"Kemana kamu sebenarnya mas?, apa yang sudah kamu lakukan dibelakang aku?" Pertanyaan itu selalu saja berputar-putar dikepalaku disepanjang perjalanan menuju kerumah Ibu.
"Awwwhh" aku ternyata hampir saja menabrak pedagang bakso yang sedang melintas didepanku."Mbak, punya mata nggak sih mbak? Kalau nyetir itu lihat-lihat nggak ngelamun kayak gitu!" Abang-abang bakso itu memakiku tiada henti."Maaf mas, maaf. Saya ceroboh. Saya akan ganti semua kerusakannya mas. Apa ada yang rusak nggak mas?" aku segera turun dari mobil segera memandangi gerobak Abang bakso itu."Ya nggak ada luka atau rusak sih mbak, tapi tetap aja sih mbak. Mbaknya yang kira-kira dong kalau nyetir jangan sampai membahayakan pengguna jalan seperti saya""Iya maaf mas maaf. Ini saya kasih uang sebagai kompensasi. Tidak banyak sih mas, anggap saja sebagai ungkapan permintaan maaf saya" saya memberikan uang dengan nominal Lima ratus ribu kepada pedagang itu."Wah, ini kebanyakan sih mbak""Iya nggak apa-apa kok mas, anggap saja permintaan maaf saya mas" saya beranjak pergi meninggalkan Abang bakso yang kesenangan menerima uang dari saya tadi."Wah, terima kasih banyak mbak, semoga rezekinya lancar terus ya mbak" ucap pedagang itu kegirangan.Aku segera melajukan mobil maticku dan berlalu pergi meninggalkan Abang tukang bakso yang sangat bersyukur menerima pemberianku tadi.***"Maafin mas Seina, sudah berbohong kepadamu pagi ini. Maafin papa juga dedek utun yang sekarang ada diperutnya mama. Papa sudah menyakiti hati kalian berdua pagi ini sayang" lirih Dimas dalam perjalannya menuju rumah Celine.Dimas kali ini juga ada janji temu dengan dokter kandungan, tapi bukan dengan istri sahnya ia datang, melainkan dengan seorang perempuan seksi berbodi 'goals' yaitu Celine. Perut seksi Celine sepertinya sekarang sudah menghilang diganti dengan perutnya yang semakin lama semakin membesar."Kamu sudah siap sayang?" Tanya Dimas kepada mantan sekretarisnya itu yang sekarang sudah menjelma menjadi istri sirihnya."Sudah mas, ayo kita berangkat sekarang" Celine segera menaiki mobil Alphard milik Dimas.Impian Celine menjadi nyonya bos yang selama ini ia idam-idamkan jelas sudah tercapai. Dimas sudah berada dalam genggamannya sekarang."Mas, dedek katanya mau dicium dadynya pagi-pagi begini" Celine mengarahkan perut besarnya kepada Dimas.Celine sudah hamil masuk tri semester yang ke tiga. Sudah masuk usia tujuh bulan. Meski hamilnya sudah tua tapi Celine masih tetap saja berpura-pura lagi mengidam untuk menarik perhatian Dimas."Oh gitu sayang. Selamat pagi jagoan papa. Kamu kapan mau ketemu papa?, papa sudah nggak sabar menanti kehadiranmu sayang?" Dimas mengelus-elus perut buncit Celine.Celine tersenyum tipis melihat kelakuan manis mas Dimas.Dimas tak lagi bisa membohongi hatinya. Celine sudah masuk ke relung hati Dimas yang paling dalam sejak kabar kehamilannya yang lebih dulu dari Seina."Ayo mas, kita berangkat sekarang" ajak Celine."Oke" Dimas segera melajukan mobil mewahnya menuju rumah sakit.****"Assalamu'alaikum buk, Seina udah sampai nih""Wa'alaikum salam Seina" jawab Ibu dari dalam kamarnya. Rupanya Ibu baru selesai membersihkan kamar.Aku setengah berlari menuju Ibuku dan aku lansung memeluknya. Menumpahkan segala kegelisahanku yang berkecamuk dalam hati."Kamu kenapa Sein?, kenapa jadi nangis gitu sayang" Ibu memberi pelukan hangat yang menenangkanku."Nggak kenapa-kenapa Bu, Seina cuma kangen Bu" aku segera menghapus deraian air mata yang menggenangi pipiku."Ya udah sayang. ayo kesini duduk dulu" Bu Ningsih membopong putrinya itu untuk duduk di sofa kucel miliknya.Sejak Seina menikah dan memutuskan untuk tidak bekerja lagi, keluarga itu dilanda krisis ekonomi. Seina juga tidak mungkin mengirimkan uang kepada mereka dengan uang yang diberikan oleh Dimas. Untunglah Lusi telah lulus kuliah dan segera mendapat pekerjaan. Walau gajinya belum sebesar kakaknya Seina dulu, tapi itu cukup lumayan untuk membantu ekonomi keluarga."Gimana dengan kondisi kehamilan kamu sekarang nak?, apa tidak ada kendala?" Ibuku mengelus-elus perutku yang mulai membesar."Baik kok Bu" aku menggumam tangisku."Kamu makan dulu sayang, sudah lama kamu tidak mencicipi masakan Ibu". Bu Ningsih mengajak putrinya itu ke arah dapur dan menghidangkan sejumlah makanan dihadapan Seina."Maaf Bu, bukannya Seina nggak menyukai masakan Ibu, tapi Seina nggak nafsu makan sama sekali Bu". Seina seakan malas untuk makan walau hanya sesuap saja."Kamu nggak boleh kayak gitu nak, walau kamu nggak mau makan tapi kamu harus selalu ingat sama janin yang sekarang tumbuh dalam perutmu sayang. Ia butuh nutrisi dan juga gizi yang cukup biar ia selalu sehat dan kuat berada di rahim kamu Sein." Ucap Ibu kepadaku.Aku hanya mengangguk dan mengiyakan apa yang Ibu katakan tadi. Bagaimana aku bisa makan jika hati dan pikiranku tak lagi mau berkompromi. Bayangan tentang pengkhianatan mas Dimas terus saja menghantui pikiranku.Dadaku sesak dan bergemuruh. Entah bagaimana nantinya nasibku dan anakku. 'Apakah anakku harus lahir tanpa ayah'?. Oh anakku sayang , sungguh malangnya nasibmu. Belum sempat lahir kedunia kamu sudah harus mengenal rasa sakit dari orang yang seharusnya paling menyayangimu."Temani Seina kerumah sakit sekarang Bu, Seina mau cek kehamilan ke dokter!" pintaku lirih kepada Ibu."Lho, Dimas suamimu kemana nak? bukannya yang seharusnya menemanimu adalah Dimas sayang?"" Mas Dimas lagi meeting mendadak tadi katanya Bu, karena hal itu aku datang kemari supaya Ibu bisa menemaniku.""Kalau begitu Ibu siap-siap dulu ya nak", Ibuku segera pergi ke kamarnya dan berganti pakaian yang pantas untuk menemaniku pergi ke rumah sakit.Ibu hanya mengenakan pakaian lusuh pembelian ku tiga tahun yang lalu. Tahun terakhir aku bekerja sebagai manager dan memanjakan Ibuku. Ternyata Ibu masih menyimpannya dengan rapi baju pemberianku."Maafkan anakmu ini Ibu, aku tak lagi bisa memanjakanmu seperti dulu. Aku tidak lagi bekerja dan menghasilkan uang seperti dulu. Kelak, suatu saat aku akan bekerja lagi dan berdiri diatas kaki sendiri. Tidak lagi bergantung pada suami. Aku akan membahagiakanmu Ibu", janjiku dalam hati.Mas Dimas memanglah berasal dari keluarga kaya, tetapi dia membatasi keuanganku. Dia tidak serta merta membolehkan ku mentransfer sejumlah uang kepada keluargaku.Pernah suatu kali aku mengirimi uang kepada Ibu karena mereka benar-benar sangat membutuhkan untuk uang wisuda Lusi adikku. mas Dimas lansung memarahiku karena itu uangnya dan berasal dari titik peluhnya."Kamu mentransfer uang kepada siapa Sein sebanyak sepuluh juta begini?" tanya mas Dimas kepadaku."Oh itu mas, aku kirimkan kepada Ibuku untuk keperluan uang wisuda Lusi adikku mas""Kenapa kamu mengirimkan uang Tanpa izin dulu kepadaku Sein?, kamu pikir cari duit itu gampang?, kamu enak juga ongkang-ongkang kaki dirumah, sedangkan aku, harus berjibaku bekerja dikantor. Jangan pernah kamu sentuh uangku lagi untuk keperluan keluarga miskinmu itu!" teriak mas Dimas kepadaku.Perih sekali hatiku mendengar setiap kata yang keluar dari mulut mas Dimas kala itu.~~~•|•~~~Bersambung"Celine, aku nggak salah lihat itu beneran Celine kan?" aku mengusap-usap mataku seolah mencari pembenaran tentang orang yang baru saja aku lihat."Kenapa Seina?, siapa yang kamu lihat?" Ibu menghentikan langkahnya dan menanyaiku yang sedang fokus memperhatikan seseorang."Benar, aku tidak mungkin salah. Itu beneran Celine. Syukurlah dia sekarang sudah hamil". Aku mengira Celine sudah menikah dan hidup bahagia dengan kekasihnya dulu, setidaknya ia tak lagi mengejar-ngejar mas Dimas, suamiku."Itu Bu, Celine teman kuliah aku dulu yang sering aku ceritain. Ibu masih ingat nggak?" kulihat Ibu seolah membuka memori lamanya tentang Celine."Oh, Celine. teman yang sering memanfaatkan mu itu kan nak?, wah dia sudah hamil besar sekarang. Dia sudah menikah Sein?" Ibuku balik menanyaiku tentang Celine."Ibu, kok ngomongnya gitu sih Bu, Seina nggak apa-apa kok Bu. Selagi dia masih mau berteman dengan Seina" aku memang orang yang pemalu sehingga temanku tidak begitu banyak. Masih syukur Celine ma
"Selamat siang buk, apa pak Dimas Adityanya ada?, apa saya bisa bertemu dengan pak Dimas Aditya?".Seina bertanya kepada Dinda staf resepsionis di perusahaan milik Dimas."Tunggu sebentar ya buk, dengan ibu siapa namanya?""Saya Seina Amora manager dari supermarket Chunky Mart".Seina menunjukkan kokarde tanda manager supermarket Chunky Mart kepada resepsionis itu."Tunggu sebentar dulu ya mbak Seina saya telepon pak Dimas dulu"."Selamat siang pak Dimas, ada manager dari Chunky Mart ingin bertemu dengan bapak, apa boleh dipersilahkan masuk?"."Ya silahkan sudah saya tunggu dari tadi".Seina tidak dapat mendengar percakapan mereka dengan jelas, ia hanya terpaku beberapa saat."Mbak Seina?""Eh iya?" perkataan Dinda menghentikan lamunan Seina."Kata pak Dimas anda sudah boleh masuk karena sudah ditunggu sejak tadi".Dinda mempersilahkan Seina masuk kedalam ruang Dimas."Ya, terima kasih". Seina berlalu pergi menuju keruangan Direktur utama perusahan Bright Group. perusahaan 'Bright gr
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI[hai Sein, 👋] ada sebuah pesan WA di handphone Seina. Seina buru-buru membukanya. Seina lalu melihat fhoto profil si pengirim WA tersebut. Rupanya pesan dari Dimas Aditya, Direktur perusahaan besar yang baru Seina temui tadi pagi."jadi, ini WAnya pak Dimas, eh mas Dimas maksudnya" Seina baru menyadari bahwa Dimas tadi melarang Seina untuk memanggil Pak, melainkan harus memanggil mas Dimas.[Hay juga mas 😀] Seina membalas dengan emoji tertawa.***Dimas yang menerima balasan pesan dari Seina, senyum-senyum sendiri jadinya efek tandanya gayung bersambut.Dimas sepertinya sudah menaruh hati kepada Seina sejak perjumpaannya yang pertama.[Kamu lagi apa Sein], Dimas memulai pedekatenya kepada Seina.[Ini sudah mau tidur mas,🥱🥱🥱] Seina menambahkan emoji menguapnya.[Oh ya sudah, kamu bobok yang nyenyak ya, nice dream 👋] Kali ini Dimas mencoba memberi perhatian kepada Seina." ya sudahlah, mending gue juga tidur juga. Besok gue mau ajak Seina makan s
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI💓💓💓Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 Wib. Dimas telah sampai di kantornya. begitu juga dengan Celine sekretaris pribadi Dimas. "Celine" Dimas menunjuk kearah Celine dan menyuruhnya untuk menghadap kepadanya."Ya mas Dimas?" Celine segera menghadap Dimas dengan langkah keayuan yang dibuat-buat."Tolong bikinkan saya kopi dan bawa kesini!", ternyata Dimas hanya meminta dibuatkan kopi tidak sesuai dengan yang Celine pikirkan."Kirain mau bilang apa", gerutu Celine yang sedikit masih bisa didengar oleh Dimas."Maksud kamu apa Cel?", Dimas ternyata tidak mendengarnya dengan begitu jelas."Oh, nggak ada apa-apa kok mas" Celine buru-buru pergi meninggalkan Dimas yang masih dipenuhi dengan tanda tanya.***Setelah selesai membuatkan kopi untuk bosnya itu, Celine buru-buru kembali keruangan Dimas dan segera menyuguhkan kopi itu Diatas meja."Ini kopi spesial pesanan Mas Dimas", Celine dengan sengaja memberikan kopi itu disebelah Dimas dengan sedikit menu
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATIPOV SeinaAku membantu mas Dimas untuk bisa berdiri. Kakinya mungkin masih sakit meski telah aku coba untuk mengurutnya."Gimana mas, kamu kuat nggak berdirinya?" aku mencoba untuk mengangkat mas Dimas." Hhhmm, aku coba dulu ya Sein mudah-mudahan bisa" mas Dimas mencoba bangkit dari lantai dan aku ikut untuk mengangkatnya."Bisa nih Luna, meski dengan bantuan dari kamu juga, hehe" aku mencubit pinggang mas Dimas karena kesal kepadanya yang meski dalam situasi terjepit seperti ini masih bisa bercanda."Aduh, aduh, ini baru beneran sakit, mas jadi semakin nggak kuat sekarang""Nggak kuat apa maksud mas?" aku balik bertanya dengan pernyataan mas Dimas tadi."Makin nggak kuat kalau mas nggak godain kamu" kemudian mas Dimas tertawa cengengesan didepanku yang sukses membuat pipiku seperti kepiting rebus saat ini."Udah ah mas, becanda mulu dari tadi, kapan mau jalannya nih?" aku mulai berdecak kesal dengan jurus gombalan dari Dimas yang selalu membuat pipi
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI💓💓💓POV. Dimas***"Apakah ini yang dinamakan cinta pandangan pertama?, masa ia masih ada istilah seperti itu di zaman serba online seperti sekarang. Saya seorang direktur perusahaan ternama yang sedang menjalin hubungan kerja sama dengan sebuah supermarket yang cukup maju menurut saya.saya ingin sekali bertemu dengan manager dari supermarket itu yang menurut desas-desus yang beredar ia adalah seorang wanita yang masih single dan juga jujur dalam bekerja. Di usianya yang terbilang masih muda ia sudah dipercaya untuk memimpin supermarket Chunky Mart yang sudah memiliki sepuluh cabang di kota Jakarta belum lagi yang berada di kota besar lainnya.pertemuan pertama saya dengan Seina manager dari supermarket Chunky Mart membuat saya merasakan debaran aneh disekitar dada saya. Bukankah cinta itu juga datang karena terbiasa?" Ah itu hanyalah istilah lain dari definisi jatuh cinta yang datangnya tanpa bisa tolak dan kepergiannya pun tidak bisa kita taha
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIAANATI💓💓💓~Seina~Aku merasa bersalah kepada mas Dimas yang telah menyebabkan dirinya celaka. Untuk mengurangi rasa bersalahku kepada mas Dimas akhirnya aku menerima ajakannya untuk makan siang bersamanya.Mas Dimas mengajakku ke sebuah rumah makan mewah yang ia sukai. Rumah makan Pagi Sore. Kelihatannya rumah makan ini adalah rumah makan favoritnya mas Dimas. Oh, ya mas Dimas juga sangat menyukai rendang, katanya itu adalah menu favoritnya ketika ia makan disini.Mas Dimas juga menanyaiku apakah aku menyukai rendang atau tidak. Aku tidak begitu menyukai rendang, bukan karena rasanya, namun kan selera orang beda-beda. Aku lebih menyukai Dendeng balado ketimbang rendang. Menu favorit keluarga kami apabila aku gajian.Aku selalu mampir untuk membelikan anggota keluargaku nasi bungkus rumah makan Padang dekat rumahku. sesuatu yang hanya kami nikmati bersama-sama hanya pada saat aku gajian saja. yang artinya hanya satu kali dalam sebulan."Kamu suka rendang
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI💓💓💓~~Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta~~ Begitu pepatah lama adanya seperti yang tertuang kedalam lirik lagu dangdut favorit bapak dan ibu Seina yang pernah eksis pada zamannya.Aku semakin dekat dengan mas Dimas. Hampir setiap malam kami sekedar menanyai kabar dan bercanda bersama yang kemudian ditutup dengan ucapan "selamat tidur dan semoga mimpi indah" yang selalu menemani malam-malam ku beberapa bulan terakhir.Perhatian kecil namun sangat bermakna bagi perempuan single seperti aku yang sunyi sepi jika sang malam datang melanda.[Seina, besok siang kamu sibuk nggak] tanya mas Dimas melalui pesan WhatApp.[Nggak mas, emangnya ada apa] tanya ku lagi pada mas Dimas yang dua bulan terakhir semakin intens mengirimi pesan kepadaku.[Mas pengen ketemu, ada yang mau mas omongin sama kamu], Dimas sangat berharap Seina tidak menolak ajakannya.[Mau ngomong apa mas?, apa nggak bisa lewat televon aja?], Seina penasaran dengan apa yang
"Zain. Sayang. Maaf Ibu mengganggu waktumu sebentar nak. Ibu mau bicara sama kamu" Ibunya Zein memanggil putra satu-satunya itu dalam sambungan telepon. Setidaknya Ibunya juga sedikit berpanas sekarang seiring pembebasannya Zein."Ya Buk. Maaf Buk. Zein lagi sibuk. Lagi bicara sama klien tentang proposal bisnisnya Zein. Nanti saja ibuk televonnya"Tuuut.Tuuut. Tuuut. Lansung saja panggilan itu diputus paksa oleh anaknya sendiri.'Zein. Padahal Ibu pengen ngomong kalau Ibu butuh sedikit uang untuk makan sehari-hari dari hasil penjualan sawah kemaren' gumam Bu Siti dalam tangis direlungnya."Oke. Kalau gitu gue setuju. Ini sepuluh juta buat depenya. Tapi Lo harus ingat. Jangan pernah bawa-bawa gue jika kalian gagal dalam tugas ini." Amplop besar dilempar begitu saja oleh Zein. Seperti tidak ada harganya ketimbang misinya saat ini."Lakukan sesuai perintah gue. Buat Lusi menderita dengan kehilangan bayinya. Dan juga pastikan pernikahannya gagal dengan laki-laki brengsek itu. Buang dia se
"Aku bahagia mas karena ada kamu disamping aku. Kamu datang disaat aku butuh sandaran mas. Kamu seperti air di gurun oase yang begitu terik. Kamu memberiku kesejukan akan dahagaku yang terhempas oleh bayang masa laluku. Dan aku juga sangat terharu akhirnya Lusi akan segera melepas masa lajangnya. Dan itu semua juga berkat dirimu mas" aku menenggelamkan wajahku dalam pelukan laki-laki yang saat ini menjadi junjunganku.Tiada niat sedikitpun aku untuk berpaling darinya. Hati ini sepertinya juga sudah dipenjara dan diborgol erat oleh mas William."Seina. Sayang. Sudah. Kamu jangan mellow lagi. Hari ini adalah hari bahagia di keluarga kamu dan keluarga kita. Hari ini adalah pesta pernikahan adik kamu satu-satunya. Dan juga sekaligus perayaan tujih bulanan kamu bukan?. Hari ini tidak boleh air mata yang terbit dari sudut mata indah kamu ini. Jika pun masih terbit. Itu haruslah air mata kebahagiaan. Bukan duka sayang. Saya mencintai kamu. Mencintai ketulusan dan keikhlasan hatimu. Saya berj
"Nak Gery. Kenapa malam-malam datang ke sini? Apa Lusi yang menyuruhmu untuk buru-buru datang kesini?" Bu Ningsih tampak begitu khawatir mengetahui laki-laki yang sebentar lagi resmi mempersunting putrinya itu sedari tadi memencet bel tanpa ada seorang pun yang mendengar kecuali dirinya."I-Ibu. Maafkan saya Bu. Sudah datang selarut ini. I-Ini Bu." Gery menyodorkan kresek hitam ke hadapan Bu Ningsih yang membuat Bu Ningsih semakin bingung."Apa ini Gery?" Bu Ningsih mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang ada didalam kantong kresek itu.Perlahan tanganny mulai membuka buhul itu. Betapa kagetnya Bu Ningsih dengan pemandangan yang ada di depannya saat ini. Emosinya pun memuncak seolah tidak tertahankan lagi."Mangga muda? Gery! Apa maksud semua ini? Kenapa kamu malam-malam mengantar mangga muda kesini? Apa ini untuk Lusi? Apa kamu juga sudah melakukan itu kepada Lusi. Kurang aj*r kamu!'Plaaaakk' Bu Ningsih menamoar punya Gery yang membuat laki-laki kekar itu
"Aku saja yang menyetir Mas. Aku takutnya dengan kondisi kamu yang seperti sekarang kita akan nabrak dan bisa berabe nantinya""Uuuweekk..uuweeekkk ." Mas William terus saja mual dan hendak muntah namun kembali sama kali tidak mengeluarkan apapun. Hanya beberapa air yang ia muntahkan." Iya Seina. Mas setuju kamu aja yang nyetir. Lagian mas sepertinya ingin muntah terus tidak tertahankan seperti ini. Mas takut tidak konsentrasi nanti kalau menyetir." Mau bagaimana lagi kalau melihat kondisi mas William saat ini memang sangat tidak memungkinkan kalau dia yang menyetir. Jadi terpaksa aku yang ambil alih kemudinya.**" Mas ingin sekali makan mangga muda, tolong belikan Mas sayang" " Yang benar saja kamu Mas, masa tengah malam kayak gini kamu minta mangga muda. Kemana aku harus carikan Mas?" lagi-lagi aku mengerutkan dahiku melihat tingkah aneh mas William saat ini.Masa jam 02.00 pagi kayak gini Mas William meminta aku untuk mencarikannya mangga muda. Bukannya mangga muda yang nanti ak
"Iya Bu Seina, ada dua embrio yang berhasil dibuahi. Itunya artinya Ibu Seina sekarang tengah hamil bayi kembar. Sekali lagi saya ucapkan selamat ya Bu Pak"Mendengar ucapan dokter barusan mendadak mataku berkaca-kaca. Sungguh indah rupanya rencana Tuhan untukku atas semua duka yang selama ini aku alami. Tuhan bahkan menitipkan dua calon bayi kembar di dalam rahimku sebagai teman dari anakku Rindu nantinya.'Alhamdulillahirobbilalamin" tiada henti-hentinya lidah ini mengucapkan syukur itu kepada Ilahi yang begitu adil terhadap hambanya.Aku masih ingat saat itu betapa putus asanya aku dalam berjuang untuk mendapatkan seorang anak dari pernikahanku sebelumnya. Namun kali ini setelah aku menikah dengan mas William tak butuh waktu lama untuk aku mendapatkan karunia itu.'Sungguh nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?'2 bulan setelah menikah aku langsung dikaruniai buah cinta kami yang tiada bandingannya di dunia. Harta yang paling mahal telah engkau berikan kepadaku Tuhan. Mud
"Kamu tidak marah kan mas?" Ujarku kemudian yang dibalas oleh kekehan mas Wiliam."Ya. Saya marah. Dan akan lebih marah lagi jika sesuatu yang buruk menimpa calon anak kita" ujarnya kemudian yang membuatku sangat kaget mendengar jawabannya. Aku takut jika Mas William tidak setuju dan marah atas keinginanku itu.Rupanya mas William berpikir positif dan menghargai keputusanku. Iya kemudian memmemelukku dan memberikan kecupan di dahiku. Rasanya sangat nyaman dan tenang sekali mempunyai suami pengertian dan baik seperti Mas William." Terima kasih Mas kamu sudah mau mengerti sama keputusanku""Iya sayang tidak apa-apa. Besok kita ke dokter kandungan Ya. Kita akan cek kondisi janin kamu dan juga Mas mau lihat apakah janinnya sudah kelihatan apa belum" mendengar ucapannya yang sangat perhatian membuat hatiku nyaman. Rasanya hati ini banyak ditumbuhi bunga-bunga indah bermekaran.Aku masih ingat ketika aku hamil Rindu dulu. Aku bahkan memohon dan mengiba kepada mas Dimas supaya mau menemanik
Cepat kamu Jelaskan kepada saya Kenapa bocah tengil ini memanggil papa kepada Dimas?" Bu Siska kembali mendekati aku. Masih dengan tatapan penuh kebencian. Sampai bola matanya hendak keluar dari sarangnya.Aku memang tak pernah benar dihadapannya. Ia begitu membenciku mengingat status keluarga kami yang jauh berbeda dulu."Maaf Bu Siska. Kalau ibu bertanya pada orang, bisa nggak sih kalau bicara yang sopan. Nggak ngegas kayak gini!" Sejak tadi aku mendiami wanita ini. Namun rupanya Bu Siska malah semakin melunjak saja melihatku. Memang benar kata orang dulu. Musuh tidak dicari. Jika bertemu pantang dielakkan."Baik. Saya akan jawab pertanyaannya Siska. Jika ibu penasaran silahkan nanti bertanya kepada Dimas anak Ibu. Itupun jika Dimas maish diberi waktu oleh Tuhan untuk bertaubat dan memperbaiki dirinya. Rindu. Mas. Ayo kita segera pulang. Hawa disini mulai nggak enak." Aku sengaja tidak memberitahu Bu Siska yang sebenarnya. Biar saja wanita bermulut besar itu mati penasaran. Lagi p
"Anda sama sekali tidak mempunyai hak untuk melukai calon ibu dari anak saya. Dia adlah istri sekaligus belahan jiwa saya" mendengar ucapan William membuat Siska tertegun. Matanya masih melotot tajam. Aku masih memegangi pipiku yang memanas oleh gamparannya. Sedangkan tanganku yang lain memegangi perutku.Aku juga takut ini akan berefek pada calon anakku yang masih berbentuk gumpalan darah itu. Aku positif hamil dan usianya masih lima Minggu. Usia yang masih rentan akan segala sesuatunya."Mama. Mama. Mama nggak apa-apa kan ma?" Tanya Rindu yang lansung menempeliku."Kamu siapa mau jadi pahlawan kesiangan mantan menantu sial*n saya ini?bisanya cuma memeras dan meloroti uang suaminya." Bu Siska bertambah melunjak melihat aku diam. Ia pun hendak menarik jilbabku dan mungkin akan menghempas tubuhku ke lantai.Namun tidak. Kamu telah salah dalam bertingkah Bu Siska. Laki-laki dihadapan kamu ini adalah suamiku. Dia akan melindungiku dari makhluk astral yang brutal seperti kamu."Saya ucapk
Iya selamat siang saya dengan berbicara dengan siapa ini tanya wanita di dalam gawai itu dengan nada yang cukup Ketus membuat jantungku kembali deg-degan mendengar kosa kata yang baru keluar sedikit dari rongga mulutnya." Maaf mengganggu Bu saya Sena Saya ingin mengabarkan kalau...." ucapanku lalu ia potong dengan rancauan yang cukup menyakitkan dadaku." Hah? Apa saya tidak salah dengar? Seina? apa saya tidak salah dengar?. Kamu Seina si pencuri dan perampok itu? mau apa kamu sekarang? kamu mau merampok apalagi dari saya setelah kamu menguras habis semua harta anak saya!" kicauannya cukup membuat telingaku sakit namun aku harus bisa bertahan mendengar ocehannya yang menyakitiku sampai ke relung hati yang paling dalam ia menuduhku pencuri dan perampok Padahal aku hanya mengambil hakku dan juga hak anakku.Lagi pula Mas Dimas itu memang menceraikanku karena perselingkuhannya bukan karena kesalahanku. Ya sudahlah. Untuk apa membicarakan hal yang telah berlalu. Aku harus menyampaikan be