, Syakia juga harus menerima sedikit bunga, ‘kan?“Kamu nggak malu? Pasti kamu yang ngadu ke Yang Mulia Kaisar, makanya Ayu baru ditahan di istana sampai sekarang. Kamu ....”Ike sebenarnya sangat setuju Ayu masuk istana. Hanya saja, dia selalu memihak pada kakaknya. Berhubung kakaknya mengatakan Ayu tidak boleh masuk istana dan harus dibawa keluar secepat mungkin, dia mau tak mau hanya bisa mematuhi keinginan kakaknya.Masalahnya, hasil kerja Ike tidak bisa dibilang memuaskan. Dia malah menimbulkan lebih banyak kekacauan daripada berkontribusi. Contohnya, mulutnya yang selalu berbicara tanpa berpikir.“Sst.”Sebelum Ike menyelesaikan ucapannya, Syakia sudah menaruh sebuah jari di depan mulut dan mengisyaratkannya untuk diam.“Nyonya Ike, ada beberapa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 325

    “Kebetulan, Putri Suci sudah menjenguknya tadi. Gimana kalau Putri Suci saja yang bawa Nyonya Ike pergi menemuinya?”Syakia menatap Janda Permaisuri, sedangkan Janda Permaisuri hanya tersenyum padanya. Sangat jelas bahwa Janda Permaisuri sengaja memberinya kesempatan untuk bertindak. Syakia tentu saja tidak akan menolak.“Baik, Ibu Suri.”Meskipun tidak terlalu ingin, Ike mau tak mau harus tetap pergi menjenguk Ayu karena teringat pesan kakaknya sebelum datang ke istana. Jika gadis itu benar-benar menjadi selir Kaisar, bukankah Keluarga Darsuki juga akan ikut berjaya? Jadi, Ike tidak boleh membiarkan Ayu hidup tersiksa pada saat-saat seperti ini. Hal yang terpenting adalah, dia harus menyelesaikan sedikit masalah di antara Ayu dengan Panji dulu.Setelah berpikir begitu, Ike pun memberi hormat kepada Janda Permaisuri dan hendak langsung melangkah pergi. Namun, begitu dia berbalik, dayang Janda Permaisuri segera menghentikannya.“Nyonya Ike, tunggu sebentar.”Baru saja Ike merasa kebing

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 324

    Wajah Janda Permaisuri dipenuhi dengan senyuman. Sangat jelas bahwa dia merasa sangat puas terhadap Syakia.Pemandangan ini membuat Ike terkejut. Hal ini tidak boleh terjadi. Apabila Janda Permaisuri makin menyukai Syakia, kelak mana mungkin masih ada tempat Ike di hadapan Janda Permaisuri?Makin memikirkan hal ini, Ike pun merasa makin cemas. Dia buru-buru berseru, “Hormat, Ibu Suri!”Suara Ike yang nyaring dan tajam segera merusak suasana di antara Syakia dan Janda Permaisuri. Syakia mendongak dan sama sekali tidak terkejut setelah melihat Ike. Sebaliknya, Janda Permaisuri yang merasa terganggu pun mengerutkan keningnya. Dia menaruh buku sutra yang dipegangnya, lalu bertanya dengan tenang, “Untuk apa Nyonya Ike datang ke istana hari ini?”Ike tersenyum menyanjung. “Belakangan ini, aku sibuk mendidik putraku yang nggak berbakti itu dan lupa datang menjenguk Ibu Suri. Hari ini, aku kebetulan sudah senggang dan buru-buru datang untuk beri salam pada Ibu Suri. Hanya saja, tak disangka .

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 323

    “Hari ini, aku undang Pangeran datang karena mau minta bantuan Pangeran.”Syakia, Adika, dan Hala mulai makan. Seusai makan, Hala membereskan meja dan pergi mencuci piring dalam diam. Sementara itu, Adika dan Syakia lanjut duduk di halaman. Syakia menceritakan seluruh kejadian hari ini kepada Adika dan Adika langsung mengerti.“Kamu curiga ada orang dari Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan yang meracuni Kama?”Syakia menjawab, “Bukan curiga, tapi yakin.”Perubahan Kama terlalu besar, seperti sudah tiba-tiba kehilangan sebagian ingatannya. Jika bukan karena terluka di kepala, itu berarti ada orang yang meracuninya. Sangat jelas bahwa kemungkinan kedua itu lebih besar. Orang yang mampu melakukannya hanya seorang, yaitu Ranjana.“Oke. Kamu mau aku berbuat apa? Apa aku perlu pergi ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan?”Syakia tersenyum dan menggeleng. “Nggak usah. Kamu cuma perlu temani aku bersandiwara.”Adika mengangkat alisnya. Berhubung Syakia sudah memiliki rencana, dia pun tidak pe

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 322

    Adika mendongak untuk menatap Syakia dan baru menyadari sesuatu. Wajahnya yang tampan juga memerah hingga ke telinganya.“Ba ... baguslah kalau tanganmu nggak kebakar. Aku pergi tambah kayu bakar dulu.”Ketika berbicara, Adika hampir menggigit lidahnya sendiri. Kemudian, dia buru-buru bersembunyi di bawah tungku. Dia benar-benar sangat malu! Kenapa dia tiba-tiba bertindak begitu gegabah? Kenapa dia bersikeras mau mengamati tangan orang lain! Dia benar-benar pantas dipukul!“Plak!”Adika yang bersembunyi di bawah tungku diam-diam menampar dirinya sendiri. Namun, dia sepertinya menampar terlalu kuat. Suaranya bahkan lebih nyaring dari suara Syakia memasak.Dalam sekejap, Syakia dan Adika pun terdiam. Mereka diam-diam bergumam dalam hati, ‘Gimana ini? Malu banget!’Tidak lama kemudian, Syakia akhirnya selesai memasak. Dia berdeham sekali sebelum berkata, “Makanannya sudah selesai. Cepat keluar dan makan dulu.”“Emm,” jawab Adika dari bawah tungku.Syakia yang sedang menggenggam piring ber

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status