Share

Bab 204

Author: Emilia Sebastian
Syakia mengangguk dengan patuh. Setelah Adika keluar dan berbelok ke sebelah kanan untuk masuk ke kamarnya sendiri, Syakia baru menutup pintu kamarnya dan mulai beres-beres. Tidak lama kemudian, Pangeran Pemangku Kaisar itu pun datang dan mengetuk pintunya.

“Sahana, sudah selesai beres-beres?”

Sangat jelas bahwa Adika ingin mendesaknya untuk turun dan makan. Syakia yang baru selesai merapikan tempat tidur pun tidak bisa berkata-kata.

Baiklah, dibandingkan dengan Pangeran Pemangku Kaisar yang sering bepergian untuk berperang, Syakia mengakui gerakannya memang lebih lambat. Dia pun berpikir untuk lanjut beres-beres nanti.

“Tunggu sebentar.” Syakia membuka pintu kamar, lalu berjalan keluar. “Ayo jalan. Aku bisa cium aroma wangi dari lantai bawah. Sepertinya, makanannya sudah dihidangkan.”

Kebetulan, Syakia memang juga sudah lapar.

Adika pun tertawa. “Aku lupa kasih tahu kamu ada camilan di kotak kayu dalam kereta kuda. Kalau lapar, kamu boleh memakannya.”

Syakia yang sudah duduk seharian
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 205

    “Kenapa kamu nggak makan daging sedikit pun dan cuma makan sayur?”Adika juga makan sangat cepat. Seusai makan, dia pun tidak berhenti menatap Syakia makan. Namun, dia segera menyadari ada yang aneh. Gadis ini hanya mengambil sayur tanpa makan sepotong daging pun.Adika pun bertanya dengan kening berkerut, “Kamu nggak suka masakan daging yang dimasak tempat ini?”Syakia menggeleng, lalu menjawab sambil tersenyum, “Pangeran sudah lupa? Aku ini seorang biksuni. Biksuni nggak boleh makan daging.”Berhubung yang dikenakan Syakia saat ini adalah pakaian orang biasa dan bukan jubah biksuni, Adika benar-benar lupa. Setelah mendengar jawaban Syakia, dia baru tertegun, tetapi kerutan di dahinya malah menjadi makin dalam.Syakia pada dasarnya memang kurus, juga kecil. Jika tidak makan daging, bagaimana tubuhnya bisa bertumbuh dengan baik?“Nggak boleh makan sedikit pun?”Syakia menggeleng. “Nggak boleh.”Adika membujuknya, “Ini kan bukan di Kuil Bulani, curi makan dikit juga boleh.”Syakia tetap

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 206

    “Baik.”Setelah memberi perintah, Adika pun naik ke lantai atas. Ketika tiba di depan tangga, dia memanggil pelayan pos pemberhentian ini dan berkata, “Bawakan 2 ember air ke kamarku.”“Ba ... baik. Aku akan segera naik! Tunggu sebentar!”Pelayan yang sudah ketakutan dari tadi buru-buru berlari kembali ke dapur.Adika pun naik ke tangga. Dia awalnya berencana untuk terlebih dahulu mandi dan berganti pakaian sebelum mencari Syakia supaya tidak menakuti gadis itu. Tak disangka, baru saja dia tiba di lantai 3, dia sudah melihat Syakia yang duduk menunggu di luar pintu.Adika sontak terkejut. “Kenapa kamu tunggu di luar? Bukannya aku suruh kamu kembali ke kamar dulu?”“Aku tentu saja menunggumu! Kenapa tubuhmu berlumuran darah? Kamu terluka?” tanya Syakia dengan khawatir. Dia buru-buru berdiri dan menghampiri Adika begitu melihat tampangnya.“Aku nggak apa-apa. Ini bukan darahku.” Adika tersenyum tipis. Melihat Syakia yang begitu mengkhawatirkannya, dia pun berkata dengan bangga, “Dengan a

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 207

    Syakia sudah menyadari dari dulu betapa tampannya Pangeran Pemangku Kaisar ini. Namun, dia tidak menyangka ketampanan Adika juga dipenuhi dengan pesona yang sangat memikat.Syakia merasa hatinya mungkin akan tergerak apabila lanjut menatap Adika. Dia pun buru-buru memalingkan wajah, lalu berkata dengan terbata-bata, “Pa ... Pangeran, rambutmu sepertinya agak berantakan. Kamu mau mengikatnya dulu biar nggak kena ke lukamu nanti?”Adika pada dasarnya memang sengaja berpenampilan begini. Jadi, dia tentu saja tidak melewatkan mata Syakia yang dipenuhi dengan ketakjuban. Dulu, Adika tidak pernah peduli pada penampilannya. Saat ini, dia malah terlihat bagaikan burung merak Jantan yang tidak berhenti menonjolkan diri pada musim kawin.“Hmm? Bisa mengganggu? Aku juga nggak tahu. Gimana kalau kamu bantu aku periksa dulu?” tanya Adika sambil berjalan ke depan Syakia.Kemudian, Adika membelakangi Syakia dan menurunkan pakaiannya untuk menunjukkan lengannya yang berotot dan punggungnya yang kekar

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 208

    Setelah mengoleskan obat ke luka Adika, Syakia berkata dengan tampang cemberut, “Bukannya bawahanmu begitu banyak? Aku nggak percaya mereka berani menolak untuk bantu kamu oles obat.”Adika merentangkan tangannya dengan tidak berdaya. “Mereka memang nggak berani menolak, tapi aku nggak mau suruh mereka bantu aku.”Mana ada pria yang menyuruh pria lain untuk mengoleskan obat ke lukanya? Menyuruh orang yang disukainya untuk membantunya mengoleskan obat barulah hal yang paling manis.Adika menghibur Syakia. “Lihat, kalau bukan karena perhatianmu tadi, aku mana mungkin teringat diriku sudah terluka? Bawahanku itu lebih nggak peka lagi dariku. Mereka mana mungkin perhatian padaku.”Adika pada dasarnya tidak terluka. Namun, Syakia sudah menunggunya dengan memegang botol obat. Meskipun tidak terluka, dia juga tetap harus terluka.“Nggak usah ngomong soal urusan lain kali dulu. Sekarang, kalau kamu masih berani godain aku, aku nggak akan bantu kamu oles obat lagi untuk beberapa hari selanjutny

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 209

    Dari kehidupan sebelumnya, Syakia sudah tahu bahwa Ayu tidaklah sendiri. Dia juga mendapat bantuan dari sekelompok orang yang ditinggalkan ibunya. Dari sekelompok orang ini, ada orang yang ahli menggunakan racun, ada juga orang yang merupakan pembunuh.Dulu, Syakia benar-benar dicelakai dengan tragis oleh orang-orang itu. Di kehidupan ini, Ayu malah mengutus mereka untuk bertindak secepat ini. Ayu jelas sudah putus asa. Namun, ini masih belum cukup. Dalam kesempatan kali ini, Syakia ingin memaksa semua orang di belakang Ayu untuk keluar. Hanya saja, dia perlu mengandalkan bantuan Adika untuk menyingkirkan orang-orang tersebut. Jadi, dia perlu memberikan penjelasan kepada Adika.Syakia menoleh ke arah Adika yang berdiri di luar pintu. “Pangeran Adika ....”Setelah tahu orang yang berada di dalam kamar adalah Hala, Adika yang awalnya ingin masuk untuk memeriksa kamar Syakia pun berhenti di depan pintu. Dia bersandar di kusen pintu dengan tampang malas dan memainkan botol obat itu sambil

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 210

    “Mengenai namanya ....” Syakia menoleh ke arah Ayu yang sedang memelototinya dengan terkejut dan tidak percaya.Kemudian, Syakia melanjutkan dengan pelan, “Seingatku, namanya sepertinya ... Kingston.”Seiring dengan keluarnya nama itu dari mulut Syakia, Ayu langsung berseru marah, “Umph! Umph, umph!”Sayangnya, mulut Ayu sudah disumbat kembali dan dia sama sekali tidak bisa berbicara. Jika tidak, dia pasti akan menginterogasi Syakia.Kenapa Syakia bisa tahu tentang orang itu? Kenapa Syakia mengetahui tampang dan bahkan namanya?Ayu jelas-jelas ingat bahwa Kingston tidak pernah muncul di ibu kota, apalagi bertemu dengan Syakia. Kenapa Syakia bisa mengetahui tentang Kingston? Dinilai dari deskripsi Syakia, dia seperti pernah bertemu Kingston secara langsung. Namun, itu tidak mungkin!Kingston merupakan pembunuh suku asing yang ditinggalkan ibu Ayu untuk Ayu, juga merupakan kartu truf terhebat Ayu. Demi menyembunyikan kartu truf ini, dia tidak pernah menghubungi Kingston sejak pulang ke K

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 211

    “Hahaha! Sepertinya kamu juga sulit menahan godaan wanita cantik. Tapi, kenapa salah satu perempuan itu harus mati? Kita kan boleh bagi rata. Yang satu untukmu, yang satu untuk kami,” ujar Sarmin dengan kata-kata yang vulgar.Namun, meskipun berkata begitu, Sarmin masih berdiri di depan pintu markas dan tidak berniat untuk turun maupun menyuruh orang untuk membukakan pintu bagi Kingston. Sangat jelas bahwa dia tidak begitu percaya pada Kingston.Ketika Kingston diam-diam bertindak, Sarmin juga telah diam-diam memberi isyarat kepada para bandit yang berada di dalam markas. Ada banyak bandit dalam markas yang diam-diam keluar dari sisi lain untuk mengepung Kingston.“Boleh saja kalau kalian mau ampuni gadis itu. Aku cuma khawatir kalian nggak berani.” Wajah Kingston yang garang menunjukkan sedikit ejekan.“Oh? Kalau dinilai dari ucapanmu, gadis itu sepertinya bukan orang biasa. Kenapa tadi kamu cuma kasih tahu kami keuntungannya, tapi sama sekali nggak ungkit tentang seluk beluknya?” tan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 212

    Setelah mengenakan mantel itu, makan malam mereka juga sudah selesai dimasak. Gading terlebih dahulu membawakan 2 mangkuk makanan untuk Syakia dan Adika.“Pangeran, Putri Suci, ayo makan!”Syakia buru-buru menerima bagiannya itu. Mangkuknya dipenuhi dengan sayur. Hanya mencium aromanya, dia tahu bahwa juru masak yang ikut dalam perjalanan ini adalah juru masak yang terampil.Sepertinya, juru masak itu juga tahu bahwa Putri Suci yang mereka kawal ini tidak makan daging. Selain memasakkan sayur yang juga dinikmati semua orang, dia juga menambahkan sup vegetarian untuk Syakia. Sup yang dimakan dengan nasi itu sangat enak.Syakia makan dengan serius sambil memikirkan sesuatu. Beberapa hari sebelumnya, mereka tidak berhenti diserang orang. Hari ini, malah tidak ada satu serangan pun di pagi hari. Hal ini terasa bagaikan ketenangan sebelum badai melanda.“Lagi mikirin apa?” tanya Adika yang juga sedang makan ketika menyadari Syakia melamun.“Aku lagi mikir orang-orang itu akan datang atau ng

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 350

    Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 349

    Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 348

    Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 347

    Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 346

    “Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 345

    Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 344

    “Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 343

    Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 342

    Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status