“Dia adalah Lyra Bell, istri dari John Foster.” Laura dengan ramah memperkenalkan Lyra kepada Ivanna yang tampak penasaran dengannya.Ivanna tersenyum sambil duduk. “Aku tahu. Berita pernikahan John cukup heboh karena kedatangan Tuan Asher Smith.”Lyra tersenyum paksa. Meskipun kata-kata Ivanna benar, dia tak suka mendengarnya. John seakan hanya menjadi bayang-bayang Asher Smith. Sementara dirinya tahu jika John tak akan kalah dari Asher, apalagi menyangkut tentang penampilan. Dilihat dari mana pun, John jauh lebih tampan dari pria nomor satu itu.Ditambah lagi, dari cara Ivanna menyebut nama John terdengar cukup akrab. Lyra menjadi semakin tak nyaman berada di dekat Ivanna Parker.‘Apakah mereka saling mengenal?’“Oh, jangan salah paham, Nyonya! Tanpa kehadiran Asher pun, John juga cukup menonjol. Dia orang yang sangat bekerja keras dan kompeten. Tidak seperti rumor yang beredar.” Ivanna seakan bisa membaca pikiran Lyra yang sedang tersinggung oleh kata-katanya tadi.“Suamiku meman
Lyra memicingkan mata selagi menatap gerakan bibir Asher. Suasana hatinya mendadak jadi tak nyaman.“Aku sempat bicara dengan John tadi. Dia terlihat seperti manusia yang tidak memiliki jiwa. Kupikir, dia masih ingin menghabiskan waktu denganmu, tapi kau pasti sudah menolak dirinya.” Asher menatap Lyra sarat makna. “Kau tau maksudku, bukan?”Pipi Lyra sontak merona. “A-aku tidak tahu maksudmu!”“Ingat kata-kataku ini …. Jangan sekali pun meninggalkan suamimu ketika sedang ingin bersamamu, apalagi sampai menolak keinginannya. Suamimu bisa mencari kesenangan lain di luar sana.” Asher membusungkan dada, kemudian berjalan melewati Lyra setelah menepuk pundaknya. “John sedang di samping rumah bersama wanita itu. Aku tidak tahu siapa dia, tetapi dia cukup menggoda para pria biasa.” Asher tersenyum miring kala meninggalkan Lyra sendiri. “Bocah ingusan, beraninya kau mencoba untuk mengerjaiku! Rasakan sendiri akibatnya,” gumamnya.Lyra berbalik menatap punggung Asher yang kian menjauh. Dia me
‘Bagian dari keluarga Parker?’ batin Lyra terkejut.Lyra langsung tenang begitu mendengar fakta mengejutkan. Dia pikir, Sasha hanyalah sekretaris biasa yang hanya memanfaatkan kekayaan dan kekuasaan Max Foster untuk mengangkat martabatnya.Buktinya, Sasha berselingkuh dengan pria lain dan masih terus mempertahankan Max. Sasha bisa saja meninggalkan Max jika mencintai pria lain. Tentunya, Lyra menyangka jika Sasha masih membutuhkan sokongan materi dari Max Foster.Apalagi, Sasha sepertinya sedang berusaha merayu John Foster. Setelah tahu keadaan John saat ini, mungkin Sasha beralih mengincar suami Lyra itu.Apabila Sasha berasal dari keluarga Parker, anggapan Lyra yang berpikir bahwa Sasha hanyalah wanita materialistis sontak terbantahkan. Sebab, keluarga Parker cukup terpandang dan memiliki harta yang berlimpah.‘Tapi, nama John memang sedang melejit. Suamiku juga tampan dan memiliki tubuh yang tidak bercela. Sasha mungkin memang berniat menargetkan suamiku.’Amarah Lyra kembali mencua
Sementara Lyra kesal, John justru sesekali tersenyum mengingat Lyra berusaha melindunginya. Lyra juga terlihat seperti istri pencemburu yang khawatir suaminya akan tergoda rayuan wanita lain.John Foster sebenarnya tak menyukai sesuatu yang berlebihan, termasuk rasa cemburu yang tidak rasional. Akan tetapi, mendapat perlakuan tersebut dari Lyra, John justru senang bukan kepalang sehingga dia lupa akan ketidaksukaannya pada sikap yang berlebihan.Meski Lyra tak pernah mengatakan jika dia mencintainya, namun sikap tersebut membuat John seolah sedang disayang dan diperhatikan. Kebahagiaan itu membuat John tak dapat menutupi raut wajah senang hingga dirinya tersenyum kecil.Tak menyadari bahwa sang istri masih marah padanya …“Kau tersenyum? Setelah yang kau lakukan semalam padaku, kau sekarang tersenyum senang karena disentuh wanita lain?” geram Lyra menanggapi seulas senyum tipis di bibir sang suami.John sadar bahwa dirinya membuat kesalahan. Dia segera memasang wajah datar.“Aku sedang
“Sungguhkah seorang Asher Smith akan merasa khawatir atau takut jika salah satu kenalannya akan marah padanya?” tantang Lyra Bell.Lyra tahu betul jika orang seperti Asher memiliki harga diri yang begitu tinggi. Dia juga merasa Asher agak mirip dengannya yang tak mau menunjukkan cela atau kelemahan di depan orang lain.Dengan memberi pertanyaan tersebut, Asher pasti akan menyanggah bahwa dia tak takut pada apa pun. Apalagi, hanya karena John mungkin akan marah atau kecewa padanya.Salah satu sudut mulut Asher tertarik ke atas. Matanya melengkung licik selagi menatap lawan bicaranya.Sikap Asher Smith sesuai dengan dugaan Lyra!“Aku tidak takut maupun khawatir. Tetapi, aku tidak ingin kehilangan orang-orang dekatku hanya karena aku membeberkan rahasianya.”Sayang, jawaban Asher tak sesuai dengan keinginan dan tebakan Lyra. Asher rupanya cukup berhati-hati menanggapi pertanyaan darinya.Lyra dan Asher saling bertatapan cukup lama. Dari kejauhan, dua orang itu seperti sedang bertanding d
Bibir Lyra berkedut-kedut ingin tersenyum tatkala Asher menantang John Foster untuk mengungkap rahasia itu. Entah mengapa dirinya ingin tersenyum, Lyra pun tak tahu sebabnya.Lyra tak pernah mengharapkan pernyataan cinta sang suami, di saat dirinya belum begitu memahami perasaannya sendiri. Dia tertarik kepada John, tetapi bukan berarti mencintai sang suami sedalam itu.Justru Lyra akan merasa terbebani apabila mendengar kata cinta dari John Foster sekarang. Itu terlalu mendadak, dan Lyra mungkin tak akan sanggup untuk menjawab sesuai kata hatinya.Lagi pula, mereka sudah terikat oleh pernikahan. Dibanding mengharapkan kata-kata cinta yang bisa memudar, Lyra lebih suka jika John menjadi dirinya sendiri. Di mata Lyra Bell, John Foster terlalu banyak menyembunyikan sesuatu. Sikap John pun seperti sedang menahan agar tak melakukan kesalahan.“Untuk apa aku memukulmu? Kalaupun aku mau, kau pasti membalasku bertubi-tubi, bahkan lebih buruk dari sebuah pukulan yang tak seberapa menyakitkan,
Malam hari setelah kepulangan Lyra dan John, suasana di dalam kamar mereka menjadi aneh. Lyra yang ingin berbaring pun merasa tak nyaman melihat John bersandar di ranjang sambil membaca buku.Sudah beberapa jam sejak mereka berhenti bicara. Lyra sudah tak mau lagi mengatakan sesuatu.‘Ya, tidak, baik.’ Hanya tiga kata itu yang keluar dari mulut John sejak tadi.Lyra akhirnya mengambil bantal, lalu berbaring di sofa. Bibirnya mulai mengerucut karena John tetap tak mengatakan apa pun atau mencegahnya tidur di tempat sempit itu.Selang waktu berlalu, hanya ada kesunyian di dalam kamar suami-istri itu. John Foster mendengar suara napas Lyra yang teratur. Menandakan sang istri telah tidur.John meletakkan buku yang tidak benar-benar dibacanya. Kemudian, dia berjalan mendekat ke arah sofa sambil mengela napas pelan.Dia berjongkok di depan sofa sambil menatap wajah cantik sang istri. Tangannya terulur untuk merapikan rambut Lyra yang menjuntai menutupi wajah.Dengan penuh kelembutan dan keh
“Jangan salah paham dulu! Aku hanya mengagumi sosokmu di masa lalu dan hanya ingin memberikan hadiah untukmu. Bukan berarti aku memang berniat menghancurkan hubunganmu dan Max seperti kata Tuan Asher.”John Foster berdusta. Sejak mendengar nama Lyra Bell lagi, John langsung bersemangat untuk menunjukkan sosok dirinya yang baru. Dengan semua yang telah berhasil dimilikinya, John lebih percaya diri tampil di depan Lyra. Kala itu, John sedang bersama Asher yang memamerkan satu set perhiasan spesial yang hanya ada satu di dunia untuk Laura. John langsung meminta Asher untuk membuatkan satu set perhiasan yang sama.Di saat itu pula, John menceritakan tentang Lyra kepada Asher. Awalnya, Asher menolak ketika John ingin meniru perhiasan rancangannya sendiri yang hanya dipersembahkan untuk istrinya. Ketika memperdebatkan tentang perhiasan tersebut, John mendapat kabar bahwa Lyra akan bertunangan dengan Max Foster. John lantas mengurungkan niatnya untuk memberikan hadiah spesial untuk Lyra Be
“Kak, aku ingin menyusul mama. Tapi, aku nanti akan menunggu sendirian di kantor.” Justin Foster merengek pada Jolie dengan mata berkaca-kaca akan menangis. Dia tiba-tiba merindukan ibunya dan ingin pergi ke alun-alun bersama orang tuanya dan Jolie. Seperti yang sudah-sudah, Jolie selalu memilih untuk menuruti keinginan sepupunya. Dia tak lagi bimbang dengan banyaknya pilihan yang menggiurkan. Justin akan selalu menjadi prioritas utama. “Aku akan menemanimu ke tempat kerja Bibi Selene, tapi kita harus minta izin dulu kepada mama dan papaku.” Jolie lantas memperhatikan ketiga lelaki yang lebih tua darinya. “Kalian bermain bertiga dulu, ya … aku akan pergi dengan adikku.” Setiap kali menemani Justin, Jolie tak mau mengajak mereka. Pernah satu kali, ketiga lelaki yang ingin lebih dekat dengan Jolie itu ikut mengantar Justin, namun mereka berakhir dimarahi Max Foster tanpa sebab yang jelas. Max tampaknya masih tak suka pada semua yang berhubungan dengan Asher dan Billy. Dia pun sel
Suara anak perempuan berusia lima tahun terdengar di halaman belakang kediaman John Foster. Mata Jolie tertutup kain hitam, kedua tangannya bergerak tak tentu arah seperti sedang mencari pegangan, mulutnya tak bisa menutup saat memamerkan tawa yang tak kunjung menghilang. “Di mana kalian?!” seru Jolie. Saat ini, Jolie yang telah berusia lima tahun itu sedang berusaha menangkap teman-temannya. Dua anak kembar lelaki Asher Smith, putra angkat Billy Volker, serta bocah lelaki yang berumur satu tahun lebih muda darinya dan tak lain adalah sepupunya, putra pertama Max Foster. Jolie terlihat sangat bahagia. Sejak satu minggu yang lalu, keempat temannya menginap di kediaman. Dia jadi tidak kesepian dengan hadirnya bocah-bocah lelaki itu. Namun, kesenangan Jolie tak sejalan dari gerutuan ibunya. Lyra pusing melihat anak-anak itu tak mau berhenti bermain, bahkan Jolie pernah membantahnya hanya agar bisa terus bermain. “Rumah kita jadi seperti penampungan anak, Sayang. Maksudku, aku tidak
John telah berada di kota lain untuk melakukan operasi. Lyra tak bisa ikut menemani John karena tak bisa meninggalkan Jolie, serta ikut membantu persiapan pernikahan kakak iparnya.Penggabungan perusahaan Bell dan Foster pun sudah terlaksana atas bantuan Peter dan Thomas. Mereka akan menggantikan tugas John selama John masih memulihkan diri. Max masih ikut membantu di perusahaan, tetapi lebih sering meliburkan diri untuk menemani calon istrinya membeli perlengkapan hidup baru mereka. Perusahaan di gedung tingkat empat milik Max pun telah resmi dibuka, sehingga waktu berkumpul keluarga sangat sulit dilakukan dengan semua anggota keluarga yang lengkap.“Mama, John akan pulang hari ini. Di mana Dom? Dia harus menjemput suamiku.”Tanpa terasa, satu setengah bulan berlalu. John telah mengabari jika proses pemulihan luka bakarnya hampir berakhir, meski belum kembali sempurna seperti sediakala. Namun, John harus pulang hari ini, karena akan ada hari spesial keesokan paginya.“Dom sedang mem
“Kau tidak perlu melihat istriku waktu mengatakan rencanamu itu. Lyra tidak akan sedih mendengar kau akan menikah.” John menangkap gelagat aneh kakaknya, namun sebenarnya hanya pikirannya sendiri.“Aku melihat semua orang dan kau menatapku waktu bola mataku berhenti searah dengan Lyra!” sanggah Max, tak mau dituduh karena memang itulah kenyataannya. Dia bukan sengaja ingin memandangi Lyra.Lyra menegur John dengan tepukan halus di lengan suaminya itu. Namun, tampaknya John masih teringat kejadian di taman yang membuatnya cemburu buta.“Apa kau mengharapkan pelukan istriku untuk memberimu selamat?”Max berdiri dengan mulut sedikit terbuka. Amarahnya terpancing karena John membahas masalah yang sama berulang kali.Benar, tak hanya sekali John mengungkit masalah itu. Max hanya diam mendengar kata-kata sinis adiknya, namun tidak untuk sekarang, di saat dia ingin membahas rencana pernikahannya.“Kau masih membicarakan itu, hah? Lalu kenapa kalau aku memeluk istrimu? Dia adik iparku! Pikira
Jasad Ivanna baru berhasil diidentifikasi seluruhnya tiga hari lalu. Namun, karena masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Alaric Parker tak bisa menguburkan jasad putrinya begitu saja.Satu minggu berlalu setelah kebakaran yang diakibatkan oleh Ivanna Parker. Saat ini, kediaman Parker sangat ramai oleh orang-orang yang hadir untuk berkabung.Selain para pengusaha, rekan-rekan bisnis Alaric maupun Ivanna, banyak pula wartawan yang meliput proses pemakaman Ivanna Parker. Namun, hanya sedikit awak media yang datang untuk berduka, sebab telah ditemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa Ivanna adalah pelaku kebakaran tersebut.Dari layar televisi berukuran besar, Lyra dan keluarganya sedang menyaksikan proses pemakaman Ivanna. Kamera lebih sering menyorot Sasha Parker yang saat ini sedang naik daun di dunia bisnis.“Wanita sialan itu pasti sedang berakting, aku sangat yakin itu!” geram Max saat melihat Sasha Parker sedang bicara di depan para wartawan sambil berlinang air mata, m
Lyra merasakan hangat di punggungnya. Udara dingin dari penyejuk ruangan mendadak tertutup oleh sesuatu. Namun, dia tetap terlelap dan tak menyadari keberadaan orang di belakangnya yang menghangatkan tubuhnya dengan dekapan penuh kerinduan.Pada dini hari, John baru sampai di kediaman. Dia langsung masuk ke kamar tanpa menimbulkan suara agar Lyra tak terbangun. Setelah membersihkan diri dengan cepat, dia ikut berbaring di dekat Lyra yang tidur meringkuk, tanpa melepaskan masker yang menutup sebagian wajahnya. Dari informasi para pengawal di kediaman, John akhirnya tahu jika Lyra tak pergi ke mana pun. Dia lega karena pikiran buruknya tak pernah terjadi. Awalnya John ingin langsung kembali ke rumah sakit, tetapi dia begitu merindukan pelukan hangat istrinya dan berniat mampir sebentar selagi Lyra tidur.“Aku sangat merindukanmu, Sayang,” bisik John.John terlalu nyaman mendekap Lyra hingga jatuh ketiduran dan lupa harus segera pergi sebelum Lyra bangun ….“Ugh …,” erang Lyra, merasak
John mondar-mandir di ruang pemeriksaan. Bukan gelisah menunggu dokter, tetapi resah membayangkan Lyra masih berduaan bersama Max.‘Apa saja yang mereka lakukan setelah aku meninggalkan mereka?’Sebelumnya saat masih di taman, John masih ingin mengikuti Lyra sampai kediaman. Namun, Peter menyeret John untuk segera ke rumah sakit.“John Foster! Berhentilah mondar-mandir!” sergah Peter, lelah melihat tingkah kekanakan anaknya. “Aku perlu mendapatkan riasan penuh seperti kekasih Max itu, dan segera bertemu Lyra. Max bisa saja menculik dan menyekap Lyra seperti dulu.”Saat mengamati Lyra, John melihat sosok mencurigakan Selene. Setelah menyuruh Dom mencari informasi sosok mencurigakan itu, dia akhirnya tahu identitas Selene yang menyamar sebagai perempuan tua.“Tsk! Hentikan, John! Kau sudah mendengar sendiri kalau mereka sudah berbaikan dan melupakan masa lalu! Lagi pula, lukamu masih baru dan tidak bisa ditutupi dengan riasan!”Peter yang menunggu John di mobil saat di taman tadi juga
Lyra mengangguk setuju. Hanya pelukan biasa bukan suatu hal yang besar. Orang-orang juga terbiasa menyapa dengan pelukan. Lagi pula, mereka masih keluarga.“Terima kasih, Lyra.” Max Foster tanpa ragu memeluk Lyra dengan erat, memejamkan mata selagi merasakan debaran dalam dadanya.Dengan pelukan itu, Max ingin mengembalikan perasaan yang telah berlalu. Kemudian, pelan-pelan melupakan Lyra sebagai wanita pertama yang pernah mengisi hatinya. Tidak, Max tidak mungkin bisa melupakan Lyra. Dia akan menyimpan perasaan itu, mengunci rapat-rapat cintanya, dan melihat Lyra dengan cara yang berbeda, yaitu sebagai keluarga, istri dari adiknya.“Maaf kalau aku banyak berbuat salah padamu, Max. Banyak hal buruk yang sudah kulakukan untuk membalasmu, termasuk kejadian malam di pesta waktu itu. Aku yakin kau juga sudah mengetahuinya.”Lyra pun ingin membuang dendam yang dulu pernah bersarang di hatinya kepada kakak iparnya itu. Berharap setelah waktu berlalu, mereka bisa bicara dan tertawa seperti k
“Maafkan aku, Max. Waktu itu aku tidak bisa menahan diri untuk terus bersamamu atau membuka hati untukmu, sehingga mengambil pilihan lain.”Max mengusap air matanya. Meski bisa menahan tangisan kesedihan, hatinya menangis dan terluka mendengar ucapan Lyra yang sudah pasti.“Aku tahu, aku tidak menyalahkanmu, Lyra. Semua memang salahku dan aku sangat menyesali perbuatanku sendiri,” ujar Max dengan suara serak.Max memutar badan ke arah Lyra. Melihat adik iparnya ikut merasa buruk karena pengakuannya.“Aku hanya ingin mengungkap perasaanku dengan benar, di mana dulu aku hanya menipumu. Aku tidak berniat merebutmu dari adikku … sungguh ….”“Terima kasih telah mencintaiku, Max. Mulai hari ini, aku berharap kau bisa melupakan cinta itu sepenuhnya ….”“Aku sedang mencobanya, tapi kalau malah mengajakku bertemu dan memaksaku menyatakan cintaku.”Mereka diam sejenak saling menatap secara intens. Mendadak, tawa lebar dan lepas menghiasi wajah keduanya.“John akan menghajarku kalau dia sampai t