“Mengenai namanya ....” Syakia menoleh ke arah Ayu yang sedang memelototinya dengan terkejut dan tidak percaya.Kemudian, Syakia melanjutkan dengan pelan, “Seingatku, namanya sepertinya ... Kingston.”Seiring dengan keluarnya nama itu dari mulut Syakia, Ayu langsung berseru marah, “Umph! Umph, umph!”Sayangnya, mulut Ayu sudah disumbat kembali dan dia sama sekali tidak bisa berbicara. Jika tidak, dia pasti akan menginterogasi Syakia.Kenapa Syakia bisa tahu tentang orang itu? Kenapa Syakia mengetahui tampang dan bahkan namanya?Ayu jelas-jelas ingat bahwa Kingston tidak pernah muncul di ibu kota, apalagi bertemu dengan Syakia. Kenapa Syakia bisa mengetahui tentang Kingston? Dinilai dari deskripsi Syakia, dia seperti pernah bertemu Kingston secara langsung. Namun, itu tidak mungkin!Kingston merupakan pembunuh suku asing yang ditinggalkan ibu Ayu untuk Ayu, juga merupakan kartu truf terhebat Ayu. Demi menyembunyikan kartu truf ini, dia tidak pernah menghubungi Kingston sejak pulang ke K
“Hahaha! Sepertinya kamu juga sulit menahan godaan wanita cantik. Tapi, kenapa salah satu perempuan itu harus mati? Kita kan boleh bagi rata. Yang satu untukmu, yang satu untuk kami,” ujar Sarmin dengan kata-kata yang vulgar.Namun, meskipun berkata begitu, Sarmin masih berdiri di depan pintu markas dan tidak berniat untuk turun maupun menyuruh orang untuk membukakan pintu bagi Kingston. Sangat jelas bahwa dia tidak begitu percaya pada Kingston.Ketika Kingston diam-diam bertindak, Sarmin juga telah diam-diam memberi isyarat kepada para bandit yang berada di dalam markas. Ada banyak bandit dalam markas yang diam-diam keluar dari sisi lain untuk mengepung Kingston.“Boleh saja kalau kalian mau ampuni gadis itu. Aku cuma khawatir kalian nggak berani.” Wajah Kingston yang garang menunjukkan sedikit ejekan.“Oh? Kalau dinilai dari ucapanmu, gadis itu sepertinya bukan orang biasa. Kenapa tadi kamu cuma kasih tahu kami keuntungannya, tapi sama sekali nggak ungkit tentang seluk beluknya?” tan
Setelah mengenakan mantel itu, makan malam mereka juga sudah selesai dimasak. Gading terlebih dahulu membawakan 2 mangkuk makanan untuk Syakia dan Adika.“Pangeran, Putri Suci, ayo makan!”Syakia buru-buru menerima bagiannya itu. Mangkuknya dipenuhi dengan sayur. Hanya mencium aromanya, dia tahu bahwa juru masak yang ikut dalam perjalanan ini adalah juru masak yang terampil.Sepertinya, juru masak itu juga tahu bahwa Putri Suci yang mereka kawal ini tidak makan daging. Selain memasakkan sayur yang juga dinikmati semua orang, dia juga menambahkan sup vegetarian untuk Syakia. Sup yang dimakan dengan nasi itu sangat enak.Syakia makan dengan serius sambil memikirkan sesuatu. Beberapa hari sebelumnya, mereka tidak berhenti diserang orang. Hari ini, malah tidak ada satu serangan pun di pagi hari. Hal ini terasa bagaikan ketenangan sebelum badai melanda.“Lagi mikirin apa?” tanya Adika yang juga sedang makan ketika menyadari Syakia melamun.“Aku lagi mikir orang-orang itu akan datang atau ng
Para bandit Klan Harimau Hitam memang bukan tandingan Pasukan Bendera Hitam. Kingston pun mengutus beberapa pembunuh lagi untuk bertarung dengan Adika. Kemudian, dia sendiri segera menerjang ke arah kereta kuda.Kingston mengulurkan tangannya untuk menyelamatkan Ayu. Namun, pada detik berikutnya ....“Prang!”Sebilah pedang yang tajam hampir menembus kepala Kingston. Untungnya, dia menyadarinya tepat waktu dan segera menggunakan sebilah goloknya untuk menangkis serangan itu. Kemudian, dia segera menebaskan golok satunya lagi ke arah kepala lawan.Namun, gerakan Hala jauh lebih cepat dari Kingston. Dia langsung menendang Kingston sehingga Kingston jatuh dari kereta kuda, lalu berdiri di atas kereta kuda sambil menatap Kingston.Kingston mengangkat kepalanya dan melihat seseorang yang berpakaian serba hitam. Orang itu benar-benar terlihat seperti menyatu dengan kegelapan malam. Dia tidak menyangka masih ada seorang lawan yang begitu sulit dihadapi. Beberapa hari sebelumnya, orang ini jel
Setelah Gading dan yang lain pergi menangkap Kingston, Adika buru-buru berbalik dan berlari ke sisi kereta kuda.“Sahana, ada apa tadi?”Orang yang mendengar suara dari dalam kereta kuda tentu saja bukan hanya Hala seorang. Adika buru-buru membuka tirai kereta kuda dan langsung melihat sebuah betis yang putih nan mulus.Di dalam kereta kuda, Hala sedang memeriksa apakah kaki Syakia digigit oleh kelabang beracun. Begitu tirai kereta kuda dibuka Adika, dia buru-buru merebut tirai itu dari tangan Adika dan menutupnya kembali.Syakia juga buru-buru berujar, “Pangeran nggak usah khawatir. Aku nggak apa-apa. Hanya saja, ada seekor kelabang yang masuk ke dalam kereta tadi. Hala lagi bantu aku periksa lukanya.”Adika yang awalnya sedang tertegun langsung mengernyit begitu mendengar kata “kelabang”. Dia pun bertanya, “Apa kelabang itu beracun? Selain luka itu, apa kelabang itu bersentuhan langsung dengan kulitmu?”Baru saja Syakia hendak menggeleng, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan mengulurka
Setelah tiba di perbatasan Kalika, semua orang langsung merasakan gelombang panas itu. Jelas-jelas, wilayah lain sudah berangsur-angsur dingin karena musim gugur akan segera tiba. Namun, cuaca di Kalika malah masih seperti waktu terpanas di musim panas. Hawa panas ini benar-benar menyesakkan.Pada saat ini, wilayah Kalika sudah mengalami kekeringan selama 3 bulan tanpa setetes pun hujan yang turun. Oleh karena itu, ladang yang seharusnya ditanami bahan pangan malah sangat kering sampai retak. Dasar sungai juga sudah terlihat, sedangkan lingkungan di sekeliling sangat gersang dan kumuh.Di samping jalan, terdapat banyak rakyat jelata yang terlihat kurus kerempeng. Ada yang berlutut untuk mengemis di pinggir jalan, ada yang menggali akar pohon untuk mencari makanan.Ketika melihat rombongan Syakia yang melaju mendekat dengan membawa banyak bahan pangan, mata semua orang langsung memerah dan mereka berjalan mendekat dengan terhuyung-huyung. Namun, tidak ada orang yang berani bertindak geg
Syakia tidak menyangka Wisnu akan langsung berlutut untuk menyapanya. Dia pun buru-buru mengulurkan tangan untuk mengisyaratkan Wisnu berdiri.Setelah Wisnu berdiri, Syakia baru menanyakan hal yang paling penting, “Apa panggung untuk mengadakan upacara permohonan hujan sudah dibangun?”Wisnu buru-buru mengangguk. “Putri Suci tenang saja. Begitu mendengar Putri Suci dan Pangeran Adika sudah berangkat, kami langsung memberi perintah kepada orang untuk membangun panggungnya. Panggungnya sudah selesai dibangun semalam. Setelah memeriksa segalanya sekali lagi hari ini, Putri Suci sudah bisa memulai upacaranya besok.”Adika yang berdiri di samping berkata, “Sahana, kamu istirahat saja dulu sekarang. Upacara permohonan hujan besok akan sangat melelahkan. Kamu harus istirahat yang cukup dulu. Serahkan sisanya padaku.”“Baik.”Syakia juga tidak merasa sungkan. Perjalanan kali ini benar-benar sangat melelahkan. Untungnya, Wisnu telah menyediakan tempat peristirahatan untuk mereka.Setelah tiba
Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian resmi, Syakia juga mengenakan cadar dan kerudung putih. Kemudian, dia berjalan keluar di bawah bimbingan para dayang.Gading menyenggol Wisnu yang melongo setelah melihat penampilan Syakia. “Tuan Wisnu, Putri Suci sudah pergi. Kenapa kamu masih melongo? Cepat jalan!”Wisnu yang baru tersadar kembali buru-buru mengejar Syakia. “Ah! Putri Suci, tunggu dulu. Biar aku yang tunjukkan jalannya!”...“Jalannya cepat dikit! Cepat, cepat! Kalau nggak cepat pergi, nanti nggak ada tempat lagi!”“Iya, iya. Tunggu aku!”“Ada apa ini?”“Kalian mau ke mana?”Baik di luar maupun di dalam area kota Kalika, orang yang tak terhitung jumlahnya berjalan menuju sebuah tempat dari segala arah. Setelah menderita kekeringan selama 3 bulan, mereka semua sudah hampir kehilangan harapan. Namun, kali ini, kepala prefektur mereka sudah mengundang Putri Suci yang diangkat secara pribadi oleh Kaisar untuk datang mengadakan upacara permohonan hujan bagi mereka. Hanya dalam
Awalnya, situasi di Lukati tidak begitu parah. Bagaimanapun juga, Nugraha adalah seorang komandan yang baik, juga memiliki kendali atas pasukan yang jumlahnya mencapai puluhan ribu prajurit. Dia tidak mungkin tidak dapat mengendalikan situasinya.Hanya saja, dalam beberapa hari ketika kelompok Adika melakukan perjalanan, seorang pejabat kabupaten yang terkenal di Lukati dibunuh. Setelahnya, wabah itu pun merebak di seluruh Kabupaten Nirila. Dalam waktu semalam, ada ribuan penduduk yang terjangkit wabah.Setelah Nugraha mengutus orang untuk memeriksa kebenarannya, baru diketahui bahwa pejabat Kabupaten Nirila itu pernah menculik seorang gadis. Berhubung takut perbuatannya terungkap, dia pun membunuh orang tua gadis itu.Namun, pejabat itu tidak tahu bahwa gadis itu masih memiliki seorang kakak yang sudah meninggalkan rumah bernama Ardi Carya. Ketika masih muda, Ardi pernah melukai orang. Berhubung khawatir melibatkan keluarganya, dia pun meninggalkan rumah dan pergi ke Kalika.Setelahny
Pejabat yang ketakutan itu pun menjadi makin takut. Siapa yang tidak tahu bahwa Adika adalah dewa kematian yang sudah merenggut nyawa yang tidak terhitung jumlahnya? Begitu Adika menghunuskan pedangnya, semua orang sontak ketakutan dan buru-buru menutup mulut mereka.Seorang tabib bergegas datang. Setelah memeriksa Syakia, dia baru merasa lega. “Pangeran Adika, tenang saja. Putri Suci cuma masuk angin. Ditambah dengan terlalu lelah karena melakukan perjalanan, dia baru jatuh sakit.”“Coba lihat resep ini. Apa obatnya perlu diganti atau lanjut diminum saja?”Adika menyerahkan resep yang dibuka Syakia kepada tabib. Tabib itu membacanya dengan saksama, lalu menggeleng. “Nggak usah ganti. Obat ini sudah cukup. Aku akan tambahkan sebuah bahan obat. Setelah meminumnya, Putri Suci akan segera sadar.”Pada saat ini, Syakia perlahan-lahan membuka matanya. Ketika mendengar percakapan mereka, dia berkata dengan suara serak, “Nggak usah ....”Mendengar suara Syakia, Adika segera berjalan mendekat
Ketika menyodorkan saputangan itu, entah karena Laras sengaja atau tidak, ujung jarinya yang terluka akibat tertusuk jarum juga terlihat.Syakia melirik luka-luka itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya. “Sudah kubilang, aku nggak benci lagi sama kamu dari dulu. Buat apa kamu lakukan hal-hal nggak berarti seperti ini.”Laras tersenyum pahit dan menjawab, “Nggak. Setidaknya bagiku, bisa memberikan saputangan ini kepadamu sekarang sangat berarti. Setelah ini, hidupku mungkin nggak berarti lagi.” Keheningan di antara Syakia dengan Laras berlangsung cukup lama. Sayangnya, pada akhirnya, Syakia tetap tidak menerima saputangan itu.“Kenapa masih berdiri di sini?”Adika yang baru selesai memberi perintah kepada Pasukan Bendera Hitam berjalan kembali dan menyaksikan hal ini. Dia pun melangkah maju dan memisahkan Syakia dari Laras tanpa bersuara. Kemudian, Adika berkata pada Syakia dengan penuh perhatian, “Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kamu cepat masuk. Kalau nggak, nanti kamu m
Laras akan terlebih dahulu masuk ke Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar dan membuka jalan bagi Syakia. Setelah Syakia kembali ke kehidupan duniawi dan menikah dengan Adika, Laras akan membiarkan Syakia menjadi istri sah, sedangkan dirinya menjadi selir. Dengan begitu, hubungan mereka akan tetap seperti saudari. Dia merasa dirinya lebih bisa membantu Syakia menyingkirkan segala halangan. Laras sudah mengetahui perasaan Adika terhadap Syakia dari awal. Dia bahkan memiliki firasat bahwa suatu hari nanti, Adika pasti akan menikahi Syakia. Namun, dia tidak percaya pada laki-laki.Dari dulu, laki-laki selalu memiliki banyak istri. Bahkan rakyat jelata saja begitu, apalagi seseorang yang begitu berkuasa seperti Pangeran Pemangku Kaisar?Tidak peduli seberapa besar rasa suka pria seperti Adika terhadap Syakia sekarang, perasaannya pasti akan berubah suatu hari nanti. Daripada menunggu sampai dia mengkhianati Syakia kelak, lebih baik Laras membuat Syakia melihat jelas seperti apa sebenarnya sif
“Semua pemanah, bersiap!” perintah Gading begitu mendengar suara teriakan itu.Ratusan prajurit Pasukan Bendera Hitam segera mengangkat busur mereka dan membidik ke arah hutan.“Tunggu! Kami menyerah! Kami menyerah!”Orang yang bersiap untuk menyergap di dalam hutan tidak menyangka keberadaan mereka sudah ditemukan bahkan sebelum rombongan itu masuk ke hutan. Bahkan ada salah satu dari mereka yang sudah terkena panah.Tepat pada saat hujan panah akan diluncurkan ke arah mereka, orang-orang di dalam hutan buru-buru berseru untuk menghentikannya.“Dasar bandit sialan! Berani sekali kalian bersembunyi di dalam hutan dan hendak menyergap kami! Cepat keluar!”Seruan Gading sontak membuat para bandit yang bersembunyi dalam hutan ketakutan dan berlari keluar dengan terburu-buru.Begitu melihat orang-orang itu, Adika bisa menebak bahwa mereka seharusnya adalah bandit gunung. Dia pun memicingkan mata dan bertanya, “Kalian itu bandit gunung mana?”Pemimpin sekelompok bandit itu buru-buru berlutu
Syakia membuka tirai dan melihat Adika.“Turunlah untuk hirup udara segar. Malam ini, kita makan lebih awal.”“Oke.”Syakia mengangguk pelan, lalu bangkit dan turun dari kereta kuda. Setelah turun, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik ke arah ujung rombongan ini.Adika menyadari gerakan Syakia dan mengikuti arah pandangnya. Kemudian, dia langsung mengalihkan pandangannya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Jangan khawatir, mereka bawa makanan sendiri. Mereka nggak akan mati kelaparan.”Syakia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengikuti Adika berjalan ke pinggir sungai dan duduk di sana. Para prajurit Pasukan Bendera Hitam bergerak sangat cepat. Tidak lama kemudian, mereka sudah selesai memasak.Makanan Adika sangat harum dan terlihat lezat, sedangkan makanan Syakia tetap hanyalah sayuran dan sup kosong. Meskipun Syakia makan dengan sangat lahap, Adika malah merasa agak bersimpati padanya.Hanya saja, entah kenapa Syakia sangat keras kepala dalam beberapa hal. Bahkan Adika juga tidak
“Menikah?” Syakia pun tertegun sejenak.Laras pun tertawa, lalu menjawab, “Iya, itu pengaturan ayahku. Calon suamiku itu keponakan Kepala Prefektur Wisnu, kerabat jauh keluarga kami.”Syakia secara refleks bertanya, “Kalau mau menikah, kenapa bukan mereka yang datang menjemputmu?”Laras tersenyum. “Kia, kamu imut banget. Aku ke sana bukan jadi istri sah, cuma jadi seorang selir. Mana mungkin mereka datang jemput aku dengan meriah.”Setelah mendengar ucapan Laras, Syakia pun terdiam.“Kia, jangan sedih untukku. Aku ini juga putri Menteri Sekretariat. Meski jadi selir, orang di sana nggak akan berani mempersulitku.”Syakia memalingkan wajah, lalu berkata dengan nada dingin, “Siapa yang sedih untukmu? Hubunganku denganmu nggak sebaik itu.”Laras langsung menunjukkan tampang sedih. “Baiklah, anggap saja itu pemikiranku sepihak. Tapi, perjalanan ke Kalika terlalu jauh. Ayahku juga nggak utus orang untuk mengawalku. Jadi, Kia, boleh nggak kamu biarkan aku ikuti kalian demi persahabatan kita
Meskipun waktunya sangat mendesak, Adika tetap langsung setuju.“Kamu baru keluar dari istana dan pasti belum kemas barang-barangmu. Aku akan antar kamu pulang dulu. Setelah mengumpulkan orang dan mengatur semuanya dengan baik, aku akan pergi jemput kamu besok pagi.”Berhubung hal ini sudah diputuskan, Adika segera mengaturkan segala sesuatu yang diperlukan meskipun merasa marah.Setelah kembali ke Kuil Bulani, Syakia juga mulai menangani urusannya sendiri. Dia meminta Yanto untuk membantunya merawat ladang obatnya, juga menyerahkan surat tanah Paviliun Awana kepada Yanto.Yanto pada dasarnya adalah mantan kepala pelayan Keluarga Kuncoro. Dia tentu saja dapat mengelola Paviliun Awana tanpa masalah. Selain itu, Syakia juga hanya memiliki sebuah permintaan, yaitu menanam semua ladang di Paviliun Awana dengan berbagai macam benih dan bibit yang ditinggalkannya.Mengenai ladang obat di Gunung Selatan, sebagian besar obat herbal itu sudah bertumbuh. Syakia pun memanen semua obat herbal yang
Di ruang baca Kaisar dalam istana.“Bupati Nugraha dari Lukati?”Setelah mendengar nama orang itu, Syakia agak terkejut. Benar juga, dia sudah mengingat orang itu. Orang itu adalah majikan dari pengelola toko obat yang membantunya.“Karena kekeringan di Kalika sebelumnya, ada banyak penduduk Kalika yang mengungsi ke Lukati dalam 3 bulan itu. Waktu itu, Bupati Nugraha nggak menolak untuk menerima para pengungsi itu. Tak disangka, ada beberapa pengungsi yang terjangkit wabah selama melakukan perjalanan. Wabah itu sudah menyebar cukup luas di Lukati."Kaisar tersenyum sambil melanjutkan, “Sebenarnya, hal ini aneh juga. Yang tertimpa bencana alam jelas-jelas Kalika. Tapi, baik itu sebelum ataupun sesudah bencana, penduduk yang tetap tinggal di Kalika sama sekali nggak terpengaruh oleh wabah itu. Malah para pengungsi yang terjangkit wabah.”Berhubung terjadi fenomena aneh seperti ini, penduduk Kalika makin memuja Syakia. Semua orang berkata bahwa Putri Suci pernah mendoakan Kalika. Oleh kar