PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI
[hai Sein, π] ada sebuah pesan WA di handphone Seina. Seina buru-buru membukanya. Seina lalu melihat fhoto profil si pengirim WA tersebut. Rupanya pesan dari Dimas Aditya, Direktur perusahaan besar yang baru Seina temui tadi pagi."jadi, ini WAnya pak Dimas, eh mas Dimas maksudnya" Seina baru menyadari bahwa Dimas tadi melarang Seina untuk memanggil Pak, melainkan harus memanggil mas Dimas.[Hay juga mas π] Seina membalas dengan emoji tertawa.***Dimas yang menerima balasan pesan dari Seina, senyum-senyum sendiri jadinya efek tandanya gayung bersambut.Dimas sepertinya sudah menaruh hati kepada Seina sejak perjumpaannya yang pertama.[Kamu lagi apa Sein], Dimas memulai pedekatenya kepada Seina.[Ini sudah mau tidur mas,π₯±π₯±π₯±] Seina menambahkan emoji menguapnya.[Oh ya sudah, kamu bobok yang nyenyak ya, nice dream π] Kali ini Dimas mencoba memberi perhatian kepada Seina." ya sudahlah, mending gue juga tidur juga. Besok gue mau ajak Seina makan siang bareng aja"Seina tidur tanpa membalas terlebih dulu pesan dari Dimas.Meskipun tidak ada balasan lagi dari Seina Dimas tetap tersenyum dengan bahagia.Dimas menutup selimut keseluruh tubuhnya dan hanya menyisakan hidung keatas untuk ia bisa mengambil napas.****Seina merasa pesan-pesan dari Dimas memiliki maksud tertentu. Seina begitu yakin bahwa Dimas tertarik kepadanya. akan tetapi Seina belum berani untuk menyimpulkan lebih jauh mengingat terlalu jauh perbedaan antara mereka.Seina sekarang buru-buru untuk tidur karena besok pagi mau ke kantor Dimas lagi untuk memantau produk yang akan dikirim ke supermarket bosnya .****"Arrghhh, sudah pagi rupanya Seina mengucek-ngucek matanya yang masih belum bisa melihat dengan jelas pemandangan sekitar."Aku harus cepet-cepet nih kalau nggak bisa telat ke kantornya Dimas. Seina buru-buru loncat dari ranjang tidurnya menuju ke kamar mandi.Setelah selesai dari ritual pagi Seina tak lupa untuk berhias sebentar didepan kaca. memandangi wajahnya yang tirus, kulit putih mulus,dan wajah yang good looking itu.Seina gadis sederhana yang berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya karena sang ayah yang sudah sakit-sakitan dan ibu yang sudah tua juga.Sedangkan Seina masih harus membiayai adik perempuannya yang masih kuliah tingkat pertama.Setelah selesai bersiap Seina segera menemui ibunya untuk pamit pergi bekerja."Buk, Seina berangkat dulu ya" sambil netranya mencari sosok perempuan yang telah melahirkannya itu."Ya Sein, kamu makan dulu ibu sudah buatin sarapan nasi goreng kesukaan kamu Sein", ibu Ningsih keluar dengan membawa sebuah nampan ditangannya."Wah, wangi banget Bu, pasti rasanya enak" Seina menciumi aroma masakan Ibunya itu."Tapi Seina udah telat Bu, Ibu makan sendiri aja ya Bu?, Seina memelas berharap Ibunya itu akan segera membiarkannya pergi berangkat kerja."Seina nanti asam lambung kamu kambuh Lo sayang, biar ibu suapin aja ya nak",Bu Ningsih segera mengambilkan piring dan sendok untuk menyuapi anak kesayangannya itu."Ummm" Seina mengunyah makanan yang disuapi ibunya itu. Seina tahu bahwa Ibunya itu tidak akan pernah membiarkan Seina pergi dalam keadaan perut yang masih kosong. Ibunya tahu dengan jelas Seina memiliki penyakit asam lambung yang akan kambuh jika perut Seina tak diisi."Ini satu lagi nak, akk"Seina kembali membuka mulutnya."Ciiee, ciiee Mbak Seina. Masih aja disuapin kayak anak Paud", tiba-tiba Lusi datang dan lansung mengejek kakaknya itu."Biarin kayak anak Paud dek, kan anak Paudnya cantik, hehe" Seina membalas ejekan Lusi dengan membanggakan dirinya sendiri."Lusi mau juga dong buk disuapin kayak mbak Seina!", Lusi menunjukkan kecemburuannya kepada Seina Karena sang Ibu lebih perhatian kepada kakaknya ketimbang dirinya yang harus lebih dimanja."kamu kan nggak buru-buru kayak kakakmu sayang, jadi kamu bisa nyuap sendiri aja nggak perlu di suapin sama ibu".Bu Ningsih sengaja memanas-manasi Lusi agar semakin cemburu kepada Seina. Tapi dalam hatinya sedih juga melihat ekpresi anak bungsunya itu."Ya, Ibu. kok pilih kasih sih sama Lusi?, Lusi ngambek nih!" Lusi juga berpura-pura sakit hati padahal ia tahu dengan jelas mbaknya Seina sudah berkorban segalanya untuk keluarganya termasuk belum juga menikah meski disaat usianya yang sudah dibilang matang untuk menikah tapi Seina lebih memilih untuk membahagiakan keluarganya dulu baru menikah urusannya belakangan aja."Udah dong Lusi pura-pura ngambeknya, sini mbak aja yang suapin Lusi" Seina mengambil sesendok nasi goreng dari piring yang dipegang ibunya dan menyuapi Lusi dengan sebanyak mungkin sehingga mulut Lusi kepenuhan dan nasinya jadi menyembur ketika Lusi masih ngotot untuk berbicara.Bu Ningsih yang melihat kelakuan kedua putrinya itu tak mampu untuk menahan tertawanya begitu juga dengan Seina dan Lusi.Keluarga kecil itu tampak bahagia meski hanya dengan hal yang kecil saja."Oh ya Bu, ini uang untuk kebutuhan kita sebulan kedepan", Seina mengeluarkan segepok uang dari dalam tasnya totalnya adalah lima juta rupiah."Wah, nggak kebanyakan ini nak, biasanya dua juta aja juga sudah cukup malahan berlebih"."Nggak kok buk, Ibu pegang aja kalau ada lebihnya buat beli apa yang Ibu sama Bapakpengen", sambil menggenggam kan uang itu ketelapak tangan Ibu Ningsih.Bu Ningsih sangat senang dengan perhatian dari putri sulungnya itu. Ia tak serta Merta menghabiskan jerih payah putrinya itu. Ia selalu menyisihkan uang kelebihan belanja yang diberikan Seina kepadanya. itu untuk bekal Seina nanti jika suatu saat ia menikah, jadi tidak pusing untuk memikirkan biaya resepsinya."Oh ya Bu, Seina lupa kasih tahu kalau jabatan Seina sekarang sudah naik jadi manager sejak satu bulan yang lalu, dan itu juga gaji pertama Seina sebagai manager yang jumlahnya lumayan yaitu sepuluh juta Bu, sisanya ini untuk uang jajan Lusi satu juta, dan ini buat uang saku bapak lima ratus ribu, selebihnya buat biaya Seina bekerja dan bayar tagihan motor Seina." Sekian tampak membagi-bagi hasil kerja kerasnya kepada anggota keluarga."Oh ya Sein, kan jabatan kamu sekarang sudah naik nak, gaji kamu juga sudah lumayan gede, apa kamu nggak ada kepikiran untuk menikah sayang?" tiba-tiba ibu Seina bicara soal putrinya yang belum juga mau untuk menikah."Kalau soal itu belum kayaknya Bu, Seina belum ada pikiran kearah sana, yang Seina pikirin sekarang cuma bagaimana caranya agar membuat keluarga Seina bahagia".Seina sedikit melembutkan nada bicaranya seolah Seina tidak begitu berharap untuk segera menikah."Kalau itu keputusanmu Sein, ibu hanya bisa mendukungmu. Tapi yang perlu kamu ingat sayang, ibu juga ingin sekali kamu segera menikah dan punya anak. Ibu harap kamu memikirkan tentang itu juga, ayahmu sudah sakit-sakitan, Ibu ingin diakhir hayatnya kelak ia bisa menimang cucu dari kamu sayang", Ibu Ningsih sangat berharap agar Seina bisa segera mewujudkan keinginannya.Namun berbeda dengan Seina, yang semakin pusing dengan permintaan Ibunya itu. "Bagaimana Seina bisa menikah kalau mempelai prianya saja belum ada" gerutu Seina dalam hatinya."Ya sudah Bu, ntar Seina pikirin lagi. Ibu jangan pusing-pusing dulu. Yang jelas sekarang Seina mau berangkat kerja dulu."Seina buru-buru meninggalkan obrolan yang tak berujung dari Ibunya itu. Daripada terlambat lebih baik Seina segera berangkat menuju ke kantornya Dimas.Seina lalu menghidupkan skuter matic yang baru ia beli enam bulan lalu secara kredit itu dan melaju menuju ke kantornya Dimas.~~~~β’|~~~~bersambungPEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATIπππJam sudah menunjukkan pukul 08.00 Wib. Dimas telah sampai di kantornya. begitu juga dengan Celine sekretaris pribadi Dimas. "Celine" Dimas menunjuk kearah Celine dan menyuruhnya untuk menghadap kepadanya."Ya mas Dimas?" Celine segera menghadap Dimas dengan langkah keayuan yang dibuat-buat."Tolong bikinkan saya kopi dan bawa kesini!", ternyata Dimas hanya meminta dibuatkan kopi tidak sesuai dengan yang Celine pikirkan."Kirain mau bilang apa", gerutu Celine yang sedikit masih bisa didengar oleh Dimas."Maksud kamu apa Cel?", Dimas ternyata tidak mendengarnya dengan begitu jelas."Oh, nggak ada apa-apa kok mas" Celine buru-buru pergi meninggalkan Dimas yang masih dipenuhi dengan tanda tanya.***Setelah selesai membuatkan kopi untuk bosnya itu, Celine buru-buru kembali keruangan Dimas dan segera menyuguhkan kopi itu Diatas meja."Ini kopi spesial pesanan Mas Dimas", Celine dengan sengaja memberikan kopi itu disebelah Dimas dengan sedikit menu
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATIPOV SeinaAku membantu mas Dimas untuk bisa berdiri. Kakinya mungkin masih sakit meski telah aku coba untuk mengurutnya."Gimana mas, kamu kuat nggak berdirinya?" aku mencoba untuk mengangkat mas Dimas." Hhhmm, aku coba dulu ya Sein mudah-mudahan bisa" mas Dimas mencoba bangkit dari lantai dan aku ikut untuk mengangkatnya."Bisa nih Luna, meski dengan bantuan dari kamu juga, hehe" aku mencubit pinggang mas Dimas karena kesal kepadanya yang meski dalam situasi terjepit seperti ini masih bisa bercanda."Aduh, aduh, ini baru beneran sakit, mas jadi semakin nggak kuat sekarang""Nggak kuat apa maksud mas?" aku balik bertanya dengan pernyataan mas Dimas tadi."Makin nggak kuat kalau mas nggak godain kamu" kemudian mas Dimas tertawa cengengesan didepanku yang sukses membuat pipiku seperti kepiting rebus saat ini."Udah ah mas, becanda mulu dari tadi, kapan mau jalannya nih?" aku mulai berdecak kesal dengan jurus gombalan dari Dimas yang selalu membuat pipi
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATIπππPOV. Dimas***"Apakah ini yang dinamakan cinta pandangan pertama?, masa ia masih ada istilah seperti itu di zaman serba online seperti sekarang. Saya seorang direktur perusahaan ternama yang sedang menjalin hubungan kerja sama dengan sebuah supermarket yang cukup maju menurut saya.saya ingin sekali bertemu dengan manager dari supermarket itu yang menurut desas-desus yang beredar ia adalah seorang wanita yang masih single dan juga jujur dalam bekerja. Di usianya yang terbilang masih muda ia sudah dipercaya untuk memimpin supermarket Chunky Mart yang sudah memiliki sepuluh cabang di kota Jakarta belum lagi yang berada di kota besar lainnya.pertemuan pertama saya dengan Seina manager dari supermarket Chunky Mart membuat saya merasakan debaran aneh disekitar dada saya. Bukankah cinta itu juga datang karena terbiasa?" Ah itu hanyalah istilah lain dari definisi jatuh cinta yang datangnya tanpa bisa tolak dan kepergiannya pun tidak bisa kita taha
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIAANATIπππ~Seina~Aku merasa bersalah kepada mas Dimas yang telah menyebabkan dirinya celaka. Untuk mengurangi rasa bersalahku kepada mas Dimas akhirnya aku menerima ajakannya untuk makan siang bersamanya.Mas Dimas mengajakku ke sebuah rumah makan mewah yang ia sukai. Rumah makan Pagi Sore. Kelihatannya rumah makan ini adalah rumah makan favoritnya mas Dimas. Oh, ya mas Dimas juga sangat menyukai rendang, katanya itu adalah menu favoritnya ketika ia makan disini.Mas Dimas juga menanyaiku apakah aku menyukai rendang atau tidak. Aku tidak begitu menyukai rendang, bukan karena rasanya, namun kan selera orang beda-beda. Aku lebih menyukai Dendeng balado ketimbang rendang. Menu favorit keluarga kami apabila aku gajian.Aku selalu mampir untuk membelikan anggota keluargaku nasi bungkus rumah makan Padang dekat rumahku. sesuatu yang hanya kami nikmati bersama-sama hanya pada saat aku gajian saja. yang artinya hanya satu kali dalam sebulan."Kamu suka rendang
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATIπππ~~Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta~~ Begitu pepatah lama adanya seperti yang tertuang kedalam lirik lagu dangdut favorit bapak dan ibu Seina yang pernah eksis pada zamannya.Aku semakin dekat dengan mas Dimas. Hampir setiap malam kami sekedar menanyai kabar dan bercanda bersama yang kemudian ditutup dengan ucapan "selamat tidur dan semoga mimpi indah" yang selalu menemani malam-malam ku beberapa bulan terakhir.Perhatian kecil namun sangat bermakna bagi perempuan single seperti aku yang sunyi sepi jika sang malam datang melanda.[Seina, besok siang kamu sibuk nggak] tanya mas Dimas melalui pesan WhatApp.[Nggak mas, emangnya ada apa] tanya ku lagi pada mas Dimas yang dua bulan terakhir semakin intens mengirimi pesan kepadaku.[Mas pengen ketemu, ada yang mau mas omongin sama kamu], Dimas sangat berharap Seina tidak menolak ajakannya.[Mau ngomong apa mas?, apa nggak bisa lewat televon aja?], Seina penasaran dengan apa yang
PEJUANG GARIS DUA YANG DIKHIANATI***"Aku mau melamar mu Sein" aku mau kita berdua segera menikah dan bersatu dalam bingkai rumah tangga yang bahagia." mas Dimas meraih tanganku dan menciumnya.Hatiku bergetar mendengar pernyataan cinta dari mas Dimas. Mas Dimas tidak ingin kami berpacaran lama-lama lagi. Ia ingin segera mempersunting ku sebagai istrinya."Ta-tapi kita mas, status keluarga kita begitu jauh berbeda. Apa mungkin pungguk seperti ku bisa menggapai bulan yang jauh diatas sana" ucapku bergetar.Aku tidak ingin terlalu berharap karena ku rasa aku akan ditolak mentah-mentah oleh keluarga mas Dimas terutama Oleh Ibunya."Tapi aku mencintaimu dan kau mencintaiku. Itu sudah cukup bagiku untuk kita melangkah lebih jauh lagi. Tak kan ada yang akan menolakmu selagi aku masih mencintaimu Sein. kamu akan aku perjuangkan dengan seluruh jiwa dan ragaku" kata-kata dari mas Dimas sungguh membuatku tak bergeming lagi. Aku juga menyadari perasaanku kepada mas Dimas juga sudah semakin mend
[Kamu dimana sekarang Sein] aku melihat satu SMS masuk ke ponselku. Sebuah pesan dari mas rupanya.'Kamu masih ingat aku mas setelah perlakuanmu hari ini' ucapku bergidik." Ya halo mas, ada apa?" jawabku malas menerima panggilan televon dari suami yang telah mengkhianati ku.[Mas mau dinas keluar kota untuk tiga hari, kamu baik-baik dirumah ya] ucap mas Dimas.Aku yakin seyakin-yakinnya mas Dimas berbohong kepada ku.'Kamu mau menemani selingkuhanmu itu? iya kan mas' hhhmm..seandainya aku bisa lebih berani sekarang mungkin kata-kata itu akan aku ucapkan sekarang juga."Uuumm" ucapku malas.'Aku terlalu malas untuk bicara dengan kamu sekarang mas. Silahkan kamu lakukan apa yang kamu mau aku tidak memperdulikannya lagi.', ucapku membatin.[Ok, kalau gitu mas tutup dulu] mas Dimas lansung menutup telvonnya tanpa bertanya bagaimana keadaanku sekarang."Kamu benar-benar sudah berubah sekarang mas. Kamu bukanlah mas Dimas yang ku kenal dulu" ucapku lirih.****"Seina, ayo makan nak. Ibu s
[Kamu dimana Seina? kenapa belum pulang juga kerumah] tanya mas Dimas di dalam televon.Mungkin mas Dimas sekarang sudah berada di rumah kami. Sedangkan aku masih saja di rumah Ibu."Aku di rumah Ibu mas. Maaf mas Aku tidak akan pulang lagi ke sana kecuali hanya untuk mengumpulkan pakaian dan barang-barangku saja" ucapku santai.Aku sudah muak dengan kebohongan mas Dimas dan juga keangkuhan keluarganya.[Maksud kamu apa Seina bicara seperti itu? kamu masih sah istriku sekarang" ucap mas Dimas.Aku menghela napas panjang. Menahan emosi yang sebentar lagi akan meledak jika aku melanjutkan perkataanku."Kamu pikirkan saja mas mengapa aku sampai memilih tidak pulang kesana" Aku menutup panggilan itu dan kembali melempar handphone ku.Kali ini aku tidak akan menangisi mas Dimas lagi. Aku sekarang lebih fokus kepada janin yang ada di rahimku saat ini.***"Seina, maafkan Ibu yang tidak memberi tahu kamu sebelumnya" ucap Ibu yang menghentikan lamunanku."Apa maksud Ibu?" tanyaku penasaran."
"Zain. Sayang. Maaf Ibu mengganggu waktumu sebentar nak. Ibu mau bicara sama kamu" Ibunya Zein memanggil putra satu-satunya itu dalam sambungan telepon. Setidaknya Ibunya juga sedikit berpanas sekarang seiring pembebasannya Zein."Ya Buk. Maaf Buk. Zein lagi sibuk. Lagi bicara sama klien tentang proposal bisnisnya Zein. Nanti saja ibuk televonnya"Tuuut.Tuuut. Tuuut. Lansung saja panggilan itu diputus paksa oleh anaknya sendiri.'Zein. Padahal Ibu pengen ngomong kalau Ibu butuh sedikit uang untuk makan sehari-hari dari hasil penjualan sawah kemaren' gumam Bu Siti dalam tangis direlungnya."Oke. Kalau gitu gue setuju. Ini sepuluh juta buat depenya. Tapi Lo harus ingat. Jangan pernah bawa-bawa gue jika kalian gagal dalam tugas ini." Amplop besar dilempar begitu saja oleh Zein. Seperti tidak ada harganya ketimbang misinya saat ini."Lakukan sesuai perintah gue. Buat Lusi menderita dengan kehilangan bayinya. Dan juga pastikan pernikahannya gagal dengan laki-laki brengsek itu. Buang dia se
"Aku bahagia mas karena ada kamu disamping aku. Kamu datang disaat aku butuh sandaran mas. Kamu seperti air di gurun oase yang begitu terik. Kamu memberiku kesejukan akan dahagaku yang terhempas oleh bayang masa laluku. Dan aku juga sangat terharu akhirnya Lusi akan segera melepas masa lajangnya. Dan itu semua juga berkat dirimu mas" aku menenggelamkan wajahku dalam pelukan laki-laki yang saat ini menjadi junjunganku.Tiada niat sedikitpun aku untuk berpaling darinya. Hati ini sepertinya juga sudah dipenjara dan diborgol erat oleh mas William."Seina. Sayang. Sudah. Kamu jangan mellow lagi. Hari ini adalah hari bahagia di keluarga kamu dan keluarga kita. Hari ini adalah pesta pernikahan adik kamu satu-satunya. Dan juga sekaligus perayaan tujih bulanan kamu bukan?. Hari ini tidak boleh air mata yang terbit dari sudut mata indah kamu ini. Jika pun masih terbit. Itu haruslah air mata kebahagiaan. Bukan duka sayang. Saya mencintai kamu. Mencintai ketulusan dan keikhlasan hatimu. Saya berj
"Nak Gery. Kenapa malam-malam datang ke sini? Apa Lusi yang menyuruhmu untuk buru-buru datang kesini?" Bu Ningsih tampak begitu khawatir mengetahui laki-laki yang sebentar lagi resmi mempersunting putrinya itu sedari tadi memencet bel tanpa ada seorang pun yang mendengar kecuali dirinya."I-Ibu. Maafkan saya Bu. Sudah datang selarut ini. I-Ini Bu." Gery menyodorkan kresek hitam ke hadapan Bu Ningsih yang membuat Bu Ningsih semakin bingung."Apa ini Gery?" Bu Ningsih mengerutkan dahinya. Ia sama sekali tidak tahu apa sebenarnya yang ada didalam kantong kresek itu.Perlahan tanganny mulai membuka buhul itu. Betapa kagetnya Bu Ningsih dengan pemandangan yang ada di depannya saat ini. Emosinya pun memuncak seolah tidak tertahankan lagi."Mangga muda? Gery! Apa maksud semua ini? Kenapa kamu malam-malam mengantar mangga muda kesini? Apa ini untuk Lusi? Apa kamu juga sudah melakukan itu kepada Lusi. Kurang aj*r kamu!'Plaaaakk' Bu Ningsih menamoar punya Gery yang membuat laki-laki kekar itu
"Aku saja yang menyetir Mas. Aku takutnya dengan kondisi kamu yang seperti sekarang kita akan nabrak dan bisa berabe nantinya""Uuuweekk..uuweeekkk ." Mas William terus saja mual dan hendak muntah namun kembali sama kali tidak mengeluarkan apapun. Hanya beberapa air yang ia muntahkan." Iya Seina. Mas setuju kamu aja yang nyetir. Lagian mas sepertinya ingin muntah terus tidak tertahankan seperti ini. Mas takut tidak konsentrasi nanti kalau menyetir." Mau bagaimana lagi kalau melihat kondisi mas William saat ini memang sangat tidak memungkinkan kalau dia yang menyetir. Jadi terpaksa aku yang ambil alih kemudinya.**" Mas ingin sekali makan mangga muda, tolong belikan Mas sayang" " Yang benar saja kamu Mas, masa tengah malam kayak gini kamu minta mangga muda. Kemana aku harus carikan Mas?" lagi-lagi aku mengerutkan dahiku melihat tingkah aneh mas William saat ini.Masa jam 02.00 pagi kayak gini Mas William meminta aku untuk mencarikannya mangga muda. Bukannya mangga muda yang nanti ak
"Iya Bu Seina, ada dua embrio yang berhasil dibuahi. Itunya artinya Ibu Seina sekarang tengah hamil bayi kembar. Sekali lagi saya ucapkan selamat ya Bu Pak"Mendengar ucapan dokter barusan mendadak mataku berkaca-kaca. Sungguh indah rupanya rencana Tuhan untukku atas semua duka yang selama ini aku alami. Tuhan bahkan menitipkan dua calon bayi kembar di dalam rahimku sebagai teman dari anakku Rindu nantinya.'Alhamdulillahirobbilalamin" tiada henti-hentinya lidah ini mengucapkan syukur itu kepada Ilahi yang begitu adil terhadap hambanya.Aku masih ingat saat itu betapa putus asanya aku dalam berjuang untuk mendapatkan seorang anak dari pernikahanku sebelumnya. Namun kali ini setelah aku menikah dengan mas William tak butuh waktu lama untuk aku mendapatkan karunia itu.'Sungguh nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?'2 bulan setelah menikah aku langsung dikaruniai buah cinta kami yang tiada bandingannya di dunia. Harta yang paling mahal telah engkau berikan kepadaku Tuhan. Mud
"Kamu tidak marah kan mas?" Ujarku kemudian yang dibalas oleh kekehan mas Wiliam."Ya. Saya marah. Dan akan lebih marah lagi jika sesuatu yang buruk menimpa calon anak kita" ujarnya kemudian yang membuatku sangat kaget mendengar jawabannya. Aku takut jika Mas William tidak setuju dan marah atas keinginanku itu.Rupanya mas William berpikir positif dan menghargai keputusanku. Iya kemudian memmemelukku dan memberikan kecupan di dahiku. Rasanya sangat nyaman dan tenang sekali mempunyai suami pengertian dan baik seperti Mas William." Terima kasih Mas kamu sudah mau mengerti sama keputusanku""Iya sayang tidak apa-apa. Besok kita ke dokter kandungan Ya. Kita akan cek kondisi janin kamu dan juga Mas mau lihat apakah janinnya sudah kelihatan apa belum" mendengar ucapannya yang sangat perhatian membuat hatiku nyaman. Rasanya hati ini banyak ditumbuhi bunga-bunga indah bermekaran.Aku masih ingat ketika aku hamil Rindu dulu. Aku bahkan memohon dan mengiba kepada mas Dimas supaya mau menemanik
Cepat kamu Jelaskan kepada saya Kenapa bocah tengil ini memanggil papa kepada Dimas?" Bu Siska kembali mendekati aku. Masih dengan tatapan penuh kebencian. Sampai bola matanya hendak keluar dari sarangnya.Aku memang tak pernah benar dihadapannya. Ia begitu membenciku mengingat status keluarga kami yang jauh berbeda dulu."Maaf Bu Siska. Kalau ibu bertanya pada orang, bisa nggak sih kalau bicara yang sopan. Nggak ngegas kayak gini!" Sejak tadi aku mendiami wanita ini. Namun rupanya Bu Siska malah semakin melunjak saja melihatku. Memang benar kata orang dulu. Musuh tidak dicari. Jika bertemu pantang dielakkan."Baik. Saya akan jawab pertanyaannya Siska. Jika ibu penasaran silahkan nanti bertanya kepada Dimas anak Ibu. Itupun jika Dimas maish diberi waktu oleh Tuhan untuk bertaubat dan memperbaiki dirinya. Rindu. Mas. Ayo kita segera pulang. Hawa disini mulai nggak enak." Aku sengaja tidak memberitahu Bu Siska yang sebenarnya. Biar saja wanita bermulut besar itu mati penasaran. Lagi p
"Anda sama sekali tidak mempunyai hak untuk melukai calon ibu dari anak saya. Dia adlah istri sekaligus belahan jiwa saya" mendengar ucapan William membuat Siska tertegun. Matanya masih melotot tajam. Aku masih memegangi pipiku yang memanas oleh gamparannya. Sedangkan tanganku yang lain memegangi perutku.Aku juga takut ini akan berefek pada calon anakku yang masih berbentuk gumpalan darah itu. Aku positif hamil dan usianya masih lima Minggu. Usia yang masih rentan akan segala sesuatunya."Mama. Mama. Mama nggak apa-apa kan ma?" Tanya Rindu yang lansung menempeliku."Kamu siapa mau jadi pahlawan kesiangan mantan menantu sial*n saya ini?bisanya cuma memeras dan meloroti uang suaminya." Bu Siska bertambah melunjak melihat aku diam. Ia pun hendak menarik jilbabku dan mungkin akan menghempas tubuhku ke lantai.Namun tidak. Kamu telah salah dalam bertingkah Bu Siska. Laki-laki dihadapan kamu ini adalah suamiku. Dia akan melindungiku dari makhluk astral yang brutal seperti kamu."Saya ucapk
Iya selamat siang saya dengan berbicara dengan siapa ini tanya wanita di dalam gawai itu dengan nada yang cukup Ketus membuat jantungku kembali deg-degan mendengar kosa kata yang baru keluar sedikit dari rongga mulutnya." Maaf mengganggu Bu saya Sena Saya ingin mengabarkan kalau...." ucapanku lalu ia potong dengan rancauan yang cukup menyakitkan dadaku." Hah? Apa saya tidak salah dengar? Seina? apa saya tidak salah dengar?. Kamu Seina si pencuri dan perampok itu? mau apa kamu sekarang? kamu mau merampok apalagi dari saya setelah kamu menguras habis semua harta anak saya!" kicauannya cukup membuat telingaku sakit namun aku harus bisa bertahan mendengar ocehannya yang menyakitiku sampai ke relung hati yang paling dalam ia menuduhku pencuri dan perampok Padahal aku hanya mengambil hakku dan juga hak anakku.Lagi pula Mas Dimas itu memang menceraikanku karena perselingkuhannya bukan karena kesalahanku. Ya sudahlah. Untuk apa membicarakan hal yang telah berlalu. Aku harus menyampaikan be