Share

Pembalasan Dendam Istri Baik Hati
Pembalasan Dendam Istri Baik Hati
Penulis: Pena Ertha

Bab 1 Jebakan

Penulis: Pena Ertha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

'Sidik jari yang terdapat pada senjata pembunuhan saudari Selena Anastasya, cocok dengan sidik jari tersangka William Savero.'

Untaian kalimat dalam berkas kasus pembunuhan Selena terus terbayang begitu jelas dalam benak Olivia. Olivia meringkuk di atas sofa ruang kerja William.

Dia menangis histeris sulit menerima kenyataan pahit yang kini harus ia hadapi. Bagaimana mungkin pria yang sangat ia cintai ternyata adalah seseorang yang telah merenggut nyawa kakaknya sendiri?

“Liv! Apa yang terjadi?” sahut William dengan panik seraya memeluk Olivia saat menemukan istrinya menangis tersedu-sedu di ruang kerjanya.

“Apa kamu tahu tentang keluargaku?” celetuk Olivia dengan patah-patah.

William tidak menjawab, raut wajahnya perlahan berubah.

“Apa kamu tahu kalau aku memiliki kakak perempuan bernama Selena Anastasya?” desak Olivia dengan suaranya yang purau.

“Aku….”

Belum sempat William merampungkan ucapannya Olivia sudah mengangkat gawainya yang berpendar menunjukkan sebuah foto berkas pembunuhan Selena. Olivia mendapatkan berkas itu ketika pagi tadi ia mengunjungi kantor polisi, hendak menemui Raka. Saat Olivia melihat berkas itu ia diam-diam membaca dan memfoto berkas kasus tersebut.

“Apa benar kamu membunuhnya?” tanya Olivia dengan suara tercekat.

William terbelalak, ketakutan terpancar dari kedua bola matanya, lalu perlahan ia menunduk dan air mata pun jatuh membasahi wajahnya.

“Maafkan aku Liv….”

Seketika dunia Olivia hancur dalam sekejap mata. Amarah, kecewa, rasa bersalah bercampur aduk hingga membuat Olivia merasa mual.

“Sejak kapan kamu mengetahuinya?!” pekik Olivia seraya memukul dada William berkali-kali.

“Liv, aku baru mengingat tragedi itu dan mengetahui bahwa kamu memiliki hubungan dengan Selena belum lama ini dan sungguh aku tidak berniat sama sekali untuk menyembunyikannya darimu.”

“Lalu kenapa kamu tidak mengatakannya padaku?! Kenapa kamu diam saja?!”

“Aku akan menjelaskan semuanya padamu… tapi tidak dalam waktu dekat ini, maafkan aku,” balas William dengan penuh penyesalan.

Kening Olivia sontak berkerut, lalu dengan kasar ia menepiskan genggaman William pada kedua tangannya dan menatap pria itu dengan sinis.

“Jadi kamu berniat untuk bersembunyi lebih lama? Dan tidak ingin menyerahkan diri?” cibir Olivia tidak percaya bahwa William tega melakukan hal ini padanya.

William menggeleng dengan cepat, “Bukan begitu Liv, aku akan menyerahkan diriku, aku berjanji akan menebus kesalahanku tapi aku mohon beri aku waktu sampai alih kekuasaan perusahaan selesai.”

William berlutut memohon pada Olivia agar ia bisa mengerti situasinya. Namun sikap dan ucapan William malah semakin mematahkan hati Olivia. Padahal William adalah satu-satunya orang yang Olivia percaya, tetapi bahkan kekuasaan bisa membutakan pria itu.

“Aku pikir kamu berbeda Will, aku pikir kamu pria yang penuh tanggung jawab tapi ternyata kamu sama saja!” ucap Olivia dengan kecewa seraya melangkah mundur perlahan menjauhi William, ia tidak ingin William menyentuh tubuhnya walau secuil pun.

“Aku hanya butuh waktu untuk menyelesaikan semua ini satu persatu….”

“Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaanku?! Kenapa kamu sangat egois Will!” tukas Olivia dengan putus asa.

“Ini satu-satunya kesempatanku untuk mengambil alih perusahaan demi Ibuku. Aku mohon Liv, setelah semua urusanku selesai aku berjanji akan menyerahkan diriku pada polisi.”

William terus berulutut di hadapan Olivia dan memohon-mohon meminta pengertian wanita itu, tetapi tidak berhasil, hati Olivia sudah terlanjur hancur. Pikiran Olivia begitu kalut, hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan pedang saat mengetahui dan menghadapi sikap suaminya itu.

“Perusahaan, perusahaan! Bagaimana mungkin kamu masih memikirkan tentang perusahaan di saat seperti ini? Apa kamu pikir Ibumu akan tetap bangga padamu di alam sana setelah tahu kalau anaknya adalah seorang pembunuh?”

“Liv….”

“Cukup Will, aku tidak mau dengar alasanmu dan jangan temui aku sampai kamu bersedia untuk menyerahkan diri ke kantor polisi!” Olivia menepiskan genggaman William dengan kasar lalu bergegas angkat kaki dari rumah mewah William.

William tidak bisa mencegah kepergian Olivia dan bersimpuh tidak berdaya menyesali perbuatannya di masa lalu.

Olivia melangkah dengan gontai menyusuri jalanan sepi menuju rumah lama miliknya. Linangan air mata memenuhi kedua pipinya menyuarakan seluruh kepedihan yang menyayat di dalam hatinya.

Olivia pikir ia dan William adalah pasangan yang sempurna tanpa celah seperti apa yang dikatakan orang-orang tentang mereka. Olivia melupakan kenyataan bahwa tidak ada hubungan yang sempurna antara manusia di dunia ini dan kebohongan akan selalu terselip pula di dalamnya.

Tetapi apa harus rahasia yang William sembunyikan dari Olivia adalah sebuah kenyataan bahwa pria yang Olivia cintai itu adalah pembunuh kakaknya di masa lalu?

“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” isak Olivia, ia merasa bersalah karena mencintai seseorang yang telah merenggut nyawa Selena.

Dengan tatapan yang kosong Olivia memandang langit biru di atas sana. Hingga sebuah mobil hitam berhenti di hadapan Olivia dan membuyarkan lamunannya. Tanpa memberi Olivia waktu untuk berpikir, seorang pria bertopeng dari dalam mobil itu tiba-tiba menarik Olivia masuk ke dalam mobil.

“Tolong….”

Baru satu kali Olivia menjerit mulutnya sudah dibekap oleh pria itu. Olivia meronta-ronta berusaha melakukan perlawanan tetapi kekuatan pria itu lebih besar darinya. Dengan mudah pria bertopeng itu menggotong Olivia dan memasukkannya dengan paksa ke dalam mobil.

***

“Olivia tidak ada Pak,” seru Jimmy – asisten William – ia sudah mencari Olivia keseluruh tempat yang memungkinkan, tetapi nihil. Olivia seolah lenyap bagai ditelan bumi tanpa bekas.

William begitu kalut mencemaskan istrinya yang menghilang begitu saja sejak tadi sore setelah bertengkar dengannya. Walaupun Olivia meminta William untuk tidak menemuinya tetapi pria itu mengkhawatirkannya karena itu William segera menyusul Olivia, tetapi William malah tidak menemukan istrinya di rumah lamanya.

“Apa kamu sudah menghubungi semua temannya?” tanya William dengan panik.

“Tidak ada satu pun dari mereka yang bertemu dengan Olivia hari ini, Pak.”

Disaat yang bersamaan ponsel William berdering tanda panggilan masuk, dari nomor tidak dikenal. Tanpa banyak berpikir William segera mengangkatnya dan seketika saja William terbelalak, wajahnya memucat saat mendengar suara di ujung sana.

“Aaaaa! Kau tidak akan mendapatkan… Aaaa!!!”

“Hai, Will, kamu pasti tahu dengan jelas suara siapa itu, kan.”

William tercekat, dadanya terasa sesak. Suara wanita dan pria di ujung sana amat familiar di telinga William, ‘Tidak salah lagi, ini suara Daniel dan Olivia… sial!’ batin William

“Kau tahu apa yang aku inginkan Will jadi datanglah ke gedung biru sendirian. Kalau kau datang bersama polisi atau bersama kacungmu itu aku tidak akan segan untuk langsung menyakiti istri tercintamu ini,” seru Daniel seraya terkekeh.

“Jangan Will, aku mohon….”

Panggilan terputus, William mengeratkan jari-jarinya hingga memerah dan bergetar. Matanya yang selalu hangat memicing tajam mengutuk Daniel dari kejauhan.

“…. ini jebakan,” isak Olivia yang kini tubuhnya terikat di sebuah kursi kayu di dalam gedung tua terbengkalai.

Bab terkait

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   Bab 2 Pertumpahan Darah dan Ingatan Masa Lalu

    Penampilan Olivia sungguh acak-acakkan. Wajahnya penuh lebam dan luka, rambutnya berantakan, pakaiannya begitu lusuh.Daniel membanting ponsel yang baru saja digunakannya lalu ia hancurkan ponsel tersebut hingga berkeping-keping.“Kau tahu mengapa ayahmu tidak memberikan perusahaan itu padamu? Karena perusahaan akan hancur ditanganmu,” cibir Olivia dengan suara parau.Plak!Satu tamparan mendarat di wajah Olivia, pria bertopeng di hadapannya terlihat marah walaupun yang tampak hanya bola matanya.“Dasar jalang! Berani-beraninya kau meremehkan seorang Daniel. Kita tunggu saja apa kalian masih bisa mengucapkan salam perpisahan dengan damai, semua tergantung padanya. Lebih baik kau berdoa supaya pria bodoh itu bisa memilihmu.”Beberapa saat kemudian, pintu berhasil didobrak jatuh hingga berdebam kencang di lantai. Terlihat bayangan William dengan sorot matanya yang tajam menatap pria bertopeng itu dengan penuh amarah. William berlari dan siap melesatkan tinjunya.Pria itu terlambat untuk

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   Bab 3 Bertubi-tubi

    “Aku akan melindungimu sampai akhir Liv.”Olivia pikir ucapan William waktu itu hanya sebuah bualan atau godaan semata, tetapi ternyata pria itu bersungguh-sungguh pada ucapannya.Olivia memeluk lututnya dan menatap kosong nisan di hadapannya. Hati dan pikirannya begitu kalut, rasa bersalah, kecewa, amarah dan dendam bergejolak dalam hatinya hingga membuatnya terasa sesak.“Kak kenapa dia rela mempertaruhkan nyawanya demiku dan harus membuatku semakin merasa bersalah padamu?” isak Olivia dengan lemah.Olivia meremas kalung dengan liontin bulan yang menggantung di lehernya lalu menyeka air matanya dan beranjak pergi dari tempat itu menuju rumah sakit.Begitu tiba di sebuah ruang rawat terlihat William yang masih terbaring di atas tempat tidur. Sudah dua minggu matanya sempurna tertutup. Rentetan kejadian mengerikan dua minggu lalu kembali terputar dalam benak Olivia.Olivia menggenggam tangan William dengan erat, matanya mulai berair menatap suaminya.“Will, sampai kapan kamu akan tert

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   Bab 4 Perubahan atau Tabiat Asli?

    Olivia semakin meringkuk terpojok ketakutan di sudut ruangan dengan menutup kedua telingannya rapat-rapat seolah tidak mau mendengar suara Daniel sedikit pun.“Pergi dari sini atau perlu aku panggil satpam untuk mengusirmu!” pekik William dengan garang seraya menatap Daniel dengan tajam.“Kau tidak perlu repot-repot aku bisa pergi sendiri dan sampai jumpa lagi dalam waktu dekat.” Daniel menyeringai namun entah mengapa sorot matanya malah mengarah kepada Olivia, lalu ia pergi dengan tenang seolah tidak menciptakan keributan sama sekali.William mengeratkan jemari tangannya, menahan gejolak kemarahan yang terasa meluap-luap pada Daniel. Lalu dengan hati-hati William membantu Olivia untuk bangkit dan mendudukannya di sofa.Tubuh Olivia masih bergetar, matanya tertutup rapat, kedua tangannya masih menyumbat masing-masing lubang telinganya.Hati William mendadak terasa seperti diremas-remas, dengan pilu ia tatap wajah Olivia lalu ia rengkuh tubuh wanita itu dengan erat.“Apa yang pernah di

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   Bab 5 Ratu

    “Kenapa kamu berbohong padaku?” tanya William dengan tatapan intimidasinya yang tajam.“Apa maksudmu, aku tidak mengerti?” balas Olivia dengan suara bergetar.William mendengus, “Aku mencari tahu informasi tentang kalung ini. Kalung ini adalah edisi terbatas, hanya ada satu set dengan gelangnya dan dibeli atas namaku delapan tahun yang lalu. Jelas aku melihatmu memakainya, tapi kamu masih mengelak. Kenapa? Apa ada yang kamu sembunyikan?”Olivia menggigit bibirnya, semuanya sudah terlambat. Padahal belum 24 jam ia menjalankan rencananya tetapi William sudah menangkap basahnya.Tidak ada yang bisa disembunyikan lagi. Olivia pun menunduk lesu, dan kembali menangis dengan pilu.“Aku minta maaf Will, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana menghadapimu dengan kondisimu yang seperti ini. Aku hanya takut kamu tidak akan bisa mencintaiku seperti sebelumnya karena kamu tidak memiliki ingatan apa pun tentangku.”William pun melunak, ia menurunkan kedua tangannya dan kembali menatap Olivia de

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 6 Hentikan Will

    “Will, aku bawakan makan siang untukmu,” seru Olivia dari balik pintu ruangan seraya mengangkat sebuah tas kecil berisi makan siang dengan antusias. Wajah William yang sebelumnya terlipat karena lelah membaca dokumen-dokumen pekerjaan di atas meja seketika berseri saat beradu pandang dengan istrinya itu. William pun bangkit dari kursinya, ia langsung menarik Olivia masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintu ruangan rapat-rapat. Olivia tersentak untuk sesaat karena tidak menduganya sama sekali tapi sedetik kemudian ia terkekeh sambil memukul dada bidang William. Sudah satu minggu sejak William kembali bekerja. Setelah keluar dari rumah sakit pria itu sudah tidak sabar ingin segera bekerja padahal Olivia berulang kali memintanya untuk beristirahat hingga William pulih sepenuhnya. Tetapi sikap keras kepala pria itu tidak bisa Olivia hentikan sama sekali.“Ayo makan siang bersama,” ujar Olivia.Namun alih-alih menjawab William malah merebut tas kecil berisi makan siang digenggaman Oli

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 7 Situasi Tidak Terduga

    ‘Semua sudah siap tinggal menunggu waktu untuk eksekusi.’ Isi pesan dari kontak bernama Si Eksekutor.Bersamaan dengan Olivia selesai membaca pesan tersebut terdengar ketukan yang berasal dari kaca jendela mobilnya. Olivia langsung menurunkan kaca mobilnya dan terlihat Jimmy yang kini tengah berdiri menunggunya. “Masuklah,” perintah Olivia.“Kamu memilih tempat yang sepi untuk bertemu, aku kira kita akan berbicara di sini.”“Kalau ada karyawan William yang tidak sengaja lewat sini bagaimana? Semua tempat tidak ada yang aman."Jimmy pun mengalah lalu dengan berat hati masuk ke dalam mobil Olivia seraya memberikan secangkir kopi macchiato hangat pada Olivia dan menaruh kopi cappuccino miliknya lalu membiarkan wanita itu membawa dirinya pergi entah kemana. 20 menit perjalanan tidak ada pembicaraan. Jimmy yang terlihat kalut masih sibuk dengan pikirannya, menimbang-nimbang kalimat yang tepat untuk mengatakan unek-unek dalam hatinya. Sedangkan Olivia memilih untuk diam menunggu dan bers

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 8 Pengkhianat

    “Aahh...,” Olivia meringis menahan sakit di pergelangan tangannya yang memerah akibat cekalan Jimmy. Olivia menoleh sekilas ke arah Jimmy, pria itu masih terkapar tak sadarkan diri sejak satu jam yang lalu. Lalu dengan lemah Olivia melangkah menuju meja makan di area dapur. Rambut Olivia masih berantakan bahkan pakaiannya cukup kacau. Binar dikedua bola mata Olivia sirna kemudian dengan perasaan dongkol Olivia meremas cangkir kopi yang terbuat dari plastik itu dan melemparnya ke tempat sampah. ‘Semua ini tidak ada dalam rencana dan pasti ada sesuatu di dalam kopi yang Jimmy minum.’Di saat yang bersamaan suara mobil tiba-tiba terdengar memasuki halaman rumah Olivia. Olivia mengerutkan keningnya lalu menyingkap gorden di area ruang depan dan terlihat mobil William di sana. Olivia mengalihkan padangannya kembali ke arah Jimmy. Sepertinya Olivia tahu bagaimana cara memanfaatkan kekacauan ini agar ia tidak dirugikan. Dengan tampilannya yang acak-acakan Olivia bergegas berjalan menuju

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 9 Nekat

    Olivia mengeratkan jemarinya dan menggigit bibir bawahnya. “Aku harus mencegah William menjawab kuis itu.”Olivia pun segera menghubungi William tetapi pria itu tidak mengangkatnya bahkan di layar yang menampilkan video William secara langsung tidak terlihat William menerima sebuah panggilan telepon darinya.“Daniel sialan dia meretas semuanya!”Tanpa membuang banyak waktu Olivia langsung berlari menuju mobilnya dan bergegas pergi menuju lokasi William. Sepanjang perjalanan Olivia terus berusaha menghubungi William tetapi nihil. Akhirnya Olivia beralih menghubungi Jimmy karena Olivia yakin ia bisa menghubunginya.“Ayo Jimmy angkatlah!”Alih-alih mendengar suara pria itu Olivia malah menerima suara dari operator. Berulang kali Olivia coba namun hasilnya tetap sama. Dengan kesal Olivia memukul kemudi mobilnya.“Ada apa ini? Kenapa aku tidak bisa menghubungi Jimmy juga?!” rutuk Olivia.Sesaat kemudian notifikasi kembali muncul, dengan cepat Olivia membukannya dan membagi pandangannya ant

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 70 Sekutu

    “Lalu bagaimana dengan Olivia?” pertanyaan lain yang Jimmy tidak siap untuk mendengar jawabannya. “Dia sedang merencanakan sesuatu untukku.” William tahu apa yang Olivia sedang rencanakan untuknya. Saat mengetahui hal itu William sempat berkali-kali menolak percaya pada kenyataan yang menimpanya. Namun akhirnya William bisa menerimanya. William mengalihkan pandangannya pada Jimmy, pria itu tampak tertekan dengan semua kenyataan yang baru saja ia terima saat ini. Terutama kenyataan tentang Olivia yang itu paasti paling mengusiknya. “Maaf aku memecatmu waktu itu, tapi rasanya itu keputusan yang tepat yang bisa aku lakukan,” ucap William, “Sepertinya kamu jadi sasaran empuk untuk menjebakku atau bisa jadi mereka tidak mau kamu berada di dekatku.” Jimmy memandangin William, “Dengan sendiri Anda bisa menjadi lemah,” imbuh Jimmy yang langsung di balas anggukan oleh William.“Jim, aku butuh bantuamu, karena itu aku menceritakan semua ini. Aku tidak tahu a

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 69 Ingatan 2

    Jimmy terdiam dengan kening berkerut. Kalau dipikir-pikir surat elektronik yang Jimmy terima sebelumnya juga dari perusahaan teman dekat William. “Bagaimana kalau kamu tukar pertanyaannya?” celetuk William masih denagn ekspresinya yang datar. “Maksud Anda?” “Seperti.... Apa William benar-benar kehilangan ingatannya?” Jimmy sontak tertegun ia tidak bisa berkata-kata. William tidak perlu menyatakan lebih banyak fakta lebih lanjut tentang ingatannya karena rasanya Jimmy sudah dengan jelas mengetahui jawabannya saat ini. “Aku hanya pura-pura Jimmy,” imbuh William seraya melangkah lebih jauh ke dalam ruko kosong itu. Hening, Jimmy tidak menjawab apa-apa, wajahnya tampak bingung. Namun tentu saja William pasti memiliki alasan mengapa dia melakukan hal itu. “Mengapa Anda melakukannya?” akhirnya Jimmy bisa meluapkan rasa penasarannya. Namun di satu sisi entah mengapa Jimmy merasa takut untuk mendengar jawaban dari William. Seolah William sedan

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 68 Ingatan

    “Kamera recorder itu bisakah kau menemukannya?” tanya Daniel pada Aldo. “Aku tidak tahu apapun tentang kamera recorder itu, memangnya apa yang penting dengan benda itu mengapa Anda mendadak sangat terusik dengan hal itu?” Daniel tidak menggubris rasa penasaran Aldo, hening untuk sesaat dan jelas sekali ia tengah gusar saat ini. “Cari saja sampai dapat, kau orang yang dekat dengan Selena pikirkanlah di mana wanita itu menyembunyikannya.” Tanpa menunggu jawaban dari Aldo, Daniel langsung memutus panggilannya. Tidak, sebenarnya Daniel tidak butuh jawaban apapun karena seperti sebuah kewajiban Aldo memang di paksa untuk menuruti semua perintahnya. Aldo terdiam di banding dengan penasaran pada kemungkinan lokasi Selena menyembunyikan kamera itu, Aldo lebih ingin tahu mengapa Daniel menginginkannya dan mengapa pria itu harus bertanya padanya? Mengapa Daniel tidak bertanya pada Olivia? Atau entahlah. Yang jelas sepertinya rekaman yang ada dalam video itu bisa mengancam pria kurang ajar it

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 67 Nyawa Dibayar Nyawa

    “Pertanggung jawaban apa di sini yang kamu maksud?” tanya William dengan gugup.Olivia mendengus, “Kenapa kamu pura-pura tidak mengerti? Bukankah sebelumnya kamu menjawab dengan penuh percaya diri?” cibir Olivia, “Mata di bayar mata, nyawa dibayar nyawa, William,” tegas Olivia kemudian. William terdiam, tatapan matanya sulit di artikan setidaknya itu yang dipikirkan Olivia. Namun di satu sisi Olivia merasa bahwa ia juga sangat bodoh karena mengulangi pertanyaan yang bahkan sudah ia tahu jawabannya. Bukankah karena William mengingkari tanggung jawabnya sebagai pelaku yang membuat Olivia jadi harus merencanakan hal gila semacam ini? Di tengah lamunan Olivia tiba-tiba saja William mendekat dan menempatkan sebuah pisau ke dalam genggaman Olivia. Bola mata Olivia membulat menatap wajah William yang kini tampak pilu bahkan senyum getir tersemat di bibir William.“Apa yang—.”“Kalau menghukumku dengan cara seperti itu akan membuatmu hidup lebih damai maka l

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 66 Hasrat Balas Dendam

    Bagai petir di siang bolong begitulah celetukan Olivia menyerang William. Langkah William terhenti, ia berbalik menatap Olivia yang terbaring di atas tempat tidur dengan mata berkaca-kaca.“Kenapa kau melakukannya?!” pekik Olivia tiba-tiba.William tersentak hingga air mata yang tertahan di pelupuknya mengalir jatuh.“Apa yang Selena lakukan? Apa benar kau melakukannya?!!!” Olivia kembali menjerit. Lalu ia tarik kembali lengan William hingga mengikis jarak antara mereka.Olivia yang sudah bangkit dengan kasar mulai memukuli William tanpa terkendali diiringi jerit hatinya mengutarakan pertanyaan-pertanyaan yang menyesakkan hati dan pikirannya.Namun William hanya tergugu membiarkan Olivia memukulinya sampai puas untuk melepas bebas di hatinya. Alih-alih mencegahnya William malah terus berusaha memeluk Olivia dengan raut penyesalan yang tergambar di jelas di wajahnya. Hati William teriris pilu melih

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 65 Pertanyaan Diluar Kendali

    Di tepi danau yang sepi dan hanya bercahayakan lampu temaram pinggir jalan Olivia berdiri sendirian di sana. Menatap kosong ke arah Danau dengan riak air yang tenang. Sudah 15 menit Olivia berada di sana menunggu seseorang yang belum kunjung datang.Olivia melempar sebuah batu ke dalam danau nerusaha mengusir rasa bosannya. Tak lama berselang seorang dengan hodie hitam serta topi dan masker berwarna senada mendekati Olivia.“Kau lama sekali,” celetuk Olivia seolah yakin seseorang yang menghampirinya adalah seseorang yang sedang ia tunggu.“Tidak mudah untuk lepas dari pengawasan Daniel, dia mengasai dari mana pun....”“Kau yang melakukannya, Aldo bukan pria keparat itu.”Aldo terdiam, “Aku tidak bisa mematikan atau melepas senua peretas itu walaupun aku pergi. Daniel akan curiga.”Olivia tidak menggubris ia tidak tertarik, kepalanya sudah penuh sesak dengan semua kejadian yang terjadi sejak kem

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 64 Nasib Olivia

    “Laba-laba!” jerit Olivia tiba-tiba seraya mengibas angin dengan heboh di sisi wajah William hingga menyenggol tangan William dan menjatuhkan sendok berisi es krim strawberry dari tangannya.Tidak berhenti sampai di situ Olivia juga menyenggol manguk es krim di meja hingga mangkuk itu jatuh ke lantai dan menumpahkan seluruh isinya.Kegaduhan pun tercipta hingga menarik perhatian semua pengunjung restoran juga para pegawai di sana.Tidak bisa, Olivia tidak bisa melakukannya. Perasaan tidak tega masih menjadi pemenang atas perdebatan dengan rasa dendamnya yang ada dalam hatinya.“Maaf aku mengacaukan semuanya.” Olivia menahan air matanya agar tidak tumpah buntut dari ketakutan yang menyelimuti hatinya.Para pelayan pun datang dan membersihkan semua kekacauan, baik William maupun Olivia meminta maaf atas keributan yang terjadi dan William mengganti rugi atas barang-barang yang pecah.Namun set

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 63 Lezat tetapi Mematikan

    ‘Kau yang mempersulit dirimu sendiri karena tidak mau mengakui perasaanmu....’ begitulah seingat Olivia ucapan William di beranda rumah sakit ini dua tahun lalu. Serupa dengan apa yang dikatakannya hari ini.“Apa yang kamu bicarakan?” tanya Olivia penuh selidik.“Maaf sepertinya aku berlebihan, aku tidak seharusnya berkata begitu padamu,” balas William, raut wajahnya kembali berubah senyumnya pun terukir semula, “Ayo kita makan siang, kamu belum makan dari semalam.”Apa mungkin ia menanggapinya terlalu berlebihan? Ya bisa jadi William hanya asal ucap saja karena kesal dan lelah, tapi tetap saja ucapannya terdengar janggal. Olivia buru-buru membuang pikirannya dan berjalan mengikuti William menuju restoran dekat rumah sakit.Baru saja Olivia tiba di sana tiba-tiba ada panggilan masuk dari Daniel di ponselnya.“Misi pertama. Kau tau kan kalau William alergi strawberry. Aku ingin kau memesan makana

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 62 Penyesalan

    “Sudahlah aku tidak mau membahasnya malah membuatku sakit kepala.”Olivia hendak beranjak namun Adela langsung mencekalnya, wanita itu terlihat kesal karena bagaimana mungkin Olivia bisa begitu bodoh dan menolak William.“Ok mungkin ini terlihat mustahil buatmu bisa bersatu dengan Pak Will, tapi hey!!” Adela menjentik-jentikkan jarinya tepat di depan wajah Olivia agar wanita itu segera sadar dari kebodohannya. “Kamu lupa kalo Pak Will tidak pernah memandang sesroang dari status sosial mereka? Tidak perlu jauh-jauh deh, lihat saja mantan pacarmu si Jimmy itu. Kalau Pak Will mempedulikan soal status sosial dalam pergaulannya, dia tidak akan mau berteman dekat dengan Jimmy sampai akhirnya membantu Jimmy yang hanya sekedar pelayan kafe kecil menjadi asisten pribadinya, bahkan kamu yang menceritakan itu semua Olivia!!!”“Kamu lupa juga saat Pak Will membantu membayar biaya perawatan ayahnya Jimmy saat mereka baru saling menge

DMCA.com Protection Status