Jantung Ken berdetak sangat kencang dan nafasnya menjadi tidak beraturan. Pikirannya juga kacau karena perasaan ragu yang dia alami saat itu, hal itu akibat pikiran dan hati yang tidak selaras. Hati Ken merasa bila saat itu dia tidak ingin melawan monster tersebut, sedangkan pikirannya sudah membuat rencana dengan cepat untuk bisa mengalahkan monster itu. Tubuhnya juga sudah bergerak menyiapkan semua yang dia butuhkan untuk bertarung.
Ken akhirnya memutuskan untuk mengikuti apa yang dia pikirkan, meski hatinya sedikit tidak tenang dengan apa yang dia lakukan. Demi menggapai tujuanya untuk bisa membalas perbuatan Dewi Aria kepadanya, Ken merasa tidak bisa melepaskan kesempatan untuk mendapatkan exp tinggi yang ada di hadapannya, meski itu beresiko tinggi. Ken berpikir bila kali ini pasti akan berbeda dari pertarungan sebelumnya, karena dia sudah melakukan persiapan yang matang untuk melawan monster kelinci itu.
“Dengan semua ini harusnya aku bisa melawan monster itu dan bisa mengantisipasi kemungkinan terburuk,” ucap Ken setelah memastikan senjata dan air danau yang dia bawa.
“Kali ini aku sudah bisa menggunakan sihir dan memiliki beberapa kemampuan yang berguna, aku harus yakin bisa megalahkan monster itu,” ucap Ken untuk menguatkan hatinya yang saat itu sedikit ragu saat akan melawan monster kelinci tersebut.
Dalam suasana yang sudah semakin gelap, Ken masih bisa melihat dengan jelas berkat kemampuan monster yang dia ambil. Dia juga berhasil mempelajari sihir pertahanan menggunakan element tanah dan menciptakan armor pada tubuhnya. Stats Ken saat itu sudah melebihi dua ratus point, dan Ken melihat stats milik monster kelinci itu sedikit lebih tinggi darinya. Setelah menganalisa skill yang dimiliki monster tersebut, Ken mulai bergerak.
Pertama Ken membuat tanah di sekitarnya menjadi berlumpur, kemudian dia menyiapkan sebuah jebakan dengan element listrik. Menggunakan tiga sihir itu saja sudah mengurangi seratus point mana miliknya, dan sihir armor yang paling banyak menghabiskan mana. Meski begitu Ken tetap menggunakan armor tanah karena merupakan sihir pertahanan yang baik baginya, tetapi dia tetap berhati-hati dalam menggunakan sihir, karena dia tidak bisa mengetahui dengan pasti berapa banyak mana yang dia butuhkan untuk mengeluarkan sihir.
“Semua persiapan sudah selesai, aku berharap monster itu akan terjebak dalam lumpur,” ucap Ken setelah menyelesaikan semua jebakannya.
“Kini saatnya memancing dia.” Ken kembali ketempat yang dia sudah tandai dan langsung menyiapkan sihir api untuk memberikan serangan kejutan pada monster itu.
“Fireball!”
Ken melemparkan sebuah bola api kepada monster kelinci yang masih menikmati makannya, tetapi fireball itu perlahan mengecil hingga menjadi sangat kecil saat mencapai tubuh monster kelinci. Hal itu di luar apa yang Ken pikirkan, dia gagal untuk memberikan serangan kejutan kepada monster tersebut. Ken merasa sedikit kecewa, tetapi dia tetap behasil memancing monster tersebut dan monster itu juga telihat kesal karena waktu makannya diganggu.
“Roooaarrr!”
“Bagus, dia sudah terpancing,” ucap Ken sambil menyiapkan sihir untuk mengantisipasi bila jebakannya tidak berhasil.
“Wooosssttt!” monster kelinci itu berlari menuju Ken dengan sangat cepat hingga bisa berlari di atas kubangan lumpur tanpa ada masalah.
“Sialan! Dinding tanah!” teriak Ken yang kesal dan langsung mengaktifkan sihirnya.
Baaammmmm!
Monster kelinci itu berhenti saat tinjunya menghantam dinding tanah yang Ken ciptakan. Tanpa melihat monster yang berada di balik dinding, Ken langsung menciptakan kubangan lumpur untuk mengunci kaki monster kelinci. Ken yang tidak mendengar teriakan dari monster kelinci mencoba untuk melihat kondisinya, dan ternyata monster kelinci itu terkena efek dari jebakan listrik yang Ken pasang bersama kubangan lumpur.
“Ini kesempatanku,” Ken menarik senjatanya dan langsung menusuk monster kelinci.
Jlep!
Ken berhasil menusuk monster kelinci dan kemudian dia mundur beberapa langkah untuk kembali menyerang monster kelinci. Ken menggunakan sihirnya untuk membuat kubangan lumpur menjadi keras kembali saat kedua kaki monster kelinci telah terbenam dalam tanah. Saat melihat monster kelinci belum mati, Ken segera mempersiapan sihir api yang besar kemudian dia padatkan hingga menjadi sebuah peluru kecil.
“Inilah akhir riwayatmu,” ucap Ken saat akan melepaskan sihirnya kepada monster kelinci.
“Duuaaarrr!” peluru api yang Ken lepaskan langsung meledak.
Ken langsung melompat mundur agar tidak terkena imbas dari ledakan yang terjadi. Ken senang saat dia berhasil mengalahkan monster kelinci, tetapi dia tetap waspada agar tidak membuat kesalahan lagi. Ken yang tidak bisa memastikan monster kelinci itu masih hidup atau sudah mati membuatnya tetap waspada dan tidak berani mendekat.
Roooaaarr! Woosssst!
Monster kelinci itu berteriak sambil melompat untuk menyerang Ken. Ken yang sudah bersiap masih terkejut dengan serangan mendadak yang monster kelinci lancarkan. Meski begitu, Ken yang sudah menggunakan armor dari tanah, dengan cepat mencoba untuk bertahan dengan kedua tangannya.
Baaammmm!
Ken berhasil menahan pukulan dari monster kelinci dengan kedua tangannnya, tetapi armor yang terbuat dari tanah hancur dan dia masih tetap terpelanting. Monster kelinci kembali melancarkan serangan kedua saat Ken masih belum bisa berdiri. Beruntung Ken msih bisa menghindari serangan keduanya, tetapi tidak dengan serangan ketiga.
Ken langsung memuntahkan darah segar saat dia terkena pukulan langsung oleh monster kelinci. Pada saat itu Ken kemampuan refleknya bekerja dan melakukan serangan balik hingga membuat monster kelinci yang fokus menyerang terlempar sampai menghantam batu. Ken merasa jika organ dalamnya seperti hancur dan tulangnya banyak yang patah hanya karena terkena satu pukulan saja.
“Sial, ini sakit sekali, aku harus cepat meminum air danau.” Ken langsung meminum air danau dan rasa sakit dalam tubuhnya perlahan menghilang.
‘Aku harus memikirkan sebuah rencana untuk mengalahkan monster kelinci itu,’ pikir Ken saat melihat monster kelinci itu kembali berdiri.
Ken melihat monster itu sudah sangat kelelahan, tetapi serangannya masih kuat hingga bisa membuat Ken terluka parah. Bila Ken tidak memiliki air danau maka tamatlah riwayat Ken saat itu. Ken kembali membentuk armor tanah pada tubuhnya saat melihat monster kelinci akan kembali menyerangnya. Ken tetap di tempat dan bersiap untuk menghadapi serangan dari monster kelinci.
“Fire armor!” teriak Ken yang lalu mengakatifkan sebuah sihir api yang menyelimuti tubuhnya.
‘Panas api ini bisa terasa meski aku sudah menggunakan armor tanah,’pikir Ken setelah mengatifkan sihir fire armornya.
“Roooaarrrr!” Ken terkejut saat monster kelinci yang tubuhnya terbakar tetap melancarkan pukulan dan berhasil memberikan satu seragan pada Ken.
Ken dengan cepat melepaskan armor tanahnya untuk menahan serangan monster kelinci. Ken akhirnya berhasil menghindari serangan monster kelinci berkat armor api yang memperlambat pukulannya dan armor tanah yang dia lepas untuk menahannya. Kepala Ken mulai pusing hanya untuk bertahan melawan monster kelinci, dia bahkan kesulitan untuk melakukan serangan balik seperti sebelumnya. Ken juga tidak mau menggunakan fire armor lagi, karena sihir itu hanya sekali pakai dan menggunakan banyak mana, selain itu Ken juga bisa terkena efek panasnya.
Ken menggunakan element lain untuk menggunakan armor yang melindungi tubuhnya. Saat dia menggunakan air dan petir untuk melapisi armor tanahnya, kedua element itu sepertinya terserap ke dalam armor tanahnya. Hanya tersisa satu element angin saja yang belum Ken gunakan, tetapi dia ragu untuk menggunakan element tersebut, karena dia tidak pernah tahu tentang armor yang menggunakan element angin.
“Sialan, meski sudah melakukan persiapan yang matang, tetapi aku masih kesulitan untuk megalahkan monster yang sudah kelelahan dan penuh luka ini,” gumam Ken yang kesal karena dia terus disudutkan oleh monster kelinci.
Ken juga harus berpikir sambil terus menghindari serangan monster. Dia berpikir untuk kabur dari monster itu dan mencari monster lain di sekitar agar mengalihkan perhatiannya, tetapi hari yang sudah malam membuatnya tidak bisa menemukan monster lain. Serangan monster kelinci juga terasa semakin cepat saat dia terus menyerang Ken. Hingga Ken dikejutkan dengan pergerakan monster kelinci yang tiba-tiba secepat kilat dan berhasil menghantam Ken hingga tersungkur di tanah.
“Braagggkkk! Aaaaaakkkh!”
Armor yang melindungi tubuhnya juga hancur saat Ken menghantam tanah. Monster kelinci kembali melakukan serangan dan tidak memeberikan celah pada Ken. Ken saat itu bisa langsung berdiri lagi meski terkena serangan telak dan dia langsung mengindari serangan tersebut, lalu berlari secepat mungkin. meski dia heran dengan kondisi tubuhnya yang masih baik-baik saja, tetapi Ken tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal itu. Dia harus segera memikirkan cara untuk mengalahkan monster kelinci atau kabur darinya.
Bzzzzztttt!
“Grooowwll” monster kelinci itu tiba-tiba berteriak karena terkena ledakan listrik yang disebabkan oleh armor Ken yang saat itu dia injak.
Monster kelinci menjadi tidak bisa bergerak karena terkena efek dari ledakan listrik. Ken yang melihat kejadian itu kembali dilanda kebingunggan, dia kembali diberi pilihan sulit. Ken melihat kesempatan untuk membunuh monster kelinci, tetapi bila dia gagal saat itu, maka dia juga akan kehilangan kesempatannya untuk kabur. Apakah keputusan yang akan diambil oleh Ken kali ini akan membuat hasil yang baik untuknya?
Nantikan dicerita selanjutnya.
Ken harus cepat memutuskan pilihan yang menurutnya sulit. Bukan hanya tentang berpacu dengan waktu yang sangat singkat, tetapi Ken juga harus bisa memikirkan tentang sisa mana miliknya. Dia berpikir untuk memberikan serangan terakhir kepada monster kelinci selagi masih terkena efek sengatan listrik. Itulah yang Ken pikirkan, tetapi melihat monster yang tampak semakin seram membuat Ken memilih untuk mengikuti kata hatinya kali ini.‘Sebaiknya aku cepat melarikan diri ke tempat yang aman,’ pikir Ken yang langsung bergegas untuk melarikan diri.“Roooaaarrr!” monster kelinci meraung semakin keras seolah menyatakan bila dia marah.Monster kelinci itu mengendus dan mengerakkan telinganya untuk mencari Ken yang sudah kabur. Tidak lama telinga monster kelinci berhenti bergerak dan dia langsung berlari. Kecepatan berlari yang seperti kilat membuatnya mencapai tempat Ken dalam waktu singkat. Ken terkejut dengan monster kelinci yang masih bisa bergerak secepat kilat, tetapi dengan mengetahui hal
Armor tanah bisa melindungi tubuh dengan kerasnya untuk menahan serangan, sedangkan armor api akan membakar saat diserang musuh. Armor patir akan memberikan serangan kejut pada lawan dan armor air dapat mengurangi dampak serangan yang diterima. Terakhir adalah armor angin yang belum pernah dia gunakan, Ken berpikir bila armor angin memiliki fungi yang bisa menghempaskan lawan saat tersentuh. Itulah yang Ken perkirakan tentang armor angin setelah dia menggunakan empat element lainnya sebagai armor.Kenyataan yang terjadi dan yang Ken alami pada saat itu berbeda dari apa yang Ken pikirkan. Ken tidak begitu yakin dengan pasti, tetapi dia benar-benar melihat bila pukulan dari monster kelinci seperti berbelok saat mereka akan beradu pukulan. Hal itu membuat pukulan monster kelinci meleset, sedangkan Ken berhasil memberikan pukulan telak pada monster kelinci.Buugggkk! Wooossst! Baaaammmm!Monster kelinci langsung terpelanting dan menghantam tanah dengan keras akibat pukulan Ken. “Apakah ya
Dewi Aria menyadari saat kutukan yang dia berikan kepada Ken aktif, tetapi kali ini dia tidak senang dengan hal itu. Sudah dua hari Ken jatuh ke lembah Nereka dan kenyataan kutukannya masih aktif mengartikan bila dia masih hidup. Kenyataan itu membuatnya semakin kesal dan tidak sabar menunggu berita kematiannya, para pahlawan juga masih belum mencapai jantung dari lembah yang menjadi tempat di mana Ken berada.“Trik seperti apa yang dia lakukan hingga bisa bertahan sampai sekarang?” tanya Dewi Aria yang bingung dan kesal.“Ini membuatku sangat kesal saat ingat wajah manusia rendahan itu yang berani menghinaku yang merupakan sosok mulia dan agung ini, aku tidak bisa tenang selama dia masih hidup.”“Aku akan terus mengawasi lembah Neraka dan akan menggunakan otoritasku sebagai Dewi untuk mengaktifkan kutukannya hingga dia mati, hahahahaha,” Dewi Aria tertawa gembira saat membayangkan bagaimana kematian yang Ken alami saat rencananya berhasil.***Di lembah Nereka Ken masih berdiri denga
“Sa-saya …,” ucapan Putri Yuna terbata-bata dan sangat terlihat jelas bila dia ragu untuk menjawab, karena hanya satu jawaban saja yang bisa dia ucapkan.“Fiuh, Aku tahu ini berat bagimu untuk menerima tugas ini, tetapi tugas ini memang diberikan langsung oleh sang Dewi dan bukan rencana orang dari Kerajaan Aisward.”Saintess berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan mendekat pada Putri Yuna. Kemudian Saintess menepuk pundak sang Putri sambil menatap kedalam matanya yang mulai muncul sedikit cahaya kehidupan. Saintess langsung memeluk sang Putri dan mengelus rambutnya untuk mencoba menguatkannya agar bisa menerima kenyataan yang terjadi padanya. Putri Yuna langsung menangis dalam pelukan Saintess untuk melapaskan perasaannya.“Aku tahu ini pasti berat untukmu, tetapi aku tidak akan membiarkan kamu pergi begitu saja tanpa pengawalan yang tepat ke tempat yang berbahaya.”Saintess melepaskan pelukannya, lalu dia me
Baaannnngggg!Satu pukulan Ken dan Garga saling berbenturan hingga mengakibatkan suara keras dengan angin kencang. Garga memberikan kekuatan lebih banyak pada tangannya untuk menekan Ken, dan Garga berhasil membuat Ken secara perlahan terdorong mundur. Garga menampakkan wajah puas saat berhasil mendorong Ken, tetapi wajahnya langsung berubah menjadi terkejut saat Ken secara sengaja melepaskan tangan yang sedang beradu kekuatan dengan Garga dan membuat Garga kehilangan keseimbangan tubuhnya.Ken menyeringai saat melihat Garga yang sudah terjebak oleh triknya. “Kadal bodoh,” bisik Ken yang kemudian memberikan pukulan keras pada Garga.Bannnnngg! Buuummmmm!Pukulan keras Ken yang menghantam tubuh Garga yang seperti baja menghasilkan sebuah suara yang terdengar seperti tembakan meriam. Garga yang bertubuh besar juga dibuat terhempas hingga menghantam tanah oleh Ken. Garga langsung bangkit dan sangat marah kepada Ken, lalu dia mengepakkan sayapnya dengan kuat dan membuat angin kencang.Woo
Warna aura milik Garga perlahan berubah menjadi putih, dan perubahan itu juga membuat kekuatannya semakin bertambah. Aura Ken mulai terdorong mundur dan Garga kembali melancarkan pukulan dengan aura padat pada tangannya. Ken yang saat itu terdesak tidak bisa menghindari serangan Garga dan terpaksa menahannya. “Baaammmmm!” Pukulan keras Garga membuat tanah di sekitar Ken meledak. “Masih terlalu cepat seribu tahun untukmu bisa melawanku, Manusia sialan,” ejek Garga dengan suaranya yang mengelegar seperti petir. “Omong kosong macam apa itu, pukulanmu itu terlalu lembek seperti tahu basi hingga tidak bisa menggoresku, kadal buntung,” balas Ken yang masih berdiri menahan tangan Garga. Garga terkejut saat melihat Ken yang baik-baik saja, dan Ken yang melihat ekspresi wajahnya langsung memberi sedikit bumbu untuk memprovokasinya. “Apa ini pukulan terkuatmu? Sepertinya kamu sudah semakin tua dan mulai melemah, dan sekarang adalah waktu yang tepat bagimu untuk pensiun sebagai Raja Lembah Ne
Besarnya kekuatan milik Garga membuat sebuah ledakan aura beserta mana yang sangat dahsyat hingga membuat padang tandus di tenggah Lembah Neraka. Ken membuat sebuah dinding pertahanan dari element tanah yang dilapisi oleh angin dengan dinding api sebagai penguatnya. Pertahanan Ken yang dia pikir cukup kuat menahan serangan napas Garga tetap terkikis oleh ledakan kekuatan milik Garga dan membuat Ken harus mempertahankan dengan terus menggunakan mana miliknya.‘Sepertinya julukan Raja Naga dari Lembah Nereka bukan hanya hal yang bisa dipandang sebelah mata,’ pikir Ken saat dia merasakan kekuatan garga.“Sekarang saatnya kamu mengetahui posisimu dan menerima hukuman atas kelancanganmu, Manusia rendahan!” hina Garga yang penuh emsoi dengan suara keras bagai petir.‘Sialan, aku tidak bisa melihat apa yang dia lakukan karena harus mempertahankan sihir ini,’ Gumam Ken dalam benaknya saat Garga hendak menyerangnya.Ken akhirnya memecah konsentrasinya menjadi dua untuk mengetahui apa yang akan
Garga meras merasa lega bisa membinasakan Ken, karena Ken selama ini seperti kutu yang selalu menganggu dirinya. Saat Garga berbalik untuk meninggalkan tempat itu, muncul rasa sepi yang muncul dalam dirinya. Garga menyadari hal itu meski hanya sedikit saja, namun dia memang merasa sedikit kehilangan Ken yang selama ini menjadi mainan terbaik baginya. Garga menyerap kembali semua aura yang dia pancarkan, dan sekilas dia melirik ke tempat tubuh Ken berada. Saat dia memalingkan wajahnya, tiba-tiba dia merasakan aura yang sangat besar pada tubuh Ken yang langsung meledak. Garga yang telat menyadarinya karena aura miliknya sudah diserap kembali, membuatnya terlambat bereaksi saat ledakan aura terjadi. Garga sedikit terdorong mundur dan menggunakan sayapnya sebagai tameng. ‘Apa lagi ini? apa yang sebenarnya terjadi padanya? aku yakin dengan pasti bila dia sudah menggunakan skill pancasonanya tadi,’ tanya Garga yang bingung dalam benaknya. Wuuusssst! Wuuusssst! Wuuusssst! Ledakan kekuatan
Warna rambut pirang yang berkilau seperti emas terurai hingga di bahunya, dan telihat sangat indah dengan wajah manis yang sangat cantik seperti boneka berbie. Bentuk tubuhnya juga aduhai yang membuat semua cowok membuka mulut mereka saat melihatnya berjalan. Kulitnya juga putih mulus yang terlihat sangat cerah terawat dengan baik, dan itu mmebuat semua cewek sangat ingin memiliki kulit sepertinya. Kedatangannya juga membuat suasana kelas menjadi hening karena semua siswa terus terpaku dan menatap kepadanya. “Perkenalkan nama saya Alice de Pendragon, mulai hari ini saya akan belajar di kelas ini.” Semua siswa langsung bersorak setelah mendengar perkenalannya, kecuali Ken yang tahu sosok tersebut sangat mirip dengan Garga. Namanya juga mirip dengan nama yang Ken berikan kepada Garga, hanya beda nama tengahnya saja, tetapi mengucapannya sama. Guru kemudian menjelaskan bila Alice merupakan siswa istimewa dan juga siswa pertukaran dari luar negeri yang akan belajar tentang budaya di Indo
Ken merasa tidak juga harus menggunakan kekuatannya untuk melawan Dion yang kekuatannya juga sudah menyatu sempurna. Ken merasa harus mencari tahu lebih dalam tentang metode yang Dion gunakan untuk menyatukan semua kekuatannya. Ken menggunakan skill overdrive yang membuat tubuhnya memiliki kekuatan dua kali lipat dan bergerak berdasarkan instingnya untuk bertarung menggunakan seluruh kekuatannya. Pergerakan Dion menjadi semakin cepat dan serangannya juga semakin kuat dari sebelumnya, Ken bisa merasakan perbedaannya dari tekanan yang Dion berikan. Beruntung Ken memiliki skill untuk mengimbangi kekuatan Dion dan langsung menggunakannya, jika tidak Ken akan terkena serangan Dion dan berakhir teluka. Ken kini juga kesulitan untuk menghindari serangan Dion dan hanya bisa bertahan, tetapi Dia masih bisa memberikan perlawanan dan serangan balasan dalam kondisinya yang semakin terdesak. Ken mulai kesal karena tidak segera menemukan metode yang Dion gunakan. “Ju*nc*k!” “Kugkk!” Ken bertriak
Ken tidak menyangka bila kejadiannya akan menjadi sangat buruk, karena dia tetap menyimpan kekuatan Dewi yang dia ambil kembali dari Reka. Kini mana, aura, kekuatan kegelapan Garga dan kekuatan Dewi bercampur dalam tubuh Ken dan terus saling bertabrakan. Ken mencoba untuk mengendalikan aliran dari kekuatannya agar bisa berjalan selaras dan menyatu dengan baik. Dia ingat dengan apa yang terjadi pada Dion yang mana kekuatan kegelapan bersatu dengan aura dan kekuatan Dewi menyatu dengan mana.Hanya saja yang membuat Ken merasa aneh adalah keempat kekuatan itu terbagi menjadi dua yang berada pada sisi kanan dan kiri tubuh Dion. Ken yang mencoba mempelajari tentang hal itu saat bertarung dengan Dion akhirnya bisa mengetahui metode yang Dion gunakan. Hanya saja Ken menggunakan metode yang mirip, tetapi metode yeng Ken gunakan lebih sempurna dan bisa menyatukan semua kekuatan itu agar bisa mengalir selaras pada tubuhnya.Semua kekutan itu berjalan bersama mengalir ke seluruh tubuh Ken dan ki
Tubuh Ken tidak bisa bergerak karena tekanan kuat yang dipancarkan oleh Dion, dan perasaan takut saat melihat Dion seakan melihat Dewa kamatian yang akan mencabut nyawanya. Kekuatan Dion yang sudah terlepas seluruhnya di luar perkiraan dan akal sehat yang Ken miliki, dan tanpa Ken sadari Dion sudah ada dihadapannya dan menusuk jantungnya. Kecepatan Dion sudah melebihi apa yang bisa Ken hadapi, bahkan matanya masih belum berkedip dan Dia sudah tertusuk kedua kalinya oleh Dion.Dion benar-benar seperti terlahir kembali, dan dia bisa merasakan sensasi yang sama seperti yang dia rasakan saat dia baru menjadi Dewa. Kini Dion juga sudah berhasil menyingkirkan Ken yang merupakan penghalang utamanya untuk menjadi penguasa mutlak. Meski begitu Dion tidak terbawa suasana dan memastikan Ken benar-benar mati ditangannya sendiri.Melihat Ken yang tidak bisa bereaksi akan serangannya dan hanya menatapnya dengan wajah yang tampak terguncang hingga matanya bergetar, membuat Dion benar-benar puas. Dia
Melihat Garga yang sudah tidak bisa bereaksi dengan semua serangannya yang sudah menargetkan Ken, membuat Dion yakin jika dia benar-benar berhasil. “Duuuaarrrrr!”“Sialan! dia kab--, craassssttttt!” Dion terkejut saat Ken berhasil menebas dirinya.Dion yang sebelumnya penuh percaya diri bila berhasil menyerang Ken jadi terkejut karena keberadaan Ken lenyap sebelum semua sarangan mengenai dirinya. Kini dia juga terkejut karena Ken yang tiba-tiba bisa muncul kembali tanpa luka yang bahkan berhasil menyerangnya. Dion benar-benar tidak tahu trik apa yang Ken gunakan, namun dia merasa bila Ken berpindah ke sebuah dimensi untuk menghindari semua serangannya.Berkat perhitungannya yang matang, Ken berhasil berpidah ke celah antar dimensi pada detik-detik semua serangan Dion akan mengenainya. Ken akan benar-benar mati jika dia tidak berpindah dalam celah ruang dan waktu pada saat itu, namun Ken juga harus kehilangan tempatnya bersembunyi. Karena dia yang berpindah saat ada Dion di dekatanya a
Ken seakan dipaksa harus memilih untuk terus maju, karena Dion juga berhasil merusak diemnsi yang merupakan efek dari setu senjatanya. Sejata itu juga langsung patah saat dimensinya berhasil Dion hancurkan, dan membuat Ken terlempar keluar. Ken memang tidak memiliki waktu lagi, karena Dion benar-benar berniat untuk menyingkirkannya.[Garga, buat dia sibuk saat aku menyiapkan sesuatu untuk melawannya.] ujar Ken dan dia juga memberi beberapa informasi kepada Garga lewat telepati.Dion tersenyum saat dia mendengar perintah Ken yang dia kirim lewat telepati kepada Garga, dengan itu dia tidak perlu lagi membaca maksud dari isyarat yang Ken gunakan. Berkat itu Dion tidak perlu memperdulikan Garga, dan langsung menuju tempat yang akan Ken tuju. Dengan penuh percaya diri Dion melesat dan menunggu kedatangan Ken, namun dia tidak melihat adanya Ken yang datang kearahnya dan Garga juga tidak mengejarnya.Dion terhenti sejenak dan mencerna apa yang sebenarnya terjadi, karen
Semua orang terkejut saat melihat Murka terkena sebuah serangan yang tidak meraka sadari sama sekali, bahkan Ken juga tidak tahu akan serangan tersebut. Serangan itu seperti leser yang sangat cepat mencapai targetnya, bahkan tubuh Murka yang kuat bisa berlubang. Lebih parahnya lagi, Reka yang berusaha dia lindungi juga mengalami luka yang cukup parah.Perasaan Ken yang tidak nyaman saat meninggalkan Dion meski dalam keadaan sekarat, kini membuat sebuah malapetaka bagi semuanya. Emosinya langsung memuncak saat melihat sahabatnya yang terkapar bersimbah darah dengan kondisi tubuh penuh lubang. Murka juga tidak bergerak sama sekali, Ken bergegas mendekat dan merasakan tubuh Murka sudah dingin. Jantung Ken seakan terhenti sebentar setelah mengerti kondisi sahabatnya, namun perasaanya seakan masih tidak bisa terima dan langsung meminta bantuan Garga.“Murka bertahanlah, Garga cepat sembuhkan dia!” teriak Ken yang panik.Garga mendekat pada Murka, namun setelah melihat kondisi Murka, dia ti
Ken dan Garga tidak tahu apa yang sudah Dion lakukan, hingga dia bisa merebut kekuatan dan tubuh Dewi Aria, dan lagi gempa yang terjadi membuat Ken merasa hal buruk akan terjadi. Kekutan yang terus diserap oleh tubuh Dion juga membuat Ken penasaran dengan asalnya, dia merasakan campuran dari aura dan mana. Kondisi mereka berdua juga tidak menguntungkan, karena tidak bisa bergerak dan akan buruk jika Dion menyerang. Akan tetapi, Dion tidak menyerang keduanya dan hanya tertawa saja, mengetahui Dion yang melewatkan kesempatan itu membuat Ken berpikir bila Dion juga dalam kondisi yang sama.Jika apa yang Ken pikirkan memang benar maka dia masih memiliki kesempatan untuk kembali merubah keadaan, namun jika tidak maka situasinya akan buruk bagi mereka. Belum lagi firasat buruk Ken tentang kekuatan yang terus Dion serap dalam tubuhnya, yang membuat Ken berpikir bila Dion bergantung kepada kekuatan itu. Ken juga mencoba untuk terus menggerakkan anggota tubuhnya meski itu sulit dan hanya melak
Ken bisa mendengar jika suara yang keluar dari mulut Dewi Aria bukan suara wanita, melainkan suara pria yang sangat dia kenal. Bahkan ekspresi wajah dan gaya dari sikap sombongnya juga sama persis meski tubuhnya merupakan wanita. Hanya saja Ken tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana cara hal itu bisa terjadi.Pikiran Ken juga dibuat bingung dengan siapa yang saat itu berada dalam tubuh Dewi Aria, apakah Dewi Aria sendiri atau Dion. Karena yang Ken ketahui sebelumya adalah Dion yang sudah tidak sadarkan diri dan sekarat, sedangkan Dewi Aria yang panik dalam keadaan putus asa. Semua itu berubah saat kemunculan Dewi Aria dari portal, tetapi yang paling mungkin adalah Dewi Aria mencoba untuk menyerap kembali kekuatannya dari tubuh Dion.Hanya saja Ken merasa janggal dengan suara dan gaya yang Dewi Aria pelihatkan kepadanya, dan cara bertarungnya juga terasa berbeda. Bila semua itu hanya sekedar efek dari dia menyerap kekuatan Dion, Ken merasa efeknya terlalu tumpang t