Beranda / Urban / Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang / Lebih Rumit Daripada Perkiraan

Share

Lebih Rumit Daripada Perkiraan

Penulis: Mr. K
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Morgan gagal memantau situasi istrinya. Kini, dia berada di salah satu mobil lapis baja dalam perjalanan ke markas militer Kota HK. Seorang tentara duduk di samping kirinya.

Morgan kembali mengeluarkan benda serupa pin yang dilemparkan Martha tadi. Dilihat-lihatnya lagi benda tersebut. Tak salah lagi, itu memang lambang kerajaan. Pertanyaannya kemudian: apa hubungan kedua orang itu dengan kerajaan?

Kerajaan yang dimaksud di sini adalah kerajaan yang masih berdiri dan bertahan di negara yang kini sudah berbentuk republik ini.

Berbeda dengan kerajaan-kerajaan di Eropa Barat yang berada di luar struktur politik pemerintahan, kerajaan yang satu ini ada di dalam struktur politik pemerintahan, tapi lingkup kekuasaannya terbatas.

Sejauh yang Morgan tahu, kerajaan ini hanya diakui kekuasaannya di provinsi di mana ia berada. Di situlah ia punya kekuatan hukum untuk menjadi semacam negara di dalam negara.

Tapi itu bukan di provinsi di mana Kota HK berada. Lantas, kenapa pula orang yang memegang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Tak Bisa Menunggu Leih Lama Lagi

    Morgan telah tiba di markas militer Kota HK. Dia langsung diantar menuju ke ruangannya Kris.Saat dia memasuki ruangan itu, dia mendapati Kris sedang mengobrol dengan Yudha.“Jenderal,” sapa Morgan.“Kemarilah, Morgan. Masalah kita kali ini benar-benar pelik. Aku ingin mendengar pendapatmu,” kata Yudha.Morgan pun berjalan ke arah Kris dan Jenderal Yudha yang sedang berdiri di samping meja strategi. Si tentara yang tadi mengantarnya langsung keluar dan menutup pintu.“Informasi apa saja yang sudah kita dapatkan?” tanya Morgan.Yudha menatap Kris, memintanya menjelaskan semuanya. Morgan menyimak paparan Kris dengan saksama.Informasi-informasi dari Kris ini sejalan dengan kecurigaan Morgan tadi. Kerajaan D di Provinsi Q menjalin kerjasama dengan sindikat berbahaya yang terhubung dengan agen-agen internasional.“Bagaimana menurutmu? Kalau kita terang-terangan menyatakan perang dengan Kerajaan D, itu akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Terlalu mencolok,” kata Yudha.Morgan melipat

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Adu Tembak yang Sengit

    Morgan sedang dalam perjalanan menuju titik di mana John terakhr terdeteksi. Dia berada di dalam salah satu mobil lapis baja yang melaju cepat.Kris ikut menuju ke lokasi, tapi dia berada di mobil lapis baja yang lain. Adapun Yudha sendiri tidak ikut. Dia akan menemui pimpinan kepolisian dan walikota untuk memulai pengisolasian Kota HK seperti yang diminta Morgan.Meski rombongan militer itu baru akan tiba di lokasi sekitar sepuluh menit lagi, satu tim beranggotakan 30 tentara mestinya sudah tiba di sana duluan dari lima menit lalu.Mereka adalah tim yang ditugakan oleh Kris untuk melacak keberadaan agen-agen rahasia itu. Kris memberi izin kepada mereka untuk mengambil tindakan yang diperlukan seandainya agen-agen itu melakukan perlawanan.Morgan sendiri sudah tak sabar untuk menghabisi agen-agen itu, terutama si jangkung kaukasian yang mukanya brewokan itu.Dia telah memberi orang itu kesempatan dua kali. Tak akan ada kesempatan ketiga.…Di ruko dua tingkat itu sendiri, adu tembak y

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Mengorek Informasi dari John

    “Kau!”John geram. Dia lemparkan ponselnya ke lantai hingga ia rusak.Tepat saat itu tentara-tentara yang menaiki tangga itu akhirnya tiba di lantai dua, dan mereka langsung melepaskan tembakan-tembakan ke arah John.“Argh!”John kewalahan. Dia tak mungkin bisa mengatasi tentara-tentara ini seorang diri. Baru saja peluru bersarang di tangan kanannya dan pistolnya terjatuh.Saat dia hendak menembak tentara-tentara itu dengan tangannya yang kiri, sebuah peluru pun bersarang di tangannya itu.Pistolnya yang satu lagi juga terjatuh. Kini John tak bisa menggunakan kedua tangannya lagi.“Menyerahlah! Diam di tempat!” hardik si tentara.John menatapnya dan tentara-tentara lain. Apakah dia punya pilihan lain?…Morgan akhirnya tiba di lokasi, di mana mobil-mobil lapis baja sudah lebih dulu ada di sana.Dia turun dari mobil sambil menyeret Matt. Muka pria itu penuh lebam. Kedua tangannya terborgol di depan.“Dewa Perang!”Seorang tentara memberinya hormat saat Morgan memasuki ruko.Ruangan itu

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Malam yang Melelahkan

    Morgan terdiam beberapa saat. Sorot matanya dingin. Dia memikirkan informasi yang baru saja didapatkannya itu.Jika benar Wakil Presiden terlibat, masalah ini jauh lebih rumit daripada dugaannya.“Wakil Presiden terlibat?” Dia memastikan.“Benar, Dewa Perang. Itu yang dikatakan Jenderal Yudha barusan,” jawab Kris.“Bagaimana dengan Presiden? Apakah dia terlibat juga?” tanyanya lagi.Kris menggeleng. “Jenderal Yudha tak mengatakan itu. Sepertinya Presiden tidak terlibat,” jawab Kris.Itu tidak membuat segalanya lebih baik. Jika situasinya memang seperti itu, itu artinya masalah ini bermula di atas, di pusat kekuasaan.Memang tidak jarang seorang wakil presiden pada akhirnya berbeda paham dan bahkan berselisih dengan presiden. Tapi di negeri itu, biasanya wakil presiden tak punya cukup kekuasaan dan keberanian untuk melawan presiden.Kalaupun perselisihan itu terjadi di tengah-tengah pemerintahan berjalan, biasanya sang wakil presiden akan menunggu sampai pemilu berikutnya untuk menunju

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Agnes Sulit Sekali Diprediksi

    “Minumlah. Mumpung masih hangat,” kata Gaby. Dia duduk di sofa kecil di samping kiri Morgan, di arah pukul sepuluh.Morgan mengambil gelas itu dan menyeruput teh hangat itu sedikit. Tak bisa tidak, ujung matanya kembali terarah ke gunung kembarnya Gaby. Gaby kini duduk bersandar di sofa itu sambil menyilangkan kaki.“Jadi, apa yang sebenarnya terjadi tadi? Kenapa kau tak bisa dihubungi?” tanya Gaby.“Kau tadi meneleponku?” Morgan balik bertanya.“Bukan aku, tapi istrimu. Dia berkali-kali meneleponmu tapi tak juga tersambung. Dia lalu mengeluhkannya padaku, memintaku meneleponmu. Mungkin dia pikir hasilnya akan berbeda, tapi sama saja. Nomormu tak bisa dijangkau,” papar Gaby.Morgan mengerutkan kening. Begitu rupanya. Kini dia punya dugaan soal kenapa tadi Agnes seperti begitu marah padanya.Mungkin karena Morgan tak bisa dihubungi. Bisa dia bayangkan betapa kesalnya Agnes, telah mencoba meneleponnya berkali-kali tapi tak juga panggilannya itu tersambung.Morgan mengangguk-angguk. Dia

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Kebohongan Daniel

    “Apa maksudmu, Agnes?”Morgan langsung bangkit terduduk. Kakinnya menginjak lantai dan matanya tertuju pada mata Agnes.Agnes baru saja meminta untuk bercerai? Apakah dia salah dengar?“Aku bilang, kita bercerai saja!”Ternyata dia tak salah dengar. Dan Agnes tidak tampak seperti seseorang yang sedang bercanda.Tapi kenapa? Kenapa istrinya ini tiba-tiba meminta cerai?“Agnes, jelaskan padaku apa maksudnya ini. Ada masalah apa? Kenapa kau tiba-tiba ingin kita bercerai?” cecar Morgan, berdiri sambil terus menatap Agnes.Agnes mendengus. Sorot matanya masih tidak bersahabat.“Kau tak tahu kesalahanmu apa, Morgan? Serius kau tak tahu?”“Tidak, Sayangku. Aku tak tahu.”Plak!Sebuah tamparan diberikan Agnes ke pipi Morgan. Perih sekali rasanya.“Kau semalam diam-diam mengawasiku saat aku bertemu klien? Jawab!” bentak Agnes.Morgan menatap Agnes lurus. Istrinya tahu kalau semalam dia ada di restoran mewah itu? Bagaimana bisa?“Iya. Aku memang ada di restoran itu semalam, tapi tidak di ruanga

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Daniel Mencoba Membela Diri

    Daniel tak bisa berhenti menduga-duga apa yang ingin dibicarakan Felisia dengannya. Jika itu hal penting, mestinya berkaitan dengan urusan pekerjaan. Tapi apa? Sejauh ini dia merasa kinerjanya oke-oke saja. Bahkan dia menilai dirinya bekerja dengan baik dan layak diganjar bonus. 'Apakah aku melakukan kesalahan? Apakah ada hal penting yang kulewatkan?' pikirnya. Terus saja dia memikirkannya sampai-sampai dia tak menyadari waktu telah berlalu sepuluh menit. Dia mengambil ponselnya. Cepat-cepat, dia keluar dari ruangannya, menuju ke ruangannya Felisia. Setibanya di ruangannya Felisia dia mengetuk pintu dua kali. "Masuk!" kata Felisia dari dalam. Daniel mendorong pintu dan masuk. Dia melihat Felisia sedang menatap layar laptopnya dan tengah mengetik sesuatu dengan cepat. Raut mukanya tak bersahabat. "Anda memanggil saya, Bu Felisia?" tanya Daniel, menutup pintu. "Daniel, duduklah," pinta Felisia. Daniel pun duduk di kursi kosong di seberang meja kerjanya Felisia. Firasat buruk i

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Akhir yang Pahit untuk Daniel

    "Berani-beraninya kau menghasut istriku. Aku telah menyembuhkan luka tembakmu itu, dan ini yang kau lakukan padaku? Hebat!" sindir Morgan.Daniel masih mematung di tempatnya. Dia belum juga bisa menutup kembail mulutnya."Kemasi barang-barangmu! Aku tak peduli selama ini kinerjamu bagus atau tidak, mulai detik ini kau bukan lagi karyawan Charta Group!" lanjut Morgan.Daniel terbelalak lagi dan dadanya kini berdebar-debar. Dia seakan bisa mendengar desir darahnya sendiri."Cepat proses pemecatannya! Aku tak mau melihat wajahnya lagi di kantor ini!" perintah Morgan kepada Felisia."Baik, Tuan," tanggap Felisia. Dia lalu mengangkat gagang telepon dan menelepon HRD, meminta dokumen pemecatan Daniel disiapkan secepatnya.Mata Danil bergerak-gerak, menatap Felisia lalu Morgan, lalu Felisia lagi, lalu Morgan lagi.Debar dadanya bertambah hebat. Tubuhnya terasa panas dan lemas. Dan akhirnya...Bruk!Daniel jatuh berlutut. Mengerahkan semua tenaganya, dia membungkukkan badannya, bersujud ke ar

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Tak Belajar dari Kesalahan

    Kulit muka Orkan seketika pucat. Dia seperti orang yang baru saja melihat hantu.Dan, sebelum sempat dia melepaskan tembakan lagi, Morgan sudah menerjang ke arahnya, melesakkan tinju yang menghantam pipi kirinya.“Ugh!”Sang jenderal itu terlempar dan berguling-guling di lantai. Keempat jenderal lain terkesiap. Muka mereka sama pucatnya dengan Orkan.“K-kau… s-siapa kau, Bangsat?!!” tanya Bamby dengan nada tinggi.Morgan memutar lehernya dengan pelan, menatap Bamby dengan tatapan yang menikam.“J-jangan berani-berani mendekat! Jangan mendekat atau kutembak!!” gertak Bamby sambil menodongkan pistolnya.Ketiga jenderal lain pun menodonkan pistol mereka ke arah Morgan.Morgan menatap mereka satu per satu, lalu terkekeh.“Sungguh menggelikan. Seperti inikah jenderal-jenderal tertinggi di negeri ini? Kalian membikin malu institusi militer di negeri ini!” kata Tony.“Anjing! Berani-beraninya kau menghina kami! Mulutmu itu harus dijahit!” bentak Gary.“Kau telah mengambil langkah yang salah

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Tawaran untuk Membelot

    Orkan sesaat terdiam. Dia tak mengenal orang ini, tapi apa yang barusan diucapkannya seolah-olah menunjukkan kalau orang ini tahu siapa dia.“Siapa kau? Siapa yang membawamu ke sini?” tanya Orkan tegas.Morgan tersenyum mencemooh. “Siapa yang membawaku ke sini? Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja aku sendiri. Memangnya kau melihat ada orang lain yang bersamaku saat ini?” ledeknya.Orkan mendengus. Dia tidak tahu siapa orang ini sebenarnya, tapi dia pastikan dia akan memberinya pelajaran.“Siapa itu, Orkan? Informanmu?” tanya Bamby.“Bukan. Aku tak tahu orang ini siapa,” jawab Orkan.“Hah? Maksudmu?”Orkan hendak keluar dan mengatasi pria tak dikenal yang mengaku-ngaku Dewa Perang ini sendirian, tapi dia kalah cepat.Si pria tak dikenal, yang tak lain adalah Morgan, mendoorng pintu dan memaksa masuk. Kini Bamby dan yang lainnya pun bisa melihatnya.“Halo, para Jenderal. Sedang apa kalian berkumpul di sini? Membahas rencana kudeta?” seloroh Morgan.Saat itu juga, raut muka keempat jend

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Berkumpulnya Lima Jenderal

    “Kau Sang Dewa Perang?” tanya Bernard, menatap Morgan tak percaya.Lagi-lagi Morgan hanya mengangkat alisnya dan tersenyum miring. Bernard pun jadi kesal.“Yudha, apa maksudnya ini? Kalau ini guyonan, sungguh ini guyonan yang buruk. Kau pikir aku percaya si anak muda yang songong ini adalah Sang Dewa Perang?” tanya Bernard sambil menatap Yudha.“Ini bukan guyonan, Bernard. Morgan memang Sang Dewa Perang,” jawab Yudha.“Apa? Jadi ini serius?”“Ya, tentu saja. Kau pikir aku akan begitu saja mengabdikan diriku pada sosok lain di militer selain Sang Dewa Perang?”Bernard menatap Yudha dengan alis hampir menyatu di tengah.Yang dikatakan Yudha itu masuk akal. Untuk apa juga dia begitu hormat dan percaya kepada seorang anak muda jika bukan karena si anak muda ini sesungguhnya sosok yang spesial.Tapi, benarkah Morgan rupanya sespesial itu?Bernard kembali menatap Morgan, memandangi wajahnya, mengamati gerak-geriknya.Dia memang belum pernah bertemu dengan Sang Dewa Perang. Selama ini dia me

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Morgan adalah Sang Dewa Perang

    Morgan membawa Bernard ke markas militer Kota HK. Di sana, sudah menunggu Kris dan Yudha.Bernard sebenarnya bertanya-tanya untuk apa Morgan membawanya ke sana, tapi dia tek mengutarakannya.Ini kali pertamanya dia memasuki markas militer Kota HK yang berada dalam tanggung jawabnya Yudha. Dia sepenuhnya waspada, berjaga-jaga kalau-kalau Morgan tiba-tiba menjerumuskannya ke dalam bahaya.“Tenang saja, Jenderal. Kau sekarang bagian dari kami. Di sini kau aman,” kata Morgan sambil tersenyum miring, seakan mendengar apa yang digumamkan Bernard di dalam kepalanya.Bernard hanya membalas dengan lirikan kesal. Dia arahkan lagi matanya ke luar jendela, mengamati apa-apa yang ada di markas militer tersebut.Tak lama kemudian, mereka berdua berjalan ke ruangan tempat Morgan biasa bertemu dengan Kris dan Yudha untuk menyusun strategi.“Dari gerak-gerikmu, sepertinya kau sudah terbiasa ke sini. Tadi saja di depan tentara-tentara itu membiarkanmu masuk begitu saja tanpa kau perlu menunjukkan muka.

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Bernard Membelot

    “Kenapa? Apa kata-kataku kurang jelas?” tanya Morgan sambil duduk lagi di kursi, menyilangkan kaki dan tersenyum mengejek.Bernard menatapnya dengan benci. Orang ini benar-benar meremehkannya. Ini bukan lagi penghinaan baginya, melainkan lebih dari itu.“Kau ingin aku berada di pihakmu dan melawan para jenderal yang merupakan orang-orang penting di militer saat ini? Apa kau gila?” protes Bernard.Morgan mengangkat bahu, berkata, “Kenapa memangnya? Kau takut? Kau tak punya nyali untuk menentang mereka? Begitu, Jenderal?”Morgan lagi-lagi mengakhiri kata-katanya dengan senyum mengejek. Tak ayal itu membuat Bernard mendengus seperti banteng.“Lagi pula, Jenderal, bukankah aku yang memenangkan taruhan? Dan bukankah tadi kau bilang kalau ucapanmu bisa dipegang karena itu bagian dari prinsipmu?” sindir Morgan.Bernard kembali mendengus. Kebencian di matanya itu menyala-nyala. Tangan kanannya yang baru saja disembuhkan Morgan itu kini terkepal.Morgan menyadari betul apa yang dirasakan Berna

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Menaklukkan Bernard

    Morgan melangkah tenang sementara Bernard mundur dengan mata membulat. "Kenapa, Jenderal? Kau seperti sedang melihat hantu saja," sindir Morgan. "Kau! Apa yang kau lakukan pada Matthew?!" Bernard menyalak sambil terus mundur menjinjing kopernya. Mengabaikan pertanyaan Bernard, Morgan melirik koper hitam itu. "Sepertinya itu koper istimewa sampai-sampai kau membawanya di saat-saat seperti ini, Jenderal. Aku penasaran apa isinya," ucap Morgan. "Sialan! Jangan main-main kau denganku, ya!!" teriak Bernard, menjatuhkan koper hitamnya lalu mengambil pistol, mengarahkannya pada Morgan. Bernard melakukannya dengan cepat, tetapi Morgan sudah mengantisipasinya. Dengan gerakan yang tak kalah cepat, Morgan memegangi tangan Bernard yang besar lalu memelintirnya. "Arrgghhh!!"Pistol di tangan Bernard itu terjatuh. Morgan menendangnya. Pistol itu bergeser jauh ke belakang Bernard. "Kau tak tahu siapa orang yang kau hadapi, Keparat! Kau tak tahu neraka seperti apa yang akan menantimu kalau k

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Memburu Bernard

    Sebuah drone terbang di langit malam Kota HK, di atas sebuah hotel 12 lantai.Sesekali lampu kecil di bawahnya berkedip-kedip. Dalam setiap kali lampu itu berkedip, sebuah gambar terambil dan terkirim ke pusat pengendali.Drone itu dikendalikan oleh sebuah unit pasukan yang beroperasi tak jauh dari hotel. Mereka adalah tentara-tentara yang dikirim oleh Kris untuk sebuah misi khusu yang sangat rahasia.Setelah foto-foto itu sampai di pusat pengendali, segera mereka diolah dan dikirim ke Morgan.Morgan menerimanya lewat ponselnya. Dengan cara itulah dia memantau gerak-gerik Bernard.Selain gerak-gerik Bernard, Morgan juga memantau apa-apa yang dikatakan Bernard.Drone itu telah menembakkan sesuatu sejak sekitar satu jam yang lalu ke kamar hotel yang ditempati Bernard itu.Sesuatu itu bukan peluru, melainkan alat perekam kecil yang menempel di kusen jendela kamar.Teknologi canggih memungkinkan peluru itu berubah warna sesuai tempat dia menempel, sehingga mustahil bagi Bernard untuk meny

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Kehilangan Besar

    “Siapa ini? Apa yang terjadi pada Matthew?”Bernard menanyakannya dengan nada tinggi. Matanya membulat.[Kau tahu siapa aku, Bernard. Dan sekali lagi kuingatkan: bersiap-siaplah. Selanjutnya kaulah orang yang akan kuburu dan kuhukum.]Tuuut…. tuuut… tuuut…Panggilan diakhiri begitu saja oleh si penelepon.Bernard tahu, orang yang bicara padanya barusan itu adalah Morgan.Pertanyaannya kemudian: apa yang terjadi pada Matthew?Fakta bahwa Morgan meneleponnya dengan menggunakan nomor Matthew menunjukkan kalau saat ini Morgan berada di dekat Matthew, atau dia baru saja mengambil ponselnya Matthew.Matthew tak mungkin meminjamkan ponselnya pada Morgan. Itu artinya, situasi Matthew sedang tidak baik-baik saja. Bernard khawatir Morgan telah menghabisinya.Disamping hubungan pertemanan yang cukup dekat akibat menjalin kerja sama bertahun-tahun dengan Matthew, Bernard melihat Matthew sebagai sosok krusial yang perannya sangat signifikan dalam rencana kudeta mereka.Tanpa Matthew, kudeta itu ta

  • Pembalasan Dendam Sang Dewa Perang   Akhir Tragis Matthew

    “Kau! Bagaimana bisa?”Matthew terbelalak. Dagunya seperti akan jatuh.Dia yakin betul kelima peluru tadi bersarang di tubuh Morgan. Lantas, bagaimana bisa Morgan masih bisa berdiri?Bahkan tanpa kelima peluru itu saja, Morgan mestinya sudah lumpuh gara-gara racun yang menyebar di tubuhnya.Dan pertanyaannya itu terjawab saat Matthew menemukan sesuatu yang janggal di tubuh Morgan.Kelima peluru itu memang bersarang di tubuh Morgan, tapi entah kenapa, kini mereka berlima keluar, seperti ada sesuatu yang mendorongnya dari dalam.Peluru-peluru itu pun jatuh ke lantai. Tubuh Morgan sendiri, tepatnya titik-titik di mana peluru itu tadi bersarang, dengan cepat pulih. Tak ada lagi luka atau apa pun.‘Apa maksudnya ini? Apa dia monster?’ pikir Matthew, masih terbelalak.Saat dia menatap wajah Morgan lagi, didapatinya Morgan menyeringai dan menerjangnya.Gerakan Morgan terlalu cepat untuk dia antisipasi. Belum juga dia mengangkat tangannya, Morgan sudah menonjoknya, tepat di muka.Brughhh!Mat

DMCA.com Protection Status