“Baik.”Setelah memberi perintah, Adika pun naik ke lantai atas. Ketika tiba di depan tangga, dia memanggil pelayan pos pemberhentian ini dan berkata, “Bawakan 2 ember air ke kamarku.”“Ba ... baik. Aku akan segera naik! Tunggu sebentar!”Pelayan yang sudah ketakutan dari tadi buru-buru berlari kembali ke dapur.Adika pun naik ke tangga. Dia awalnya berencana untuk terlebih dahulu mandi dan berganti pakaian sebelum mencari Syakia supaya tidak menakuti gadis itu. Tak disangka, baru saja dia tiba di lantai 3, dia sudah melihat Syakia yang duduk menunggu di luar pintu.Adika sontak terkejut. “Kenapa kamu tunggu di luar? Bukannya aku suruh kamu kembali ke kamar dulu?”“Aku tentu saja menunggumu! Kenapa tubuhmu berlumuran darah? Kamu terluka?” tanya Syakia dengan khawatir. Dia buru-buru berdiri dan menghampiri Adika begitu melihat tampangnya.“Aku nggak apa-apa. Ini bukan darahku.” Adika tersenyum tipis. Melihat Syakia yang begitu mengkhawatirkannya, dia pun berkata dengan bangga, “Dengan a
Syakia sudah menyadari dari dulu betapa tampannya Pangeran Pemangku Kaisar ini. Namun, dia tidak menyangka ketampanan Adika juga dipenuhi dengan pesona yang sangat memikat.Syakia merasa hatinya mungkin akan tergerak apabila lanjut menatap Adika. Dia pun buru-buru memalingkan wajah, lalu berkata dengan terbata-bata, “Pa ... Pangeran, rambutmu sepertinya agak berantakan. Kamu mau mengikatnya dulu biar nggak kena ke lukamu nanti?”Adika pada dasarnya memang sengaja berpenampilan begini. Jadi, dia tentu saja tidak melewatkan mata Syakia yang dipenuhi dengan ketakjuban. Dulu, Adika tidak pernah peduli pada penampilannya. Saat ini, dia malah terlihat bagaikan burung merak Jantan yang tidak berhenti menonjolkan diri pada musim kawin.“Hmm? Bisa mengganggu? Aku juga nggak tahu. Gimana kalau kamu bantu aku periksa dulu?” tanya Adika sambil berjalan ke depan Syakia.Kemudian, Adika membelakangi Syakia dan menurunkan pakaiannya untuk menunjukkan lengannya yang berotot dan punggungnya yang kekar
Setelah mengoleskan obat ke luka Adika, Syakia berkata dengan tampang cemberut, “Bukannya bawahanmu begitu banyak? Aku nggak percaya mereka berani menolak untuk bantu kamu oles obat.”Adika merentangkan tangannya dengan tidak berdaya. “Mereka memang nggak berani menolak, tapi aku nggak mau suruh mereka bantu aku.”Mana ada pria yang menyuruh pria lain untuk mengoleskan obat ke lukanya? Menyuruh orang yang disukainya untuk membantunya mengoleskan obat barulah hal yang paling manis.Adika menghibur Syakia. “Lihat, kalau bukan karena perhatianmu tadi, aku mana mungkin teringat diriku sudah terluka? Bawahanku itu lebih nggak peka lagi dariku. Mereka mana mungkin perhatian padaku.”Adika pada dasarnya tidak terluka. Namun, Syakia sudah menunggunya dengan memegang botol obat. Meskipun tidak terluka, dia juga tetap harus terluka.“Nggak usah ngomong soal urusan lain kali dulu. Sekarang, kalau kamu masih berani godain aku, aku nggak akan bantu kamu oles obat lagi untuk beberapa hari selanjutny
Dari kehidupan sebelumnya, Syakia sudah tahu bahwa Ayu tidaklah sendiri. Dia juga mendapat bantuan dari sekelompok orang yang ditinggalkan ibunya. Dari sekelompok orang ini, ada orang yang ahli menggunakan racun, ada juga orang yang merupakan pembunuh.Dulu, Syakia benar-benar dicelakai dengan tragis oleh orang-orang itu. Di kehidupan ini, Ayu malah mengutus mereka untuk bertindak secepat ini. Ayu jelas sudah putus asa. Namun, ini masih belum cukup. Dalam kesempatan kali ini, Syakia ingin memaksa semua orang di belakang Ayu untuk keluar. Hanya saja, dia perlu mengandalkan bantuan Adika untuk menyingkirkan orang-orang tersebut. Jadi, dia perlu memberikan penjelasan kepada Adika.Syakia menoleh ke arah Adika yang berdiri di luar pintu. “Pangeran Adika ....”Setelah tahu orang yang berada di dalam kamar adalah Hala, Adika yang awalnya ingin masuk untuk memeriksa kamar Syakia pun berhenti di depan pintu. Dia bersandar di kusen pintu dengan tampang malas dan memainkan botol obat itu sambil
“Mengenai namanya ....” Syakia menoleh ke arah Ayu yang sedang memelototinya dengan terkejut dan tidak percaya.Kemudian, Syakia melanjutkan dengan pelan, “Seingatku, namanya sepertinya ... Kingston.”Seiring dengan keluarnya nama itu dari mulut Syakia, Ayu langsung berseru marah, “Umph! Umph, umph!”Sayangnya, mulut Ayu sudah disumbat kembali dan dia sama sekali tidak bisa berbicara. Jika tidak, dia pasti akan menginterogasi Syakia.Kenapa Syakia bisa tahu tentang orang itu? Kenapa Syakia mengetahui tampang dan bahkan namanya?Ayu jelas-jelas ingat bahwa Kingston tidak pernah muncul di ibu kota, apalagi bertemu dengan Syakia. Kenapa Syakia bisa mengetahui tentang Kingston? Dinilai dari deskripsi Syakia, dia seperti pernah bertemu Kingston secara langsung. Namun, itu tidak mungkin!Kingston merupakan pembunuh suku asing yang ditinggalkan ibu Ayu untuk Ayu, juga merupakan kartu truf terhebat Ayu. Demi menyembunyikan kartu truf ini, dia tidak pernah menghubungi Kingston sejak pulang ke K
“Hahaha! Sepertinya kamu juga sulit menahan godaan wanita cantik. Tapi, kenapa salah satu perempuan itu harus mati? Kita kan boleh bagi rata. Yang satu untukmu, yang satu untuk kami,” ujar Sarmin dengan kata-kata yang vulgar.Namun, meskipun berkata begitu, Sarmin masih berdiri di depan pintu markas dan tidak berniat untuk turun maupun menyuruh orang untuk membukakan pintu bagi Kingston. Sangat jelas bahwa dia tidak begitu percaya pada Kingston.Ketika Kingston diam-diam bertindak, Sarmin juga telah diam-diam memberi isyarat kepada para bandit yang berada di dalam markas. Ada banyak bandit dalam markas yang diam-diam keluar dari sisi lain untuk mengepung Kingston.“Boleh saja kalau kalian mau ampuni gadis itu. Aku cuma khawatir kalian nggak berani.” Wajah Kingston yang garang menunjukkan sedikit ejekan.“Oh? Kalau dinilai dari ucapanmu, gadis itu sepertinya bukan orang biasa. Kenapa tadi kamu cuma kasih tahu kami keuntungannya, tapi sama sekali nggak ungkit tentang seluk beluknya?” tan
Setelah mengenakan mantel itu, makan malam mereka juga sudah selesai dimasak. Gading terlebih dahulu membawakan 2 mangkuk makanan untuk Syakia dan Adika.“Pangeran, Putri Suci, ayo makan!”Syakia buru-buru menerima bagiannya itu. Mangkuknya dipenuhi dengan sayur. Hanya mencium aromanya, dia tahu bahwa juru masak yang ikut dalam perjalanan ini adalah juru masak yang terampil.Sepertinya, juru masak itu juga tahu bahwa Putri Suci yang mereka kawal ini tidak makan daging. Selain memasakkan sayur yang juga dinikmati semua orang, dia juga menambahkan sup vegetarian untuk Syakia. Sup yang dimakan dengan nasi itu sangat enak.Syakia makan dengan serius sambil memikirkan sesuatu. Beberapa hari sebelumnya, mereka tidak berhenti diserang orang. Hari ini, malah tidak ada satu serangan pun di pagi hari. Hal ini terasa bagaikan ketenangan sebelum badai melanda.“Lagi mikirin apa?” tanya Adika yang juga sedang makan ketika menyadari Syakia melamun.“Aku lagi mikir orang-orang itu akan datang atau ng
Para bandit Klan Harimau Hitam memang bukan tandingan Pasukan Bendera Hitam. Kingston pun mengutus beberapa pembunuh lagi untuk bertarung dengan Adika. Kemudian, dia sendiri segera menerjang ke arah kereta kuda.Kingston mengulurkan tangannya untuk menyelamatkan Ayu. Namun, pada detik berikutnya ....“Prang!”Sebilah pedang yang tajam hampir menembus kepala Kingston. Untungnya, dia menyadarinya tepat waktu dan segera menggunakan sebilah goloknya untuk menangkis serangan itu. Kemudian, dia segera menebaskan golok satunya lagi ke arah kepala lawan.Namun, gerakan Hala jauh lebih cepat dari Kingston. Dia langsung menendang Kingston sehingga Kingston jatuh dari kereta kuda, lalu berdiri di atas kereta kuda sambil menatap Kingston.Kingston mengangkat kepalanya dan melihat seseorang yang berpakaian serba hitam. Orang itu benar-benar terlihat seperti menyatu dengan kegelapan malam. Dia tidak menyangka masih ada seorang lawan yang begitu sulit dihadapi. Beberapa hari sebelumnya, orang ini jel
“Aku nggak peduli kalian itu bawahan siapa, juga nggak peduli untuk apa kalian datang kemari. Sejak kalian menginjakkan kaki ke Kuil Bulani malam ini, kalian sudah ditakdirkan untuk mati.”Adika menancapkan pedangnya di lantai depannya, lalu melirik para pengawal rahasia yang ditahan di atas lantai. Seluruh tubuh mereka telah digeledah. Bahkan racun yang tersimpan di gigi mereka juga dicabut satu per satu. Saat ini, mereka bagaikan ikan yang berada di atas talenan.Adika menatap mereka dengan dingin. Setelah menunggu sesaat, pengawal rahasia yang terakhir akhirnya dibawa keluar.“Bruk!”Hala yang tubuhnya terluka oleh satu sayatan pedang berjalan keluar dengan pelan sambil menyeret seseorang yang berlumuran darah. Kemudian, dia melempar orang itu di hadapan semua pengawal rahasia.Para pengawal rahasia Keluarga Angkola tentu saja mengenal orang itu. Dia adalah Sando, pengawal rahasia kepercayaan Damar. Sekarang, dia sudah sepenuhnya lumpuh.“Bagus, semua orangnya sudah berkumpul.”Adik
Saat ini, Adika sangat marah. Setelah mengawal Syakia pergi ke Kalika, dia baru tahu seberapa banyak bahaya yang ada di sisi gadis ini. Jadi, begitu mendengar Kaisar mengatakan ada orang yang ingin membunuh Syakia hari ini, dia langsung teringat pada orang-orang dari Kalika itu.Terutama orang bernama Kingston. Adika tahu bahwa orang itu pasti akan datang lagi. Oleh karena itu, dia baru begitu mengkhawatirkan keselamatan Syakia.“Aku nggak bohong!” Syakia buru-buru menjelaskan, “Aku cuma nggak mau repotin kamu ....”“Kamu rasa ini adalah kerepotan bagiku?”Kali ini, Adika merasa makin marah. Dia menunduk, lalu menatap Syakia lekat-lekat dengan matanya yang berapi-api. Wajahnya yang tampan itu menunjukkan ekspresi yang luar biasa serius.Adika menekankan kata-katanya. “Sahana, dengar baik-baik. Bagiku, urusanmu nggak pernah merepotkanku.”Hati Syakia seketika bergetar. Dia menatap Adika yang berjarak sangat dekat dengannya dengan terkejut. Pada momen ini, dia seperti sudah memahami sesu
“Pembunuh?” Kaisar bertanya dengan bingung, “Kenapa bisa ada pembunuh yang pergi ke Kuil Bulani untuk membunuhmu? Siapa yang mengutus mereka?”Syakia menunduk dan menjawab, “Aku nggak berani bilang.”“Nggak berani bilang?”Kaisar mengangkat alisnya. Dia sudah bisa menebak siapa orang yang mengutus para pembunuh itu dari jawaban Syakia. Di seluruh ibu kota, ada siapa saja yang tidak berani dituduh putri sucinya itu?Kaisar langsung tertawa. Setelah upacara permohonan hujan yang dilakukan di Kalika, baik itu kebetulan atau bukan, hujan deras telah turun di Kalika yang sudah mengalami kekeringan selama 3 bulan. Sekarang, Syakia telah menjadi Putri Suci Pembawa Berkah yang sebenarnya di hati rakyat jelata. Bukan hanya reputasi Syakia yang meningkat, bahkan Kaisar yang mengangkat Syakia menjadi putri suci juga dipuji oleh rakyat jelata. Hal ini telah mengokohkan posisi Kaisar yang masih muda ini sehingga tidak ada yang dapat melawannya. Oleh karena itu, kepercayaan para pejabat dan menter
Orang yang diutus Damar berjumlah sekitar 5 orang. Tak disangka, mereka masih tidak mampu mengalahkan satu orang. Namun, dia makin yakin bahwa Ayu memang diculik oleh Syakia. Bagaimanapun juga, pertahanan Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga tidak sederhana. Dengan tempat yang terlindung begitu ketat, penculik itu dapat masuk ke kamar Ayu dan membawanya pergi tanpa diketahui siapa pun. Orang dengan kemampuan yang biasa-biasa saja tidak mungkin mampu melakukannya.“Utus lagi sekelompok orang untuk pergi ke Kuil Bulani. Pokoknya, Ayu harus ditemukan!” perintah Damar setelah terdiam sejenak.“Baik!”Pada malam kedua, ada lagi sekelompok pengawal rahasia yang datang ke Kuil Bulani. Kali ini, kelompok itu berjumlah 10 orang.Damar awalnya mengira misinya kali ini pasti berhasil. Tak disangka, 10 pengawal rahasia itu lagi-lagi gagal. Setelah mendapat kabar ini keesokan harinya, ekspresi Damar terlihat sangat menakutkan.“Bagaimana dia bisa melakukannya!”Meskipun pengawal rahasia Syakia
Dalam sekejap, ekspresi Kahar dan Ranjana langsung menjadi sangat suram. “Coba saja kalau dia berani!”“Syakia nggak mungkin berbuat begitu!”Berbeda dengan Kahar yang langsung menyerukan amarahnya, Abista percaya pada Syakia. Dia sontak murka dan membela Syakia.“Syakia memang pernah bersikap keras kepala, juga berbuat salah. Tapi, dia nggak pernah berinisiatif cari masalah, apalagi melakukan hal yang begitu keterlaluan! Ayah, aku tahu kamu lebih sayang sama Ayu. Tapi, memangnya Syakia itu bukan putri kandungmu? Waktu kamu ucapkan kata-kata itu, kamu nggak merasa itu sangat nggak adil bagi Syakia?”“Aku cuma menilai masalah berdasarkan fakta, juga cuma bilang mungkin, nggak bilang pasti,” jawab Damar dengan nada acuh tak acuh sambil menyesap tehnya yang sudah dingin.Abista terlihat sangat tidak percaya. “Menilai masalah berdasarkan fakta? Apa curiga sama putri kandung sendiri termasuk menilai masalah berdasarkan fakta? Ayah, Syakia itu bukan penjahat!”Sampai saat ini, Abista baru p
“Ayah berkata begitu karena sudah punya bukti?”Damar menjawab dengan santai, “Aku nggak punya bukti. Tapi, sebelum hilang, Ayu sempat melakukan sesuatu.”“Apa?” tanya Kahar dan Ranjana dengan bingung.Damar memejamkan matanya dan menjawab, “Dia suruh dayangnya bawa Laras Panjalu datang kemari.”Sebelumnya, Ayu mengira tidak akan ada yang tahu mengenai hal ini. Namun, dia tidak tahu bahwa Ratih adalah orang yang ditempatkan Damar di sisinya. Mana mungkin Damar tidak tahu Ayu menyuruh Ratih pergi membawa Laras datang ke kediaman ini?“Laras Panjalu?”Berhubung sudah lama tidak mendengar nama ini, Abista dan kedua adiknya pun tertegun sejenak. Selanjutnya, Kahar terlebih dahulu teringat siapa orang itu dan bertanya dengan kening berkerut, “Orang yang pernah dorong Syakia ke danau itu?”“Benar.”Ekspresi Abista sontak berubah. Dia berkata dengan mata penuh amarah, “Ayu mau apa? Kenapa dia suruh orang itu datang kemari?”Dulu, Laras hampir merenggut nyawa Syakia. Jika bukan karena ada oran
Sangat jelas bahwa Ranjana bukan hanya marah terhadap ayahnya, tetapi juga Kahar. Tadi, dia tidak langsung memarahi Kahar karena Ayu sudah memberi pelajaran padanya.Namun, begitu mendengar ucapan Ranjana, Abista yang awalnya masih menasihati mereka semua dengan baik malah tiba-tiba mengernyit. Kemudian, dia membantah, “Syakia nggak bersalah. Kenapa kalian melibatkannya lagi?”Kahar dan Ranjana tidak menyangka Abista masih membela Syakia pada saat-saat seperti ini.“Kak Abista, Syakia yang meracuniku untuk mengendalikanku!”Abista menghela napas dan menjawab, “Mungkin dia memang benar-benar mengendalikanmu, tapi apa kalian lupa? Kalau bukan karena kalian yang duluan kerja sama untuk meracuni Syakia dan ingin membawanya pulang secara paksa, mana mungkin dia meracunimu?”Begitu mendengar ucapan itu, Kahar dan Ranjana pun terdiam. Bagaimanapun juga, mereka benar-benar tidak terpikirkan hal ini.Terutama Ranjana. Sampai sekarang, dia masih membenci Syakia karena sudah membuatnya bisu dan l
“Uhuk, uhuk. Memang ada kemungkinan seperti itu,” ujar Ranjana dengan lemah setelah terbatuk sejenak.Abista pun tertegun, lalu mengerutkan keningnya dengan bingung, “Siapa yang berani culik Ayu?”Terlebih lagi, orang itu juga datang ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan untuk menculik Ayu. Jangankan orang luar, bahkan di antara orang-orang berkuasa di ibu kota, seharusnya tidak ada yang berani melakukannya.Ranjana menjawab dengan tenang, “Siapa bilang nggak ada yang berani? Setengah bulan lalu, bukannya ada orang yang berani bawa Pasukan Bendera Hitam untuk datang menggeledah kediaman ini?”Begitu mendengar ucapan itu, semua orang tahu yang dimaksud Ranjana adalah Adika. Namun, Damar malah menggeleng.“Seharusnya bukan dia.”Ranjana mencibir, “Gimana Ayah bisa sepenuhnya yakin bukan dia pelakunya?”Damar melirik putranya yang masih lemah itu dengan acuh tak acuh. “Adika nggak pernah pakai cara diam-diam seperti ini. Kalau memang mau tangkap Ayu, dia akan langsung datang dan tangkap
Adika melambaikan tangannya. Meskipun merasa marah, dia juga tidak sepenuhnya menyalahkan Deska dan Gading.“Kalian juga melakukannya karena khawatir padaku. Kelak, jangan ulangi hal yang sama lagi.”Besok, Adika akan pergi mencari Syakia dan menjelaskan semuanya dengan jelas. Jika dia membiarkan kedua orang bodoh ini yang pergi, entah apa lagi yang akan terjadi.Gading dan Deska sontak merasa lega. Untung saja Adika tidak benar-benar marah. Namun, pada detik selanjutnya, Adika melirik mereka dan memberi perintah, “Malam ini, bungkuskan semua bibit obat herbal ini. Sebelum selesai bungkus semuanya, kalian nggak boleh tidur!”Gading dan Deska pun terdiam sejenak, lalu menjawab, “Baik, Pangeran.”Ketika orang-orang di Kediaman Pangeran Pemangku Kaisar membungkus semua bibit obat herbal dengan terburu-buru, keadaan di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan juga sangat “ramai”.“Sudah ketemu?”“Belum. Sampai sekarang, masih belum ada sedikit kabar pun!”“Mana mungkin begitu? Kenapa orang yan