Beranda / Urban / Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang / Serigala Hitam Kembali Berulah

Share

Serigala Hitam Kembali Berulah

Penulis: Mr. K
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Berkat digelarnya konferensi klarifikasi dan permintaan maaf dari kepolisian kota itu, citra Morgan di mata orang-orang di Kota HK mulai pulih.

Penggalan konferensi pers itu tersebar di internet, dengan cepatnya menjangkau banyak sekali forum dan ruang-ruang komunikasi lainnya.

Berita terbaru tentang Morgan ini kemudian disandingkan dengan pengumuman lama dari pemerintah Kota HK, dan betapa terlihat kontrasnya.

Hingga detik ini, pemerintah Kota HK memang masih menganggap Morgan seorang buronan. Dua informasi yang bertolak belakang ini membuat sejumla orang bingung.

Morgan sendiri kini sudah bisa memunculkan dirinya kembali di kota kelahirannya itu.

Namun, sesuai kesepakatannya dengan Jenderal Yudha, dia belum bisa mampir ke markas militer Kota HK.

Ini karena, seperti pernah diinfokan sebelumnya, Yudha tak ingin Menteri Pertahanan mengendus keterhubungan Morgan dengan militer Kota HK. Dan meski konferensi pers tadi telah digelar, nama Morgan masih ada di DPO.

Kini, Morgan sudah tahu ba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Datuk Abd Azis
lanjutkan karya mu pak/bu saya suka karya ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Akan Kuambil Tanganmu!

    “Kau!”Bimo begitu terkejut dengan kedatangan Morgan.Bagaimana bisa dia ada di sini? Bukankah dia sedang menyembunyikan diri?Begitu yang dia pikirkan.Bimo memang belum menonton tayangan berita tentang konferensi pers terbaru dari pihak kepolisian kota.“Kalian masih berani menantangku?!”Suara Morgan menggelegar seperti auman singa jantan yang marah.Seketika itu juga, aura Dewa Perang-nya dikeluarkannya, begitu besar, sampai-sampai ruangan itu seakan-akan jadi lebih gelap.Tekanan udara yang dirasakan orang-orang di sana juga meningkat.Mereka, termasuk Bimo, jadi kesulitan bahkan untuk sekadar menarik napas.“Bukankah waktu itu sudah jelas, sekarang akulah pemimpin tertinggi Serigala Hitam. Sekarang bisa-bisanya kalian menculik seorang temanku, dan melakukan hal memalukan ini padanya!”Morgan mengatakannya sementara dia berjalan ke tengah ruangan. Matanya tertuju pada sosok Allina yang sedang terikat di kasur.Sekilas, dia menatap Bimo dengan tajam, membuat pria paruh baya itu ge

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Hati yang Hancur

    “Agnes, kenapa kau di sini? Kau mencariku?”Allina melontarkan pertanyaan itu sambil menghampiri Agnes.Biasanya, kalau Allina sudah menghampirinya seperti itu, Agnes akan menyambutnya.Tapi kali itu, Agnes malah mundur saat Allina sudah semakin mendekat.Tatapannya kepada Allina pun tak bersahabat.“Agnes? Ada apa?” tanya Allina.“Kau dan dia habis dari mana?” Agnes balik bertanya. Tatapannya masih menghakimi.“Soal itu…”Allina ingin sekali menjelaskan situasinya tadi, tapi entahlah. Dia bingung harus memulainya dari mana.Lagi pula, apakah aman memberitahu Agnes apa-apa yang dilakukan Morgan tadi?Seandainya Agnes tahu Morgan adalah pemimpin tertinggi Serigala Hitam, akankah Agnes masih mencintainya?“Tak bisa jawab? Ya sudah,” ucap Agnes ketus, lalu beranjak pergi.“Bukan begitu, Agnes. Dengarkan dulu,” pinta Allina, mengejar Agnes yang mencoba menjauhinya.“Sudahlah. Kalian berdua habis melakukan apa juga aku tak harus peduli.”“Agnes, jangan begitu. Tolong dengarkan aku dulu.”T

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Joseph Menyerang Balik

    Rencana yang ditawarkan Henry cukup sederhana, tapi harus diakui, dampaknya lumayan oke.Joseph, anaknya itu, akan memberikan kesaksian palsu bahwa mantan komandannya memperlakukannya dengan sangat buruk.Dia juga akan mengatakan bahwa mantan komandannya itulah yang memintanya menggelar beberapa hari yang lalu, bukan inisiatif darinya.Tujuannya adalah merusak citra kepolisian kota dan membuat masyarakat Kota HK tak lagi mempercayai pernyataan-pernyataan yang keluar dari mereka.Tentu saja, agar kesaksian palsu Joseph ini punya cukup kekuatan untuk membuat hal itu terwujud, Henry membutuhkan dukungan penuh dari Tommy.Tommy diharapkan juga memberikan kesaksian palsu, membuat warga kota percaya kalau mantan komandannya Joseph itu pernah beberapa kali menekannya dan mengancamnya."Bagaimana? Cemerlang, bukan, ideku ini? Setelah nama baik kepolisian kota hancur, kau menjadi satu-satunya kekuatan di kota ini. Dan terkait kasus Morgan ini, orang-orang pun akan berada di pihakmu," kata Henr

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Menteri Korup

    Dipandu oleh Kris, Menteri Pertahanan dan Jenderal Yudha memasuki sebuah ruangan di markas militer Kota HK.Selain mereka bertiga ada juga satu orang lain. Dia adalah Josh, anak semata wayangnya Menteri Pertahanan.“Tak apa-apa, kan, dia ikut masuk? Anakku ini nantinya akan menjadi penerusku. Sudah sewajarnya dia tahu hal-hal seperti ini,” kata Menteri Pertahanan, tersenyum membanggakan anaknya.Sebenarnya, Kris dan Yudha tak suka ada orang luar masuk begitu saja ke fasilitas milik negara ini, apalagi mereka sedang akan membicarakan sesuatu yang tergolong rahasia.Tapi, yang mereka hadapi saat ini adalah Menteri Pertahanan yang korup dan menyusahkan. Mereka tak mau ambil risiko, sehingga respons mereka hanya mengangguk membolehkan.“Oke. Kalau begitu ayo kita mulai. Josh, coba kau putar video itu.”Setelah Menteri Pertahanan mengatakannya, Josh anaknya itu menaruh tablet yang dibawanya di meja dan memutar sebuah video.Itu adalah video klarifikasi dari Joseph yang telah tersebar luas

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Akulah Dewa Perang

    Semua orang di ruangan itu terkejut dengan kemuculan Morgan, tak terkecuali Yudha dan Kris.Morgan adalah si sosok buronan yang sedari tadi dibahas oleh Menteri Pertahanan. Sekarang dia tiba-tiba malah muncul begitu saja di hadapan sang menteri?“Ayah, dia si buronan yang kita cari-cari!” seru Josh, menunjuk Morgan. Sorot matanya memancarkan kekhawatiran.“Kau! Apa yang kau lakukan di sini, Keparat! Bagaimana bisa kau ada di situ? Sejak kapan kau di situ? Kau mendengar semua yang kami bahas tadi?” cecar Menteri Pertahanan.Morgan tak menjawab, hanya terus menatap Menteri Pertahanan dengan tajam dan dingin. Di saat yang sama dia biarkan sedikit aura Dewa Perang-nya keluar, membuat suhu ruangan turun beberapa derajat.“Kalian berdua… kalian berdua bersekongkol untuk menipuku, hah? Kalian yang membiarkan si buronan ini bersembunyi di lemari itu sedari tadi?” sang menteri kini menyerang Yudha dan Kris.Yudha dan Kris tak menjawab, masih dengan raut muka mereka yang kusut.Jujur saja, saat

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Keputusan Tommy

    Tommy baru saja memasuki ruang kerjanya di balaikota ketika telepon dari Menteri Pertahanan tiba.Tanpa alasan yang jelas, Menteri Pertahanan memintanya membatalkan status buronan terhadap Morgan.Tommy mengerutkan kening. Bukankah tempo hari justru Menteri Pertahanan yang memintanya melakukan itu?Sebelum sempat Tommy menanyakan alasan di balik permintaannya yang tiba-tiba itu, panggilan sudah diakhiri begitu saja oleh sang menteri.Tommy mendengus kesal. Dia paling tak suka diperlakukan setaksopan ini. Kasusnya sama saja kalaupun pelakunya adalah seorang menteri.Sekarang, sambil memandangi layar ponselnya, Tommy bertanya-tanya apa yang harus dia lakukan.Membatalkan status buronan terhadap Morgan? Itu mudah saja. Dia tinggal meminta ajudannya menyiapkan pengumuman di website dan medsos resmi pemerintah kota.Namun, dengan melakukan itu, bukankah dia malah merusak reputasinya sendiri?Baru juga beberapa hari yang lalu dia menetapkan Morgan sebagai buronan. Kalau sekarang dia tiba-ti

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Menghukum Walikota Korup

    Tommy menarik napas lalu mengembuskannya. Dia sudah menduga Menteri Pertahanan akan menyerangnya seperti ini. Tapi dia sudah siap."Mohon maaf, Pak Menteri. Tapi bukankah Bapak sendiri yang tempo hari mendesak saya untuk menetapkan status buronan terhadap orang itu? Kenapa sekarang Bapak tiba-tiba meminta saya membatalkannya? Bagi saya itu sungguh tak masuk akal," kata Tommy."Lagi pula, Pak Menteri, kota ini adalah milik saya. Sayalah yang menjabat sebagai Walikota kota ini, bukan Anda," sambungnya.Menteri Pertahanan mendengus. Mukanya memerah karena amarah."Kau pikir kau hebat, hah? Kau ini hanya walikota, sedangkan aku menteri. Posisiku lebih tinggi darimu!" hardik Menteri Pertahanan.Tommy terkekeh."Jika konteksnya adalah pemerintahan, mungkin iya. Tapi, Pak Menteri, saat ini yang sedang kita bahas adalah isu spesifik terkait Kota HK yang kupimpin ini. Sudah barang tentu sayalah yang lebih punya wewenang di sini. Anda, sementara itu, hanyalah tamu," kata Tommy."Kau! Kau berani

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Rencana Busuk Lainnya

    “K-kau mau… telingaku? A-a-apa maksudnya itu?” tanya Tommy, berharap dia salah dengar.“Potong telingamu di hadapanku. Kalau kau tak bisa melakukannya sendiri, biar aku yang melakukannya,” jawab Morgan.Rupanya Tommy tidak salah dengar. Lantas, harus bagaimana dia sekarang?“Anu… tidak adakah hal lain yang kau inginkan dariku? Aku bersedia memberikannya padamu asalkan—”“Apa yang membuatmu berpikir kau bisa menawar hukuman untukmu?” potong Morgan.“Komandan, coba jelaskan lagi padanya hukuman apa yang mungkin menantinya setelah kebusukannya itu kita ungkapkan ke publik,” lanjut Morgan, menatap sang komandan.Baru saja sang komandan akan mengatakan sesuatu, Tommy mengangkat tangannya.“Cukup! Cukup! Aku sudah tahu hukuman apa yang akan kuterima. Aku tak mau mendengarnya lagi,” kata Tommy.“Kalau begitu cepat potong telingamu! Atau kau mau aku yang memotongnya? Cepat putuskan!” desak Morgan.Tommy menundukkan kepala dan menangis. Kedua bahunya bergetar. Dia tak pernah menyangka akan ber

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Tak Belajar dari Kesalahan

    Kulit muka Orkan seketika pucat. Dia seperti orang yang baru saja melihat hantu.Dan, sebelum sempat dia melepaskan tembakan lagi, Morgan sudah menerjang ke arahnya, melesakkan tinju yang menghantam pipi kirinya.“Ugh!”Sang jenderal itu terlempar dan berguling-guling di lantai. Keempat jenderal lain terkesiap. Muka mereka sama pucatnya dengan Orkan.“K-kau… s-siapa kau, Bangsat?!!” tanya Bamby dengan nada tinggi.Morgan memutar lehernya dengan pelan, menatap Bamby dengan tatapan yang menikam.“J-jangan berani-berani mendekat! Jangan mendekat atau kutembak!!” gertak Bamby sambil menodongkan pistolnya.Ketiga jenderal lain pun menodonkan pistol mereka ke arah Morgan.Morgan menatap mereka satu per satu, lalu terkekeh.“Sungguh menggelikan. Seperti inikah jenderal-jenderal tertinggi di negeri ini? Kalian membikin malu institusi militer di negeri ini!” kata Tony.“Anjing! Berani-beraninya kau menghina kami! Mulutmu itu harus dijahit!” bentak Gary.“Kau telah mengambil langkah yang salah

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Tawaran untuk Membelot

    Orkan sesaat terdiam. Dia tak mengenal orang ini, tapi apa yang barusan diucapkannya seolah-olah menunjukkan kalau orang ini tahu siapa dia.“Siapa kau? Siapa yang membawamu ke sini?” tanya Orkan tegas.Morgan tersenyum mencemooh. “Siapa yang membawaku ke sini? Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku sendiri. Memangnya kau melihat ada orang lain yang bersamaku saat ini?” ledeknya.Orkan mendengus. Dia tidak tahu siapa orang ini sebenarnya, tapi dia pastikan dia akan memberinya pelajaran.“Siapa itu, Orkan? Informanmu?” tanya Bamby.“Bukan. Aku tak tahu orang ini siapa,” jawab Orkan.“Hah? Maksudmu?”Orkan hendak keluar dan mengatasi pria tak dikenal yang mengaku-ngaku Dewa Perang ini sendirian, tapi dia kalah cepat.Si pria tak dikenal, yang tak lain adalah Morgan, mendoorng pintu dan memaksa masuk. Kini Bamby dan yang lainnya pun bisa melihatnya.“Halo, para Jenderal. Sedang apa kalian berkumpul di sini? Membahas rencana kudeta?” seloroh Morgan.Saat itu juga, raut muka keempat jend

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Berkumpulnya Lima Jenderal

    “Kau Sang Dewa Perang?” tanya Bernard, menatap Morgan tak percaya.Lagi-lagi Morgan hanya mengangkat alisnya dan tersenyum miring. Bernard pun jadi kesal.“Yudha, apa maksudnya ini? Kalau ini guyonan, sungguh ini guyonan yang buruk. Kau pikir aku percaya si anak muda yang songong ini adalah Sang Dewa Perang?” tanya Bernard sambil menatap Yudha.“Ini bukan guyonan, Bernard. Morgan memang Sang Dewa Perang,” jawab Yudha.“Apa? Jadi ini serius?”“Ya, tentu saja. Kau pikir aku akan begitu saja mengabdikan diriku pada sosok lain di militer selain Sang Dewa Perang?”Bernard menatap Yudha dengan alis hampir menyatu di tengah.Yang dikatakan Yudha itu masuk akal. Untuk apa juga dia begitu hormat dan percaya kepada seorang anak muda jika bukan karena si anak muda ini sesungguhnya sosok yang spesial.Tapi, benarkah Morgan rupanya sespesial itu?Bernard kembali menatap Morgan, memandangi wajahnya, mengamati gerak-geriknya.Dia memang belum pernah bertemu dengan Sang Dewa Perang. Selama ini dia me

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Morgan adalah Sang Dewa Perang

    Morgan membawa Bernard ke markas militer Kota HK. Di sana, sudah menunggu Kris dan Yudha.Bernard sebenarnya bertanya-tanya untuk apa Morgan membawanya ke sana, tapi dia tek mengutarakannya.Ini kali pertamanya dia memasuki markas militer Kota HK yang berada dalam tanggung jawabnya Yudha. Dia sepenuhnya waspada, berjaga-jaga kalau-kalau Morgan tiba-tiba menjerumuskannya ke dalam bahaya.“Tenang saja, Jenderal. Kau sekarang bagian dari kami. Di sini kau aman,” kata Morgan sambil tersenyum miring, seakan mendengar apa yang digumamkan Bernard di dalam kepalanya.Bernard hanya membalas dengan lirikan kesal. Dia arahkan lagi matanya ke luar jendela, mengamati apa-apa yang ada di markas militer tersebut.Tak lama kemudian, mereka berdua berjalan ke ruangan tempat Morgan biasa bertemu dengan Kris dan Yudha untuk menyusun strategi.“Dari gerak-gerikmu, sepertinya kau sudah terbiasa ke sini. Tadi saja di depan tentara-tentara itu membiarkanmu masuk begitu saja tanpa kau perlu menunjukkan muka.

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Bernard Membelot

    “Kenapa? Apa kata-kataku kurang jelas?” tanya Morgan sambil duduk lagi di kursi, menyilangkan kaki dan tersenyum mengejek.Bernard menatapnya dengan benci. Orang ini benar-benar meremehkannya. Ini bukan lagi penghinaan baginya, melainkan lebih dari itu.“Kau ingin aku berada di pihakmu dan melawan para jenderal yang merupakan orang-orang penting di militer saat ini? Apa kau gila?” protes Bernard.Morgan mengangkat bahu, berkata, “Kenapa memangnya? Kau takut? Kau tak punya nyali untuk menentang mereka? Begitu, Jenderal?”Morgan lagi-lagi mengakhiri kata-katanya dengan senyum mengejek. Tak ayal itu membuat Bernard mendengus seperti banteng.“Lagi pula, Jenderal, bukankah aku yang memenangkan taruhan? Dan bukankah tadi kau bilang kalau ucapanmu bisa dipegang karena itu bagian dari prinsipmu?” sindir Morgan.Bernard kembali mendengus. Kebencian di matanya itu menyala-nyala. Tangan kanannya yang baru saja disembuhkan Morgan itu kini terkepal.Morgan menyadari betul apa yang dirasakan Berna

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Menaklukkan Bernard

    Morgan melangkah tenang sementara Bernard mundur dengan mata membulat. "Kenapa, Jenderal? Kau seperti sedang melihat hantu saja," sindir Morgan. "Kau! Apa yang kau lakukan pada Matthew?!" Bernard menyalak sambil terus mundur menjinjing kopernya. Mengabaikan pertanyaan Bernard, Morgan melirik koper hitam itu. "Sepertinya itu koper istimewa sampai-sampai kau membawanya di saat-saat seperti ini, Jenderal. Aku penasaran apa isinya," ucap Morgan. "Sialan! Jangan main-main kau denganku, ya!!" teriak Bernard, menjatuhkan koper hitamnya lalu mengambil pistol, mengarahkannya pada Morgan. Bernard melakukannya dengan cepat, tetapi Morgan sudah mengantisipasinya. Dengan gerakan yang tak kalah cepat, Morgan memegangi tangan Bernard yang besar lalu memelintirnya. "Arrgghhh!!"Pistol di tangan Bernard itu terjatuh. Morgan menendangnya. Pistol itu bergeser jauh ke belakang Bernard. "Kau tak tahu siapa orang yang kau hadapi, Keparat! Kau tak tahu neraka seperti apa yang akan menantimu kalau k

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Memburu Bernard

    Sebuah drone terbang di langit malam Kota HK, di atas sebuah hotel 12 lantai.Sesekali lampu kecil di bawahnya berkedip-kedip. Dalam setiap kali lampu itu berkedip, sebuah gambar terambil dan terkirim ke pusat pengendali.Drone itu dikendalikan oleh sebuah unit pasukan yang beroperasi tak jauh dari hotel. Mereka adalah tentara-tentara yang dikirim oleh Kris untuk sebuah misi khusu yang sangat rahasia.Setelah foto-foto itu sampai di pusat pengendali, segera mereka diolah dan dikirim ke Morgan.Morgan menerimanya lewat ponselnya. Dengan cara itulah dia memantau gerak-gerik Bernard.Selain gerak-gerik Bernard, Morgan juga memantau apa-apa yang dikatakan Bernard.Drone itu telah menembakkan sesuatu sejak sekitar satu jam yang lalu ke kamar hotel yang ditempati Bernard itu.Sesuatu itu bukan peluru, melainkan alat perekam kecil yang menempel di kusen jendela kamar.Teknologi canggih memungkinkan peluru itu berubah warna sesuai tempat dia menempel, sehingga mustahil bagi Bernard untuk meny

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Kehilangan Besar

    “Siapa ini? Apa yang terjadi pada Matthew?”Bernard menanyakannya dengan nada tinggi. Matanya membulat.[Kau tahu siapa aku, Bernard. Dan sekali lagi kuingatkan: bersiap-siaplah. Selanjutnya kaulah orang yang akan kuburu dan kuhukum.]Tuuut…. tuuut… tuuut…Panggilan diakhiri begitu saja oleh si penelepon.Bernard tahu, orang yang bicara padanya barusan itu adalah Morgan.Pertanyaannya kemudian: apa yang terjadi pada Matthew?Fakta bahwa Morgan meneleponnya dengan menggunakan nomor Matthew menunjukkan kalau saat ini Morgan berada di dekat Matthew, atau dia baru saja mengambil ponselnya Matthew.Matthew tak mungkin meminjamkan ponselnya pada Morgan. Itu artinya, situasi Matthew sedang tidak baik-baik saja. Bernard khawatir Morgan telah menghabisinya.Disamping hubungan pertemanan yang cukup dekat akibat menjalin kerja sama bertahun-tahun dengan Matthew, Bernard melihat Matthew sebagai sosok krusial yang perannya sangat signifikan dalam rencana kudeta mereka.Tanpa Matthew, kudeta itu ta

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Akhir Tragis Matthew

    “Kau! Bagaimana bisa?”Matthew terbelalak. Dagunya seperti akan jatuh.Dia yakin betul kelima peluru tadi bersarang di tubuh Morgan. Lantas, bagaimana bisa Morgan masih bisa berdiri?Bahkan tanpa kelima peluru itu saja, Morgan mestinya sudah lumpuh gara-gara racun yang menyebar di tubuhnya.Dan pertanyaannya itu terjawab saat Matthew menemukan sesuatu yang janggal di tubuh Morgan.Kelima peluru itu memang bersarang di tubuh Morgan, tapi entah kenapa, kini mereka berlima keluar, seperti ada sesuatu yang mendorongnya dari dalam.Peluru-peluru itu pun jatuh ke lantai. Tubuh Morgan sendiri, tepatnya titik-titik di mana peluru itu tadi bersarang, dengan cepat pulih. Tak ada lagi luka atau apa pun.‘Apa maksudnya ini? Apa dia monster?’ pikir Matthew, masih terbelalak.Saat dia menatap wajah Morgan lagi, didapatinya Morgan menyeringai dan menerjangnya.Gerakan Morgan terlalu cepat untuk dia antisipasi. Belum juga dia mengangkat tangannya, Morgan sudah menonjoknya, tepat di muka.Brughhh!Mat

DMCA.com Protection Status