PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI
POV SeinaAku membantu mas Dimas untuk bisa berdiri. Kakinya mungkin masih sakit meski telah aku coba untuk mengurutnya."Gimana mas, kamu kuat nggak berdirinya?" aku mencoba untuk mengangkat mas Dimas." Hhhmm, aku coba dulu ya Sein mudah-mudahan bisa" mas Dimas mencoba bangkit dari lantai dan aku ikut untuk mengangkatnya."Bisa nih Luna, meski dengan bantuan dari kamu juga, hehe" aku mencubit pinggang mas Dimas karena kesal kepadanya yang meski dalam situasi terjepit seperti ini masih bisa bercanda."Aduh, aduh, ini baru beneran sakit, mas jadi semakin nggak kuat sekarang""Nggak kuat apa maksud mas?" aku balik bertanya dengan pernyataan mas Dimas tadi."Makin nggak kuat kalau mas nggak godain kamu" kemudian mas Dimas tertawa cengengesan didepanku yang sukses membuat pipiku seperti kepiting rebus saat ini."Udah ah mas, becanda mulu dari tadi, kapan mau jalannya nih?" aku mulai berdecak kesal dengan jurus gombalan dari Dimas yang selalu membuat pipiku merah seperti tomat matang."Mas mau aku cubit lagi?", imbuhku lagi."Ampun Sein, cubitan kamu sakit banget. Oke sekarang kita jalan ya" Mas Dimas mencoba berjalan dengan tangannya yang bergantung kebahuku.Aku mencoba membantu mas Dimas untuk bisa berjalan selangkah demi selangkah meski badannya sangat berat aku rasa."Pelan-pelan dong Sein jalannya, kaki mas nggak kuat nih ngikut kamunya" kata mas Dimas."Ya udah, kita berhenti dulu disini, mumpung ada kursi" aku mendekatkan kursi itu kepada mas Dimas supaya dia bisa secepatnya bisa berhenti sejenak dari rasa sakitnya."Oke, kita berhenti disini dulu. Sepertinya pintu gudang ini masih jauh didepan. Mas udah merasa sakit banget!"Aku yang mendengar perkataan mas Dimas merasa kasian juga kepadanya pasalnya dia harus merasakan sakit kayak gini karena demi menyelamatkanku. Aku pun berinisiatif untuk memanggil satpam gudang itu untuk membantu mas Dimas segera keluar dari sini."Aku panggilin satpam gudang ya mas biar bisa bantu kamu keluar cepet dari sini" Aku hendak berjalan pergi, namun tangan mas Dimas menghalangi langkahku kali ini."Nggak usah Sein, mas bisa kok tenang aja. Kamu nggak usah merasa khawatir kayak gitu. Mas ini kan laki-laki kan harus kuat".Aku semakin merasa bersalah kepada mas Dimas. "Apa aku terima aja ya ajakan mas Dimas untuk makan siang bareng?" bisikku dalam hati.Aku melihat sosok mas Dimas kali ini sangat berbeda dengan sosok yang kukira selama ini. selama ini aku beranggapan kalau mas Dimax adalah orang cuek dan juga sombong. Namun kali ini aku melihat wajah yang berbeda dari biasanya.Mas Dimas begitu baik menolongku, ia juga orang yang humbel dan suka bercanda terutama untuk menggombal kepadaku."Apa aku sudah menaruh rasa suka kepada mas Dimas?" aku segera membuang jauh-jauh pemikiran itu.Lagian aku juga tidak mau dibilang kege-eran lagi olehnya. Apalagi orang setampan dan sekaya mas Dimas mana mau sama aku yang orang biasa. Kelas kami begitu berbeda jauh.****Lain hal pemikiran Seina lain juga dengan pemikiran Dimas terhadap Seina. Dimas menaruh rasa kekaguman sendiri kepada Seina. Seina yang cantik, sederhana dan juga pekerja keras. Diusianya yang masih terbilang muda sudah dipercaya oleh bosnya menjadi seorang manager sungguh pencapaian yang luar biasa menurut Dimas.****"Kita jalan sekarang Seina, nanti keburu habis jam makan siang" suara Dimas menghentikan lamunan Seina."Baik mas" ucap Seina.Setelah berjalan beberapa menit kami akhirnya sampai digerbang itu dan disambut oleh satpam gudang bernama Tono."Pak Dimas kakinya kenapa?, biar saya bantu mas" pak Toni hendak meraih rangkulan Dimas yang semula berada dipundak Seina."Nggak usah" Dimas memarahi Tono seolah ia tidak membutuhkan bantuan dari Tono."Kamu tidak lihat saya sudah dibantu sama siapa!, jadi jangan ganggu!" Dima sekali lagi menghardik Tono dihadapan Seina."Ma-af pak, kalau gitu saya permisi" Tono lalu melimpir menghindari kami berdua."Sepertinya Dimas telah kembali kestelan pabrik nih" batinku yang kesal juga akibat sifatnya kepada Tono tadi yang niatnya baik untuk membantu mas Dimas, namun mas Dimas malah menghardiknya sehingga membuat Tono lari ketakutan.Aku juga tidak mau menghakimi mas Dimas sekarang dengan kata-katanya tadi kepada Tono, toh dia melakukan itu untuk menjaga wibawanya kepada bawahan sehingga bawahannya akan memiliki sifat patuh dan tunduk kepadanya."Kita lanjut lagi jalannya mas" aku sengaja mengalihkan perhatian mas Dimas lagi agar ia tidak lagi fokus kepada satpam gudang tadi."Oke" Dimas hanya menjawab dengan satu kata itu.****Kami hampir sampai kedepan ruangan mas Dimas. kulihat ada Celine disitu yang sedang mondar-mondir dari tadi sepertinya. seketika ia menoleh dan melihat kepadaku yang sedang membopong mas Dimas.Celine menunjukkan muka masamnya kepadaku. Aku juga tidak begitu menghiraukan Celine."Mas Dimas kamu kenapa?, sontak saja Celine lansung mengambil rangkulan mas Dimas dibahuku dan segera membopong mas Dimas. Dia dengan sat set bisa menggantikan posisiku begitu saja.Dimas juga sepertinya tidak memarahi Celine seperti ia memarahi satpam tadi."Apa mereka sudah mempunyai hubungan?" pemikiran itu lansung saja hinggap dibenakku. Ingin sekali aku rasanya bertanya kepada Celine. Namun seketika egoku menahannya."Untuk apa aku ikut campur terlalu dalam?" toh mas Dimas juga bukan siapa-siapa bagiku sekarang.Celine memberikan tatapan elangnya kepadaku. Seolah ia mengetahui dengan jelas akulah penyebab bosnya itu kecelakaan seperti ini."Kamu kenapa sampai kayak gini sih mas?, memangnya apa yang sebenarnya terjadi?" Celine melontarkan pertanyaan yang bertubi-tubi kepada Dimas namun tak satupun di tanggapi oleh Dimas."Seina, sini" panggilan dari Dimas sontak mengagetkanku. pasalnya yang sedari tadi memberikan perhatian kepadanya adalah Celine. Tapi kenapa aku yang dipanggil olehnya?" aku terus saja bertanya-tanya dalam hatiku."Apa sekarang aku boleh untuk merasa ge-er untuk sejenak saja" batinku."Ya mas, ada apa?" aku segera mendekat kepada mas Dimas."Tadi pijatan kamu enak Sein, sepertinya kaki saya sudah agak enakan. Memangnya kamu belajar dari mana?" tanya mas Dimas mengalihkan perhatian Celine kepadanya tadi.Celine tampak berdecak kesal dengan perkataan Dimas yang sengaja mengacuhkannya didepanku. Celine dulu memang sahabatku. Dia sering meminta bantuan kepadaku dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.Aku yang lugu selalu saja mau mengikuti apa saja keinginan Celine kala itu. Namun suatu saat aku menyadari kalau persahabatan Celine denganku hanyalah sebuah kedoknya untuk memanfaatkan ketulusanku sebagai sahabat kepadanya.Seorang teman memberi tahuku tentang Celine yang suka menghinaku ketika dibelakangku. Aku tidak mudah begitu saja mempercayainya. Namun suatu ketika aku menemukan bukti bahwa apa yang dikatakan oleh Laras itu adalah benar. Aku mendengar sendiri ketika Celine dengan mudahnya mengejekku bersama teman-temannya dibelakangku. Mulai saat itu, aku tak lagi mudah mempercayai orang dengan begitu saja termasuk mulut manis Celine."Oh itu mas, Bapakku yang mengajarinya. Bapak suka jadi tukang pijat keliling kalau nggak ada kerjaaan. Lumayan kan mas buat bantu-bantu orang dan juga bantu ekonomi keluarga katanya.""Oh, begitu. Mas mau dong suatu saat bisa ketemu dengan ayahmu" imbuh mas Dimas."Tentu mas, nanti aku kenalin kamu sama Bapakku mas"Celine sepertinya semakin kebakaran jenggot dengan obrolan ringan kami tadi."Apa?, mau ketemu sama ayahnya Seina?. Ini nggak bisa dibiarin, aku harus bisa gercep dari Seina. Bisa-bisa impianku menjadi nyonya bos bisa musnah sudah. Malahan misi gue tadi pagi pake acara digagalin Seina lagi. Padahal tinggal dikit lagi, mas Dimas berada dalam genggamanku" Celine bergidik sendiri dalam hatinya." Oh ya mas Dimas, sejak kamu pergi tadi sampai sekarang pak Sentosa belum hadir juga kesini mas. Padahal saya sudah nungguin dari tadi. Menelevon pun juga nggak sama sekali mas." ucap Celine kesal karena dari tadi menunggu tanpa kepastian.Aku melihat mas Dimas tersenyum kecil namun luput dari pandangan Celine."Oh itu, saya lupa ngasih tahu kamu Celine. Pak Sentosa sudah menelevon saya tadi ketika saya masih di gudang, katanya dia lansung terbang ke Singapur pagi tadi ada urusan bisnis lain yang lebih urgent katanya, makanya dia nggak jadi kesini" Dimas masih lanjut part dua untuk membohongi Celine."Apa? perasaan dari tadi sejak saya bersama mas Dimas tidak ada yang menelevon ataupun mas Dimas yang telvon ya, apa ini semua cuma akal-akalannya mas Dimas aja biar kita bisa berduaan saja di gudang tanpa harus diganggu oleh orang ketiga yaitu Celine."Aaah, mikir apa sih kamu Seina, kamu sadar dong Sein dari mimpimu!, kisah Cinderella itu cuma ada di negeri dongeng bukan di dunia nyata kayak gini". Pekikku dalam hati."Oh gitu, kenapa bapak tidak ngabarin saya sih Pak. Sudah tahu gitu tadi saya ikut Bapak aja tadi ke gudang" Celine mengerucutkan bibirnya menunjukkan kekesalannya kepada Dimas."Sudahlah Celine jangan meributkan hal yang tidak penting begini. Sekarang kan sudah masuk jam makan siang mending sekarang kamu pergi ke kantin sana" Kata Dimas yang mengusir Celine secara halus."Oke mas, saya pergi dulu" Celine pamit pergi kepada Dimas dengan muka masam tanpa melihat kearah Seina.****"Gimana Sein actingku tadi kepada Celine?, oke nggak?" Dimas menggerak-gerakkan kedua alisnya."Acting?yang bagian mananya sih mas?" aku mencoba berpura-pura tidak mengetahui semua tipu muslihat Dimas kepada Celine tadi."Itu yang bagian pak Sentosa yang pake acara ke Singapur? Gimana, bagus nggak?" Dimas kembali menanyaiku mengenai keahliannya membohongi orang yang naik level satu tingkat."Jadi itu semua cuma acting kamu mas?"aku lansung memberikan applause kepada Dimas."Wah, ternyata bos kita pintar banget berbohong ya" ejekku lagi kepada Dimas.Akupun tertawa seketika melihat tingkah konyol sekelas bos besar yang ternyata bisa juga bertingkah kekanakan seperti itu.Mas Dimas juga ikut menertawai dirinya sendiri."Udah ah mas, ketawanya. perut aku sakit nih akibat ulah kamu!" sambil memegangi perutku yang mulai kram karena terlalu lama tertawa.****Tanpa diketahui oleh Dimas dan Seina Celine dari tadi menguping pembicaraan Seina dan Dimas. dan juga soal Dimas yang berhasil mengelabui Celine."Seina, Dimas, tunggu pembalasanku. Seina, kamu pikir kamu bisa selangkah lebih maju dariku, kita lihat saja siapa pemenang dan pemilik hati Dimas sesungguhnya". Celine mengepalkan tinjunya dan melayangkannya ke tembok dekat ia bersembunyi. Meski ayunannya kuat, Celine tidak merasakan kesakitan karena Celine dipenuhi oleh hasrat dan Amarah kepada Seina.~~~β’|β’~~~~πππBersambungPEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATIπππPOV. Dimas***"Apakah ini yang dinamakan cinta pandangan pertama?, masa ia masih ada istilah seperti itu di zaman serba online seperti sekarang. Saya seorang direktur perusahaan ternama yang sedang menjalin hubungan kerja sama dengan sebuah supermarket yang cukup maju menurut saya.saya ingin sekali bertemu dengan manager dari supermarket itu yang menurut desas-desus yang beredar ia adalah seorang wanita yang masih single dan juga jujur dalam bekerja. Di usianya yang terbilang masih muda ia sudah dipercaya untuk memimpin supermarket Chunky Mart yang sudah memiliki sepuluh cabang di kota Jakarta belum lagi yang berada di kota besar lainnya.pertemuan pertama saya dengan Seina manager dari supermarket Chunky Mart membuat saya merasakan debaran aneh disekitar dada saya. Bukankah cinta itu juga datang karena terbiasa?" Ah itu hanyalah istilah lain dari definisi jatuh cinta yang datangnya tanpa bisa tolak dan kepergiannya pun tidak bisa kita taha
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIAANATIπππ~Seina~Aku merasa bersalah kepada mas Dimas yang telah menyebabkan dirinya celaka. Untuk mengurangi rasa bersalahku kepada mas Dimas akhirnya aku menerima ajakannya untuk makan siang bersamanya.Mas Dimas mengajakku ke sebuah rumah makan mewah yang ia sukai. Rumah makan Pagi Sore. Kelihatannya rumah makan ini adalah rumah makan favoritnya mas Dimas. Oh, ya mas Dimas juga sangat menyukai rendang, katanya itu adalah menu favoritnya ketika ia makan disini.Mas Dimas juga menanyaiku apakah aku menyukai rendang atau tidak. Aku tidak begitu menyukai rendang, bukan karena rasanya, namun kan selera orang beda-beda. Aku lebih menyukai Dendeng balado ketimbang rendang. Menu favorit keluarga kami apabila aku gajian.Aku selalu mampir untuk membelikan anggota keluargaku nasi bungkus rumah makan Padang dekat rumahku. sesuatu yang hanya kami nikmati bersama-sama hanya pada saat aku gajian saja. yang artinya hanya satu kali dalam sebulan."Kamu suka rendang
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATIπππ~~Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta~~ Begitu pepatah lama adanya seperti yang tertuang kedalam lirik lagu dangdut favorit bapak dan ibu Seina yang pernah eksis pada zamannya.Aku semakin dekat dengan mas Dimas. Hampir setiap malam kami sekedar menanyai kabar dan bercanda bersama yang kemudian ditutup dengan ucapan "selamat tidur dan semoga mimpi indah" yang selalu menemani malam-malam ku beberapa bulan terakhir.Perhatian kecil namun sangat bermakna bagi perempuan single seperti aku yang sunyi sepi jika sang malam datang melanda.[Seina, besok siang kamu sibuk nggak] tanya mas Dimas melalui pesan WhatApp.[Nggak mas, emangnya ada apa] tanya ku lagi pada mas Dimas yang dua bulan terakhir semakin intens mengirimi pesan kepadaku.[Mas pengen ketemu, ada yang mau mas omongin sama kamu], Dimas sangat berharap Seina tidak menolak ajakannya.[Mau ngomong apa mas?, apa nggak bisa lewat televon aja?], Seina penasaran dengan apa yang
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI***"Aku mau melamar mu Sein" aku mau kita berdua segera menikah dan bersatu dalam bingkai rumah tangga yang bahagia." mas Dimas meraih tanganku dan menciumnya.Hatiku bergetar mendengar pernyataan cinta dari mas Dimas. Mas Dimas tidak ingin kami berpacaran lama-lama lagi. Ia ingin segera mempersunting ku sebagai istrinya."Ta-tapi kita mas, status keluarga kita begitu jauh berbeda. Apa mungkin pungguk seperti ku bisa menggapai bulan yang jauh diatas sana" ucapku bergetar.Aku tidak ingin terlalu berharap karena ku rasa aku akan ditolak mentah-mentah oleh keluarga mas Dimas terutama Oleh Ibunya."Tapi aku mencintaimu dan kau mencintaiku. Itu sudah cukup bagiku untuk kita melangkah lebih jauh lagi. Tak kan ada yang akan menolakmu selagi aku masih mencintaimu Sein. kamu akan aku perjuangkan dengan seluruh jiwa dan ragaku" kata-kata dari mas Dimas sungguh membuatku tak bergeming lagi. Aku juga menyadari perasaanku kepada mas Dimas juga sudah semakin mend
[Kamu dimana sekarang Sein] aku melihat satu SMS masuk ke ponselku. Sebuah pesan dari mas rupanya.'Kamu masih ingat aku mas setelah perlakuanmu hari ini' ucapku bergidik." Ya halo mas, ada apa?" jawabku malas menerima panggilan televon dari suami yang telah mengkhianati ku.[Mas mau dinas keluar kota untuk tiga hari, kamu baik-baik dirumah ya] ucap mas Dimas.Aku yakin seyakin-yakinnya mas Dimas berbohong kepada ku.'Kamu mau menemani selingkuhanmu itu? iya kan mas' hhhmm..seandainya aku bisa lebih berani sekarang mungkin kata-kata itu akan aku ucapkan sekarang juga."Uuumm" ucapku malas.'Aku terlalu malas untuk bicara dengan kamu sekarang mas. Silahkan kamu lakukan apa yang kamu mau aku tidak memperdulikannya lagi.', ucapku membatin.[Ok, kalau gitu mas tutup dulu] mas Dimas lansung menutup telvonnya tanpa bertanya bagaimana keadaanku sekarang."Kamu benar-benar sudah berubah sekarang mas. Kamu bukanlah mas Dimas yang ku kenal dulu" ucapku lirih.****"Seina, ayo makan nak. Ibu s
[Kamu dimana Seina? kenapa belum pulang juga kerumah] tanya mas Dimas di dalam televon.Mungkin mas Dimas sekarang sudah berada di rumah kami. Sedangkan aku masih saja di rumah Ibu."Aku di rumah Ibu mas. Maaf mas Aku tidak akan pulang lagi ke sana kecuali hanya untuk mengumpulkan pakaian dan barang-barangku saja" ucapku santai.Aku sudah muak dengan kebohongan mas Dimas dan juga keangkuhan keluarganya.[Maksud kamu apa Seina bicara seperti itu? kamu masih sah istriku sekarang" ucap mas Dimas.Aku menghela napas panjang. Menahan emosi yang sebentar lagi akan meledak jika aku melanjutkan perkataanku."Kamu pikirkan saja mas mengapa aku sampai memilih tidak pulang kesana" Aku menutup panggilan itu dan kembali melempar handphone ku.Kali ini aku tidak akan menangisi mas Dimas lagi. Aku sekarang lebih fokus kepada janin yang ada di rahimku saat ini.***"Seina, maafkan Ibu yang tidak memberi tahu kamu sebelumnya" ucap Ibu yang menghentikan lamunanku."Apa maksud Ibu?" tanyaku penasaran."
"Ingat Seina, sebelum kamu mengambil keputusan tentang perceraian itu kamu sudah harus siap dengan segala konsekuensinya Sein" perkataan Ibu memang ada benarnya juga."iya Bu. Aku telah siap secara fisik maupun mental untuk menghadapi perceraian ini Bu, tapi sebelum itu ada yang harus aku lakukan terhadap mereka berdua terlebih dahulu""Baiklah Seina, jika itu sudah menjadi keputusanmu maka Ibu tidak bisa membantahnya lagi. Hanya kamu yang bisa menentukan mana yang terbaik untuk kamu jalankan. Dan satu lagi kelak jika janin yang kamu kandung lahir dia akan dicap sebagai anak yang tidak mempunyai ayah Sein." Ibu menangis tersedu memikirkan tentang calon anakku yang harus mengalami nasib se malang ini."Ibu...sudah lah Bu. Jangan menangis lagi. Kalau Ibu saja yang seharusnya bisa memberi motivasi kepada ku selemah ini, bagaimana nasibku yang harus kuat dan juga tegar Bu. Aku sudah berpikir keras selama tiga hari ini Bu. Mungkin ini adalah solusi terbaik untukku. Aku tidak mau hidup dan
"Mas, kamu mau makan nggak sama aku?" tanyaku memecah keheningan antara aku dan mas Dimas."Nggak Sein. Ma tadi sudah makan dirumah Cell.. mmm.... maksud mas sudah makan di restoran tadi" sepetinya mas Dimas hampir saja mau menyebut nama Celine dihadapan ku. Aku sangat mengerti maksud perkataan kamu mas, namun aku sekali lagi berusaha untuk pura-pura tidak mengetahui semua kebusukanmu itu."Cell? apa maksud kamu dengan Cell itu mas?" tanyaku berpura-pura."Bukan. Bukan apa-apa kok sayang. Ya udah kamu mas temenenin makan ya" kali ini mas Dimas mencoba bersikap manis kepadaku agar aku tidak terus-terusan menanyainya.'Oke mas Dimas. Kamu mainkan dramamu, aku juga akan memainkan rencanaku'.***Hari sudah menunjukkan tengah malam sekarang. Aku memulai rencanaku."Mas, Dimas. sayang." Aku merayu mas Dimas sekarang."Tolong kamu tanda tangan disini mas. Aku butuh tanda tangan kamu untuk keperluan berobatku" kulihat mata mas Dimas setengah terbuka dan setengah terpejam."Apa Seina. Besok p
"Zain. Sayang. Maaf Ibu mengganggu waktumu sebentar nak. Ibu mau bicara sama kamu" Ibunya Zein memanggil putra satu-satunya itu dalam sambungan telepon. Setidaknya Ibunya juga sedikit berpanas sekarang seiring pembebasannya Zein."Ya Buk. Maaf Buk. Zein lagi sibuk. Lagi bicara sama klien tentang proposal bisnisnya Zein. Nanti saja ibuk televonnya"Tuuut.Tuuut. Tuuut. Lansung saja panggilan itu diputus paksa oleh anaknya sendiri.'Zein. Padahal Ibu pengen ngomong kalau Ibu butuh sedikit uang untuk makan sehari-hari dari hasil penjualan sawah kemaren' gumam Bu Siti dalam tangis direlungnya."Oke. Kalau gitu gue setuju. Ini sepuluh juta buat depenya. Tapi Lo harus ingat. Jangan pernah bawa-bawa gue jika kalian gagal dalam tugas ini." Amplop besar dilempar begitu saja oleh Zein. Seperti tidak ada harganya ketimbang misinya saat ini."Lakukan sesuai perintah gue. Buat Lusi menderita dengan kehilangan bayinya. Dan juga pastikan pernikahannya gagal dengan laki-laki brengsek itu. Buang dia se
"Aku bahagia mas karena ada kamu disamping aku. Kamu datang disaat aku butuh sandaran mas. Kamu seperti air di gurun oase yang begitu terik. Kamu memberiku kesejukan akan dahagaku yang terhempas oleh bayang masa laluku. Dan aku juga sangat terharu akhirnya Lusi akan segera melepas masa lajangnya. Dan itu semua juga berkat dirimu mas" aku menenggelamkan wajahku dalam pelukan laki-laki yang saat ini menjadi junjunganku.Tiada niat sedikitpun aku untuk berpaling darinya. Hati ini sepertinya juga sudah dipenjara dan diborgol erat oleh mas William."Seina. Sayang. Sudah. Kamu jangan mellow lagi. Hari ini adalah hari bahagia di keluarga kamu dan keluarga kita. Hari ini adalah pesta pernikahan adik kamu satu-satunya. Dan juga sekaligus perayaan tujih bulanan kamu bukan?. Hari ini tidak boleh air mata yang terbit dari sudut mata indah kamu ini. Jika pun masih terbit. Itu haruslah air mata kebahagiaan. Bukan duka sayang. Saya mencintai kamu. Mencintai ketulusan dan keikhlasan hatimu. Saya berj
"Nak Gery. Kenapa malam-malam datang ke sini? Apa Lusi yang menyuruhmu untuk buru-buru datang kesini?" Bu Ningsih tampak begitu khawatir mengetahui laki-laki yang sebentar lagi resmi mempersunting putrinya itu sedari tadi memencet bel tanpa ada seorang pun yang mendengar kecuali dirinya."I-Ibu. Maafkan saya Bu. Sudah datang selarut ini. I-Ini Bu." Gery menyodorkan kresek hitam ke hadapan Bu Ningsih yang membuat Bu Ningsih semakin bingung."Apa ini Gery?" Bu Ningsih mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang ada didalam kantong kresek itu.Perlahan tanganny mulai membuka buhul itu. Betapa kagetnya Bu Ningsih dengan pemandangan yang ada di depannya saat ini. Emosinya pun memuncak seolah tidak tertahankan lagi."Mangga muda? Gery! Apa maksud semua ini? Kenapa kamu malam-malam mengantar mangga muda kesini? Apa ini untuk Lusi? Apa kamu juga sudah melakukan itu kepada Lusi. Kurang aj*r kamu!'Plaaaakk' Bu Ningsih menamoar punya Gery yang membuat laki-laki kekar itu
"Aku saja yang menyetir Mas. Aku takutnya dengan kondisi kamu yang seperti sekarang kita akan nabrak dan bisa berabe nantinya""Uuuweekk..uuweeekkk ." Mas William terus saja mual dan hendak muntah namun kembali sama kali tidak mengeluarkan apapun. Hanya beberapa air yang ia muntahkan." Iya Seina. Mas setuju kamu aja yang nyetir. Lagian mas sepertinya ingin muntah terus tidak tertahankan seperti ini. Mas takut tidak konsentrasi nanti kalau menyetir." Mau bagaimana lagi kalau melihat kondisi mas William saat ini memang sangat tidak memungkinkan kalau dia yang menyetir. Jadi terpaksa aku yang ambil alih kemudinya.**" Mas ingin sekali makan mangga muda, tolong belikan Mas sayang" " Yang benar saja kamu Mas, masa tengah malam kayak gini kamu minta mangga muda. Kemana aku harus carikan Mas?" lagi-lagi aku mengerutkan dahiku melihat tingkah aneh mas William saat ini.Masa jam 02.00 pagi kayak gini Mas William meminta aku untuk mencarikannya mangga muda. Bukannya mangga muda yang nanti ak
"Iya Bu Seina, ada dua embrio yang berhasil dibuahi. Itunya artinya Ibu Seina sekarang tengah hamil bayi kembar. Sekali lagi saya ucapkan selamat ya Bu Pak"Mendengar ucapan dokter barusan mendadak mataku berkaca-kaca. Sungguh indah rupanya rencana Tuhan untukku atas semua duka yang selama ini aku alami. Tuhan bahkan menitipkan dua calon bayi kembar di dalam rahimku sebagai teman dari anakku Rindu nantinya.'Alhamdulillahirobbilalamin" tiada henti-hentinya lidah ini mengucapkan syukur itu kepada Ilahi yang begitu adil terhadap hambanya.Aku masih ingat saat itu betapa putus asanya aku dalam berjuang untuk mendapatkan seorang anak dari pernikahanku sebelumnya. Namun kali ini setelah aku menikah dengan mas William tak butuh waktu lama untuk aku mendapatkan karunia itu.'Sungguh nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?'2 bulan setelah menikah aku langsung dikaruniai buah cinta kami yang tiada bandingannya di dunia. Harta yang paling mahal telah engkau berikan kepadaku Tuhan. Mud
"Kamu tidak marah kan mas?" Ujarku kemudian yang dibalas oleh kekehan mas Wiliam."Ya. Saya marah. Dan akan lebih marah lagi jika sesuatu yang buruk menimpa calon anak kita" ujarnya kemudian yang membuatku sangat kaget mendengar jawabannya. Aku takut jika Mas William tidak setuju dan marah atas keinginanku itu.Rupanya mas William berpikir positif dan menghargai keputusanku. Iya kemudian memmemelukku dan memberikan kecupan di dahiku. Rasanya sangat nyaman dan tenang sekali mempunyai suami pengertian dan baik seperti Mas William." Terima kasih Mas kamu sudah mau mengerti sama keputusanku""Iya sayang tidak apa-apa. Besok kita ke dokter kandungan Ya. Kita akan cek kondisi janin kamu dan juga Mas mau lihat apakah janinnya sudah kelihatan apa belum" mendengar ucapannya yang sangat perhatian membuat hatiku nyaman. Rasanya hati ini banyak ditumbuhi bunga-bunga indah bermekaran.Aku masih ingat ketika aku hamil Rindu dulu. Aku bahkan memohon dan mengiba kepada mas Dimas supaya mau menemanik
Cepat kamu Jelaskan kepada saya Kenapa bocah tengil ini memanggil papa kepada Dimas?" Bu Siska kembali mendekati aku. Masih dengan tatapan penuh kebencian. Sampai bola matanya hendak keluar dari sarangnya.Aku memang tak pernah benar dihadapannya. Ia begitu membenciku mengingat status keluarga kami yang jauh berbeda dulu."Maaf Bu Siska. Kalau ibu bertanya pada orang, bisa nggak sih kalau bicara yang sopan. Nggak ngegas kayak gini!" Sejak tadi aku mendiami wanita ini. Namun rupanya Bu Siska malah semakin melunjak saja melihatku. Memang benar kata orang dulu. Musuh tidak dicari. Jika bertemu pantang dielakkan."Baik. Saya akan jawab pertanyaannya Siska. Jika ibu penasaran silahkan nanti bertanya kepada Dimas anak Ibu. Itupun jika Dimas maish diberi waktu oleh Tuhan untuk bertaubat dan memperbaiki dirinya. Rindu. Mas. Ayo kita segera pulang. Hawa disini mulai nggak enak." Aku sengaja tidak memberitahu Bu Siska yang sebenarnya. Biar saja wanita bermulut besar itu mati penasaran. Lagi p
"Anda sama sekali tidak mempunyai hak untuk melukai calon ibu dari anak saya. Dia adlah istri sekaligus belahan jiwa saya" mendengar ucapan William membuat Siska tertegun. Matanya masih melotot tajam. Aku masih memegangi pipiku yang memanas oleh gamparannya. Sedangkan tanganku yang lain memegangi perutku.Aku juga takut ini akan berefek pada calon anakku yang masih berbentuk gumpalan darah itu. Aku positif hamil dan usianya masih lima Minggu. Usia yang masih rentan akan segala sesuatunya."Mama. Mama. Mama nggak apa-apa kan ma?" Tanya Rindu yang lansung menempeliku."Kamu siapa mau jadi pahlawan kesiangan mantan menantu sial*n saya ini?bisanya cuma memeras dan meloroti uang suaminya." Bu Siska bertambah melunjak melihat aku diam. Ia pun hendak menarik jilbabku dan mungkin akan menghempas tubuhku ke lantai.Namun tidak. Kamu telah salah dalam bertingkah Bu Siska. Laki-laki dihadapan kamu ini adalah suamiku. Dia akan melindungiku dari makhluk astral yang brutal seperti kamu."Saya ucapk
Iya selamat siang saya dengan berbicara dengan siapa ini tanya wanita di dalam gawai itu dengan nada yang cukup Ketus membuat jantungku kembali deg-degan mendengar kosa kata yang baru keluar sedikit dari rongga mulutnya." Maaf mengganggu Bu saya Sena Saya ingin mengabarkan kalau...." ucapanku lalu ia potong dengan rancauan yang cukup menyakitkan dadaku." Hah? Apa saya tidak salah dengar? Seina? apa saya tidak salah dengar?. Kamu Seina si pencuri dan perampok itu? mau apa kamu sekarang? kamu mau merampok apalagi dari saya setelah kamu menguras habis semua harta anak saya!" kicauannya cukup membuat telingaku sakit namun aku harus bisa bertahan mendengar ocehannya yang menyakitiku sampai ke relung hati yang paling dalam ia menuduhku pencuri dan perampok Padahal aku hanya mengambil hakku dan juga hak anakku.Lagi pula Mas Dimas itu memang menceraikanku karena perselingkuhannya bukan karena kesalahanku. Ya sudahlah. Untuk apa membicarakan hal yang telah berlalu. Aku harus menyampaikan be