“Argh! Tanganku!” rintih si pria berkacamata. Satu peluru yang ditembakkan John mengenai tangannya yang kiri.Mata Morgan membulat. Si pria kaukasian ini benar-benar berniat membunuhnya?Dash! Dash!Dua tembakan lagi dilepaskan John saat Morgan menjauh dari si pria berkacamata. Kini Morgan bersembunyi di salah satu bilik toilet.“T-tunggu! Jangan!” terdengar si pria berkacamata memelas kepada John.Morgan menghela napas. Tadinya dia menjauh dari si pria agar orang itu tak lagi terkena tembakan John, tapi sepertinya dia mengambil keputusan yang salah.Mau tak mau, dia pun keluar dari toilet. Sebelumnya dia ambil gulungan kertas toilet di situ. Dia lemparkan ke arah John saat pria jangkung itu bermaksud menembaknya lagi.Dash!Tembakan John meleset. Gulungan kertas toilet itu mengenai bahunya.Morgan memanfaatkan momen ini untuk melompat ke dinding lalu menerjang John. Dia jadikan kaki kirinya tumpuan sementara kaki kanannya dia hantamkan ke tangan John.Klontang!Pistol di tangan John
Ponselnya John terus bergetar. Morgan bingung. Apakah dia harus mengangkatnya?Setelah memikirkannya beberapa saat, Morgan memutuskan untuk membiarkan saja ponselnya John itu bergetar.Saat panggilan dari Martha berakhir, giliran ponsel Morgan yang bergetar. Panggilan masuk dari Kris.“Bagaimana? Apa saja yang sudah kalian dapatkan?” tanya Morgan langsung setelah mengangkatnnya.[Dewa Perang, siapa pun yang memiliki pistol tipe ini, dia mendapatkannya di luar negeri dan membawanya ke negeri ini. Kemungkinan besar dia anggota sebuah sindikat internasional. Sepertinya mereka sudah mulai bergerak.]Morgan mencerna paparan Kris itu baik-baik. Kecurigaannya terbukti. Kalau sudah begini, ada baiknya dia mulai membahas strategi untuk meng-counter mereka.“Cari lagi info tentang sindikat internasional ini. Kumpulkan sebanyak-banyaknya. Besok pagi aku ke markas.”[Siap, Dewa Perang.]Morgan baru saja akan mengakhiri panggilan ketika dia menatap John dan teringat sesuatu.“Oh, ya. Aku akan mema
John baru saja melepaskan tembakan terarah yang tepat mengenai satu ban belakang mobilnya Morgan. Kini dia melihat mobil itu berputar-putar, nyaris saja tertabrak dan terhimpit oleh sebuah truk gandeng yang coba disusulnya.“Tembakan bagus, John. Untunglah kita menyimpan senjata di mobil,” kata Martha. Dia yang mengemudikan mobil.Tak ada balasan dari John. Dia masih mengarahkan senjatanya ke depan, mengeker dengan fokus tinggi. Dan dia menarik pelatuk untuk kedua kalinya.Dash!Lagi-lagi, peluru yang dilesakaknnya mengenai sasaran. Kali ini salah satu ban depan mobil itu yang kempes. Seketika itu juga mobilnya Morgan itu berguling-guling, keluar dari jalan raya.Martha menepikan mobil dan berhenti. Situasi di depan mereka sudah kacau. Banyak pengendara berhenti mendadak dan beberapa dan tabrakan beruntun pun terjadi.“Berhati-hatilah, John,” kata Martha saat John membuka jendela dan keluar.Seorang pria kaukasian dengan tinggi hampir dua meter berjalan di trotoar Kota HK. Di tanganny
Morgan gagal memantau situasi istrinya. Kini, dia berada di salah satu mobil lapis baja dalam perjalanan ke markas militer Kota HK. Seorang tentara duduk di samping kirinya.Morgan kembali mengeluarkan benda serupa pin yang dilemparkan Martha tadi. Dilihat-lihatnya lagi benda tersebut. Tak salah lagi, itu memang lambang kerajaan. Pertanyaannya kemudian: apa hubungan kedua orang itu dengan kerajaan?Kerajaan yang dimaksud di sini adalah kerajaan yang masih berdiri dan bertahan di negara yang kini sudah berbentuk republik ini.Berbeda dengan kerajaan-kerajaan di Eropa Barat yang berada di luar struktur politik pemerintahan, kerajaan yang satu ini ada di dalam struktur politik pemerintahan, tapi lingkup kekuasaannya terbatas.Sejauh yang Morgan tahu, kerajaan ini hanya diakui kekuasaannya di provinsi di mana ia berada. Di situlah ia punya kekuatan hukum untuk menjadi semacam negara di dalam negara.Tapi itu bukan di provinsi di mana Kota HK berada. Lantas, kenapa pula orang yang memegang
Morgan telah tiba di markas militer Kota HK. Dia langsung diantar menuju ke ruangannya Kris.Saat dia memasuki ruangan itu, dia mendapati Kris sedang mengobrol dengan Yudha.“Jenderal,” sapa Morgan.“Kemarilah, Morgan. Masalah kita kali ini benar-benar pelik. Aku ingin mendengar pendapatmu,” kata Yudha.Morgan pun berjalan ke arah Kris dan Jenderal Yudha yang sedang berdiri di samping meja strategi. Si tentara yang tadi mengantarnya langsung keluar dan menutup pintu.“Informasi apa saja yang sudah kita dapatkan?” tanya Morgan.Yudha menatap Kris, memintanya menjelaskan semuanya. Morgan menyimak paparan Kris dengan saksama.Informasi-informasi dari Kris ini sejalan dengan kecurigaan Morgan tadi. Kerajaan D di Provinsi Q menjalin kerjasama dengan sindikat berbahaya yang terhubung dengan agen-agen internasional.“Bagaimana menurutmu? Kalau kita terang-terangan menyatakan perang dengan Kerajaan D, itu akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Terlalu mencolok,” kata Yudha.Morgan melipat
Morgan sedang dalam perjalanan menuju titik di mana John terakhr terdeteksi. Dia berada di dalam salah satu mobil lapis baja yang melaju cepat.Kris ikut menuju ke lokasi, tapi dia berada di mobil lapis baja yang lain. Adapun Yudha sendiri tidak ikut. Dia akan menemui pimpinan kepolisian dan walikota untuk memulai pengisolasian Kota HK seperti yang diminta Morgan.Meski rombongan militer itu baru akan tiba di lokasi sekitar sepuluh menit lagi, satu tim beranggotakan 30 tentara mestinya sudah tiba di sana duluan dari lima menit lalu.Mereka adalah tim yang ditugakan oleh Kris untuk melacak keberadaan agen-agen rahasia itu. Kris memberi izin kepada mereka untuk mengambil tindakan yang diperlukan seandainya agen-agen itu melakukan perlawanan.Morgan sendiri sudah tak sabar untuk menghabisi agen-agen itu, terutama si jangkung kaukasian yang mukanya brewokan itu.Dia telah memberi orang itu kesempatan dua kali. Tak akan ada kesempatan ketiga.…Di ruko dua tingkat itu sendiri, adu tembak y
“Kau!”John geram. Dia lemparkan ponselnya ke lantai hingga ia rusak.Tepat saat itu tentara-tentara yang menaiki tangga itu akhirnya tiba di lantai dua, dan mereka langsung melepaskan tembakan-tembakan ke arah John.“Argh!”John kewalahan. Dia tak mungkin bisa mengatasi tentara-tentara ini seorang diri. Baru saja peluru bersarang di tangan kanannya dan pistolnya terjatuh.Saat dia hendak menembak tentara-tentara itu dengan tangannya yang kiri, sebuah peluru pun bersarang di tangannya itu.Pistolnya yang satu lagi juga terjatuh. Kini John tak bisa menggunakan kedua tangannya lagi.“Menyerahlah! Diam di tempat!” hardik si tentara.John menatapnya dan tentara-tentara lain. Apakah dia punya pilihan lain?…Morgan akhirnya tiba di lokasi, di mana mobil-mobil lapis baja sudah lebih dulu ada di sana.Dia turun dari mobil sambil menyeret Matt. Muka pria itu penuh lebam. Kedua tangannya terborgol di depan.“Dewa Perang!”Seorang tentara memberinya hormat saat Morgan memasuki ruko.Ruangan itu
Morgan terdiam beberapa saat. Sorot matanya dingin. Dia memikirkan informasi yang baru saja didapatkannya itu.Jika benar Wakil Presiden terlibat, masalah ini jauh lebih rumit daripada dugaannya.“Wakil Presiden terlibat?” Dia memastikan.“Benar, Dewa Perang. Itu yang dikatakan Jenderal Yudha barusan,” jawab Kris.“Bagaimana dengan Presiden? Apakah dia terlibat juga?” tanyanya lagi.Kris menggeleng. “Jenderal Yudha tak mengatakan itu. Sepertinya Presiden tidak terlibat,” jawab Kris.Itu tidak membuat segalanya lebih baik. Jika situasinya memang seperti itu, itu artinya masalah ini bermula di atas, di pusat kekuasaan.Memang tidak jarang seorang wakil presiden pada akhirnya berbeda paham dan bahkan berselisih dengan presiden. Tapi di negeri itu, biasanya wakil presiden tak punya cukup kekuasaan dan keberanian untuk melawan presiden.Kalaupun perselisihan itu terjadi di tengah-tengah pemerintahan berjalan, biasanya sang wakil presiden akan menunggu sampai pemilu berikutnya untuk menunju