Share

Bab 12

Penulis: Lilia
Tunjukkan dengan baik, jangan mengacaukannya?

Anggi meletakkan cangkir teh kembali ke meja bundar di luar sekat tipis. Dalam hati, dia berpikir bahwa Luis masih belum benar-benar percaya padanya. Luis pasti mengira dia hanya berakting.

Karena itulah, dia menyuruhnya untuk menunjukkannya dengan baik, seolah-olah memperingatkan Anggi agar tidak mengacaukan rencananya sendiri. Memikirkan hal itu, Anggi tersenyum tipis.

Setelah memadamkan lampu, dia melepas lapisan pakaiannya dan naik ke tempat tidur. Dalam keheningan, dia bertanya dengan suara lembut, "Pangeran, malam ini ... apakah kita masih mau ... mengerang?"

Volume suaranya sangat kecil saat mengucapkan kalimat terakhir. Wajahnya memerah karena malu. Luis menjawab dengan nada dingin, "Putri sepertinya ketagihan ya?"

Anggi tertegun. Siapa yang ketagihan sama suara itu? Bukannya Luis sendiri yang ketagihan? Anggi langsung terdiam dan tidak mau membahasnya lebih lanjut.

Kepercayaan bukan sesuatu yang bisa didapatkan dalam satu malam. Di
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 13

    Bahkan Luis mulai meragukannya. Anggi begitu lembut dan tenang, seolah semua penderitaan dan ketidakrelaannya sebelum pernikahan hanyalah sebuah sandiwara. Sejak menikah, dia sangat patuh dan selalu menurut pada setiap ucapan Luis.Sampai ketika suatu hari, ibu kota dihujani salju pertama di musim dingin.Anggi duduk di tepi tempat tidur dan bersandar pada meja kecil di sampingnya sambil memperhatikan butiran salju yang turun dari langit.Saat itu, Mina masuk ke ruangan sambil membawa sekeranjang arang untuk menghangatkan ruangan. "Putri, Nona Wulan datang untuk menemui Anda."Wulan.Anggi menoleh dan menatap Mina dengan ekspresi yang langsung berubah. Wajahnya tampak pucat pasi. Jadi, bukan hanya Luis yang tahu bahwa dia adalah pengantin pengganti, bahkan Mina juga tahu?Mina melihat keterkejutan di wajahnya dan segera berkata, "Pangeran sudah memberi perintah. Mulai sekarang, Putri adalah satu-satunya nyonya di kediaman ini. Hamba tidak akan mengatakan apa pun di luar."Mina berhenti

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 14

    "Apa? Bukannya tadi dia lagi duduk sambil baca buku?" Wulan tampak tidak percaya.Apa-apaan sebenarnya Anggi ini?Sejak menikah ke kediaman Pangeran Selatan, tutur bicara dan kelakuannya jadi seperti orang yang berbeda. Kenapa rasanya … Anggi jadi bermusuhan dengannya?Benar juga! Anggi pasti menyimpan dendam karena dia menikahi pangeran yang cacat. Karena itulah, Anggi jadi sengaja bermusuhan dengannya!Mina tersenyum tipis. "Oh, Putri baru tidur, jadi hamba tidak berani mengganggunya.""Nggak berani mengganggunya?" Wajah Wulan langsung memerah. "Jangan-jangan, kamu yang bohong supaya Adik nggak menemuiku?" tanya Wulan dengan curiga dan nada menyalahkan.Di luar, Wulan terpaksa memanggil Anggi sebagai adik. Bagaimanapun juga, semua orang di luar percaya bahwa dirinyalah yang menikah dengan Pangeran Selatan!Namun, Mina hanya tersenyum tipis dengan ekspresi tak acuh. "Ini adalah Kediaman Pangeran Selatan, bukan tempat di mana sembarang orang bisa bertingkah sesuka hati. Nona, sebaiknya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 15

    Anggi sendiri yang tidak berkompeten karena tidak bisa mendapatkan kasih sayang Satya dan tidak bisa membantu keluarga Jenderal Musafir. Lalu, kenapa dia harus bersikap seolah dirinya yang paling dirugikan?"Nona ...." Fani mengingatkannya, "Apa kita benar-benar harus terus menunggu seperti ini? Jelas sekali dia sengaja nggak mau ketemu kita."Wulan memelototi Fani sekilas. Tentu saja dia tahu itu! Namun, apa yang bisa dia lakukan selain menunggu? Dia dan Satya sudah menetapkan pertunangan dan sedang menunggu hari pernikahan.Di saat genting seperti ini, dia hanya bisa bersabar!Wulan menggenggam erat mantel bulunya sambil menggertakkan giginya. Kalau Anggi benar-benar tidak mau menemuinya hari ini, masih ada ayah dan kakak-kakaknya yang bisa membantunya mendapatkan keadilan!Sampai akhirnya, ketika waktu menunjukkan pukul empat sore, terdengar suara gerakan dari dalam ruangan. Pelayan yang bertugas di kamar pelayan pun segera melaporkan bahwa Anggi sudah bangun.Mina membawa Naira mas

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 16

    "Anggi!" Wulan mulai panik. "Kamu ... kenapa kamu ngomong begini!"Melihat Wulan yang mulai cemas, Anggi langsung mengerti semuanya. Sejak awal, neneknya memang tidak pernah menyukainya. Bahkan ketika Anggi membuat dupa penenang, neneknya bahkan tidak mau melihatnya sedikit pun.Kemudian, Wulan mengklaim bahwa dialah yang membuat dupa tersebut. Saat dupa itu berhasil menyembuhkan insomnia neneknya, Wulan langsung menjadi pahlawan besar di Keluarga Suharjo.Setelah itu, semua obat luka yang dia buat, selalu diserahkan kepada Wulan. Kemudian, Wulan menyerahkannya kepada Ayah dan kakak-kakaknya.Wulan punya banyak kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran. Namun, dia tidak pernah melakukannya. Tujuannya sangat jelas."Nggak ada lagi yang bisa dibicarakan. Aku nggak akan kasih kamu obat ini!" Anggi berdiri dan hendak mengusir tamu.Wulan berkata dengan panik, "Kakak! Kakak, apa yang harus kulakukan agar kamu mau memberiku dupa penenang?"Jika dia tidak bisa mendapatkan dupa itu, Nenek pasti

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 17

    Langit semakin gelap dan salju terus turun tanpa henti. Wulan dan Fani akhirnya mendapatkan botol dupa penenang itu dan segera meninggalkan Kediaman Pangeran, lalu naik ke dalam kereta kuda mereka.Wajah mereka berdua pucat pasi karena kedinginan."Nona Anggi keterlaluan sekali!" Saking kesalnya, Fani meneteskan air mata.Wulan juga merasa kesal, tetapi merasa tidak berdaya. Dia hanya berkata pada Fani, "Apa boleh buat? Aku masih membutuhkannya.""Tapi, bukankah Nona selama ini yang paling baik padanya? Di rumah, hanya Nona yang selalu memperlakukannya dengan baik sejak kecil, tapi dia malah nggak tahu diri! Orang seperti dia yang nggak tahu berterima kasih pada keluarga sendiri, cepat atau lambat akan dihukum langit!""Dihukum langit?" Wulan melihat Fani. "Langit terlalu sibuk untuk mengurus dia .... Kecuali seseorang sengaja mengatur semuanya."Sengaja mengatur semuanya? Fani kebingungan.Sorot mata Wulan yang lembut selama ini, berkilat penuh kekejaman. "Setelah pulang nanti, suruh

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 18

    "Putri!" Melihat darah yang mengalir, hati Luis langsung mencelos. Pada saat inilah, dia baru menyadari bahwa pembunuh ini bukan suruhan Dika.Luis merangkul Anggi dengan satu tangan, sementara tangan lainnya berbalik dengan cepat dan menghantam dua pembunuh hingga terpental jauh. "Kamu nggak apa-apa?"Anggi mengerutkan alis. Tangannya menekan luka di bahunya dan wajahnya pucat menahan sakit. "Sakit sekali ...."Luis mengernyitkan alisnya. "Kalau tahu sakit, kenapa masih nekat menerjang ke depan?""Aku ... aku cuma takut mereka akan melukaimu," jawab Anggi dengan suara lemah.Kalau si tokoh antagonis mati di sini, lalu siapa yang bisa dia jadikan sekutu untuk menghancurkan dunia bobrok yang dibuat oleh si penulis sialan dan menggulingkan pasangan protagonis menjijikkan itu?"Kamu ... kamu cuma takut mereka akan melukaiku?" tanya Luis."Ya."Luis membuka mulutnya, seketika suasana hatinya dipenuhi emosi yang bercampur aduk. Selain para pengawal bayangannya, Anggi adalah orang pertama ya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 19

    "Lalu kenapa dia masih belum sadar?"Faisal menjawab, "Pil penawar baru saja diminum. Sebelum jam 11 malam, dia pasti akan sadar."Mendengar jawaban Faisal yang yakin, entah mengapa Luis merasa lega. Sampai sekarang, dia masih merasa agak linglung. Mengapa Anggi, seorang Wanita yang begitu mencintai Putra Bangsawan Aneksasi, rela mengadang tebasan pedang demi dirinya?Memikirkan hal itu, Luis mengepalkan tangannya dengan erat. Dia merasa menyesal karena telah menguji Anggi di saat kritis seperti itu ….Setelah menyampaikan beberapa pesan yang harus diperhatikan, Faisal pun Kembali ke istana.Setelah Faisal pergi, Dika masuk ke ruangan dan berlutut di hadapan Luis. "Pangeran, hamba bersalah. Hamba mengira …."Luis mengulurkan tangannya untuk mencegah Dika melanjutkan perkataannya. Dia hanya berkata, "Selidiki, siapa yang punya nyali sebesar itu!" Berani-beraninya mereka menyerang istrinya."Baik, Pangeran."Begitu Dika pergi, Luis menyuruh semua pelayan di ruangan itu untuk bubar. Dia d

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 20

    "Tidak ada, Pangeran.""Apa Putri pernah menyinggung seseorang?"Dika menjawab, "Di kalangan perempuan, yang bisa menjadi musuhnya kemungkinan besar hanya orang-orang di dalam rumah tangga. Lagi pula, bukankah sebelumnya Wulan datang menemui Putri dan dipermalukan olehnya?"Jari Luis mengetuk-ngetuk pegangan kursi rodanya, matanya tampak dingin. "Wulan ...."Bagaimanapun juga, Anggi adalah putri sulung Keluarga Suharjo. Namun, di keluarganya sendiri, Anggi tidak diperlakukan dengan baik. Bisa dibayangkan betapa sulit hidupnya selama ini."Awasi Keluarga Suharjo dengan ketat, terutama Wulan. Jangan biarkan satu petunjuk pun terlewatkan!""Baik!"....Waktu menunjukkan sekitar pukul 10.15 malam.Melihat Anggi masih belum sadarkan diri, Luis merasa khawatir dan segera memerintahkan seseorang untuk memanggil Faisal.Faisal berkata, "Pangeran jangan cemas, demam Putri sudah turun. Tadi saya telah memeriksa nadinya dan menemukan bahwa semua kondisi vitalnya telah pulih seperti semula.""Lalu

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 70

    "Putri, katakanlah." Luis memainkan cincin giok hijau di jarinya dengan santai, seolah-olah tidak peduli. Namun kenyataannya, tatapan peringatan dari Keluarga Suharjo terhadap Anggi tadi tidak luput dari pengamatannya.Sebelumnya, Luis hanya mendengar dari Dika bahwa pada hari Anggi kembali ke kediaman orang tuanya, keluarganya memperlakukannya dengan dingin.Saat itu, Luis tidak terlalu merasakan apa-apa. Namun hari ini, setelah melihat dengan matanya sendiri, amarah di dalam hatinya seakan membara dan membesar tak terkendali.Di dalam aula utama, api perapian berderak-derak membakar arang perak dan memantulkan suara kecil yang terdengar jelas dalam ruangan yang sunyi. Bahkan, suara orang bernapas pun terasa besar.Anggi tersenyum ketika berujar, "Pangeran, saya ...." Dia berpikir sejenak, lalu menatap Luis dengan ekspresi main-main. Dia malah bertanya, "Bagi Pangeran, apakah sangat penting siapa saya sebenarnya?"Senyum muncul di wajah Luis yang dingin. Dia menimpali, "Putri benar-be

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 69

    Luis khawatir kalau-kalau Anggi akan diperlakukan tidak adil di Keluarga Jenderal Musafir, jadi seorang Sura saja tidak cukup. Dia bahkan menyuruh Dika ikut menemaninya.Anggi menaiki kereta kuda, lalu baru menyadari sesuatu. Kereta yang disiapkan hari ini bukanlah kereta biasa, melainkan kereta pribadi milik Luis. Ukurannya hampir dua kali lebih besar daripada kereta biasa.Begitu pintu kereta dibuka, di dalamnya sudah duduk seseorang. Itu adalah seorang pria berpakaian hitam pekat dengan topeng perak yang menutupi wajahnya. Kereta ini sangat luas, bahkan kursi roda Luis pun dapat diletakkan di dalamnya tanpa kesulitan."Pangeran?" Anggi sedikit terkejut. Dia tak menyangka bahwa Luis akan berada di dalam kereta. Saat terakhir kali kembali ke kediaman orang tuanya setelah menikah, pria ini bahkan tidak menemaninya. Namun, kini dia malah ingin menghadiri pertunangan Wulan.Anggi masih diliputi kebingungan ketika Luis mengulurkan tangan kepadanya. Dia tidak punya pilihan selain meletakka

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 68

    Suasana seakan membeku, seolah-olah udara di sekitar mereka mengental dan menahan segala suara. Waktu terus berlalu hingga akhirnya Luis mengangkat wajahnya dan menatap Anggi dalam-dalam."Anggi, apa kamu tahu ...." Suara Luis terdengar serak, seakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Namun di tengah kalimat, dia terhenti.Anggi mengernyit karena sedikit bingung. Tatapan matanya lembut dan penuh kehangatan. Dia bertanya, "Tahu apa?"Anggi meraih wajah Luis dengan kedua tangannya dan menyentuhnya dengan hati-hati, seolah ingin menyampaikan ketulusan melalui ujung jarinya.Suaranya begitu lembut dan penuh perhatian hingga bisa membuat siapa pun tenggelam dalam pesonanya. "Kalau ada sesuatu yang membuat Pangeran ragu, katakan saja pada saya."Tatapan Anggi begitu teguh, penuh keyakinan, seakan memberikan keberanian kepadanya. Beberapa kali Luis hendak berbicara, tetapi kata-kata itu tersangkut di tenggorokannya.Akhirnya, pria itu berani bertanya, "Semua orang yang melihatku s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 67

    "Ka ... kalau luka di wajahku nggak bisa sembuh dan kakiku juga nggak bisa pulih, apakah Putri tetap nggak akan membenciku?" tanya Luis. Dia tahu bahwa dia sedang berkhayal. Namun, dia tidak bisa menahan keserakahan dalam hatinya.Dengan penuh harap, Luis menatap wanita di hadapannya. Dia takut kehilangan sedikit saja perubahan di wajahnya. Luis takut melihat penyesalan atau kebohongan sekecil apa pun di mata Anggi.Tak lama kemudian, Anggi tersenyum lembut. Tanpa ragu, dia mengulurkan tangan dan menggenggam jemari Luis yang tergeletak di pegangan kursi rodanya.Anggi bertanya, "Pangeran takut saya akan pergi?"Anggi adalah seseorang yang telah mengalami kelahiran kembali. Dulu, dia pernah dibuang oleh keluarganya sendiri. Perasaan takut dan kekecewaan itu masih menyisakan bayang-bayang yang tak bisa dia hilangkan hingga saat ini.Itu sebabnya, Anggi sangat memahami perasaan Luis yang takut dikhianati, takut ditinggalkan, juga takut harapan yang diberikan kepadanya hanyalah semu.Meski

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 66

    Anggi diam-diam mempercepat langkahnya. Saat hampir sampai di halaman depan ruang baca, dia tiba-tiba menoleh ke belakang dan memandang ke arah lorong.Di kejauhan, Anggi melihat dua sosok berpakaian berbeda. Satunya mengenakan pakaian hijau, sementara satunya lagi berpakaian putih. Mereka sedang melangkah melewati koridor.Apakah itu Gilang dan Aska? Tadi, sepertinya mereka sengaja berhenti sebentar dan memperhatikannya. Namun sebelum Anggi bisa memastikan, keduanya sudah berjalan makin jauh.Anggi mengalihkan pandangannya kembali, lalu memberi tahu Luis, "Pangeran, menurut saya bunga plum ini sangat indah. Saya ingin meletakkan satu vas di meja Pangeran supaya Anda bisa menikmatinya."Luis mengangguk. Dia teringat ucapan Aska yang pernah berkata bahwa Anggi adalah keberuntungannya. Senyum tipis pun muncul di sudut bibirnya karena sulit untuk ditahan. Tatapannya jatuh pada bunga plum yang berada dalam pelukan Anggi.Luis berkomentar, "Bunga plum mekar begitu indah."Anggi bertanya, "P

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 65

    Mina membalas sambil mengangguk, "Benar."Sejak Luis mengalami luka di wajahnya, suasana di kediaman ini menjadi jauh lebih suram. Setidaknya, tak ada lagi suara tawa riang yang terdengar di sini. Hanya saja selama para pelayan tidak melakukan kesalahan, Luis juga tidak akan sembarangan menghukum mereka dengan kejam.Sementara Anggi terus memotong bunga plum, Mina bertugas mengumpulkannya. Tak butuh waktu lama, bunga-bunga yang terkumpul sudah begitu banyak hingga Mina kesulitan membawanya."Putri, gimana kalau kita ke rumah utama untuk merapikan bunga-bunga ini?" tanya Mina. Bagaimanapun juga, rumah utama selalu dibersihkan setiap hari oleh para pelayan. Sekalian, mereka bisa mengganti bunga plum lama yang sudah layu dengan yang baru.Anggi berujar seraya mengangguk, "Aku juga berpikir begitu."Keduanya pun berjalan menuju rumah utama. Dalam perjalanan, Anggi beberapa kali menoleh ke arah ruang baca. Tanpa sengaja, tatapannya bertemu dengan Torus yang berdiri di kejauhan. Dia memberi

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 64

    Begitu mendengar suara tawa itu, Torus langsung tahu siapa pemiliknya. Namun dia tidak bisa langsung memberi tahu Anggi, jadi dia hanya berucap sambil menggeleng, "Hamba nggak bisa mengenalinya dalam sekejap."Torus berpikir dalam hati, Gilang memang biasanya berkepribadian ceria dan riang. Namun sejak Luis mengalami luka di wajahnya, dia tidak pernah bersikap begitu bebas dan sembrono di hadapannya.Anggi bertanya, "Kalau begitu, apa aku harus kembali lagi nanti?" Sambil berbicara, dia sudah berjalan menuju gazebo di rumah utama. Angin dingin bertiup kencang dan membuat pipi Anggi terasa membeku.Torus dengan penuh hormat mengantar beberapa langkah, lalu berucap, "Gimana kalau Putri kembali ke rumah utama dulu dan beristirahat sejenak?"Mina yang berdiri di samping juga ikut menimpali, "Benar, Putri."Namun, Anggi justru menunjuk beberapa pohon plum yang sedang berbunga di halaman, lalu berujar dengan santai, "Bunga plum di sini sedang mekar dengan indah. Aku akan memetik beberapa tan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 63

    Lantas, bagaimana mungkin Anggi bisa menyembuhkannya?"Lihat baik-baik luka di wajahku. Apa ada sedikit perubahan?" Meskipun nada suaranya terdengar tenang, dalam hati Luis kembali menyimpan harapan bahwa wajahnya bisa pulih seperti dulu.Kali ini bukan karena ingin tampil gagah di hadapan orang lain, tetapi hanya karena satu alasan. Luis ingin memulihkan wajahnya agar bisa mendapatkan ketulusan hati Anggi.Mendengar itu, Torus segera memperhatikan dengan saksama. Dia mengamati wajah Luis dengan penuh kehati-hatian, lalu berucap dengan ragu, "Wajah Pangeran sudah nggak sepucat dulu. Setelah beberapa hari terpapar sinar matahari, Anda terlihat lebih sehat."Luis mengulangi, "Yang kutanyakan adalah apakah bekas lukaku memudar?"Torus menimpali, "Hamba ... hamba merasa ....""Jangan bohong padaku!" seru Luis.Torus buru-buru menjawab, "Pangeran, hamba nggak berani bohong. Selama ini, hamba bahkan nggak berani menatap langsung wajah Pangeran, jadi ... hamba nggak bisa melihat perbedaannya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 62

    "Saya hanya nggak ingin membuang-buangnya," balas Anggi. Wajahnya sudah memerah sepenuhnya. Dia terlihat begitu indah dan memikat.Luis menolak dengan tegas, "Aku nggak butuh.""Baik." Anggi menundukkan pandangannya dan tidak berani menatapnya lagi. Lebih baik dia fokus menyembuhkan wajah dan kaki Luis terlebih dahulu. Setelah itu, dia akan tahu sendiri apakah pria ini benar-benar menyukai wanita atau tidak.Dengan pikiran seperti itu, Anggi berusaha bangun dari ranjang. Namun, tiba-tiba tangan pria itu menggenggam pergelangan tangannya dengan erat. Dia bertanya, "Putri nggak percaya padaku?""Saya nggak pernah bilang nggak percaya," balas Anggi.Melihat wajahnya yang sudah memerah, Luis mendadak ingin menggodanya. Dia tiba-tiba langsung menarik tangan Anggi ke dalam selimut.Begitu tangannya menyentuh sesuatu, Anggi seperti tersengat listrik. Dengan refleks, dia langsung menarik tangannya kembali dan buru-buru menyembunyikan wajahnya ke dalam selimut.Luis bertumpu dengan satu tangan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status